Anda di halaman 1dari 13

PERILAKU KELOMPOK, MANAJEMEN

KONFLIK
DAN TEKNIK BERKOMUNIKASI
Oleh : Liharman Saragih, SE.MM
Dipresentasikan pada kuliah pembekalan KKU tahun 2021
di Fakultas Ekonomi

Zoom Meeting, 29 Juli 2021


faktor yang dapat mempengaruhi motivasi
kelompok (teamwork) dalam bekerja
1. Tujuan
Visi, misi dan tujuan yang jelas akan membantu team dalam bekerja. Namun hal tersebut belum cukup jika visi.,
misi dan tujuan yang ditetapkan tidak sejalan dengan kebutuhan dan tujuan para anggota.
2. Tantangan
Manusia dikarunia mekanisme pertahanan diri yang di sebut "fight atau flight syndrome". Ketika dihadapkan pada
suatu tantangan, secara naluri manusia akan melakukan suatu tindakan untuk menghadapi tantangan tersebut (fight)
atau menghindar (flight). Dalam banyak kasus tantangan yang ada merupakan suatu rangsangan untuk mencapai
kesuksesan. Dengan kata lain tantangan tersebut justru merupakan motivator.Namun demikian tidak semua
pekerjaan selalu menghadirkan tantangan. Sebuah team tidak selamanya akan menghadapi suatu tantangan.
Pertanyaannya adalah bagaimana caranya memberikan suatu tugas atau pekerjaan yang menantang dalam interval.
Salah satu criteria yang dapat dipakai sebagai acuan apakah suatu tugas memiliki tantangan adalah tingkat kesulitan
dari tugas tersebut. Jika terlalu sulit, mungkin dapat dianggap sebagai hal yang mustahil dilaksanakan, maka team
bisa saja menyerah sebelum mulai mengerjakannya. Sebaliknya, jika terlalu mudah maka team juga akan malas
untuk mengerjakannya karena dianggap tidak akan menimbulkan kebanggaan bagi yang melakukannya.
3. Keakraban
Team yang sukses biasanya ditandai dengan sikap akraban satu sama lain, setia kawan, dan merasa senasib
sepenanggungan. Para anggota team saling menyukai dan berusaha keras untuk mengembangankan dan memelihara
hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal menjadi sangat penting karena hal ini akan merupakan dasar
terciptanya keterbukaan dan komunikasi langsung serta dukungan antara sesama anggota team.
4. Tanggungjawab
Secara umum, setiap orang akan terstimulasi ketika diberi suatu tanggungjawab. Tanggungjawab
mengimplikasikan adanya suatu otoritas untuk membuat perubahan atau mengambil suatu
keputusan. Team yang diberitanggungjawab dan otoritas yang proporsional cenderung akan
memiliki motivasi kerja yag tinggi.
5. Kesempatan untuk maju
Setiap orang akan melakukan banyak cara untuk dapat mengembangkan diri, mempelajari konsep
dan ketrampilan baru, serta melangkah menuju kehidupan yang lebih baik. Jika dalam sebuah
team setiap anggota merasa bahwa team tersebut dapat memberikan peluang bagi mereka untuk
melakukan hal-hal tersebut di atas maka akan tercipta motivasi dan komitment yang tinggi. Hal ini
penting mengingat bahwa perkembangan pribadi memberikan nilai tambah bagi individu dalam
meningkatkan harga diri.
6.Kepemimpinan
Tidak dapat dipungkiri bahwa leadership merupakan faktor yang berperan penting dalam
mendapatkan komitment dari anggota team. Leader berperan dalam menciptakan kondisi yang
kondusif bagi team untuk bekerja dengan tenang dan harmonis. Seorang leader yang baik juga
dapat memahami 6 faktor yang dapat menimbulkan motivasi seperti yang disebutkan diatas.
II. Konflik
 Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang
atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
 Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam
suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut
ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik
merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat
pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan
kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan
hilangnya masyarakat itu sendiri.
 Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai
sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan
integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
2.2 Penyebab konflik
Konflik di dalam organisasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1 Faktor Manusia
1) Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya.
2) Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku.
3) Timbul karena ciri-ciri kepribadian individual, antara lain sikap egoistis, temperamental, sikap
fanatik, dan sikap otoriter.
2 Faktor Organisasi
4) Persaingan dalam menggunakan sumberdaya.
Apabila sumberdaya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas atau dibatasi, maka
dapat timbul persaingan dalam penggunaannya. Ini merupakan potensi terjadinya konflik antar
unit/departemen dalam suatu organisasi.
2) Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi.
Tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan bidangnya.
Perbedaan ini sering mengarah pada konflik minat antar unit tersebut. Misalnya, unit penjualan
menginginkan harga yang relatif rendah dengan tujuan untuk lebih menarik konsumen, sementara
unit produksi menginginkan harga yang tinggi dengan tujuan untuk memajukan perusahaan.
3. Interdependensi tugas
Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok
lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu hasil kerja dari kelompok
lainnya.
4. Perbedaan nilai dan persepsi.
Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yang negatif, karena merasa mendapat perlakuan
yang tidak “adil”. Para manajer yang relatif muda memiliki persepsi bahwa mereka mendapat
tugas-tugas yang cukup berat, rutin dan rumit, sedangkan para manajer senior mendapat tugas
yang ringan dan sederhana.
5. Kekaburan yurisdiksional.
Konflik terjadi karena batas-batas aturan tidak jelas, yaitu adanya tanggung jawab yang
tumpang tindih.
6. Masalah “status”.
Konflik dapat terjadi karena suatu unit/departemen mencoba memperbaiki dan meningkatkan
status, sedangkan unit/departemen yang lain menganggap sebagai sesuatu yang mengancam
posisinya dalam status hirarki organisasi.
7. Hambatan komunikasi.
Hambatan komunikasi, baik dalam perencanaan, pengawasan, koordinasi bahkan kepemimpinan
dapat menimbulkan konflik antar unit/ departemen.
2.3 Akibat-akibat Konflik
Konflik dapat berakibat negatif maupun positif tergantung pada cara mengelola konflik tersebut.
2.3.1 Akibat negatif
1. Menghambat komunikasi.
2. Mengganggu kohesi (keeratan hubungan).
3. Mengganggu kerjasama atau “team work”.
4. Mengganggu proses produksi, bahkan dapat menurunkan produksi.
5. Menumbuhkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan.
6. Individu atau personil mengalami tekanan (stress), mengganggu
konsentrasi, menimbulkan kecemasan, mangkir, menarik diri, frustrasi, dan apatisme.
2.3.2 Akibat Positif dari konflik:
1. Membuat organisasi tetap hidup dan harmonis.
2. Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan.
3. Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan dan per-baikan dalam sistem dan prosedur,
mekanisme, program, bahkan tujuan organisasi.
4. Memunculkan keputusan-keputusan yang bersifat inovatif.
5. Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap perbedaan pendapat.
2.4 Cara atau Taktik Mengatasi Konflik

2.4.1 Diatasi oleh pihak-pihak yang bersengketa:


1. Rujuk: Merupakan suatu usaha pendekatan dan hasrat untuk kerjasama dan menjalani hubungan yang
lebih baik, demi kepentingan bersama.
2. Persuasi: Usaha mengubah posisi pihak lain, dengan menunjukkan kerugian yang mungkin timbul,
dengan bukti faktual serta dengan menunjukkan bahwa usul kita menguntungkan dan konsisten
dengan norma dan standar keadilan yang berlaku.
3. Tawar-menawar: Suatu penyelesaian yang dapat diterima kedua pihak, dengan saling
mempertukarkan konsesi yang dapat diterima. Dalam cara ini dapat digunakan komunikasi tidak
langsung, tanpa mengemukakan janji secara eksplisit.
4. Pemecahan masalah terpadu: Usaha menyelesaikan masalah dengan memadukan kebutuhan kedua
pihak. Proses pertukaran informasi, fakta, perasaan, dan kebutuhan berlangsung secara terbuka dan
jujur. Menimbulkan rasa saling percaya dengan merumuskan alternative pemecahan secara bersama
dengan keuntungan yang berimbang bagi kedua pihak.
5. Penarikan diri: Suatu penyelesaian masalah, yaitu salah satu atau kedua pihak menarik diri dari
hubungan. Cara ini efektif apabila dalam tugas kedua pihak tidak perlu berinteraksi dan tidak efektif
apabila tugas saling bergantung satu sama lain.
6. Pemaksaan dan penekanan: Cara ini memaksa dan menekan pihak lain agar menyerah; akan lebih
efektif bila salah satu pihak mempunyai wewenang formal atas pihak lain. Apabila tidak terdapat
perbedaan wewenang, dapat dipergunakan ancaman atau bentuk-bentuk intimidasi lainnya. Cara ini
sering kurang efektif karena salah satu pihak harus mengalah dan menyerah secara terpaksa.
2.4.2 Intervensi (campur tangan) pihak ketiga:

1. Arbitrase (arbitration): Pihak ketiga mendengarkan keluhan kedua pihak dan


berfungsi sebagai “hakim” yang mencari pemecahan mengikat. Cara ini
mungkin tidak menguntungkan kedua pihak secara sama, tetapi dianggap
lebih baik daripada terjadi muncul perilaku saling agresi atau tindakan
destruktif.
2. Penengahan (mediation): Menggunakan mediator yang diundang untuk
menengahi sengketa. Mediator dapat membantu mengumpulkan fakta,
menjalin komunikasi yang terputus, menjernihkan dan memperjelas masalah
serta melapangkan jalan untuk pemecahan masalah secara terpadu. Efektivitas
penengahan tergantung juga pada bakat dan cirri perilaku mediator.
3. Konsultasi: Tujuannya untuk memperbaiki hubungan antar kedua pihak serta
mengembangkan kemampuan mereka sendiri untuk menyelesaikan konflik.
Konsultan tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan dan tidak berusaha
untuk menengahi. la menggunakan berbagai teknik untuk meningkatkan
persepsi dan kesadaran bahwa tingkah laku kedua pihak terganggu dan tidak
berfungsi, sehingga menghambat proses penyelesaian masalah yang menjadi
pokok sengketa.
2.5 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
Dalam Mengatasi Konflik:
1. Ciptakan sistem dan pelaksanaan komunikasi yang efektif.
2. Cegahlah konflik yang destruktif sebelum terjadi.
3. Tetapkan peraturan dan prosedur yang baku terutama yang menyangkut
hak karyawan.
4. Atasan mempunyai peranan penting dalam menyelesaikan konflik yang
muncul.
5. Ciptakanlah iklim dan suasana kerja yang harmonis.
6. Bentuklah team work dan kerja-sama yang baik antar kelompok/ unit kerja.
7. Semua pihak hendaknya sadar bahwa semua unit/eselon merupakan mata
rantai organisasi yang saling mendukung, jangan ada yang merasa paling
hebat.
8. Bina dan kembangkan rasa solidaritas, toleransi, dan saling pengertian
antar unit/departemen/ eselon.
III.Komunikasi
Komunikasi adalah : proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Dalam definisi
tersebut tersimpul tujuan, yakni memberi tahu atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku
(behavior).

FUNGSI KOMUNIKASI
1) untuk transfer pengetahuan dari pengirim kepada penerima (receiver)
(misal: hubungan dosen dengan mahasiswa)
2) Memotivasi orang lain untuk melakukan suatu tindakan atau pekerjaan tertentu. contoh : pidato, wejangan, dll
3) Mengontrol tindakan seseorang. (hubungan atasan-bawahan).
4) Mengekspresikan perasaan dan emosi

Berkomunikasi adalah merefleksikan citra diri (personal image)


Kesuksesan dalam berkomunikasi ditentukan oleh kemampuan mengenal tipe kepribadian dan melakukan penyesuaian
(flexing) dalam gaya berkomunikasi (Communication with style)

Mengenal diri sendiri berarti :


1) Memahami dengan baik hal-hal pokok dan penting tentang diri sendiri, dari segi fisik maupun psikis, yang meliputi :

2) Pengenalan ciri-ciri dasar fisik

3) Pengenalan kepribadian, watak, dan temperamen

4) Pengenalan bakat-bakat

5) Pengenalan Kekuatan dan kelemahan diri sendiri


CARA MENGENAL DIRI

1) Dengan mengamati diri kita sendiri (melalui refleksi


pribadi, meninjau pengalaman-pengalaman masa
lalu dan pengalaman sehari-hari,mengikuti test
kepribadian, test bakat, dan test-test lain tentang diri
sendiri)
2) Melalui kacamata orang lain, khususnya orang-
orang yang dekat dengan kita
3) Melalui kebersamaan kita dengan orang lain
4) Dengan membaca buku-buku pengenalan diri
Kemampuan Komunikasi Yang Efektif

1) Berikan kesan bahwa anda antusias berbicara dengan mereka


2) Ajukan pertanyaan tentang minat mereka
3) Beradaptasi dengan bahasa tubuh dan perasaan
4) Tunjukkan rasa persetujuan: Katakan kepada mereka apa yang anda kagumi
tentang mereka dan mengapa
5) Dengarkan dengan penuh perhatian semua yang mereka katakan
6) Beri mereka kontak mata yang lama
7) Ungkapkan diri anda sebanyak mungkin
8) Berikan kesan bahwa anda berdua berada di tim yang sama
9) Berikan mereka senyuman terbaik anda
10) Menawarkan saran yang bermanfaat
11) Beri mereka motivasi
12) Tampil dengan tingkat energi yang sedikit lebih tinggi dibanding orang lain
13) Sebut nama mereka dengan cara yang menyenangkan telinga mereka
14) Tawarkan untuk menjalani hubungan selangkah lebih maju

Anda mungkin juga menyukai