2. a. Sebut dan jelaskan tentang proses munculnya konflik, tipe, dan sumber konflik!
b. Apa saja strategi yang dapat dilaksanakan dalam manajemen konflik pada suatu
Lembaga atau perusahaan?
1. Usaha Café
2. Usaha Laundry
3. Usaha Travel
b. Buatlah rencana bagan organisasi lengkap beserta nama dan jabatan dari usaha yang
Saudara pilih, kemudian identifikasi dari struktur organisasi tersebut apa yang
dimaksud dengan chain of command, chain of control, departementalization dan
division of work. Khusus untuk departementalization, tentukan pendekatan apa yang
paling tepat untuk mewujudkan tujuan organisasi, jelaskan pula alasannya.
4. a. Coba jelaskan Budaya organisasi, berikan contoh budaya organisasi ditempat
sdr bekerja !
b. Mengapa Budaya Organisasi penting bagi suatu organisasi?
pemimpin yang kharismatik. Jelaskan karakteristik kepemimpinan seperti ini dan dalam
hal apa kepemimpinan ini dibutuhkan?
c. Sebutkan salah satu contoh pemimpin besar yang saudara ketahui. Menurut Saudara,
jenis gaya kepemimpinan apa yang digunakan pemimpin tersebut dalam memimpin
anggotanya? Uraikan secara konseptual alasan pendapat Saudara. Menurut Saudara,
apakah gaya kepemimpinan tersebut sudah tepat atau belum? Jelaskan pendapat
Saudara!
2.
JAWAB
1.
a. Setuju, Karena Kelompok informal terbentuk secara alamiah dalam suasana kerja
yang muncul sebagai tanggapan terhadap kebutuhan kontak social, sehingga
kelompok Informal memiliki ikatan yang kuat dan tujuan yang sejalan. Apabila
kelompok informal dibentuk menjadi kelompok formal akan menyebabkan ikatannya
akan jauh lebih kuat dan proses penyelesaian pekerjaan dalam kelompok akan jauh
lebih mudah.
b. Grup adalah sejumlah orang yang bekerja bersama. Mereka memiliki gol perorangan
yang diusahakan bersama-sama. Walaupun berusaha mencapai gol sendiri-sendiri,
grup memiliki minat yang berkaitan atau identitas yang menyatukan mereka.
Sedangkan tim adalah sejumlah orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan atau
gol bersama. Setiap tim merupakan gabungan dari beberapa bagian tim, artinya
anggota tim saling tergantung untuk mencapai hasil.
Pembentukan grup adalah merupakan suatu rangkaian proses yang dinamis yang
terdiri atas beberapa fase berikut :
Forming (pembentukan). Adalah fase awal, keadaan ketikpastian akan tujuan, struktur
dan kepemimpinan kelompok harus dihadapi.
Storing (merebut hati). Di cirikan dengan banyak konflik intrakelompok. Anggota
menerima kebenaran kelompok, tetapi menolak pengendalian kelompok oleh individu
tertentu.
Norming (pengaturan norma). Manggambarkan adanya perkembangan hubungan dan
kelompok menunjukan adanya kohesi (kepaduan).
Performing (melaksanakan). Fase ini memperlihatkan fungsi kelompok berjalan
dengan baik dan diterima oleh anggota.
Anjourning (pengakhiran). Merupakan fase terakhir yang ada pada kelompok yang
bersifat temporer, yang di dalamnya tidak lagi berkenan dengan pelaksanaan tugas,
tetapi suatu rangkaian kegiatan.
2.
Konfrontasi. Pada tahap ini, konflik menjadi semakin terbuka. Jika hanya satu pihak
yang merasa ada masalah, mungkin para pendukungnya mulai melakukan aksi
demonstrasi atau perilaku konfrontatif lainnya.
Krisis. Tahap ini merupakan puncak konflik, ketegangan dan/atau kekerasan terjadi
paling hebat. Komunikasi normal di antara kedua pihak kemungkinan putus.
Pernyataan umum cenderung menuduh atau menentang pihak lain.
Akibat. Suatu krisis akan menimbulkan akibat. Satu pihak ingin menaklukan pihak
lain, satu pihak mungkin menyerah atau menyerah atas desakan pihak lain. Kedua
pihak mungkin setuju bernegosiasi, dengan atau tanpa bantuan perantara. Apapun
keadaaannya, tingkat ketegangan konfrontasi dan kekerasan pada tahap ini agak
menurun, dengan kemungkinan adanya penyelesaian.
Sumber konflik bisa timbul karena adanya beberapa sebab antara lain:
Konflik individu, timbul ketika seorang individu sedang menghadapi pekerjaan yang
tidak disukainya di satu sisi tetapi harus dilakukannya pada sisi yang lain sebagai
bentuk konsekuensi dari status dan jenjang kepangkatan yang melekat pada dirinya.
Selain itu pada situasi tertentu seseorang akan mengalami konflik individu ketika
target pekerjaan yang harus diselesaikannya tidak didukung oleh kemampuan teknis
yang dimilikinya karena faktor pendidikan, usia, dan kesehatan.
Konflik antar individu, timbul dalam suatu organisasi akibat perbedaan latar belakang,
etnis, suku, agama, tujuan, dan kepribadian antar individu. Konflik semacam ini juga
bisa muncul karena antar individu dibedakan oleh peranan masing-masing dalam
organisasi seperti direktur dengan manajer, manajer dengan mandor, dan mandor
dengan para buruh atau sebaliknya. Perbedaan peran tentunya memunculkan
perbedaan tujuan, orientasi, dan kepentingan masing-masing.
Konflik antara individu dengan kelompok, hal ini terjadi karena individu tertentu
seabagai bagian dari kelompok dalam suatu organisasi tidak/kurang bisa memberikan
manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga dikucilkan dari
pergaulan kelompok tersebut. Perasaan dikucilkan, tidak dihargai, tidak
dipandang/dihormati seperti individu yang lain menimbulkan konflik individu yang
dapat mengganggu integritas dan keseimbangan hubungan antar individu sehingga
dapat merugikan organisasi secara keseluruhan.
Konflik antar kelompok, konflik ini terjadi karena perbedaan kepentingan dan tujuan
yang satu sama lain tidak ada yang mau mengalah. Biasanya konflik antar kelompok
ini muncul karena ingin saling menguasai, yang mayoritas merasa lebih berhak
menjadi pemimpin dan menentukan tujuan kelompok tersebut. Sedangkan kelompok
minoritas berasumsi bahwa dalam kelompok tidak bolah ada superior dan inferior,
semua memiliki hak dan kewajiban yang sama, berhak atas perlakuan dan keadilan
yang sama.
Konflik antara kelompok dengan organisasi, konflik ini timbul ketika organisasi
menuntut target produktivitas terlalu tinggi sedangkan para individu anggota
organisasi hanya bisa memberikan terlalu rendah. Seorang direktur ingin
perusahaannya maju dengan tingkat produksi yang optimal agar dicapai laba
perusahaan secara optimal pula, sementara dari sisi manajer, mandor, buruh/karyawan
berkeinginan bagaimana memperoleh gaji/upah yang setinggi-tingginya agar dapat
mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya
Konflik antar organisasi, timbul sebagai akibat persaingan bisnis, persaingan
memperoleh pengakuan/pengaruh dari masyarakat, kesalahpahaman antar individu
anggota organisasi saja tetapi mengakibatkan eskalasi masalahnya melibatkan
masing-masing organisasi sehingga pihak manajemen harus turun tangan. Dari sisi
bisnis, perang harga, perebutan pangsa pasar, pengembangan produk, dan kemajuan
teknolgi menimbulkan konflik sesama organisasi.
b. Strategi Manajemen Konflik. Ada berbagai strategi yang dapat digunakan untuk
mengatasi konflik seperti di bawah ini.
Akomodatif. Akomodatif atau accommodating di dalam melaksanakan manajemen
konflik ini adalah Anda sebagai pihak ketiga diharap dapat menjadi penengah
terjadinya konflik dengan membuka diri untuk menerima dan menampung seluruh
aspirasi, pandangan, dan pendapat dari kedua belah pihak yang terlibat konflik.
Namun, jika Anda bertindak sebagai pembuat keputusan, dengan adanya solusi yang
tepat, strategi ini sangat bisa digunakan untuk menguntungkan salah satu pihak atau
semua pihak secara adil.
Menghindari. Strategi menghindari atau avoiding di dalam manajemen konflik
dilakukan sebagai langkah antisipasi yang dilakukan untuk dapat mencegah dan
menghindari potensi konflik. Di sini, seseorang dituntut harus memiliki daya analisis
yang tajam terhadap dinamika organisasi dan tim. Selain itu, seseorang juga dituntut
untuk mampu mengidentifikasi adanya berbagai hal yang dapat menjurus ke konflik
antaranggota tim sehingga dapat mengambil kebijakan yang tepat sebelum terlanjur
terjadi sebuah konflik.
Kolaborasi. Strategi kolaborasi atau collaborating ini mampu mengubah konflik
menjadi hal yang positif. Caranya yakni dengan membiarkan semua pihak yang
terlibat di dalam konflik mampu berkolaborasi. Meski demikian, strategi manajemen
konflik ini hanya akan efektif bila kedua belah pihak yang memiliki konflik bisa
menyepakati tujuan bersama.
Kompromi. Strategi manajemen konflik selanjutnya adalah kompromi, di mana proses
penyelesaian konflik dilakukan dengan upaya untuk mencapai kompromi, ketika
masing-masing pihak yang terlibat dapat menurunkan atau mengurangi tuntutan,
kepentingan, keinginan, atau kehendak, sehingga dapat menghasilkan titik temu yang
dapat diterima kedua belah pihak.
Kompetisi. Strategi kompetisi atau competeting untuk melaksanakan manajemen
konflik ini dilakukan dengan cara membiarkan kedua belah pihak yang berkonflik
untuk dapat berkompetisi secara sehat. Anda sebagai penengah atau ‘wasit’ dapat
memantau dan mengawasi kedua belah pihak. Meski dalam beberapa kasus cara ini
cukup adil dan fair, namun biasanya menghasilkan solusi yakni mendapatkan pihak
yang menang dan kalah.
Konglomerasi. Strategi konglomerasi atau conglomerating ini merupakan cara
menyelesaikan konflik atau strategi manajemen konflik dengan menggabungkan
beberapa strategi di atasi dengan dilakukannya sebuah kompromi. Kompromi adalah
tipe manajemen konflik yang paling umum dilakukan bukan untuk menghasilkan win-
win solution, tetapi untuk memenangkan semua pihak dan tidak ada yang dirugikan
3.
b. strukturorganisasilaundry
bedasehinggaperludikelompokkanberdasarkanpembagiankerja.
Denganmenerapkanprinsip ini,
4.
5.
a. Kepemimpinan karismatik adalah bagaimana cara seorang pemimpin berkomunikasi
dengan membangkitkan empati dan emosi yang kuat pada orang-orang sekitarnya.
Menurut PsychologyToday, tujuannya untuk mengajak membuat perubahan positif
dalam hidup mereka
gaya kepemimpinan dengan menonjolkan karisma untuk menarik dan menginspirasi
pengabdian oleh orang lain. Itu adalah salah satu contoh gaya yang berpusat pada
pemimpin, selain kepemimpinan otoritatif dan transaksional. Pemimpin lebih percaya
pada visi dan kemampuannya sendiri daripada pada para pengikut. Tapi, dibandingkan
dua gaya kepemimpinan lainnya tersebut, pemimpin karismatik lebih banyak
berkomunikasi dengan para pengikut.
Berikut ini adalah ciri-ciri pemimpin karismatik: