Anda di halaman 1dari 5

Nama : Lusi Mayasari Br Ambarita

NIM : 180250078
Kelas : V C Sosiologi
M.Kuliah : Sosiologi Organisasi dan Institusi Sosial
Dosen Pengampu : Dr. Suadi, M.Si,

Resume BAB IV
Dasar-dasar Perilaku Kelompok dan Memahami Kelompok/Tim Kerja

1. Hakikat dan Klasifikasi Kelompok, Thap Perkembangan Kelompok,


Kondisi Eksternal Kelompok Serta Sumber Daya Anggota Kelompok.
a. Hakikat dan klasifikasi kelompok
Greenberg dan Baron dalam buku wibowo (2014:163) mendefinisikan
kelompok sebagai kumpulan dari dua individu atau lebih yang berinteraksi
yang menjaga pola hubungan yang stabil, berbagai tujuan bersama, dan
merasakan diri mereka menjadi sebuah kelompok. Sedangkan menurut
Rivai dan Mulyadi (2012:191) menyebutkan bahwa kelompok adalah dua
individu atau lebih yang berintraksi dan saling bergantung untuk mencapai
sasaran tertentu.
Sudarmo (2000:57), memberikan defenisi kelompok sebagai dua orang
atau lebih berkumpul dan berinteraksi serta saling tergantung untuk
mencapai tujuan tertentu.
Duncam dalam Sofyandi (2007: 126), mengemukakan ada empat ciri utama
kelompok yaitu :
a. Common motive (s) leading to group interaction. Anggota suatu kelompok
paling tidak harus mempunyai satu tujuan bersama.
b. Members who are affected differently by their interacation. Hubungan dalam
suatu kelompok harus memberikan pengaruh kepada setiap anggotanya.
Tingkat pengaruh tersebut diantara mereka dapatberbeda.
c. Groupstructurewithdiferentdegressofstatus. Dalam kelompok selalu ada
perbedaan tingkat/status, kerana akan selalu ada pimpinan dan pengikut.
d. Standard norms and values. Karena kelompok tebentuk untuk mencapai tujuan
bersama, maka biasana pembentukannya disertai tingkah laku dan sistem nilai
bersama. Anggota kelompok diharapkan mengikuti polatersebut.
Thoha (2007: 85) menyebutkan, Orang yang pertama kali merumuskan dan
menganalisa suatu kelompok primer ini adalah Charles H.Cooley. Didalam
bukunya organisasi-organisasi sosial (social organizations), yang diterbitkan
untuk pertama kalinya tahun 1909.
Suatu kelompok primer harus mempunyai suatu perasaan keakraban,
kebersamaan, loyalitas, dan mempunyai tanggapan yang sama atas nilai dari para
anggotanya. Semua kelompok primer adalah kelompok yang kecil ukurannya,
tetapi tidak semua kelompok kecil adalah primer.
Sedangkan menurut Rifai dan Mulyadi (2012: 194) yang mengklasifikasikan
kelompok menjadi dua:
a. Kelompok Formal adalah suatu kelompok yang sengaja dibentuk untuk
melaksanakan suatu tugas tertentu. Anggota anggotanya biasanya diangkat
oleh organisasi. Contohnya komite atau panitia, unit-unit kerja seperti unit
bagian, laboratorium riset dan pengembangan, tim manajer, kelompok tukang
pembersih, dan sebagainya.
b. Kelompok Informal adalah suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi,
daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Anggota kelompok tidak
diatur dan diangkat, keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari
individu dan kelompok. Kelompok informal ini sering timbul berkembang
dalam kelompok formal, karena adanya beberapa anggota yang secara tertentu
mempunyai nilai-nilai yang sama yang perlu ditularkan sesama anggota
lainnya.

b. Tahap Perkembangan Kelompok


Ada lima tahap perkembangan kelompok menurut Robbins dan
Judge (2011:313), atau lebih dikenal dengan model lima tahap:
a. Tahap pembentukan (forming): dalam perkembangan kelompok yang
dicirikan oleh banyaknya ketidakpastian. Mengenai struktur, maksud
dan tujuan, dan kepemimpinan kelompok.
b. Tahap keributan (storming): artinya para anggota menerima baik eksistensi
kelompok, tetapi melawan adanya kendala-kendala yang dikenakan oleh
kelompok terhadap individualitas. Tahap keribuatan adalah tahap komflik
didalam kelompok (intragrup).
c. Tahap penormaan (norming): dicirikan oleh hubungan akrab dan ke kohesifan
(ke saling tertarikan) Tahap penormaan adalah tahap dimana berkembang
hubungan yang akrab dan kelompok menunjukan sifat kohesif (saling tarik).
d. Tahap pengerjaan (performing): dimana kelompok tersebut sepenuhnya
berfungsi dan diterima dengan baik.
e. Tahap penundaan (adjourning): tahap terakhir dalam perkembangan kelompok
dengan ciri kepedulian untuk menyelesaikan kegiatan kegiatan, bukan
melaksanakan tugas.
f. Model Alternatif adalah Kelompok ini memiliki urutan tindakan (atau bukan
tindakan) mereka sendiri.

c. Kondisi Internal Kelompok


Meliputi tujuan dan bagaimana cara untuk mencapai tujuan
a. Struktur Organisasi: Ketentuan mengenai otoritas yang dimiliki setiap
individu dalamorganisasi
b. Peraturan Formal: Ketentuan mengenai aturan, prosedur, serta kebijakan
dalamorganisasi
c. Sumber daya organisasional: Sumber daya yang dimaksud berupa uang,
waktu, bahan mentah, peralatan, yang dialokasikan organisasi pada
kelompok.
d. Evaluasi kinerja dan sistem ganjaran
e. Budaya organisasi: Standar anggota mengenai perilaku yang dapat diterima
dengan baik dan yang tidak dapat diterima.
d. Sumber Daya Anggota Kelompok
Ada dua sumber daya yang berperan sangat penting pada anggota individu
yaitu:
a. Kemampuan: Terdapat hubungan antara kemampuan intelektual dengan
relevansi terhadap tugas kinerja kelompok.
b. Karakteristik kepribadian: yaitu hubungan karakteristik kepribadian yang
positif dalam budaya terhadap produktivitas, semangat dan kekohesipan
kelompok.

e. Kinerja dan KepuasanKelompok


Miftah Thaha (2007: 80) mengemukakan bahwa kelompok di katakan
produktif jika anggotanya memiliki keterampilan yang mendukung sumber daya.
Ada beberapa variabel yang berhubungan dengan kinerja yaitu: persepsi peran,
norma, status, ukuran kelompok, tugas kelompok, dan kekohesifan.

f. Teori PembentukanKelompok
Teori pembentukan kelompok yang lebih komprehensif adalah suatu
teori yang berasal dari George Homans di dalam buku Miftah Thaha,
Teorinya berdasarkan pada aktivitas-aktivitas, interaksi-interaksi, dan
sentimen-sentimen (perasaan atau emosi). Tiga elemen ini satu sama lain
berhubungan secara langsung, dan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Semakin banyak aktivitas-aktivitas seseorang dilakukan dengan
orang lain (shared), semakin beraneka interaksi interaksinya, dan
juga semakin kuat tumbuhnya sentime-sentienmereka.
b. Semakin banyak interaksi-interaksi diantara orang-orang, maka
semain banyak kemungkinan aktivitas-aktivitas dan sentimen
yang ditularkan (shered) pada orang lain.
c. Semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada
orang lain, dan semakin banyak sentimen seseorang dipahami oleh
orang lain, maka semakin banyak kemungkinan ditularkannya
aktivitas dan interaksi-interaksi.

g. Pengambilan Keputusan Kelompok


Menurut David W. Johnson di dalam buku Badeni (2013: 116),
mengatakan bahwa banyak penelitian yang menunjukkan pengambilan
keputusan kelompok lebih baik dalam suatu organisasi jika di bandingkan
dengan pengambilan keputusan secara individu. Alasannyaadalah:
a. Proses kelompok menimbulkan proses again atau proses baru
b. Mempebaiki kesalahan orang lain
c. Memiliki lebih banyak informasi
d. Meningkatkan motivasi berprestasi
e. Dapat mengubah sikap dan perilaku anggota

h. Metode Pengambilan Keputusan


Stephen P.Robbins mengajukan beberapa metode dalam
pengambilan keputusan untuk dipertimbangkan, diantaranya yaitu:
a. Decision by authority without group discussion. Pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh seorang pemimpin tanpa meminta pendapat dari
anggotanya terlebih dahulu.
b. Decision by expert. Pengambilan keputusan diserahkan pada satu
orang atau beberapa orang yang dianggap sudah ahli
c. Decision by averaging individual’s opinion. Pengambilan keputusan
dilakukan melalui pendapat anggota secara umum mengenai
satupermasalahan
d. Decision by authority after group discussion. Pengambilan keputusan
dilakukan oleh pemimpin setelah melakukan diskusi dengan anggotanya.
e. Decision by majority vote. Pengambilan keputusan dilakukan dengan
cara meminta semua anggota untuk menyatakan setuju atau tidak
terhadap sesuatu.

2. Tim vs Kelompok kerja, Tipe Tim, Membentuk Tim yang Efektif.


a. Tim vs Kelompok
Robert B.Maddux telah membedakan keduanya sebagaimana berikut: Adapun
kelompok, memiliki ciri ciri:
1. Anggota menganggap pengelompokan mereka hanya untuk kepentingan
Administratif.
2. Anggota cenderung memperhatikan dirinya sendiri karena tidak dilibatkan
dalam penetapan sasaran.
3. Anggota diperintah untuk mengerjakan pekerjaan, bukan diminta saran
untuk mencapai sasaran yang baik.
4. Anggota tidak percaya dengan rekan kerjanya karena tidak memahami
peran anggota lainnnya.
5. Anggota kelompok sangat hati-hati dalam menyampaikan pendapatnya
karena kurang toleransi.

b. Tipe Tim
LePine, Wesson dalam Wibowo (2013: 183) mengelompokkan Tim menjadi
5 yaitu:
1. Work Team.
2. Management Teams.
3. Parallel Teams.
4. Project Teams.
5. Action Teams.

c. Isu Kontemporer dalam Pengelolaan Tim


Dalam bagian ini dibahas empat isu yang berkaitan dengan
pengelolaan tim:
1. Bagaimana perundan-undangan merusak upaya untuk
melaksanakantimdalamorganisasiberserikat-buru?
2. Bagaimana tim mempermudah penagambilan manajemen
kualitastotal?
3. Apakah implikasi dan keanekaragaman angkatan kerja pada
kinerjatim?
4. Bagaimana manajemen menggiatkan kembali tim yang macet?
5. Tim dan undang-undang tenaga kerja

d. Tim dan Manajemen Kualitas Total


Hakikat Total quality management adalah perbaikan proses dan pelibatan
karyawan, yang merupakan bagian vital dari perbaikan proses. Dengan kata
lain total quality manajement menuntut manajemen untuk mendorong para
karyawan untuk berbagi gagasan dan bertindak sesuai dengan apa yang
mereka sarankan. Seperti yang dikemukakan oleh satu pengarang “Tidak
satupun dari berbagai proses dan teknik total quality management akan
dimengerti dan diterapkan kecuali dalam tim-tim kerja.

e. Tim dan Keanekaragaman Angkatan Kerja


Keanekaragaman pada tim kerja adalah bila tim itu sibuk dalam
tugas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Tim yang
heterogen membawa perspektif ganda kedalam pembahasan.

Anda mungkin juga menyukai