DI SUSUN OLEH :
3. OUTPUT
Komponen Hasil
Simplicity a) Informasi yang dibutuhkan untuk penegakan
kasus ISPA ditetapkan dengan pemeriksaan
laboratorium seperti tes bakteri dari dahak,
pemeriksaan darah lengkap, dan hasil
bronchoscopy. Informasi lain berupa
karakteristik nama, usia, jenis kelamin,
domisili, gejala klinis, faktor/kontak paparan
dan daftar kontak erat kasus
b) Sumber Pelaporan
kunjungan pasien ke puskesmas, dari
masyarakat, RT/RW, kader kesehatan,
posyandu, posbindu, BPS (Bidan Praktek
Swasta) dan klinik atau dokter praktek.
c) Penyaluran Informasi
Informasi laporan dikirimkan secara daring
setiap bulan ke dinas kesehatan kota kediri
dalam bentuk pesan melalui simpus
d) Organisasi yang terlibat
Dinas Kesehatan Kota Kediri, Perangkat Desa,
Kader, dan bidan/perawat.
e) Pelatihan yang dibutuhkan
Sudah dilakukan pelatihan dan peningkatan
pemahaman tentang cara pelaporan
f) Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan untuk kepentingan
pelaporan dan diinput dalam software
microsoft excel dalam bentuk tabel, sudah ada
rumus dari dinas kesehatan kota kediri dan
petugas dapat menguasai surveilans ISPA.
g) Pemakai Informasi
Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri,
Bidan/perawat, Perangkat Desa, Kader dan
Pemerintah Provinsi/Pusat untuk gambaran
rekapitulasi nasional.
h) Cara Penyebaran Pelaporan
Pelaporan ke dinas kesehatan atau instansi
terkait melalui e-mail, simpus. sedangkan
penyebaran kepada masyarakat melalui media
cetak/elektronik, penyuluhan rutin.
i) Waktu
Pelaporan dilakukan setiap minggu walaupun
tidak ditemukan kasus ISPA, petugas
surveilans tetap melakukan pelaporan pada
Dinas Kesehatan kota Kediri
Flexibility Sistem surveilans ISPA dapat dikatakan fleksibel
karena menerapkan sistem surveilans influenza dan
penyakit menular lain seperti SARS dan UPTD
puskesmas balowerti kota Kediri dapat menerapkan
dan menyesuaikan secara cepat perubahan definisi
kasus ISPA serta laporan kontak erat setelah diberi
pelatihan.
Acceptibility a) Petugas surveilans dapat mengisi formulir
dengan mudah dan lengkap. Isi formulir dapat
dipahami dan dikerjakan oleh Bidan/Perangkat
desa setempat
b) Laporan Terisi Lengkap
c) Kasus suspect bisa langsung di laporkan
melalui bidan desa dan kader
d) Laporan dikirim tiap bulan menggunakan
email atau simpus
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari Evaluasi Penyelenggaraan Survailans ISPA di
UPTD Puskesmas Balowerti dari awal identifikasi input, proses, dan output
tidak ada kendala. Hanya saja petugas surveilans ISPA di UPTD Puskesmas
Balowerti tidak sesuai dengan pedoman yang ada yakni Jumlah tenaga yang
tersedia hanya sebanyak 1 orang tenaga medis dan 1 orang paramedis,
sedangkan menurut pedoman tenaga P2 ISPA di puskesmas seharusnya
terdiri dari 1 orang tenaga medis dan 2 orang tenaga paramedis.
Ketidaksesuaian ini dikarenakan jumlah tenaga puskesmas yang terbatas dan
banyaknya program atau upaya kesehatan yang harus dilaksanakan oleh
puskesmas sehingga tidak bisa memenuhi standart.
B. Saran
Diharapkan kepada pihak puskesmas terutama koordinasi dengan pihak
atasan/pimpinan terkait penambahan petugas pelaksana surveilans ISPA
tersebut agar program atau upaya kesehatan dapat dapat memenuhi standart.
Pemerintah daerah setempat perlu memperhatikan terkait keberlanjutan
sistem surveilans yang terintregasi agar nantinya siap dan tanggap dalam
menghadapi permasalahan kesehatan dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kota Kediri . 2019. Badan Pusat Statistik Kota Kediri
Dalam Angka 2019. BPS Kota Kediri.
Choiriyah, S. and Anggraini, D. N. (2015) ‘Evaluasi Input Sistem Surveilans
Penemuan Penderita Pneumonia Balita Di Puskesmas’, Unnes
Journal of Public Health, 4(4), pp. 136–145. doi:
10.15294/ujph.v4i4.9689.
Depkes RI, 2007, Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Yang Cenderung Menjadi Epidemi Dan Pandemi Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan,
http://www.who.int/esr/resouseces/puplications/
csrpublications/en/index7.html
Profil Kesehatan Puskesmas Balowerti Tahun 2021, Kota Kediri: Dinas
Kesehatan Kota Kediri
Kementrian Kesehatan RI. (2015). Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan
Indonesia 2014. Jakarta : Kemenkes RI
Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes Ri
National, G. and Pillars, H. (2018) ‘Buku Ajar Surveilans’.
Nugraheni, D. (2012) ‘Gambaran Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi Penyakit
Demam Berdarah Dengue Ditinjau Dari Aspek Petugas Di Tingkat
Puskesmas Kota Semarang Tahun 2011’, 1, pp. 1–10.
Ramani, Vinod K, et al. (2016). Acute Respiratory Infections among Under-Five
Age Group Children at Urban Slums of Gulbarga City: a
Longitudinal Study. Journal of Clinical and Diagnostic Research:
JCDR, 10(5), 8. DOI: 10.7860/JCDR/2016/15509.7779
Sidjabat, F. N. and Arthameivia, R. E. (2021) ‘Evaluasi Penyelenggaraan
Surveilans COVID-19 di UPTD Puskesmas Pare Kabupaten
Kediri’, Journal of Health Epidemiology and Communicable
Diseases, 7(1), pp. 1–9.
World Health Organization (WHO). Maternal Mortality in 2005. Geneva :
Departement of Reproductive Health and Research WHO; 2007.
WHO. 2013. World Health Day 2013: Measure Your Blood Pressure, Reduce
Your Risk.
Wijayaningsih, K.S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: TIM.