Anda di halaman 1dari 7

Kohesi dan Perkembangan

Pengertian Kohesi

Kohesi dalam kelompok sangat berpengaruh terhadap dinamika suatu kelompok. Kohesi dalam
kelompok akan terus muncul selama kelompok tersebut masih ada. Kelompok yang memiliki
derajat kohesi yang sangat rendah akan terpecah-pecah, dan anggotanya satu per satu keluar dari
kelompok. Derajat kohesi dalam kelompok menunjukkan tingkat kesehatannya.

Menurut (Walgito,2007) mengemukakan Kohesi Kelompok ialah bagaimana para anggota


kelompok saling menyukai dan saling mencintai satu dengan yang lainnya. Shaw (1979; dalam
Walgito, 2007:46) mengemukakan bahwa tingkatan kohesi akan menunjukkan seberapa baik
kekompakkan dalam kelompok yang bersangkutan. Untuk mengetahui tingkatan kohesivitas
kelompok, maka umumnya kita menggunakan metode sosiometri (Shaw, 1979)

Hornby (2000) mendefinisikan kohesif adalah pembentukan agar menjadi sebuah


kesatuan. Selanjutnya, Alwi., dkk (2005) mendefinisikan kohesi adalah melekat satu dengan
yang lain, berpadu, berlekatan.

Kohesi dalam kelompok terdiri dari 4 macam yaitu:

1. kohesi social (social cohesion)


kohesi social merupakan ikatan dalam kelompok yang terbentuk karena ada keinginan
untuk tetap bersama agar kelompok tetap utuh untuk menghadapi usaha-usaha yang
mendorong mereka untuk berpisah. Sehingga kohesi sosial merupakan usaha total
anggota untuk tetap bertahan dalam kelompok.
2. kohesi tugas (task cohesion)
kohesi tugas adalah ikatan dalam kelompok yang terbentuk akibat keinginan untuk
bekerja sama dalam menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai tujuan.
3. kohesi persepsi (perceived cohesion)
kohesi presepsi adalah ikatan dalam kelompok terbentuknya akibat adanya kekuatan yang
menyebabkan anggota kelompok saling bersatu dan membentuk kelompok besar.
4. kohesi emosi (emotional cohesion).
Kohesi emosi adalah ikatan dalam kelompok yang terbentuk akibat ikatan emosional
anggota yang kuat terhadap kelompoknya. Keadaan ini disebut juga dengan Esprit de
Corps, yaitu rasa untuk saling bersatu, berkomitmen, percaya diri, dan antusias terhadap
kelompok yang timbul pada sebagian besar anggota.

Perkembangan Kelompok

Model proses pengembangan kelompok Ada 2 jenis interaksi kelompok yang dipandang
sangat efektif untuk meningkatkan kerjasama tim atau kelompok. Yang pertama adalah rapat dan
yang kedua adalah pembangunan tim. Keduanya dapat terjadi oleh adanya peran-peran yang
dibawakan oleh para anggota tim atau kelompok dan pemimpinnya. Hasil akhir suatu kelompok
yang dinamis adalah adanya kinerja individual yang baik dan akhirnya mempengaruhi kinerja
kelompok yang baik pula dan proses keorganisasian menjadi efektif dan efisien.

Kelompok sebagaimana individu juga perlu belajar untuk pengembangan diri. Hal ini
disebabkan oleh adanya asumsi bahwa kinerja kelompok bergantung kepada kegiatan belajar
seseorang dan seberapa jauh anggota kelompok mau belajar kerjasama dengan anggota lain.
Salah satu model proses pengembangan kelompok antara lain adalah:

a) Saling Menerima (Mutual Acceptance)


Awal pembentukan kelompok, para anggota kelompok sering merasa segan dan malu-
malu untuk berkomunikasi. Pada tahap awal ini para anggota masih menimbang-
nimbang tentang manfaat dan kerugian berinteraksi dengan orang lain. Ada teori
pertukaran yang disampaikan oleh Thibaut& Kelley (dalam marvin E.Shaw,1981:82)
yang intinya mengatakan apabila seseorang merasa bahwa interaksinya dengan orang
lain dinilai dapat mendatangkan hasil yang lebih tinggi dibanding standar harapannya
maka interaksi yang dibangun akan dirasakan bermanfaat dan nyaman, sehingga
komunikasi akan berlanjut dan berkembang.
b) Komunikasi dan Pengambilan Keputusan
Dalam kondisi adanya saling menerima dan saling percaya di dalam kelompok, maka
interaksi antar pribadi yang terjadi akan menumbuhkan proses komunikasi yang
terbuka dan meningkatkan saling percaya satu sama lain. Keputusan merupakan sarana
untuk menccapai hasil atau untuk memecahkan masalah. Keputusan adalah hasil suatu
prosees yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Keputusan harus dianggap lebih sebagai
cara katimbang sebagai tujuan. Keputusan merpakan mekanisme organisasi untuk
melakukan upaya mencapai keadaan yang diinginkan. Sebenarnya keputusan adalah
tanggapan organisasi atas sebuah masalah. Setiap keputusan merupakan hasil dari
proses dimanis yang dipengaruhi oleh kekuatan besar.
c) Motivasi dan produktivitas
Tahap ini merupakan tahap yang sangat positif, mengingat motivasi kerja sering
menjadi masalah yang dilematis bagi para manajer. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
kebutuhan manusia yang bermacam-macam dan ingin dipuaskan. Sedangkan kebutuhan
manusia dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi internal dan eksternal yang
mempengaruhinya.
Dalam perkembangan kemampuan kelompok menuju kinerja yang positif dan tinggi,
maka kesempatan berperan serta dalam pengambilan keputusan , munculnya kondisi
saling percaya, saling mendukung dan lingkungan kerja yang favourable dapat
menimbulkan motivasi yang positif dan terjadi terus menerus dalam diri para pekerja.
d) Pengendalian dan organisasi
Tahap ini adalah tahap pengembangan kelompok yang memberikan kemungkinan
menilai hubungan antar anggota kelompok dan para anggotanya mematuhi norma-
norma kelompok. Tujuan kelompok lebih diutamakan daripada tujuan karyawan secara
individual. Ada usaha untuk memberlakukan sistem reward and punishment yang
ditaati oleh semua anggota kelompok.
Mereka percaya akan memperoleh imbalan apabila dapat memberikan kemampuan dan
kreatifitasnya yang terbaik, dan akan memperoleh hukuman apabila melanggar norma
kelompok, bahkan tidak memperoleh imbalan apabila produktivitasnya kecil.
Pengendalian alam bentuk ini akan lebih efektif dalam kondisi yang normal. Organisasi
yang berkembang kemudian adalah organisasi partisipatif yang ditandai oleh
keterlibatan yang besar dalam diri para anggota organisasi.

Sebuah kelompok berkembang melalui lima tahapan yaitu:

1) Tahap Orientasi atau pembentukan;


Tahap pertama, pembentukan, dicirikan oleh banyak sekali ketidakpastian mengenai
maksud, struktur, kepemimpinan kelompok. Para anggota mengujicoba untuk
menentukan tipe-tipe perilaku apakah yang dapat diterima baik. Tahap ini selesai ketika
para anggota mulai berpikir tentang diri mereka sendiri sebagai bagian dari suatu
kelompok
2) Tahap Konflik atau pergolakan;
Satu dari konflik intrakelompok. Para anggotanya menerima keberadaan kelompok
tersebut, tetapi terdapat penolakan terhadap batasan – batasan yang diterapkan kelompok
tersebut terhadap setiap individu. Lebih jauh lagi, terdapat konflik atas siapa yang akan
mengendalikan kelompok tersebut. Ketika tahap ini selesai, terdapat sebuah hierarki yang
relatif kelas atas kepemimpinan dalam kelompok tersebut.
3) Tahap Struktur atau pembentukan norma/aturan;
Tahap ketiga ini adalah tahap di mana hubungan yang dekat terbentuk dan kelompok
tersebut menunjukkan kekohesifan. Dalam tahap ini terdapat sebuah rasa yang kuat akan
identitas kelompok dan persahabatan. Tahap normalisasi (norming stage) ini selesai
ketika struktur kelompok tersebut menjadi solid dan kelompok telah mengasimilasi
serangkaian ekspektasi definisi yang benar atas perilaku anggota.
4) Tahap Bekerja atau pelaksanaan tugas
Pada titik ini struktur telah sepenuhnya fungsional dan diterima. Energi kelompok telah
berpindah dari saling mengenal dan memahami menjadi mengerjakan tugas yang ada.
5) Tahap Disolusi atau penundaan.

Proses yang umumnya terjadi pada tahap orientasi antara lain:

1. Anggota kelompok saling berkenalan dengan anggot lain


2. Terdapat permasalahan inklusi dan ketergantungan antar kelompok
3. Terdapat penerimaan anggota kelompok terhadap kepemimpinan dan kesepakatan
kelompok

Karakteristik pada tahap orientasi adalah komunikasi berlangsung sementara dan sopan santun;
komunikasi terpusat pada hal-hal yang belum jelas dan tujuan kelompok; pemimpin bersifat aktif
dan anggota masih patuh pada pimpinan. Proses yang umumnya terjadi pada tahap konflik
adalah:
1. Terdapat ketidak setujuan terhadap prosedur-prosedur tertentu
2. Terdapat pengungkapan ketidak puasan oleh anggota kelompok
3. Terjadi ketegangan antar anggota kelompok
4. Terjadi tolak belakang dengan pemimpin

Karakteristik pada tahap konflik adalah kritik terhadap ide-ide; kehadiran anggota yang buruk;
permusuhan; polarisasi dan koalisi dalam kelompok.

Proses yang terjadi pada tahap Strukturisasi adalah

1. Kohesi dan persatuan kelompok meningkat


2. Pembentukan peran anggota, standar, dan hubungan antar anggota
3. Kepercayaan antar anggota dan komunikasi meningkat

Karakterisktik yang terjadi pada tahap strukturisasi adalah persetujuan pada prosedur;
berkurangnya peran anggota yang tidak jelas; dan meningkatnya rasa “kekitaan” atau we-feeling.

Proses yang terjadi pada tahap Bekerja adalah:

1. Terjadi pencapaian tujuan


2. Orientasi tugas yang tinggi
3. Mengutamakan kinerja dan produktivitas

Karakteristik yang terdapat pada tahap bekerja antara lain: pengambilan keputusan, pemecahan
masalah, dan kerjasama yang saling menguntungkan. Pada tahap Disolusi, proses yang terjadi
antara lain:

1. Penuntasan peran anggota


2. Penyelesaian tugas
3. Berkurangnya ketergantungan antar kelompok.

Karakteristik yang timbul pada tahap disolusi antara lain: terjadi pemisahan dan penarikan
anggota; terjadi peningkatan untuk tidak bergantung pada anggota lain dan peningkatan
emosional; dan pengabaian anggota oleh anggota lain.
Konsekuensi Kohesi Dalam Kelompok

Konsekuensi yang ditimbulkan akibat kohesi dalam kelompok bermacam-macam, baik yang
bersifat positif maupun negatif.

Konsekuensi positif dari kohesi dalam kelompok antara lain adalah:

1. Kohesi membentuk situasi kerja yang menyehatkan secara psikologis, karena antar
anggota menunjukkan respon yang positif pada anggota yang lain
2. Individu yang terlibat dalam kelompok kohesif lebih terlibat secara aktif, lebih antusias
terhadap kelompok, dan kadang terhindar dari masalah sosial dan interpersonal
3. Dinamika yang terjadi dalam kelompok menjadi lebih intensif, sehingga tekanan untuk
bekerja dalam kelompok menjadi lebih besar
4. Anggota kelompok menjadi lebih produktif

Konsekuensi negatif dari kohesi dalam kelompok antara lain:

1. Kohesi bisa menyebabkan situasi yang emosional yang anggotanya. Kondisi ini kadang
diidentikkan dengan satu kondisi psikis yang disebut old sergeant syndrome, yaitu gejala-
gejala gangguan psikis yang terjadi pada salah satu anggota kelompok yang sangat loyal.
Gangguan tersebut meilputi depresi, kecemasan, dan merasa bersalah, serta bisa berujung
pada upaya bunuh diri
2. Dapat menyebabkan permusuhan pada beberapa anggota yang berbeda pandangan, akibat
tingginya keterikatan terhadap kelompok
3. Dapat mengurangi persatuan dalam kelompok
Forsyth, Donelson R. 2010. Group Dynamics, 5th edition. Wadsworth: Cengeage Learning.

Perilaku Organisasi, Organizational Behavior. Stephen P. Robbins. Timothy A. Judge (358 –


360)

Wirawan, Sarlito, 1997, Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan,
Universitas Indonesia, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai