1. Ketika fokus perhatian seseorang ditujukan pada perubahan atau pertumbuhan, muncul
kebutuhan untuk tumbuh.
2. Ketika fokus mereka adalah keamanan atau kontinuitas kehidupan kerja, mereka akan
mengaitkan aktualisasi dirinya dengan tugas-tugas dan tanggung jawab yang selama ini
mereka emban.
Emosi dapat dikategorikan dengan menggunakan dua dimensi yaitu dimensi
hedonistik (menyenangkan vs tidak menyenangkan) dan dimensi kesiapan
bertindak (aktivasi tinggi vs aktivasi rendah). 4 kategori yang dihasilkan oleh dua
dimensi tersebut adalah :
1. Emosi menyenangkan aktivasi tinggi. Termasuk dalam kategori ini adalah
antusiasme dan kegembiraan (excitement)
2. Emosi menyenangkan aktivitas rendah. Pada kategori ini seseorang cenderung
kalem dan merasa nyaman.
3. Emosi tidak menyenangkan aktivasi tinggi ditunjukkan oleh kemarahan,
kekhawatiran dan rasa takut.
4. Emosi tidak menyenangkan aktivasi rendah meliputi kondisi emosi dalam
bentuk kekecewaan, rasa malu dan kesal.
Konsep kedua adalah kapabilitas emosional. Pada level organisasi nasional
yang dimaksud dengan kapabilitas emosional adalah kemampuan organisasi untuk
mengetahui, mengakui, memonitor, memilah dan memberi perhatian terhadap
emosi baik yang terjadi pada tataran individu maupun organisasi.
Kontrak Psikologis
Sobirin (2009) menyatakan bahwa manusia yang berada di dalam lingkungan internal
organisasi dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yakni pemilik organisasi, manajer dan
karyawan. Pemilik disebut juga investor adalah seseorang atau sekelompok orang yang dengan
sukarela memunculkan dana untuk berdirinya sebuah organisasi atau perusahaan. Pada
umumnya pemilik tidak terlibat langsung dalam kehidupan sehari-hari organisasi. Keberadaan
mereka diwakili oleh sekelompok orang yang disebut dewan komisaris.
Dewan komisaris adalah sekelompok orang yang bertugas menjaga agar organisasi tetap
eksis sesuai nilai-nilai yang dianut para pemilik dan terus berkembang seperti yang dicita-
citakan pemilik. Untuk itu dewan komisaris merekrut atau menunjuk para eksekutor yang
populer disebut eksekutif. Mereka biasanya adalah manajer profesional yang diberi tugas
untuk menyusun rencana, mengelola, memantau dan mengawasi organisasi beserta aset yang
ditanamkan para pemilik. Meski belakangan para manajer juga dituntut secara transparan dan
akuntabel untuk bertanggung jawab kepada pemangku kepentingan (stakeholders) lain tetap
saja pemilik adalah stakeholder utama sebuah organisasi.
Kissler (1994) misalnya membedakan pola kesepakatan kerja antara
karyawan dengan perusahaan untuk periode sebelum tahun 1990-an
dengan periode setelah 1990-an seperti :
Secara definitif, Kotter (1973) mengatakan bahwa kontrak psikologis adalah
sebuah kontrak yang bersifat implisit dibuat dua belah pihak antara seseorang
(seorang karyawan) dengan organisasi tempat kerja, yang menjelaskan ekspektasi
masing-masing pihak tentang apa yang bisa mereka berikan dan apa akan diterima
dalam kaitannya dengan hubungan kerja.
2. Kontrak psikologis berisi harapan-harapan dari salah satu pihak kepada pihak
lainnya.
Contoh tentang harapan karyawan terhadap perusahaan dan harapan perusahaan terhadap karyawan
adalah sebagai berikut (Kotter, 1973):
Harapan karyawan terhadap perusahaan
Pekerjaan akan memberi makna atau tujuan bagi diri karyawan
Turnley & Feldam (1998) mengatakan bahwa ketika karyawan merasa terjadi
pelanggaran terhadap kontrak psikologi sebagai akibat restrukturisasi perusahaan
maka kelompok kontrak yang umumnya dilanggar menurut menurut persepsi
karyawan adalah : keamanan kerja, keputusan perusahaan yang dilakukan sepihak
tanpa melibatkan karyawan, kesempatan karyawan untuk mengembangkan diri,
tunjangan kesehatan dan kekuatan serta tanggung jawab karyawan. Tidak kalah
pentingnya adalah jaminan kesehatan yang tidak lagi akan diperoleh karyawan jika
sampai restrukturisasi mengakibatkan mereka dipecat. Selanjutnya karyawan juga
merasa tidak lagi memiliki kekuasaan dalam menjalankan tugas dan kehilangan
tanggung jawab manakala restrukturisasi menyebabkan dirinya diberhentikan dari
pekerjaan.
E. PROSES TRANSISI INDIVIDU
Dampak perubahan organisasi terhadap individu karyawan seperti telah dijelaskan
pada uraian sebelumnya menghasilkan dua situasi yang berlawanan. Di satu sisi
sebagian karyawan merasa tidak ada masalah dengan perubahan dan bahkan mereka
sangat antusias untuk terlibat di dalamnya. Penyebabnya tidak lain karena bayangan
suram tentang masa depannya yang serba tidak pasti jika perubahan betul-betul
terealisir. Dengan menggunakan model yang dibangun Elizabeth kulber- Ross yang
dikenal dengan proses transisi 5 tahap , Freeman (1996) misalnya mengatakan adanya
lima tahapan yang akan dialami seseorang ketika mereka menghadapi perubahan :
1. Mengingkari ( Denial ) : seseorang mengingkari atau tidak mau mengakui jika
kehilangan sesuatu betul-betul tidak bisa dihindarkan.
2. Marah atau gampang marah : seseorang mulai mempertanyakan mengapa semua
ini harus terjadi sehingga perasaan marah tidak terhindarkan.
3. Tawar-menawar ( bargaining ) : orang terus mencoba menunda apa yang
sesungguhnya tidak bisa dihindari dengan memohon kepada otoritas yang lebih
tinggi.
4. Depresi dan mulai bisa menerima keadaan : periode ketigaberdayaan yang
dialami selama ini pada akhirnya menghasilkan sebuah pengakuan bahwa
kehilangan betul-betul Tidak bisa dihindarkan.
-Mempertahankan -Mengembangkan
(the manager does this rights) (The Leader does ring things)
C. MENGAPA KEPEMIMPINAN DIPERLUKAN?
Katz and Khan mengajukan empat alasan mengapa kepemimpinan masih diperlukan.
Kedua, organisasi tidak hidup dalam ruang isolasi yang terbebas dari pengaruh
lingkungan luar.
Ketiga, sebagai implikasi dari perubahan lingkungan eksternal, seringkali Tidak Bisa
dihindarkan lingkungan internal pun harus mengalami perubahan.
I.Kepemimpinan Transaksional-Transformasional
Kepemimpinan transaksional adalah tipikal kepimpinan yang lebih
menekankan pada transaksi interpersonal antara pemimpin dan karyawan yang
melibatkan hubungan pertukaran (exchange).
Karisma dan inspirasi. Konsep karisma yang dibahas di muka merupakan
salah satu dari tiga komponen pokok kepemimpinan trasformasional.
Stimulasi intelektual. Faktor kedua dalam kepemimpinan transformasional
adalah kemampuan pemimpin memberi tantangan kepada para pengikutnya.
Konsderasi individual. Faktor terakhir sangat erat kaitannya dengan teori
LMX (Leader Member Exchange = teori pertukaran antara pemimpin dengan
anggota).
J. Tahapan Dalam Kepemimpinan Transformasional
Menurut Tichy & Devanna (1990) ada tiga tahapan yang secara berurutan
seharusnya dilakukan oleh seorang pemimpin transformasional yaitu :
1. Harus ada pengakuan bahwa perubahan itu perlu.
2. Menciptakan visi baru.
3. Melembangkan perubahan.
Mengikuti kebutuhan perubahan
Dalam hal perubahan strategik, dorongan untuk melakukan perubahan bisa datang
dari dua arah : dari dalam perusahaan dan dari luar perusahaan. Meski demikian
dari lingkungan eksternal pada umumnya menjadi pemicu utama yang mendorong
organisasi melakukan perubahan.
Menciptakan Visi Baru
Dengan visi baru berarti apa yang ingin dicapai perusahaan bukan hanya capaian
tujuan jangka pendek tetapi capaian jangka panjang yang kadang-kadang tidak
dipungkiri sulit untuk dilaksanakan.
Institusionalisasi Perubahan
Hal yang sesuai dengan definisi perubahan transformasional yang dikemukakan
oleh Blumenthal & Haspeslagh (1994). Menurut mereka untuk dikatakan bahwa
organisasi melakukan perubah trasformasional maka sebagian besar orang yang
berada di dalam organisasi harus merubah perilaku panjang terbentuknya budaya
baru ( penjelasan lebih detail tentang perubahan budaya lihat misalnya
Sobirin,2009).
TERIMA KASIH