NIM : 200810301113
Kelas / Matkul : C / Perilaku Organisasi
2. Umumnya semua kejadian yang berasal dari luar diri seseorang sangat potensial
menimbulkan stress. Secara sistematis semua kejadian tersebut dapat dikelompokkan
menjadi 4 kelompok, yaitu:
a. Stressor yang bersifat individual, yakni semua faktor lingkungan yang
mempengaruhi seseorang secara langsung dalam melakukan pekerjaan.
b. Stressor karena dinamika kelompok, misalnya hubungan atasan bawahan.
c. Stressor yang bersumber pada organisasi dan menyebabkan sebagian besar
karyawan mengalami stress, seperti kebijakan organisai.
d. Stressor yang disebabkan karena kejadian di luar organisasi, misalnya biaya hidup
yang terus meningkat.
Dari keempat yang sudah disebutkan diatas, stressor yang bersumber dari organisasi
merupakan sumber stress yang dapat dikendalikan oleh manajemen. Hal ini karena
sumber stress ini disebabkan karena faktor organisasi.
Untuk mengurangi stress, organisasi dalam hal ini pihak manajemen bisa melakukan
beberapa hal, contohnya saja yaitu menyusun jenjang karier karyawan, membuat
program supaya lingkungan kerja lebih kondusif, , mengurangi tingkat konflik dengan
memperjelas peran masing-masing karyawan, serta membangun kualitas kehidupan
kerja (quality of work life).
3. Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa komunikasi informal adalah komunikasi antara
orang yang ada dalam suatu organisasi, akan tetapi tidak direncanakan atau tidak
ditentukan dalam struktur organisasi. Terbentuknya komunikasi informal disebabkan
karena karyawan merasa tidak puas dengan komunikasi formal. Karyawan kadang-
kadang lebih percaya dengan informasi yang beredar di luar jalur resmi. Atau dengan
kata lain, komunikasi formal kadang dianggap tidak cukup dan perlu didukung oleh
komunikasi informal. Sehingga hal ini perlu digaris bawahi bagi para manajer agar
tidak mengabaikan adanya komunikasi informal di dalam kehidupan organisasi.
4. Konflik disfungsional adalah setiap konfrontasi atau interaksi di antara kelompok yang
merugikan organisasi atau menghalangi pencapaian tujuan organisasi. Hal tersebut
perlu segera ditanggulangi agar tidak merembet ke arah yang lebih luas lagi dan
merusak kehidupan organisasi. Ada lima cara untuk mengatasi jenis konflik
disfungsional, yaitu integrasi, akomodasi, dominasi, menghindar dan kompromi.
Kelima cara ini didasarkan pada dua pertimbangan utama, yaitu sejauh mana
seseorang mempetimbangkan kepentingan diri sendiri dan sejauh mana dia
mempertimbangkan untuk memenuhi kepentingan orang lain.