1. Pengertian Kota
Dalam masyarakat yang modern seperti sekarang ini, yang ditandai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi disegala bidang kehidupan, sering kita
bedakan ruang tempat tinggal manusia itu menjadi wilayah perkotaan dan
pedesaan. Sedangkan wilayah perkotaan merupakan wilayah pusat-pusat dari
kegiatan manusia di luar sektor pertanian, seperti pusat industri, perdagangan,
sektor
jasa,
dan
pelayanan
masyarakat,
pendidikan,
pemerintahan,
dan
pemanfaatan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
dalam
kehidupan
Wilayah perkotaan, supermarket, gedung-gedung perkantoran dan gedunggedung fasilitas hiburan. Kompleks-kompleks bangunan tersebut biasanya
terletak di pusat kota. Setiap hari daerah kota ini senantiasa sibuk sebab
merupakan pusat kegiatan ekonomi penduduk baik di sektor perdagangan
maupun di sektor pelayanan dan jasa. Di wilayah pusat kota besar banyak
kita jumpai pusat perbelanjaan yang menyediakan kebutuhan masyarakat
yang tinggal didaerah sekitarnya. Berdasarkan kemampuannya dalam
melayani penduduk yang dating untuk berbelanja, Arthur B. Gallion dan
Simon Eisner mengklasifikasikan pusat perbelanjaan dalam tiga kelompok,
yaitu:Neighborhood Centre, yaitu pusat perbelanjaan yang memiliki
kapasitas untuk melayani penduduk kota sekitar 7.500 sampai 20.000
orang. (a). Community Centre,yaitu pusat perbelanjaan yang mampu
melayani penduduk kota sekitar 20.000 sampai 100.000 orang.
(b). Regional Centre, yaitu pusat perbelanjaan yang melayani penduduk
kota sekitar 100.000 sampai 250.000 orang. (c). Gedung-gedung
pemerintahan, baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
Alun-alun yang terletak di pusat kota. Menurut sejarahnya alun-alun
berfungsi sebagai tempat pertemuan raja (pemerintah) dengan rakyatnya,
namun pada saat ini fungsinya sudah mulai berubah menjadi tempat
istirahat atau jalan-jalan masyarakat yang mengunjungi pusat kota.
Sarana olahraga misalnya sport centre, gelora, dan lapangan sepak bola.
Open space, yaitu daerah terbuka yang berfungsi sebagai paru-paru kota,
biasanya berupa green belts atau jalur-jalur hijau, yakni pohon-pohon yang
ditanam di sepanjang jalan, serta city gardens atau taman kota.
4.
Klasifikasi
Kota
Sistem penggolongan atau pengklasifikasian kota dapat didasarkan atas beberapa
faktor, misalnya jumlah penduduk yang tinggal di suatu kota, fungsi kota ataupun
luas kota. Biasanya sistem penggolongan yang dilakukan oleh suatu negara tidak
sama dengan negara lainnya. Hal ini berhubungan dengan tingkat kemajuan
pembangunan yang telah dicapai serta jumlah penduduk negara yang
bersangkutan. Selain itu masih banyak istilah-istilah yang berhubungan dengan
kota yang kerap kali membingungkan, seperti city, town, dan urban. City dapat
diartikan sebagai kota, town adalah kota kecil, sedangkan urban atau wilayah
perkotaan mempunyai pengertian sebagai suatu daerah yang memiliki suasana
kehidupan kota. Jadi walaupun letaknya di pinggiran kota, namun apabila daerah
tersebut telah memperlihatkan tanda-tanda kehidupan penduduknya yang
menyerupai masyarakat kota, maka daerah tersebut dinamakan wilayah
perkotaan.
Saxena.
Doxiadis
mengklasifikasikan
tingkat
perkembangan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Jumlah Penduduk
Minimal
40 orang
250 orang
1.500orang
9.000 orang
50.000 orang
300.000 orang
2.000.000 orang
14.000.000 orang
100.000.000 orang
700.000.000 orang
5.000.000.000 orang
30.000.000.000 orang
kota
Menurut N.R saxena tahapan pemusatan penduduk kota adalah sebagai berikut:
1. Infant Town dengan jumlah penduduk 5.000 sampai dengan 10.000 orang.
2. Township yang terdiri atas adolescent township, mature township dan
specialized township dengan jumlah penduduk antara 10.000 s/d 50.000
orang.
3. Town city terdiri atas adolescent town, mature town, specialized town
dan adolescent city dengan jumlah penduduk berkisar 100.000 s/d
1.000.000 orang.
Pemerintah Republik Indonesia membuat penggolongan kota berdasarkan
jumlah penduduk sebagai berikut (diolah dari Urban Population Growth of
Indonesia, 1980-1990):
1. Kota kecil, jumlah penduduk antara 20.000 s/d 50.000 orang jiwa.
Contohnya Padang panjang (32.104 orang), Banjaran (48.170 orang).
2. Kota sedang, jumlah penduduk antara 50.000 s/d 100.000 jiwa. Contohnya
Sibaloga (71.559 orang), Bukit Tinggi (71.093 orang), Mojokerto (96.626
orang), Palangkaraya (99.693 orang) dan Gorontalo (94.058 orang).
3. Kota besar,jumlah penduduk antara 100.000 orang sampai dengan
1.000.000 orang. Contoh: Padang 477.064 orang; Jambi 301.430 orang;
Cirebon 244.906 orang;Surakarta 503.827 orang; Kediri 235.333 orang.
4. Metropolis, jumlah penduduk di atas 1.000.000 jiwa. Contoh: Jakarta
dengan jumlah penduduk 8.222.515 orang; Bandung dengan jumlah
penduduknya 2.125.159 orang,Surabaya 2.410.417 orang dan Medan dengan
jumlah penduduk 1.685.272 orang.
b. Klasifikasi Kota Secara Non Numerik (Kualitatif). Sistem klasifikasi kota
secara non numerik dapat di artikan sebagai penggolongan yang di dasarkan atas
unsur-unsur kualitatif dari suatu kota, kondisi social penduduk dan sebagainya:
Tahap Eopolis, yaitu tahap perkembangan desa yang sudah teratur ,
sehingga organisasi masyarakat penghuni daerah tersebut sudah mulai
memperlihatkan ciri-ciri perkotaan. Tahapan ini merupakan peralihan daari
pola kehidupan desa yang tradisional kearah kehidupan kota.
Tahap Polis, yaitu tahapan dimana suatu daerah kota yang masih bercirikan
sifat-sifat agraris atau berorientasi pada sektor pertanian. Sebagian
besar kota-kota di Indonesia masih berada di tahap ini.
tergolong
Surabaya.
Tahap Megapolis (kota maha besar) yaitu suatu wilayah perkotaan yang
ukurannya sangat besar,biasanya terdiri atas beberapa kota metropolis
yang menjadi satu sehingga membentuk jalur perkotaan. Balam beberapa
segi kota megapolis telah mencapai titik tertinggi dan memperlihatkan
tanda-tanda akan mengalami penurunan kualitas. Contah Bos-Wash (jalur
kota Boston sampai dengan Wasington di Amerika Serikat). San-san (jalur
kota San Diego sampai San Fransisco di Amerik Serikat), Randstad
Holland mulai kota Doordecht sampai Archem di Netherland.
dalam arti kualitatif yaitu terjadinya atau terbentuknya berbagai organisasi dan
kelembagaan yang ikut menghidupkan kota.
Sebagai salah satu konsekuensi dari adanya pekembangan ini, maka perencanaan
pengembangan kota harus menjadi program utama. Hal ini sangat penting,
mengingat bahwa adanya urbanisasi yang ternyata banyak menimbulkan masalah
masalah sosial ekonomi di kota. Masalahmasalah tersebut perlu diatasi dengan
sebaik-baiknya.
Masalahmasalah dalam kehidupan dan penghidupan di kota makin berlipat ganda.
Pemekaran fisik di kotakota sudah nampak sulit dikendalikan. Keramaian atau
kongesti yang kemudian timbul di kotakota menjadi masalah utama dalam
kelalulintasan.
Kemacetankemacetan dalam lalu lintas ini akan dapat menghambat arus barang,
arus kontak ekonomi dan kontak sosial. Dengan perkembangan kota ini banyak
dihadapi segisegi positif, tetapi juga segisegi negatif. Gedunggedung
bertamabah, hotel mewah bertambah, pasar bertamabah tetapi angka
kriminalitas dan angka kecelakaan juga bertambah. Oleh karena itu sangat
dibutuhkan para ahli dan para perencana kota dan pemimpin-pemimpin kota untuk
memikirkan secara terperinci dan menyeluruh mengenai proses perkembangan
kota.
6. TandaTanda Perkembangan Kota
Sebagai tandatanda perkembangan kota dapat dilihat dari perluasan atau
ekspansi kota dari suatu proses waktu. Dari berbagai kenyataan dapat diketahui
bahwa kotakota di dunia sebenarnya tidak mati, tetapi hidup, semakin lama
semakin luas daerah jangkauannya. Dengan demikian dapatlah terjadi kotakota
gabungan yang dikenal dengan konurbasi. Gejala konurbasi ini mungkin juga akan
terjadi dengan beberapa kota di Jawa. Mungkin jakarta dengan bogor, batu
dengan malang, mungkin pula purwokerto dengan cilacap dan sebagainya.
Dalam proses konurbasi ini, maka daerahdaerah yang disebut selaput inti kota
meluas terus ke arah luar. Bersamaan dengan itu pula selaput inti kota lain juga
mengalami ekspansi. Kemudian kedua batas kota akhirnya akan bertemu dan
dengan demikian akan terjadi semacam peleburan antara dua daerah perkotaan
dengan dua inti kota. Konurbasi ini dapat pula terbentuk anatara beberapa
daerah perkotaan dengan tiga nucleus atau lebih. Kejadian ini disebut dengan
konurbasi sruktur polinukleus.
Kota kembar atau twin towns, twin cities dapat pula dipakai petunjuk adanya
perkembangan daerah kekotaan. Bedanya dengan konurbasi adalah kota kembar
itu memiliki corak pelayanan yang sama. Biasanya kotakota itu merupakan kota
kota industri kecil, kotakota rekreasi atau kelompok pemukiman yang
bergabung, tetapi tidak sampai dapat membentuk satu fokus.
Pemekaran kota pada umumnya digerakan oleh pengaruh dari dalam dan pengaruh
dari luar. Pengaruh-pengaruh dari dalam berupa rencana-rencana pengembangan
dari para perencana kota, desakan-desakan warga kota akibat dari angka
kelahiran. Pengaruh dari luar berupa berbagai daya tarik dari daerah belakang
kota atau hinterland kota. Apabila kedua pengaruh itu bekerja pada saat yang
sama, maka pemekaran kota akan terjadi lebih cepat.
Adanya perkembangan kota juga dapat dilihat pada perubahan struktur yaitu
dengan terjadinya perubahan dari struktur agraris ke struktur yang non agraris.
Demikian pula nampak pada cara pnduduk kota menggunakan gedung atau
perumahan mereka. Pada semula perubahan-perubahan mereka atau gedunggedung di kota hanya mempunyai fungsi tunggal, tetapi sekarang sudah
mempunyai fungsi lebih dari satu. Misalnya saja perubahan di pinggir jalan besar
yang digunakan untuk tempat tinggal dan sekaligus untuk tokohnya atau rumah
makan atau travel service dan sebagainya.
7. Pengaruh-Pengaruh Terhadap Perkembangan Kota
Pengaruh-pengaruh dasar terhadap perkembangan kota adalah keadaan fisiografi
dan sosiografi di sekitar daerah kekotaan tersebut, sedang pengaruh-pengaruh
utam adalah latar belakang sejarah dan sumber-sumber alam. Pengaruh-pengaruh
utama dan pengaruh-pengaruh dasar adalah pengaruh yang dapat menunjang
perkembangan suatu daerah perkotaan. Empat unsur pengaruh di atas yaitu
keadaan fisiografi, keadaan sosiografi, latar belakng sejarah dan sumber-sumber
alam menjadi faktor pendorong perkembangan kota yang kuat, apabila keempat
unsur tersebut terdapat bersamaan dalam sebuah daerah kekotaan. Tentu saja
sangat perlu diperhatikan unsur manusianya, sebab tanpa manusia yang dinamis
kreatif dan tekun, kota tidak akan maju dan berkembang. Dengan bekerja sama
antara empat unsur ini yang dikelola manusia maka timbullah kepribadian kota
yang disebut oleh Sven Riemer dengan istilah Urban Personality.
1. Unsur Letak Unsur letak sangat menetukan ada tidaknya perkembangan
kota. Letak kota yang strategis, misalnya letak persimpagan jalan, letak di
pertemuan dua aliran sungai, letak lembah-lembah yang subut, di daratan
aluvial akan memberi pengaruh positif pada perkembangan kotanya. Lebihlebih kota di pantai, kota-kota de titip api lalu lintas perdagangan
singapura, jakarta, medan, surabaya adalah kota-kota yang sibuk dengan
kegiatan perdagangan dan sekaligus merupakan kota pelabuahan yang maju.
Sebaliknya kota-kota yang terletak di pedalaman jauh dari pintu gerbang
yang menghubungkan kota itu dengan dunia luar. Kota-kota seacam ini
dapat berkembang apabila ada pelabuhan udaranya, sehingga hubungan
yang tertutup tadi menjadi lebih terbuka, seperti kota Yogyakarta,
Surakarta, Madiun, Bandung dan sebagainya.
2. Unsur Iklim dan Relief. Kota-kota yang terlalu basah atau terlalu kering
tidak berkembang. Demikian pula kota-kota daerah perbukitan atau
pegunungan, pemekaran dibatasi oleh rintangan alami atau natural barries.
Tetapi unsur-unsur perintang ini pada masa sekarang tidak lagi merupakan
penghambat mutlak. Hambatan-hambatan tersebut dikurangi dengan
adanya kemajuan di bidang teknologi seperti adanya jembatan-jembatan,
terowongan-terowongan yang dapat menghubungkan kota-kota terisolir
dengan daerah di luar. Sebaliknya sebuah kota yang mempunyai elief datar
akal mempunyai jaringan jala yang padat sehingga perkembangan kotanya
dapat diharapkan berkembang dengan cepat. Apabila kalau kota-kota
tersebut mempunyai iklim yang sejuk dan lebih-lebih lagi kalau unsur
manusianya memiliki taraf teknologi dan budaya yang cukup tinggi, maka
kota-kota tersebut akan merupakan kota yang mnyenagkan.
3. Unsur Sumber Alam. Tambang minyak, gas, batuan, bauksit atau tanbangtangbang lainnya merupakan pemacu bagi tumbuhnya kota-kota yang baru
dan kota-kota baru tersebut akan mengalami perkembangan yang cepat.
Seperti beberapa kota di Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Jepang dan
juga beberapa kota di Indonesia. Kota-kota tersebut merupakan kota-kota
industri. Kegiatan dibidang perdagangan akan timbul, sehingga kota-kota
tersebut akan banyak menarik penduduk dari luar. Mereka bekerja dan
akhirnya menetap di kota-kota tersebut. Dengan demikian maka
selanjutnya kaota bertambah dan mengalami pemekaran.
4. Unsur Tanah. Revolusi agraris yang menyangkut pengolahan dan
penggunaan tanah secara efisien dan sistem trnsportasi yang mengimbangi
revolusi agraris tersebut merupakan faktor pendorong bagi kota-kota
kecil di tengah-tengah tanah pertaniannya. Lebih-lebih di daerah-daerah
yang tanahnya subur maka hasil pertaniannya akan cukup membiayai
pembangunan kota. Sebalikya di daerah-daerah yang tandus tanamanya
dan tandus barang tambang tidaklah dapat diharapkan adanya
perkembangan kota.
5. Unsur Demografi dan Kesehatan. Kesehatan penduduk akan mempengaruhi
angka kelahiran. Angka kelahiran yang tinggi dapat dicegah karena
cukupnya rumah-rumah sakit dan tenaga medis. Kota yang seha dan bersih
dapat pula menarik penduduk dari luar kota. Dengan keadaan demikian
kota-kota yang memiliki kebersihan dan lingkungan yang sehat akan dapat
berkembang.
6. Unsur Kebudayaan dan Pendidikan. Kota-kota yang memiliki berbagai jenis
sekolah, kegiatan dan berbagai jenis kegiatan serta sumber kebudayaan
akan menjadi kota yang amat menarik bagi pelajar, mahasiswa, budayawan
dan para wisatawan. Misalnya kota Malang, dikenal sebagai kota pelajar.
Arus pelajar dan mahasiswa tiap tahun bertambah. Kotanya menjadi makin
padat dan pemekaran kota menjadi pusat pemikiran para perencana kota
dan pemimpin setempat. Lokasinya di daerah pegunungan sehingga sangat
menguntungkan para pelajar karena suasananya tenang dan menyegarkan,
yang merupakan salah satu syarat keberhasilan studi.
7. Unsur Teknologi dan Elektrifikasi. Kemajuan dibidang teknologi sangat
mempengaruhi dunia industri, Revolusi Industri dan elektrifikasi
menyebabkan orang bebas memilih tempat tinggal. Radio, televisi dan alatalat pengangkutan bermotor mempunyai peranan penting yang tidak dapat
diabaikan dalam proses perkembangan kota. Daerah kekotaan atau urban
areas dapat menjadi lebih luas, karena faktor jarak tidaklah menjadi
masalah penghambat lagi.
8. Unsur Transportasi dan Lalu Lintas. Jalur jalan dalam kota dan jalur-jalur
penghubung kota dengan daerah di sekitar kota sangat berpengaruh dalam
ikut meningkatkan arus manusia dan arus barang antar kota. Asesbilitas
kota menjadi semakin besar dan dengan demikian sangat membuka
kemungkinan terjadinya konurbasi atau pemekaran kota ke berbagai arah.
Kota-kota yang terletak pada fokus lalu lintas yang ramai baik darat, laut
maupun udara akan mengalami perkembangan yang cepat.
8. Stadia Perkembangan Kota
Dari kesan uraian-uraian di atas, maka kelihatan bahwa kota-kota di dunia ini
berkembang secara bertahap. Kritenia mengenai stadia perkembangan kota
tentunya bermacam-macam. Salah satu menurut Griffith Taylor, yaitu:
Stadia Infantile. Dalam stadia ini antara daerah domestik dan daerahdaerah perdagangan tidak nampak ada pemisah. Demikian pula antara
daerah-daerah miskin dengan daerah-daerah yang didiami para wartawan.
Batas-batas kelompok masih sukar digambarkan. Selain daripada itu tokotoko dan perumahan pemilik toko masih menjadi satu sehingga dapat
mengganggu jalannya penjualan. Apalagi jika toko-toko itu dan perumahan
itu terdapat di sepanjang jalan yang ramai. Dalam keadaan yang demikian
lalu lintas menjadi sangat terganggu. Trotoar dan jalur jalan sempit yang
ada di muka toko akan menjadi arena permainan anak-anak kecil.
Stadia Juvenile. Dalam situasi ini dapat dilihat bahwa kelompok perumahan
tua sudah mulai terdesak oleh kelompok perumahan-perumahan baru.
Pemisah antara daerah pertokoan dengan daerah pemukiman sudah dapat
dilihat dalam stadia ini.
Stadia Senile. Stadia ini dapat pula disebut stadia kemunduran kota,
karena dalam stadia ini nampak bahwa dalam tiap zone terjadi
kemunduran-kemunduran karena kurang adanya pemeliharaan yang mungkin
dapat disebabkan oleh sebab ekonomis, politis, ataupun sebab-sebab
lainnya.
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Dari gambar 1, nampak bahwa daya tank dari luar kota adalah pada daerahdaerah
dimana kegiatan ekonomi banyak menonjol, yaitu di sekitar pelabuhan dan di
sekitar hinterland yang subur. Harga tanah di sepanjang jalan raya akan lebih
tinggi daripada tanah-tanah di sekitar pegunungan.
Pada gambar 2, nampak bahwa pusat-pusat kota lain yang mempunyai fungsi
sebagai kota industri dan kota dagang mempunyai daya tank di bidang usaha. Di
samping itu juga daerah-daerah di sekitar pusat rekreasi tidak kalah pula dalam
menarik penduduk kota keluar. Bangunan untuk peristirahatan, permainan anakanak, lapangan olah raga dan rumah makan berkembang di daerah tersebut.
Daerah-daerah di sekitar pegunungan dan laut yang merupakan daerah lemah,
tidak berarti bahwa mereka sama sekali tidak dapat menarik penduduk. Daerah-
daerah lemah tersebut juga masih menarik beberapa penduduk kota yang
berpenghasilan kecil. Mereka mencari tanah-tanah yang murah harganya. Pada
gambar 3 menunjukkan bahwa pemekaran kota berjalan ke segala arah. Kota-kota
semacam mi cepat menjadi kota besar atau kota metropolitan, dan sekitarnya
juga dapat timbul kota-kota satelit.
Beberapa masalah yang menyangkut pemekaran kota:
a. Masalah migrasi ke kota.
Perpindahan penduduk dari luar kota sering disebut dengan urbanisasi. Asal mula
aglomersi di daerah kekotaan atau urban aglomeration sebagai bentuk
pemukiman tidak diketahui dengan pasti. Seperti digambarkan sebelumnya,
pemukiman menetap tidak terjadi pada zaman sebelum neolitik. Desa-desa pada
zaman neolitik dibatasi oleh tingkat teknologi dan budaya penduduknya. Jumlah
penduduknya baru mencapai ratusan saja dan mereka sudah mulai nampak
permanen. Nampaknya, timbulnya dan berkembangnya kota-kota tergantung pada
4 (empat) faktor:
1) Jumlah penduduk
2) Penguasaan terhadap lingkungan alam
3) Tingkat kemajuan teknologi
4) Perkembangan organisasi sosial
Perkembangan kota terutama dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah penduduk.
Urbanisasi sebagai suatu proses dari konsentrasi penduduk menurut Hope
Tisdale Eldrige, mencakup dua unsur yaitu melipatgandakan tempat-tempat
konsentrasi dan bertambah luasnya pusat-pusat pemukiman.
Dalam rangka pengertian urbanisasi secara umum adalag perpindahan penduduk
dari desa kekota. Ada juga terjadi bahwa banyak dari penduduk kota
meninggalkan kota untuk bertempat tinggal di tempat-tempat yang mempunyai
suasana desa. Kebanyakan dari mereka adalah para pensiunan yang ingin
mengenyam ketenangan setelah beberapa puluh tahun hidup dengan suasana
serba cepat, serba sibuk dan penuh dengan kebisingan dan polusi lainnya.
Demikian pula ,bagi mereka yang sudah mempunyai unit usaha dibidang
perternakan dan pertanian diluar kota meninggalkan kotanya.
Arus penduduk ke kota banyak disebabkan oleh daya tarik ekonomi dan
kesempatan kerja yang ada dengan upah yang cukup. Di negara-negara sedang
berkembang seperti juga indonesia mengalami urbanisasi yang semakin luas dan
semakin populer. Disamping faktor-faktor yang menarik ada pula sebab-sebab
lain yang mendorong, antara lain menurunnya penghasilan penduduk di daerah
pedesaan sebagai akibat dari pertambahan penduduk di desa yang tidak dapat
Kegairahan hidup dikota tergantung pada prasarana dan sarana didalam kota dan
bagaimana mengatur prasarana dan sarana tersebut secara seimbang dan serasi.
Tiga unsur utama yang harus ada adalah:
Ruang, termasuk tanah dan lingkungan yang diatur dan digunakan untuk
mendirikan gedung dan banngunan. (1). Untuk kantor-kantor, bank, stasiun,
pasar, rumah sakit, dan sebagainya (2). Untuk jalur-jalur jalan yang
menghubungkan kata dengan tempat-tempat lain seperti jalan kabupaten,
jalan propinsi dan jalur-jalur kanan dan kota yang berfungsi sebagai urat
nadi dalam tubuh manusia. Jalan ini mensuplai kebutuhan penduduk ke
segala sudut. (3). Taman-taman olahraga, seperti lapangan sepak
bola,pacuan kuda taman bermain anak-anak dan sebagainya. (4). Tempattempat parkir
Pengatur kota, baik pengatur adminitratif maupun mengatur tata kota.
Mereka ini mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap lancarnya lalu
lintas barang keperluan kota. Selain dari pada itu juga keamanan kota yang
harus dijaga demi ketenangan kota.
Warga kota yang mengisi segala kesibukan kota dibidang pendidikan, seni
dan kebudayaan, perdangan besar dan kecil, transportasi dan
pengangkutan, pertokoan dan kelontong, rumah makan dan kegiatankegiatan lain dibidang organisasi kepemudaan, organisasi kewanitaan, para
ahli hokum, para dokter, para pegawai sipil dan militer.
Teori lain yang dikenal adalah Teori inti ganda atau Multiple Nuclei. Dalam teori
ini pola keruanganya tidak konsentris dan seolah olah meruakan inti yang berdiri
sendiri. Teori ni juga beranggapan bahwa tidak ada urutan-urutan yang teratur
dari zone-zone seperti yang dianggap oleh teori konsentris .
Daerah industri terletak dekat jalan raya, dekat sungai sehingga tidak
akan terjadi daerah-daerah industri yang mengelompok.
Kritik ini dapat dibenarkan juga, tetapi sudah di nyatakan lebih dahulu, bahwa
teori Burgess adalah teori ideal sifatnya dan tentunya tidak selalu tepat, karena
perbedaan kondisi geografis, ekonomi, kultral dan politik. Demikian dengan teoriteori lainya. Teori ini sebenarnya merupakan suatu usaha pendekatan akademis
terhadap
proses
dan
pola
perkembangan
daerah
kekotaan.