Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kota merupakan pusat kegiatan manusia dan menawarkan berbagai
kesempatan lebih besar dari pada daerah pedesaan. Tidak mengherankan bahwa
banyak penduduk pedesaan melakukan migrasi ke kota untuk memperbaiki
kehidupannya. Migrasi desa – kota ini menyebabkan pertambahan penduduk kota
secara umum kurang lebih dua laki lipat dibandingkan pertambahan
penduduk pedesaan.

Sebagai akibatnya akan timbul berbagai masalah dalam pengadaan dan


penataan ruang untuk permukiman, pendidikan, kesehatan, perdagangan, rekreasi,
keagamaan, industri, olah raga dan sebagainya (Sutanto,1995). Pada penataan
ruang untuk permukiman khususnya, harus cepat mendapatkan perhatian
karena hal ini menyangkut masalah kebutuhan primer fisik
penduduk/penghuninya. Bagi penduduk kota yang sudah berpenghidupan
mapan dan sejahtera tentu hal ini bukan merupakan masalah yang serius, namun
bagi penduduk yang miskin baik penduduk kota itu sendiri maupun pendatang
perihal kebutuhan permukiman sangat perlu diperhatikan. Karena umu7mnya
mereka ini untuk memenuhi kebutuhan tempat hunian, menempati daerah –
daerah permukiman yang kondisinya memprihantinkan yaitu daerah yang
disebut dengan daerah kumuh (slum area).

Kini jelas bahwa salah satu masalah penting yang sering dihadapi oleh
daerah perkotaan (khususnya di negara berkembang) adalah tumbuh pesatnya
daerah permukiman kumuh. Sebagai gambaran di Jakarta saja pada tahun 1972
ada sekitar 26% penduduk yang berdiam di daerah permukiman kumuh (Sri
Pamoedjo, 1988 dalam Agus Aryadi,1995). Untuk mengatasi masalah ini ,
pemerintah telah melakukan upaya melalui program perbaikan kampung (
kampung improvement program). Dalam pelaksanaan program itu, salah
satunya dan merupakan langkah awal adalah kegiatan perencanaan
(perencanaan pengembangan wilayah perkotaan). Oleh karena itu, perlu
dukungan informasi atau data spasial yang berkait dengan agihan permukiman
kumuh di daerah yang bersangkutan. Data semacam ini harus disajikan dalam
bentuk peta agihan permukiman kumuh.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kota?
2. Apa saja fungsi kota?
3. Apa yang dimaksud dengan kriminalitas?

C. Tujuan
1. Memahami apa itu pengertian dari kota dan fungsi kota
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kota

Kota berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu “kotta” yang dalam ungkapan lain
disebut sebagai kita atau kuta. Berdasarkan kamus Bahasa Sanskerta-Indonesia
dan Sanskerta-Inggris, kota berarti kubu atau perbentangan (stronghold) (Eko A.
Meinarn, 2011:221). Adapun dalam literatur Anglo-Amerika, terdapat dua istilah
untuk “kota”, yaitu town dan city. Dalam bahasa Indonesia, town cenderung
disepadankan dengan “kota kecil”, sedangkan city diartikan dengan “kota besar”
(S. Menno dan Mustamin Alwi, 1992:26). Town merupakan bentuk tengah
diantara kota dan desa. Penduduk town masih saling mengnal dengan akrab.
Perilaku sosial dalam town lebih miri dengan pola pedesaan apabila dibadingkan
dengan pola di kota besar (city) atau metropolitan.

Ada banyak defenisi yang berkaitan dengan kota. Defenisi kota yang
komplet (refresentatif) dijelaskan oleh Wirth (Safari Imam, 1993) yaitu sebuah
pemukiman yang penduduknya relatif besar, padat, permanen, dan dihni oleh
orang yang heterogen. Pengertian ini menunjukkan bahwa kota memiliki jumlah
penduduk dan sangat besar dan padat. Kawasan perkotaan berdasarkan jumlah
penduduknya dapat di klasifkasika menjadi:

1. Kawasan perkotaan kecil, yaitu kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk


yang dilayani sebesar 10.000 hingga 100.000 jiwa;
2. Kawasan perkotaan sedang, yaitu kawasan perkotaan dengan jumlah
penduduk yang dilayani lebih besar dari 500.000 jiwa;
3. Kwasan perkotaan metropolitan, yaitu kawasan perkotaan dengan jumlah
penduduk yang dilayani lebih besar dari 1.000.000 jiwa.

Daldjoeni (1997:44-45) mengatakan bahwa kota pada awalnya bukanlah


tempat pemukiman, melainkan pusat pelayanan. Sejauh mana kota menjadi pusat
pelayanan bergantung pada sejauh mana pedesaan sekitarnya memanfaatkan jasa-
jasa kota. Sjoberg dalam Daldjoeni (1997:30) melihat lahirnya kota lebih dari
timbulnya dari suatu golongan spesialisasi nonagraris bahwa orang yang
berpendidikan merupakan bagian penduduk yang terpenting. Pengertian ini dapat
dilihat bahwa kota telah menjadi pusat pelayanan (pelayanan pemerintah,
pendidikan,jasa, rekreasi, dan lainnya) sekaligus pusat kegiatan sosial, kegiatan
perekonomian, dan pusat-pusat hunian.

Oleh karena itu, ada istilah pusat kota. Pusat kota adalah titik atau tempat
atau daerah disuatu kota yang memiliki peran sebagai pusat segala pelayanan
kegiatan kota, antara lain politik, sosial budaya, ekonomi dan teknologi (Hadi
Yunus, 2002:107). Peran tersebut dijalankan melalui jasa pelayanan yang
diberikan oleh fasilitas-fasilitas umum ataupun sosial yang ada didalamnya. Oleh
karena itu, suatu pusat kota harus memiliki kelengkapan fasilitas yang baik dan
memadai. Dalam kaitannya dengan peran dari sebuah pusat kota, teori Christaller
tentang ambang penduduk (Threshold Population) wilayah cakupan layanan
(Market Range) mengambil peran penting. Fasilitas-fasilitas tersebut harus dapat
melayani seleuruh penduduk kota dan mencakup seluruh bagian wilayah kota.

Pertumbuhan ataupun perkembangan yang terjadi pada suatu kota sangat


memengaruhi kinerja dari pusat kota. Semakin luas suatu kota, semakin besar
“beban” yang ditanggung oleh pusat kota. Hal tersebut berdampak langsung
terhadap perkembangan pemanfaatan lahan yang emakin terbatas dipusat kota.
Oleh sebab itu perlu diketahuinya mengenai pusat pertumbuhan kota.

Berdasarkan segi jumlah penduduk, kota didefinisikan sebagai kesepakatan


mengenai jumlah minimum populasi yang dapat digunakan untuk
mengeluafikasikan pemukiman sebagai suatu kota. Karena sulit menapai
kesepakatan, kota dapat dilihat pada cirinya, yaitu:

1. Peranan besar yang dipegang leh sector sekunder (industri) dan tersier
(jasa) dalam kehidupan konomi;
2. Jumlah penduduk yang relatif besar;
3. Heterogenitas susunan penduduknya;
4. Kepadatan penduduk yang relatif besar
B. Fungsi Kota

Kota dapat memberikan pelayanan penting bagi merekan yang ada didalam
kota ataupun yang tinggal disekeliling kota, atau juga bagi mereka yang
melakukan perjalanan serta berdiam dikota sementara dikota tersebut. Kegiatan
fisik dalam kota memerlukan perhatian dan perancangan sesuai fungsi masing-
masing. Kota terkadang meimilik fungsi yang sangat majemuk, antara lain
menjadi pusat populasi, perdagangan, pemerintahan, industri, ataupun pusat
budaya suatu wilayah.

Untuk melakukan fungsi tersebut, kota perlu ditunjang oleh sarana dan
prasarana yang memadai, seperti kawasan permukiman, perdagangan,
pemerintahan, industri, sarana kebudayaa, kesehatan, rekreasi, dan lainnya.
Menurut Hatt dan Reiss (1959) bahwa adanya kota untuk memenuhi kebutuhan
sosial dan kegiatan ekonomi penduduk yang selalu berkembang. Hal ini untuk
mendukung dan melayani fungsi-fungsi kota yang saling memengaruhi, yaitu
sebagai berikut.

1. Pusat berebagai kegiatan untuk daerah sekitarnya. Kota-kota model ini


menjadi runga produktif yang luas.
2. Pusat penyedia transportasi merupakan break-of bulk. Transportasi kota
sebagai break-of bulk merupakan pelayanan sepanjang rute tranpostasi
mencapai daerah-daerah terpencil pun dapat dilalui dengan mudah karena
letak jalur transportasi kota yang strategis.
3. Titik konsentras pelayanan khusus. Fungsi kota sebagai titik konsentarsi
pelayanan khusus, anatara lain sebgai tempat perdagangan, perindustrian,
rekreasi, dan tempat menjamuh tamu dari kota lain.

Kota juga berfungsi sebagai pelayan serta fasilitator masyarakat sekitarnya


yang memanfaatkan jasa perkotaan sebagaimana dijelaskan oleh Safari Imam
(1990:29), yaitu sebagai berikut.

1. Production center, yaitu pusat produksi, barang stengah jadi atapu barang
jadi. Kota memiliki fungsi sebagai pusat produksi atau pemasok, baik
berupa bahan mentah, barang setengah jadi mapun barang jadi. Contoh
kota produsen bahan mentah, yaitu kota-kota pertambangan, seperti,
soroako (niel), bukitasam dan ombilin (batubara), arun dan bontang
(LNG), dan lainnya.contoh kota produsen barang jadi dan setengah jadi,
yaitu kota-kota industri, seperti Cilegon, Gresik, Surabaya, Jakarta,
Bandung, dan lain-lain.
2. Center of trade, yaitu pusat perdagangan dan niaga yang melayani daerah
sekitarnya.
3. Political capitol, yaitu pusat pemerintahan atau sebagai pusat ibukota
Negara.
4. Cultural center, yaitu pusat budaya.
5. Health and recreation, yaitu pusat pengebotan dan rekreasi (wisata).
6. Divercifeied cities, yaitu memiliki fungsi ganda atau beraneka, seperti kota
pendidikan, kota industry, kota perdagangan, dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai