Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia disebut makhluk sosial, sehingga keberadaan mereka mempengaruhi
interaksi dengan manusia lain. Oleh karenanya dalam mencapai kebutuhan fisik maupun
rohani atau manusia tidak dapat mencukupinya bila dilakukan sendiri atau tanpa bantuan
orang lain. Dalam hal ini pentingnya kesamaan tujuan yang perlu kiranya diwujudkan dalam
kerja sama yang diwadahi pada suatu organisasi ataupun lembaga. Ketika tujuan organisasi
atau lembaga tersebut ingin dicapai dengan mudah, diperlukannya suatu manajemen. bekerja
dengan manajemen akan lebih mudah karena ada pembagian kerja dalam pengelolaannya
berdasarkan keahlian dan kolaborasi dengan orang lain
Fakta menunjukkan bahwa kebanyakan diantara kita menjalani sebagian besar
kehidupan dalam organisasi-organisasi, yang di dalamnya kita menjadi bagian anggota, ada
yang memimpin dan ada yang dipimpin. Organisasi merupakan elemen yang amat diperlukan
dai dalam kehidupan manusia apalagi dalam kehidupan modern. Organisasi membantu kita
melaksanakan kegiatan- kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan dengan baik sebagai
individu. Organisasi bukanlah sekedar sekumpulan orang dan bukan pula hanya sekedar
pembagian kerja. Karena pembagian kerja adalah salah satu asas organisasi.
Dalam usaha menyelesaikan urusan-urusan pribadi dan urusan-urusan bersama,
manusia cenderung mengorganisasikan diri. Penjelasan ini dapat dilihat dari proposisi
berikut; semakin tinggi jumlah penduduk, semakin kompleks kebutuhannya, semakin cepat
perubahan sosial, dan lain-lain, maka semakin tinggi urgensi organisasi bagi mereka.
Eksistensi manusia terlihat dari keanggotaan mereka dalam berbagai organisasi. Karena
dengan jumlah penduduk yang tinggi, manusia hidup dalam kompetisi dengan manusia
lainnya. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa manusia memerlukan manusia lain, hingga
manusia memerlukan organisasi untuk menjaga eksistensinya itu.
Oleh karena jumlah penduduk yang sangat tinggi, lapangan kerja semakin terbatas,
sementara kebutuhan manusia terus berkembang. Maka dalam kondisi sosial ini, barangkali
untuk menjaga eksistensinya atau untuk bertahan hidup, manusia tidak hanya membutuhkan
satu organisasi, tetapi beberapa organisasi. Di antara mahasiswa mungkin ada yang aktif di
lebih dari satu unit kegiatan mahasiswa (UKM), ditambah dengan organisasi di luar kampus.
Manusia, tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara sendiri-sendiri, melainkan harus
berkelompok dan berorganisasi.

1.2 Tujuan

 Untuk mengetahui dan mempelajari pengertian atau definisi pengorganisasian.


 Untuk mengetahui dan mempelajari empat pilar dalam pengorganisasian.
 Untuk mengetahui dan mempelajari proses pengorganisasian.
 Untuk mengetahui dan mempelajari faktor yang mempengaruhi struktur organisasi.
 Untuk mengetahui dan mempelajari implementasi pengorganisasian.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Definisi


Malayu S.P Hasibuan, mengartikan pengorganisasian merupakan suatu proses
mengidentifikasi, mengelompokkan, serta mengatur barbagai kegiatan untuk diperlukan
dalam mencapai tujuan, mengakomodasi orang lain pada kegiatan, dan menyediakan alat
untuk individu. Dalam arti yang dinamis, pengorganisasian harus menjadi pembuat keputusan
yang membatasi jalinan hubungan dengan organisasi, tanggung jawab, tugas serta antara
elemen-elemennya, sehingga memungkinkan orang untuk bekerja sama seefektif mungkin
untuk mencapai tujuan.
James D. Mooney mengatakan, "organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia
untuk mencapai suatu tujuan bersama", sedang Chester I. Barnard memberi pengertian
organisasi sebagai suatu sistem dari aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih.
Dalam proses pengorganisasian, manajer mengalokasikan keseluruhan sumber daya
organisasi sesuai dengan rencana yang telah dibuat berdasarkan suatu kerangka kerja
organisasi tertentu. Kerangka kerja organisasi tersebut disebut sebagai desain organisasi
(organizational design). Bentuk spesifik dari kerangka kerja organisasi dinamakan dengan
struktur organisasi (organizational structure). Struktur organisasi pada dasarnya merupakan
desain organisasi di mana manajer melakukan alokasi sumber daya organisasi, terutama yang
terkait dengan pembagian kerja dan sumber daya yang dimiliki organisasi, serta bagaimana
keseluruhan kerja tersebut dapat dikoordinasikan dan dikomunikasikan. Jika dalam fungsi
perencanaan, tujuan dan rencana ditetapkan, maka dalam pengorganisasian rencana tersebut
diturunkan dalam sebuah pembagian kerja tertentu dalam sebuah struktur organisasi di mana
di dalamnya terdapat kejelasan bagaimana rencana organisasi akan dilaksanakan,
dikoordinasikan, dan dikomunikasikan.
2.2 Empat Pilar dalam Pengorganisasian
1. Pilar Pertama: Pembagian Kerja (Division of Work)
Dalam perencanaan berbagai kegiatan atau pekerjaan untuk pencapaian tujuan tentunya telah
ditentukan. Keseluruhan kegiatan dan pekerjaan yang telah direncanakan tersebut tentunya
perlu disederhanakan guna mempermudah bagaimana pengimplementasiannya. Upaya untuk
menyederhanakan dari keseluruhan kegiatan dan pekerjaan yang mungkin saja bersifat
kompleks menjadi lebih sederhana dan spesifik di mana setiap orang akan ditempatkan dan
ditugaskan untuk setiap kegiatan yang sederhana dan spesifik tersebut dinamakan sebagai
pembagian kerja (division of work). Sebagai contoh, dalam bisnis restoran, pembagian kerja
dapat berupa pembagian kerja untuk bagian dapur, pelayanan pelanggan di meja makan,
kasir, dan lain sebagainya. Kadang kala pembagian kerja ini juga dinamakan dengan
pembagian tenaga kerja (division of labor), akan tetapi saat ini penggunaan pembagian kerja
lebih banyak digunakan karena pada dasarnya yang dibagi-bagi adalah pekerjaannya, bukan
orang-orangnya. Adapun orang-orang merupakan pihak yang ditugaskan atau ditunjuk untuk
menjalankan setiap pekerjaan yang telah dibagi-bagi tersebut. Proses pembagian kerja dari
keseluruhan menjadi lebih spesifik atau lebih sederhana dan detail dinamakan pula dengan
spesialisasi pekerjaan. Keseluruhan pekerjaan tersebut diturunkan atau dibagi-bagi
berdasarkan kriteria tertentu yang lebih spesifik.
2. Pilar Kedua: Pengelompokan Pekerjaan (Departmentalization)
Setelah pekerjaan dispesifikkan, maka kemudian pekerjaan-pekerjaan tersebut
dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu yang sejenis. Sebagai contoh, untuk bisnis
restoran, pencatatan menu, pemberitahuan menu kepada bagian dapur, hingga pengiriman
makanan dari bagian dapur kepada pelanggan di meja makan bisa dikelompokkan menjadi
satu departemen tertentu, katakanlah bagian Pelayan. Adapun penerimaan bon pembayaran,
pencatatan dalam mesin kasir, pencatatan penerimaan dan pengeluaran uang, dapat
dikelompokkan menjadi departemen atau bagian keuangan misalnya. Begitu pula untuk jenis
bisnis lainnya. Proses pengelompokan dan penamaan bagian atau kelompok pekerjaan
menurut kriteria tertentu disebut departmentalization.
3. Piliar Ketiga: Penentuan Relasi Antarbagian dalam Organisasi (Hierarchy)
Setelah pekerjaan dikelompokkan atau didepartemenkan, kita mungkin bertanya- tanya
berapa banyak pekerjaan yang perlu dikelompokkan untuk setiap bagian atau departemen,
dan kemudian berapa banyak orang kelompok yang perlu ada di bawah suatu bagian atau
departemen? pilar ketiga dari proses pengorganisasian, yaitu proses penentuan hierarki atau
relasi antar bagian dalam suatu organisasi. Ada dua konsep penting dalam proses penentuan
hierarki ini, yaitu span of management control dan chain of command. Span of management
control terkait dengan jumlah orang atau bagian di bawah suatu departemen yang akan
bertanggung jawab kepada departemen atau bagian tertentu.
4. Pilar Keempat: Koordinasi (Coordination)
Pilar terakhir dari proses pengorganisasian adalah Koordinasi. Setelah pekerjaan dibagi,
ditentukan bagian-bagiannya, hingga ditentukan hierarki organisasinya, maka langkah
berikutnya adalah bagaimana agar pembagian kerja yang telah dilakukan beserta penentuan
desain organisasinya berjalan secara efektif dan efisien? Di sinilah peran dari koordinasi
diperlukan sebagai pilar terakhir dari pengorganisasian. Koordinasi (coordination)
sebagaimana menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995) pada dasarnya adalah the process
of integrating the activities of separate departments in order to pursue organizational goals
effectively. Koordinasi adalah proses dalam mengintegrasikan seluruh aktivitas dari berbagai
departemen atau bagian dalam organisasi agar tujuan organisasi bisa tercapai secara efektif.
Tanpa koordinasi, berbagai kegiatan yang dilakukan di setiap bagian organisasi tidak akan
terarah dan cenderung hanya membawa misi masing-masing bagian. Dikhawatirkan, tidak
terkoordinasinya setiap bagian pada giliran berikutnya justru akan menghambat organisasi
dalam mencapai tujuannya. Salah satu contoh yang paling mudah mengenai koordinasi
adalah antara bagian pemasaran dan bagian keuangan. Agar tingkat penjualan meningkat,
maka bagian pemasaran mengusulkan untuk menaikkan biaya promosi. Di sisi lain, bagian
keuangan mencatat bahwa biaya perusahaan semestinya diefisienkan. Jika bagian pemasaran
dan bagian keuangan tidak berkoordinasi dapat dibayangkan bahwa akan terjadi konflik
kepentingan antarbagian, padahal kedua bagian tersebut sebenarnya bermaksud baik bagi
kepentingan perusahaan. Dengan menaikkan biaya promosi, bagian pemasaran berharap agar
penjualan meningkat. Di sisi lain, dengan meminimalkan biaya, efisiensi dapat ditingkatkan.
Jika kedua bagian tersebut tidak berkoordinasi, misalnya bagian keuangan menentukan batas
maksimum peningkatan biaya bagi promosi, maka dapat diperkirakan kepentingan kedua
bagian tersebut akan tidak sepenuhnya berjalan. Jika kepentingan kedua bagian tersebut tidak
berjalan, maka kepentingan organisasi juga tidak akan berjalan. Akhirnya, tujuan organisasi
juga tidak akan tercapai secara efektif.

2.3 Proses Pengorganisasian


Proses Pengorganisasian adalah proses di mana struktur organisasi dibuat dan diperkuat.
Fungsi pengorganisasian juga terkait erat dengan perencanaan, karena pengorganisasian juga
harus direncanakan. Proses ini mencakup ketentuan khusus dan tindakan yang diperlukan
untuk mencapai ujuan organisasi. Proses pengorganisasian termasuk membatasi jumlah tugas,
pengelompokan dan mengklasifikasikan hak di antara karyawan perusahaan. Langkah-
langkah proses pengorganisasian adalah sebagai berikut":
1. Tujuan. Manajer perlu mengetahui tujuan organisasi, motif laba atau motivasi
layanan.
2. Keputusan kegiatan. Ini berarti bahwa manajer perlu mengetahui, merumuskan,
menandai tindakan yang harus diambil dalam susunan daftar tujuan organisasi.
3. Pengelompokan kegiatan. Ini berarti bahwa manajer harus mengelompokkan kegiatan
dengan tujuan yang sama dengan kelompok, kegaiatan yang terkait erat pada saat
yang sama, yang bersama-sama membentuk departemen.
4. Pendelegasian wewenang. Ini berarti manajer harus memutuskan otoritas hlm. 33
yang akan didelegasikan ke masing-masing bidang.
5. Rentang kendali. Ini berarti bahwa manajer harus menunjukkan jumlah karyawan di
setiap departemen.
6. Pemisahan peranan individu. Ini berarti manajer harus menetapkan sec jelas
mendefinisikan tugas-tugas loyal, hingga masalah dapat terhindarkan.
7. Jenis organisasi. Ini berarti manajer harus menentukan jenis organisasi yang ingin
digunakan, baik organisasi lini, staf lini, atau organisasi fungsi.
8. Struktur organisasi. Ini berarti bahwa setiap manajer memutuskan bagan organisasi
apa yang akan digunakan, struktur organisasi segitiga vertikal, segitiga horizontal,
bentuk lingkaran, bentuk setengah lingkaran, atau bentuk oval.
Jika proses pengorganisasian ini dapat dilakukan atas dasar ilmu pengetahuan yang luas serta
luas, dengan begitu organisasi yang terbentuk akan baik, efisien, efektif, dan akan sejalan
dengan tujuan yang hendak dicapai.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Struktur Organisasi


a. Strategi Organisasi
Masalah utama yang dihadapi oleh organisasi agar tujuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai adalah bagaimana organisasi tersebut sebaiknya
distrukturkan. Pilihan struktur yang tepat belum tentu menjamin kesuksesan dalam
pencapaian tujuan, akan tetapi bisa meningkatkan kemungkinan sukses dalam
pencapaian tujuan. Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, strategi
organisasi dibuat sebagai upaya pencapaian tujuan organisasi, oleh karena itu, jika
struktur organisasi dibentuk sebagai jalan untuk pencapaian tujuan, maka struktur
organisasi pun selayaknya sejalan dengan strategi organisasi. Berdasarkan pengertian
ini, maka perubahan yang terjadi pada strategi organisasi, akan berdampak pula pada
perubahan struktur organisasi. Perubahan yang terjadi pada struktur organisasi dengan
demikian menyiratkan adanya perubahan strategi organisasi.
b. Skala Organisasi
Organisasi dapat dibedakan skalanya menurut berbagai faktor, di antaranya
adalah dari jumlah penjualan, pangsa pasar, hingga jumlah tenaga kerja. Organisasi
yang berskala besar artinya organisasi tersebut barangkali memiliki berbagai cabang
di berbagai daerah dikarenakan pangsa pasarnya yang luas, dan dengan demikian
memiliki tenaga kerja yang juga tidak sedikit. Namun tanpa cabang pula, organisasi
dapat berskala besar ketika tenaga kerja yang dimilikinya berjumlah ribuan seperti
pabrik-pabrik garmen penghasil produk-produk konveksi. Organisasi yang berskala
kecil dengan demikian biasanya memiliki jumlah tenaga kerja yang sedikit,
dikarenakan pangsa pasar yang barangkali masih sedikit, jumlah penjualan atau
produksi yang juga sedikit. Organisasi yang berskala kecil biasanya memiliki struktur
organisasi yang lebih sederhana, dan tidak terlalu banyak terjadi pendelegasian
wewenang dan pekerjaan, sedangkan organisasi yang besar karena ruang lingkup
aktivitasnya yang luas, maka memerlukan pendelegasian pekerjaan dan wewenang
sehingga dalam mendesain struktur organisasinya pun perlu mempertimbangkan
berbagai faktor yang terkait dengan aktivitas yang luas tersebut.
c. Teknologi
Faktor teknologi yang dimaksudkan di sini adalah terkait dengan cara
bagaimana sebuah produk dari sebuah organisasi bisnis dihasilkan atau juga dengan
cara bagaimana pekerjaan dilakukan. Ada pekerjaan-pekerjaan yang bersifat rutin dan
ada pekerjaan- pekerjaan yang bersifat tidak rutin. Bagi pekerjaan yang bersifat rutin,
berdasarkan sifat kerutinannya maka memerlukan bagian khusus untuk
menanganinya. Pekerjaan membuat baju di sebuah industri garmen adalah pekerjaan
rutin sehingga perlu ada bagian khusus dari struktur organisasi industri garmen
tersebut. Adapun bagi pekerjaan yang bersifat tidak rutin, misalnya menemani klien
ke restoran, atau berkeliling mengamati proses produksi di industri garmen tersebut,
karena belum tentu dilakukan setiap hari maka tidak memerlukan bagian khusus
untuk menanganinya. Pekerjaan tersebut barangkali cukup ditangani oleh direktur
atau manajer pemasaran saja. Oleh karena itu, organisasi yang memiliki berbagai
pekerjaan rutin barangkali akan memiliki struktur yang lebih banyak bagiannya
dibandingkan dengan organisasi yang tidak memiliki pekerjaan rutin.
Di sisi lain faktor teknologi juga terkait dengan penggunaan alat-alat bantu
dalam sebuah organisasi. Jika sebuah organisasi misalnya mengerjakan proses
produksinya dengan sebuah mesin maka perlu ada bagian khusus yang tidak saja
bertanggung jawab dalam memastikan apakah pekerjaan di bagian yang
menggunakan mesin tersebut senantiasa berjalan, akan tetapi juga tetap memastikan
bahwa mesin tersebut dapat berfungsi dan berjalan sebagaimana mestinya sehingga
pekerjaan yang semestinya dilakukan tidak terbengkalai. Berbeda misalnya dengan
organisasi bisnis perseorangan seperti membuka warung. Karena misalnya di warung
tidak ada alat khusus untuk membantu penjualan produk-produk yang ditawarkan
misalnya dengan komputer dan kasir khusus, maka seluruh pekerjaan cukup ditangani
oleh seorang tenaga penjualan saja yang selain bertugas melayani pembeli, mengatur
display produk-produk yang ada hingga menerima pembayaran dari para pembeli.
Berbeda dengan organisasi bisnis ritel, misalnya, yang setiap outletnya memiliki
beberapa orang kasir yang masing-masingnya dilengkapi dengan komputer khusus
yang juga mungkin dilengkapi alat scanning untuk melayani pembayaran dari para
pembeli. Untuk bisnis seperti itu, tentunya organisasi pengelola bisnis ritel tersebut
perlu menentukan bagian khusus dalam organisasinya untuk menangani kerja-kerja
para kasir tersebut. Di sini jelas bahwa teknologi juga menentukan bagaimana struktur
organisasi akan dibuat.
d. Lingkungan
Faktor lingkungan telah diuraikan secara panjang lebar dalam bab-bab awal
dari buku ini. Lingkungan yang dinamis menuntut organisasi juga untuk
menyesuaikan diri secara dinamis. Proses penyesuaian yang dilakukan oleh organisasi
juga termasuk dalam penentuan struktur organisasinya. Lingkungan yang dinamis
akan mendorong organisasi untuk selalu menyesuaikan struktur organisasi dengan
tuntutan lingkungan yang senan- tiasa berubah. Sebaliknya, lingkungan organisasi
yang cenderung statis tidak akan terlalu banyak mengubah struktur organisasi.
2.5 Implementasi Pengorganisasian
Struktur organisasi Yayasan Baitul Maal PLN Unit Induk Wilayah Sumatra Utara

Penerapan fungsi pengorganisasian Yayasan Baitul Maal (YBM) PLN Unit


Induk Wilayah Sumatra Utara dalam upaya meningkatkan kualitas pengelolaan zakat
Yayasan Baitul Maal (YBM) PLN Unit Induk Wilayah Sumatera Utara telah tersusun
pembagian kerja dengan tugas dan tanggung jawabnya, berikut ini adalah:
1. Pengawas
1) Memberikan petunjuk dan arahan kepada Pengurus Yayasan Baitul Maal PLN
dalam konteks membantu organisasi untuk bertindak sesuai dengan tujuan dan
sasaran didirikannya Yayasan.
2) Pengawas merekomendasikan pengangkatan dan pemberhentian Pengurus
Yayasan Baitul Maal PLN.
3) Melakukan monitoring, evaluasi dan pembinaan terhadap pelaksanaan program
penyaluran Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf.
2. Ketua
1) Membantu pegawai yang beragama Islam PT PLN (Persero) untuk menunaikan
kewajiban membayar zakat, berinfak atau sedekah, dan berwakaf serta
mengelolanya sesuai ketentuan syariat Islam.
2) Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan dan bimbingan kepada jajaran
pengurus.
3) Merumuskan dan memutuskan kebijakan organisasi berdasarkan masukan dari
Dewan Pembina, Badan Pengawas, Dewan Syariah dan pengurus lainnya.
4) Melakukan koordinasi dengan Manajemen PT PLN (Persero) dalam pelaksaan
mekanisme pemungutan Zakat, Infak, dan Sedekah serta Wakaf (ZISWAF) bagi
pegawai PT PLN (Persero).
5) Menyampaikan laporan bulanan/ triwulanan/ semesteran/ tahunan untuk
dipublikasikan dan disampaikan kepada Dewan Pembina, Pembayar Zakat
(Muzakki) dan Manajemen PT PLN (Persero). Dan dalam kegiatan sehari-hari.
Dan Ketua Umum dibantu oleh Wakil Ketua.
3. Sekretaris
Adapun uraian tugas dan tanggung jawabnya sebagai berikut:
1) Mempersiapkan kebutuhan prasarana organisasi, merencanakan dan
menyiapkan kegiatan rapat internal maupun eksternal.
2) Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan bidang administratif dan kesekretariatan
(surat-menyurat, pengarsipan, dan lain-lain)
3) Mengumpulkan informasi dan membuat kompilasi laporan operasional
bulanan/ triwulan/ semesteran/ tahunan untuk disampaikan kepada Ketua.
4) Memastikan kepengurusan Yayasan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
5) Mengelola SDM Amil Yayasan Baitul Maal PLN. Dan dalam kegiatan sehari-
hari Sekretaris dibantu oleh Wakil Sekretaris.
4. Bendahara
Adapun uraian tugas dan tanggung jawabnya sebagai berikut:
1) Menerima laporan dan pemasukan dana Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf.
2) Mengeluarkan uang untuk keperluan organisasi atas persetujuan Ketua atau
pengurus lain yang ditunjuk.
3) Melaksanakan pengelolaan keuangan dengan efektif dan efisien.
4) Melaksanakan pengelolaan, pembukuan, akuntansi keuangan sesuai standar
akuntansi Syariah.
5) Membuat laporan keuangan ZISWAF secara periodik bulanan/ triwulanan
semesteran/ tahunan dan disampaikan kepada Pengurus Yayasan Baitul Maal
PLN. Dan dalam kegiatan sehari-hari Bendahara dibantu oleh Wakil Bendahara.
5. Bidang Perencanaan
Adapun uraian tugas dan tanggung jawabnya sebagai berikut:
1) Melakukan edukasi dan sosialisasi tentang Zakat, Infak, dan Sedekah serta
Wakaf (ZISWAF) kepada seluruh pegawai yang beragama Islam dilingkungan PT
PLN (Persero) secara berkesinambungan.
2) Menyusun kalender kegiatan program Yayasan Baitul Maal PLN tahunan.
3) Mencari sumber dana lain untuk pengembangan program pemberdayaan
mustahik yang lebih luas.
4) Membuat perencanaan dan strategi pendayagunaan Zakat, Infak, dan Sedekah
serta Wakaf sesuai ketentuan syariat Islam dengan memperhatikan aspek efisiensi
kepada muzakki.
6. Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan
Adapun uraian tugas dan tanggung jawabnya sebagai berikut:
1) Melakukan kegiatan survei dan asesmen terhadap kondisi calon mustahik yang
akan diberdayakan.
2) Menyusun dan melaksanakan program pendayagunaan dana ZIS untuk
pemberdayaan mustahik.
3) Menyalurkan ZIS kepada mustahik diikuti dengan pembinaan, pemantauan, dan
evaluasi terhadap pelaksanaan program pendayagunaan dana ZIS.
4) Menyalurkan Zakat, Infak, Sedekah kepada mustahik sesuai ketentuan Syariat
Islam, terutama untuk para mustahik yang bertempat tinggal di sekitar kantor atau
instalansi PLN.
5) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan secara periodik bulanan/ triwulanan/
semesteran/ tahunan dan disampaikan kepada pengurus.
7. Amil
Berikut adalah tugas dan tanggung jawab amil:
1) Mengelola keuangan YBM
2) Mengelola program pemberdayaan dan pendistribusian YBM
3) Melaksanakan survei rencana penyaluran zakat
4) Membuat laporan aktivitas dan laporan keuangan YBM
5) Melaksanakan tugas lain yang relevan yang ditugaskan oleh pengurus YBM
PLN Amil tidak termasuk dalam struktur kepengurusan.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai