44-1-41•1
M ODUL 4
Implementasi Perubahan:
Faktor Manusia dan Kepemimpinan
Drs. Achmad Sobirin, MBA., Ph.D.
dikaitkan dengan perubahan pada diri manusianya (Beer & Nohria, 2000).
Sementara itu Tom Karp (2006) menyatakan bahwa inti dari perubahan
organisasi adalah manusia dan kepemimpinan yang tidak lain adalah manusia
juga.
Ungkapan-ungkapan di atas membawa kita pada satu kesimpulan bahwa
manusia memiliki peran sentral dalam perubahan organisasi. Meski demikian
kajian tentang manajemen perubahan cenderung lebih menekankan
pentingnya teknik-teknik perubahan ketimbang faktor manusianya (Clegg &
Walsh, 2004). Para pendukung pandangan ini berargumentasi bahwa manusia
dianggap selalu berpikiran rasional sehingga manakala para manajer dengan
alasan yang rasional memutuskan organisasi harus berubah maka orang-
orang yang bekerja di dalamnya pasti akan mendukung perubahan tersebut.
Boleh jadi salah persepsi terhadap manusia inilah yang menyebabkan
-tingginya tingkat kegagalan perubahan organisasi karena manusia tidak selalu
berpikiran rasional. Manusia tidak sera merta mau melakukan perubahan
meski mereka tahu bahwa perubahan itu perlu. Oleh karena itu belakangan
faktor manusia dalam perubahan organisasi mulai mendapat perhatian dan
intensitasnya semakin meningkat. Atribut-atribut yang melekat pada diri
seseorang seperti kepribadian, sikap, persepsi, nilai-nilai individu, emosi,
perasaan dan atribut-atribut lain mulai dikaji untuk mengetahui kaitan dan
pengaruhnya terhadap efektivitas perubahan organisasi. Kajian-kajian yang
melibatkan faktor manusia seperti ini sering disebut sebagai manajemen
perubahan dengan perspektif mikro (Bouckenooghe, 2009).
Pada umumnya ketika kita membicarakan manusia di dalam organisasi
manusia biasanya dikonotasikan sebagai karyawan yakni mereka yang
menjadi objek manajemen dan perubahan. Pada modul ini yang dimaksudkan
dengan manusia bukan hanya mereka yang menjadi objek perubahan tetapi
juga mereka yang menjadi subjek perubahan yakni manajer atau pimpinan
organisasi. Jadi, modul ini akan membahas dua hal — manusia dan
kepemimpinan sehingga fokus bahasannya juga akan dibagi menjadi dua.
Kegiatan Belajar 1 membahas faktor manusia (baca karyawan) dalam
perubahan dan Kegiatan Belajar 2 membahas aspek kepemimpinan dalam
perubahan organisasi. Pemilihan kedua topik ini dilandasi oleh penjelasan
Tom Karp (2006) yang mengatakan bahwa berhasil atau tidaknya perubahan
organisasi sangat bergantung pada kedua faktor tersebut. Argumentasi yang
dikemukakan Karp adalah kegagalan demi kegagalan dalam perubahan
organisasi tidak disebabkan karena lemahnya visi perubahan atau tidak
adanya intensi untuk melakukan perubahan tetapi lebih disebabkan karena
• EKNIA4565/MODUL 4 4.3
KEGIATAN BELAJAR 1
Tidak peduli pada bagian mana atau bagaimana sebuali organisasi akan
diubah — apakah perubahan minor atau perubahan bcrskaia besar; apakah
hanya prosedur kerja atau sistem organisasi yang diubah; apakah perubahan
hanya sebatas pada iklim atau budaya organisasi; apakah perubahannya
terencana atau tidak; apakah perubahannya incremental atau radikal,
semuanya berpangkal dan berujung pada satu titik — manusia. Setiap
perubahan organisasi pasti mclibatkan manusia dalam prosesnya, bahkan
manusia bisa disebut scbagai pelaku utama dan faktor kunci kcberhasilan
atau kegagalan perubahan. Penyebabnya tidak lain karena mancsin itu seudiri
memiliki peran sentral dalam kehidupan organisasi. Berhasil atau tidaknya
perubahan organisasi sangat bcrgantung pada kemauur manusia untuk
mendulcung perubahan. Hal ini bukan berarti jika manusia (baca: karyawan)
tidak mau berubah maka perubahan organisasi tidak periu terjadi. 3i ca para
manaje= yakin bahwa perubahan organisasi trienipalcan suatu kehanimn,
karena jika tidak berubah justru semua pihak tcrniasuk karyawan akan
mengalami kerugian balk moral maupun material, maka perubahan tetap
harus dilakukan. Hanya saja dalam implcmentasinya para atanajer hams
mempertimbangkan secara serius dampak perubahan tersebut terhadap aspek
kehidupan manusia khususnya karyawan, dan juga keluarganya, yang
biasanya akan merasakan dampak langsung dari perubahan teisebut.
Bagi karyawan, perubahan sesungguhnya scperti dua sisi dan satu mata
uang. Di satu sisi perubahan mampu mcmbebaskan karyawan dan situasi
yang membosankan, memberi peluang karyawan untuk berkembang dan
memperoleh pengalaman baru, mcmberi kescmpatan karyawan memikul
tanggung jawab barn dan bersinar masa depannya. Di sisi lain perubahan juga
bisa membcri ancaman kcpada individu karyawan, baik riil maupun scbatas
dugaan. Paling tidak perubahan organisasi menyebabkan karyawan merasa
khawatir akan kehilangan masa depannya, takut akan kehilangan kcbanggaan
yang sclama ini telah mercka rail► dan takut kchidupan sosialnya terganggu.
• EKMA4565/MODUL 4 4.5
Akibat terlalu fokus pada aspek formal rasional, pada umumnya manajcr
tidak dapat melihat sisi lain yang bersifat nonrasional. Padahal dampak yang
ditimbulkan aspek nonrasional terhadap kebcrhasilan perubahan organisasi
sering kali justru jauh lcbih besar. Kecenderungan seperti. inilah yang
ditengarai menjadi penycbab utama kegagalan perubahan organisasi. Aspck
rasional, seperti dikatakan Marshak, scsungguhnya hanya salah satu d'ari
enam dimensi perubahan organisasi. Kelirna dimensi lainnya adalah politik,
inspirasi, emosi, mindset dan psikodinamik. Marshak mengatakan pula, dari
keenam dimensi tersebut hanya rasional atau reason yang bersifat overt
(tcrbuka) scdangkan selebihnya bersifat hidden (terscmbunyi). Kecnam
dimensi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1 scbagai bcrikut:
Tabel 4.1.
Enam Dimensi Perubahan Organisasi
Reslatanoe: Step 2
04caecancy Erretenal roactbn Resistance:
rationalzet 1 3
- 7. b discrepancy
I resiert s2hemas
Slop 3
_L—bet4.55"51
7-1
sit
Caszreparicy or rrecneiseency Ilakratko 'maw;
Mb pertaisanp mammas abeream *aced to
4 enewitered pressing caver . problem,
or coozstvitt
I Res:Mame:
Deraal
Step
Step 7
Inkentation processing
Schema resseg corcem. prablean.
chanpt or °maturity
Rerastanow 1 Rosie...ow
Chalerve is Ma -1 °Lbw press:rill s
result clan Step 5
Step 6 Challeope to
unconirolath or 07=07/
unpredictable event Surastarclev Ina:muter, ana-taisarg
protessIng c4 cnaaeeKre tchernas
L
Resistance.
Cliallenpe
Pktyptd
an exceptcn
Gambar 4.1.
Proses Perubahan Individu
Di sisi lain bolch jadi schagian karyawan yang lain menganggap bahwa
perubahan merupakan bentuk kesempatan yang tidak boleh disia-siakan.
Rcspon seperti ini akan mendorong seseorang sccara emosional untuk terlibat
dalam perubahan. Atau dcngan kata lain, karyawan mercspon perubahan
dcngan emosi positif Dcngan demikian, emosi apakah positif atau negatif
mcrupakan bagian integral dari perubahan organisasi yang perlu dikelola,
terutama agar tidak menimbulkan efck negatif tcrhadap perubahan. Untuk
memahami bahwa emosi scbagai bagian integral dalam perubahan organisasi,
maka bcberapa hal mcngcnai peran emosi dalam organisasi perlu diperjclas:
1. Emosi merupakan bagian yang tidak terpisalikan dari proses pemaknaan
dalam proses kcorganisasian, termasuk perubahan organisasi. Kctika
terjadi perubahan dalam organisasi maka akan tcrjadi hal-hal di luar
kebiasaan sehingga para anggota merasa tcrkcjut surprise, shock, bahkan
mcrasa terancam. Emosi mcrupakan rcaksi yang wajar sccara psikologis
tcrhadap kejadian-kejadian terscbut, dan individu akan ben►saha
• EKMA4565/MODUL 4 4.13
Tabel 4.2.
Perbandingan Paradigma Emosi
Emosi berkaitan dengan interpretasi kejadian- Emosi dan kognisi merupakan dua hal yang
kejadian yang relevan selama proses bertentangan.
perubahan.
Emosi mengarahkan tindakan & motivasi serta Emosi negatif akan berdampak negatif
membantu proses penyesuaian terhadap terhadap organisasi.
dannak • rubahan.
Asumsi Mengenai Emosi dan Perubahan: Asumsi Mengenai Emosi dan Perubahan:
Emosi merupakan bagian penting dari Fear and Stress mendominasi proses
pengalaman perubahan itu sendiri. perubahan.
Emosi constitute invidual and social change Emosi akan menghambat perubahan
story (meaningot chang e oreanisasi.
Implikasi Penanganan Emosi Dalam Implikasi Penanganan Emosi Dalam
Organisasi Dan Perubahan: Organisasi Dan Perubahan:
Aktivasi
Mang
TerstimulaNi
Agitasi
Kejutan
Tidak
Nlenyenagkan Menyenagkan
Aktivasi Tinggi Aktivasi Tinggi
Tidak Menyenagkan
Mrnvenagkan Aktivasi itendah
.Aktivasi Rcndah
IKesal Dlant
Diam
'Fruang
Aktivasi Rendah
Gambar 4.2.
Circumplex model of emotion
E) Usulan
perubahan
IIarapan
IVIenyenangkan
Gambar 4.3.
Membangun Kapabilitas Emosi
Kontrak Psikologis
Sobirin (2009) menyatakan bahwa manusia yang berada di dalam
lingkungan internal organisasi dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yakni
pemilik organisasi, manajer dan karyawan. Hierarki ketiga kelompok tersebut
dapat dilihat pada Gambar 4.4 sebagai berikut:
4.20 MANAJEMEN PERUMANAN •
Stockholder/pemilik modal
Para manajcr
Karyawan
Gambar 4.4.
Komposisi stakeholder yang berada di dalam organisasi
Tabel 4.3.
Kesepakatan lama vs Kesepakatan baru
dan bahkan kedua belah pihak tidak jarang pula hams menanggung dampak
buruk dari pelanggaran kesepakatan tersebut.
Banyak kasus di Indonesia yang menggambarkan situasi seperti
digambarkan di atas, tnisalnya demonstrasi besar-besaran yang berlangsung
cukup lama, dilalculcan oleh karyawan PTDI di Bandung, yang disebabkan
karena perusahaan menc iutkan kegiatan usaha sehingga berakibat
dirumahkannya sejurnlah karyawan. Penciutan kegiatan usaha atau secara
umum perubahan yang terjadi di organisasi PTDI inilah yang menjadi pemicu
persoalan-persoalan lcbih lanjut yang dihadapi PTDI. Yang pasti kedua belah
pihak — karyawan dan PTDI menderita kerugian yang tidak sedikit. Dari
contoh ini bisa ditarik kesimpulan bahwa perubahan organisasi merupakan
faktor penting yang menyebabkan nmtuhnya kesepakatan kerja antara
karyawan dengan perusahaan yang berdampak pada kerugian moral dan
material Bari kedua belah
• Kesepakatan kerja seperti telah disebutkan di muka bisa dikeloinpokkan
menjadi dua yaitu: kesepakatan kerja yang bersifat formal dan tertulis dan
kesepakatan kerja yang bersifat informal dan tidak tertulis. Isi dari
kesepakatan kerja yang formal dan tertulis secara umum menyebutkan hak-
hak yang akan mereka terima dan kewajiban yang hams mereka jalankan
yang semuanya terkait dengan hukum ketenagakerjaan. Kesepakatan seperti
ini biasa disebut sebagai legal contract atau labor contract. Sementara itu
kesepakatan kerja yang bersifat informal dan tidak tertulis pada umumnya
merupakan kesepakatan yang menyangkut aspek keprilakuan. Misalnya,
secara informal karyawan diharapkan mau bekerja keras, memiliki komitmen
dait loyal kepada perusahaan, sedangkan perusahaan diharapkan memberi
keamanan kerja bagi karyawan, dan menciptakan suasana kerja yang
kondusif. Kesepakatan kerja yang bersifat keprilakuan seperti ini disebut
sebagai "kontrak psikologis — psychological contract". Meski kesempatan ini
'9ersifat informal dan tidak tertulis, kontrak psikologis memiliki dampak yang
cukup besar dalam kehidupan organisasi sehingga mendapat perhatian cukup
serius dari ahli-ahli organisasi.
Secara definitif, Kotter (1973) mengatakan bahwa kontrak psikologis
adalah sebuah kontrak yang bersifat implicit dibuat dua belah pihak — antara
seseorang (seorang karyawan) dengan organisasi tempat kerja, yang
menjelaskan ekspektasi masing-masing pihak tentang apa yang bisa mereka
berikan dan apa akan diterima dalam kaitannya dengan hubungan kerja.
Sementara itu Morrison menyebutkan 5 karalcteristik kontrak psikologis.
4.24 MANAJEMEN PERUMAHAN •
saja (mediocre) tentu tidak mudah pindah kerja apalagi jika mereka sudah
cukup umur. Kelompok ini tergolong berada pada posisi sulit dan cenderung
memiliki tingkat resistensi paling tinggi terhadap perubahan. oleh karena itu
opsi kedua hams ditempuh yakni tetap bersama dengan organisasi lama
dengan segala konsekuensi yang akan dihadapi. Salah satunya adalah, suka
atau tidak, karyawan harus terns bergerak menyesuaikan diri dengan tuntutan
perubahan jika menginginkan dirinya masih tetap bersama organisasi.
Dengan kata lain, karyawan hams melakukan perubahan individual agar bisa
menerima proses perubahan organisasi. Namun proses perubahan individu
juga bukan hal yang mudah dilakukan. Perubahan individu membutuhkan
masa transisi yang kadang-kadang membutuhkan waktu panjang. Dengan
menggunakan model yang dibangun Elizabeth Kubler-Ross yang dikenal
dengan proses transisi 5 tahap (five stages model), Freeman (1996) misalnya
mengatakan adanya lima tahapan yang akan dialami seseorang ketika mereka
menghadapi perubahan:
1. Mengingkari (denial): Sescorang mengingkari atau tidak mau mengakui
jika kehilangan sesuatu betul-betul tidak bisa dihindarkan..
2. Marah atau gampang manth: seseorang mulai mempertanyakan mengapa
semua ini hams terjadi sehingga perasaan marah tidak terhindarkan.
3. Tawar menawar (bargaining): Orang tersebut mencoba menunda apa
yang sesungguhhya tidak bisa dihindari dengan memohon kepada
otoritas yang !chill tinggi. Permohonan tersebut berupa berjanji untuk
berprilaku tertentu atau mau melakukan pengorbanan jika
permohonannya dikabulkan. -
4.' Depresi dan mulai bisa meuerima keadaan: Periode ketidakberdayaan
yang dialami selama ini pada akhirnya menghasilkan sebuah pengakuan •
bahwa kehilangan betul-betul tidak bisa dihindarkan.
5. Bisa menerima keadaan (acceptance): Menunjukkan sikap yang lebih
positif terhadap kehilangan dah Ia mulai mau berajak dari situasi saat ini.
emosi yang dialami karyawan sudah mulai tcrjadi saat pengumuman merger
dan akuisisi kemudian berulang ketika proses merger dan akuisisi terns
bcrlanjut. Selengkapnya dilihat pada Gambar 4. 5 scbagai berikut.
Pengumumart
Gambar 4.5.
Proses transisi sclama merger dan akuisisi
. Tampak pada Gambar 4.5 bahwa transisi individual tidak terjadi sccara
linear melainkan terjadi secara bergelombang. Pada awalnya saat tcrjadi
pengumuman merger dan akuisisi tingkat kckhawatiran karyawan meninggi
namun setclah itu menurun. Scbclum kekhawatirannya betul-bctul mcnurun
pada titik terendah karyawan dihadapkan pada kekhawatiran baru. Tingkat
kckhawatiran karyawan kembali meninggi ketika merasa bahwa dia akan
menjadi korban merger yakni mereka akan kchilangan pckerjaan. Jika
kenyataan ini tidak terbukti kekhawatiran kembali menurun. Untuk
sementara karyawan akan merasa aman karcna masih bisa terns bekerja.
Meski demikian, kekhawatiran karyawan botch jadi muncul kembali ketika
perusahaan memutuskan untuk merombak struktur organisasi. Perubahan
struktur organisasi akan diinterpretasilcan karyawan scbagai perubahan posisi
kerja atau bcban kerja yang scmakin mcningkat tanpa diikuti oleh imbalan
yang lcbih besar. Faktor inilah yang nienyebabkan karyawan mcrasa
khawatir. Kekhawatiran akan mereda manakala perusahaan selesai menata
organisasi baru dan ternyata karyawan tidak tcrkcna dampaknya. Proses
seperti ini akan terns berlangsung sesuai dengan bcrjalannya waktu sampai
karyawan betul-betul merasa aman yakni ketika jalannya organisasi sudah
kembali normal.
• EKMA4565/MODUL 4 4.33
-- LATI H A N
44
=7---- RANG KU MAN
KEGIATAN BELAJAR
Kepemimpinan dalam
Perubahan Organisasi
datang pada seminar yang akan kaini selenggarakan besok pagi" adalah satu
contoli yang menunjukkan bahwa posisi seseorang di dalam organisasi
identik dengan pemimpin. Kepemimpinan juga digunakan untuk menjelaskan
Icarakteristik seseorang "Supervisor kita yang baru tidak memiliki jiwa
kepemimpinan seperti supervisor kita sebelumnya". Kata jiwa kepemimpinan
menunjukkan bahwa kepemimpinan merupakan sifat seseorang.
Meski kedua contoh di atas berkaitan dengan kepemimpinan, keduanya
belum memberi pemahaman umum tentang pemimpin dan kepemimpinan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa mendefinisikan kepemimpinan bukan
pckerjaan mudah karena masing-masing pakar memberi tekanan berbeda
untuk kata yang lama — kepemimpinan. Bass (1990) misalnya
mengidentifilaisi beragam definisi kepemimpinan sebagai berikut:
1. Pemimpin sebagai fokus atau titik central dari proses kelompok.
awal tentang pemimpin dan kepemimpinan
menunjukkan adanya kecenderungan dalam melihat pemimpin sebagai
seseorang yang bcrada di tengah-tengah kelompok dan menjadi pusat
peruhahan, pergerakan dan aktivitas kelompok.
2. Kepemimpinan sebagai kep-ribadian yang berdampak pada orang lain.
Pam tcoritis kepribadian cenderung menganggap bahwa secrang
pemimpin adalah orang yang memiliki kepribadian yang berbeda dengan
kepribadian pars pengikutnya sehingga is bisa menggerakkan orang iain.
J. Steven Ott (1996) misalnya mendefinisikan kepemimpinan sebagai
proses hubungan antar pribadi yang di dalamnya scseorang
mempengaruhi sikap,,kepercayaan, _clan khususnya perilaku orang lain.
3.. Kepemimpinan sebagai tindakan yang menyebabkan orang lain patuh.
Pcmimpin adalah seorang yang secara sepihak mampu mengendalikan
orang lain untuk memenuhi keinginan Sang Pemimpin.
4. Kepemitnpinan sebagai pelalmnaan mempcngaruhi. Kepemimpinan
menurut pandangan ini tidak lain adalah proses mempengaruhi aktivitas
kelompok dalam upayanya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
5. Kepemimpinan sebagai sebuah tindakan atau prilaku. Yang dimaksud
dengan prilaku kepemimpinan seperti dilcatakan Fiedler (1967) adalah
sebuah tindakan tertentu yang dilakukan seorang pemimpin dalam
mengarahlcan dan mengkoordinasikan kerja kelompok. Temiasuk dalam
tindakan ini misalnya membuat struktur hubungan kerja, metnuji dan
mengkritik anggota kelompok, dan menunjukkan perhatian terhadap
kesejahteraan dan perasaan anggota kelompok. Sementara itu Katz and
4.42 MANAJEMEN PERLIBAHAN •
tidak mcnduduki jabatan tertentu bukan bcrarti dia bukan pemimpin. Menurut
Burns (1978), untuk menjadi pemimpin scscorang harus dapat
mengembanglcan motivasi pengiktit secara torus mcnerus dan mengubah
perilaku mercka menjadi responsif.
Manajer Leader
- Mengelola (administers) - Menemukan (innovates)
- Meniru (a copy) - Orisinal (original)
- Mempertahankan - Mengembangkan
- Berfokus pada sistem dan struktur - Berfokus pada orang
- Bergantung pada pengawasan - Membangkitkan kepercayaan
- Berorientasi jangka pendek - Memiliki perspektif jauh ke depan
- Bertanya bagaimana dan kapan - Bertanya apa dan mengapa
- Berorientasi pada hasil akhir - Berorientasi ke masa depan
- Meniru (imitates) - Memulai (originates)
- Menerima status quo - Meneriman tantangan (challenges it)
- Melakukan hal-hal dengan benar - Melakukan hal-hal yang benar
(The manager does things rights) (The leader does righ tthings)
Sumber: Bennis (1994)
4.46 MANAJEMEN PERLJBANAN •
Gambar 4.6.
Pota kepemimpinan organisasi
karena itu manajer level bawah dituntut untuk memiliki kemampuan teknis
sekaligus memahami aturan yang berlaku karena merekalah yang secara
langsung berhubungan dengan Icaryawan nonmanajer. ltulah sebabnya
pimpinan level bawah hams memberi perhatian pada aspck penghargaan dan
hukuman.
Jim Collin dalam bukunya "Good to Great" (2001) juga mengingatkan
akan pcntingnya kepemimpinan pada setiap level organisasi jika
menghendaki organisasi tersebut berhasil mencapai tujuannya. Collin
membedakan kepemimpinan ke dalam 5 level yang berbeda. Pada level 1,
individu yang memiliki kapabilitas yang sangat tinggi mampu memberi
kontribusi yang produktif melalui: talenta, pengetahuan, skill dan kebiasaan
kerja yang baik. Pada level 2, kontribusi anggota-anggota tim mampu
memberikan kontribusi terhadap kapabilitas individu untuk mencapai tujuan
kelompok dan kerja sama yang baik di antara anggota kelompok. Pada level
3, manajer yang kompeten mampu mengorganisir manusia dan sumber daya
menuju efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pada level 4, pemimpin menjadi kalisator dalam menciptakan
komitmen menuju tercapainya tujuan organisasi. Pada level 5, para eksekutif
mampu membangun kebesaran organisasi yang bertahan lama melalui
ramuan yang bersifat paradoks yakni bersahaja tapi profesional dan memiliki
komitmen total dalam memajukan kepentingan organisasi. Kepemimpin level
5 inilah yang dianggap sebagai unsur utama dari beberapa unsur lainnya yang
bisa mentransformasi perusahaan dari sekedar perusahaan yang baik menjadi
perusahaan yang luar biasa.
(2000) pemimpin perubahan adalah mereka yang mampu mer'2bah sikap dan
gaya kepemimpinan secara radikal untuk hal-hal berikut ini, dari:
Aktivitas kapabilitas
Sepedi yang diharapkan DIRECTOR COACH
Hasil dart Sebagian seperli yang
perubahan diharapkan NAVIGATOR INTERPRETER
Tidak seperti yang
diharapkan CARETAKER NURTURER
Sumber: Palmer, Dunford Et Akin (2006) p.24
Gambar 4.7.
Metafora manajemen perubahan
Seperti tampak pada Gambar 4.7 ada dua dimensi yang digunakan untuk
membedakan tipe kcpcmimpinan yaitu: tujuan perubahan dan hasil yang
diharapkan dari perubahan tersebut. Mcnurut Palmer et al. perubahan
organisasi dibedakan menjadi dua yaitu perubaban scbagai upaya untuk
mengcndalikan aktivitas organisasi (controlling activities) dan pentbahan
scbagai upaya untuk membcntuk kapabilitas organisasi (shaping
capabilities). Sedangkan hasil yang dibarapkan dari perubahan organisasi
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: (1) perubahan menghasilkan outcome
scperti yang diharapkan, (2) perubahan mcnghasilkan outcome yang
scbagiannya scsuai dcngan harap dan sehagiannya lagi tidak scsuai dcngan
harapan, dan (3) perubahan tidak mcnghasilkatt outcome scperti yang
diharapkan. Bcrdasarkan kriteria-kriteria tcrscbut, tipologi pimpinan yang
cocok untuk mengelola perubahan adalah:
1. Pimpinan sebagai seorang Dircktur.
2. Pimpinan sebagai seorang Navigator.
3. Pimpinan scbagai scorang Caretaker.
4. Pimpinan sebagai scorang Coach.
5. Pimpinan scbagai scorang Interpreter.
6. Pimpinan scbagai seorang Nurturer.
7. Kepernimpinan Kharismatik
Istilah karisma sesungguhnya bukan istilah barn. Istilah ini sudah
digunakan oleh Max Weber ketika menjelaskan pentingnya teori birokrasi.
Meski demikian istilah karisma khususnya ketika dikaitkan dengan konsep
kepemimpinan, baru muncul pada tahun 1970-an. Salah satu dasar
pemahaman tentang kepemimpinan kharismatik adalah konsep hubungan
antara pemimpin dengan para pengikutnya, bukan sekedar sifat pemimpin
dan karakteristik pribadi pemimpin. Pemimpin karismatik didefinisikan
sebagai pemimpin yang memberikan efek emosional secara mendalam
kepada para pengikutnya. Pemimpin dipersepsi bukan semata-mata sebagai
bos tetapi lebih sebagai role model dan pahlawan yang memiliki kehidupan
luar biasa ketimbang kehidupan sehari-hari mereka.
Pada umurnnya pemimpin karismatik muncul sebagai pemimpin bukan
sengaja ditunjuk secara formal sebagai pemimpin. Kalaulah pemimpin
karismatik ditunjuk secara formal, dia sebelumnya sudah diakui sebagai
pemimpin. Artinya ditunjuk atau tidak ditunjuk secara formal, pemimpin
karismatik dengan sendirinya adalah seorang pemimpin. Penunjukan secara
formal hanyalah tahap akhir untuk mengukuhkan bahwa seorang pemimpin
karismatik diakui secara formal sebagai pemimpin. Pertanyaannya adalah
bagaimana seseorang bisa diakui sebagai pemimpin karismatik? Salah sati-
komponen panting pemimpin karismatik adalah para pengikut merasa tidak
cocok dengan kepemimpinan yang sedang berjalan sehingga mereka
berupaya untuk mencari pengganti pemimpin lain sebab kalau tidak mereka
yakin bahwa organisasi akan mengalami krisis berkepanjangan. Selain alasan
krisis kepemimpinan, seorang pemimpin karismatik akan muncul
sepermukaan jika is menunjulckan kompetensi dan loyalitasnya kepada
kelompok dan. tujuan yang mereka hendak capai. Komitmen inilah yang
menjadikan seseorang dianggap memiliki nilai lebih dibandingkan orang lain
dan oleh karenanya dianggap layak sebagai seorang pemimpin.
Karakteristik pemimpin kharismatik. Pemimpin karismatik secara
umum mempunyai beberapa karakteristik seperti tampak pada Tabel 4.5.
Meski beberapa karakteristik ini (misalnya: percaya diri, memiliki energi dan
kemampuan berkomunikasi) juga menjadi karakteristik bentuk
• EKMA456S/MODUL 4 4.57
Tabel 4.5.
Karakteristik pemimpin karismatik
I. KEPEMIMP1NAN TRANSAICSIONAL-TRANSFORMASIONAL
Kepemimpinan beroirentasi
perubahan 2
Gambar 4.8.
Faktor-faktor kepemimpinan transformasional
• EKMA4565/MODUL 4 4.61
Tabel 4.6.
Karakteristik Pemimpin Transformasional dan Pemimpin Transaksional
Pemimpin Transformasional
Karistna: memberi visi, misi, menanamkan rasa gangga, mcndapatkan rasa
......
hormat dan kepercayaan dari bawahan.
Inspirasi: mengkomunikasikan ckspektasi tinggi, menggunalcan simbol-
simbol untuk memfokuskan upaya, mengcicspresikan tujuan penting
dengan cars-cars yang scderhana.
Simulasi intelcktual: menghargai kecerdasan, rasionalitas, dan pemecahan
masalah secara hati-hati.
Konsidcrasi yang bersifat individual: mcmbcrikan perhatian secara
personal, memperlakukan karyawan secara individual, melatih, memberi
bimbingan.
Pemimpin Transaksional
Imbalan kontijcn: kontrak pertukaran imbalan atas usaha, menjanjikan
imbalan bagi kinerja yang baik dan menghargai prestasi kerja.
Management by exception (akti 0: mengawasi dan mencermati
penyimpangan dari berbagai aturan dan standar, melakukan tindakan
perbaikan.
Management by exception .asif): melakukan intervensi hanya hila standar
• EKMA4565/MODUL 4 4.63
tidak terpenuhi.
Laissez faire: melepaskan tanggung jawab, menghindari pengambilan
keputusan.
Sumber: Bass (1990)
Menerat Tichy & Devanna (1990) ada tiga tahapan yang secara
berurutan seharusnya dilakukan oleh seorang pemimpin transformasional
yaitu:
1. Hams ada pengakuan bahwa perubahan itu perlu.
2.. Menciptakan visi barn.
3. Melembagakan perubahan.
3. Institusionalisasi Perubahan
Ketika perubahan sudah menjadi kebutuhan setiap individu di dalam
perusahaan dan visi barn telah ditetapkan, tahapan befilcutnya adalah
4.66 MANAJEMEN PERU'S...HAN •
LATI HAN
z
1_,
RANG KU MAN
1
4.72 MANAJCMCN PERUBAHAN •
Daftar Pustaka
Bouckenooghe, 2009).
Collin, J. (2001).
Conger (1990).
Fineman, 2001).
• EKMA4565/MODUL 4 4.73
Freeman (1996).
Fridja, (1993)
Handy, C. (1995).
Holbeche, (2006).
Huy (2005).
Johnson, 1988).
Karp, T. (2006).
Kissler (1994).
Kotter (1973).
Kotter, John, P. (1988). The Leadership Factor. New York: The Free Press.
Kouzes, J. M. & Posner, B.Z. (1993). Credibility. San Fransisco, CA: Jossey-
Bass Publisher.
Marshak, 2009).
Morgan, 1996).
Nahavandi, A. (1997). The art and science of leadership, Prentice Hall Inc.
Rousseau (1989).
Rousseau (1990).
Weidman, D. (2000).
Zaleznik (1977). "Manager and Leader, Are They Different?" The Harvard
Business Review. May-June.
l
.r
MODUL 5
PENDAHULUAN
KEGIATAN BELAJAR 1
Pengembangan Organisasi
Tabel 5.1.
Beberapa Definisi OD
french. Dell & 1989 Orgnnizational dooveloomonl is • process of ObtnIn long and Itioll term
Zawecki planned aye.m change that ott•mpts to oblectIvos
malte organIzation• baltrir able to attain
their short and long term obtoictivas.
B. KARAKTERISTIK OD
Tabet 5.2.
Karakteristik OD
C. ICRITIK TERHADAP OD
Seperti tampak pada Gambar 5.1, dua bentuk umpan batik (feedback
loops) merupakan bagian integral dan model perubahan terencana yang
dibangun Huse. Umpan balik pertama bermula setelah rencana perubahan
mulai dijalankan namun ditengah jalan, setelah dilakukan evaluasi, beberapa
proses perubahan atau secara umum arah perubahan perlu dimodifikasi
karena satu atau beberapa alasan. Sebagai contoh, katakanlah untuk
memperlancar proses OD diputuskan untuk melakukan briefing kepada
semua staf dalam rangka untuk mengkomunikasikan visi para manajer senior.
Namun saat briefing dilaksanakan diketahui bahwa staf yang mengikuti
briefing merasa tidak puas. Pasalnya pada pertemuan tersebut terjadi
komunikasi satu arah di mana pihak 'manajemen hanya mempresentasikan
pandangan-pandangannya dan apa yang menjadi perhatian mereka tanpa
memberi kesempatan pada staf untuk memberi masukan. Setelah dievaluasi
dan dilakukan diagnosis ulang diputuskan untuk memodifikasi mekanisme
komunikasi dengan memberi kesempatan pada staf untuk menyampaikan isu-
isu yang menjadi perhatian mereka tepati tidak disentuh oleh para manajer
senior. Contoh ini memberi gambaran bahwa arah perubahan tidak berubah
tetapi yang diubah hanyalah gaya komunikasi.
Utnpan balik kedua terjadi setelah proses perubahan selesai dijalankan
dan konsultan beralih ke pekerjaan lain pada organisasi berbeda atau
memulai proyek barn pada organisasi yang sama. Di sini siklus OD dimulai
kembali dari awal dengan melakukan scouting untuk memperoleh informasi
5.18 MANAJEMEN PERUBAHAN •
Scouting
Egli:test betsarazi antra
Agen pertbaken dengan
den
4,
Entry
kiembangun kentak
PskoIctds
Unfreezing
Diagnosis
Saengkientilkasiimn tujuan
speeds( yang kendak
dingkaaan
Planning
Merencanakan tindakan den
lengkeh-langkah untuk
mengatas restslensi
Action
eengirrplementskan Change
langkaki-langkee lindakan
Satabilization &
Evaluation
Evaluasl unit menentulcin
luzberhasilan pesubahan dan
Perla tidaknya lancfraii
kinkram
Refreezing
Termination
Selesat mengerjakan sato
peoyek dan memiesi proyek
lain
Gambar 5.1.
Model Perubahan Terencana Menurut Huse
• EKMA4565/MODUL 5 5.19
E. DIAGNOSIS
Model diagnosis
Ada beberapa model diagnosis yang bisa digunakan untuk memetakan
kondisi organisasi dan sekaligus untuk mencmukan masalah organisasi.
Model diagnosis juga menjadi dasar untuk menentukan kinerja organisasi.
Beberapa model diagnosis di antaranya adalah: Six-Box Model, the 7-S
Framework, The Star Model, The Congruence Model, dan Burke-Litwin
Model. Beberapa model akan dijelaskan lcbih detail.
PURPOSE
What business
arc we in?
RELATIONSHIP
STRUCTURE
How do we manage
LEADERSHIP How do we divide up
conflict among people?
Does someone the work?
With technologies?
keep the boxes
in balance?
ENVIRONMENT
Gambar 5.2.
Six-Box Organizational Model
2. The 7 S Framework
Model ini dibangun pada tahun 1980 oleh tiga orang konsultan
McKinsey & Company — Robert Waterman, Jr., Tom Peter dan Julien
Phillpips yang menuangkan gagasannya melalui sebuah tulisan "structure is
not organization" dimuat di Business Horizons. Model ini (lihat Gambar 5.3)
didasarkan pada suatu proposisi bahwa: (1) efektivitas organisasi datangnya
5.22 MANAJEMEN PERUBAHAN •
dari interaksi berbagai macam faktor, dan (2) perubahan yang berhasil
membutuhkan perhatian terhadap keterkaitan antara berbagai macam variabel
berbeda. Waterman et al. mengelompokkan variabel organi4asi ke dalam
7 macam yakni strategi, struktur, system, style (gaya), staff, skill dan share
value atau superorninate goals. Kctujuh variabel tcrscbut diawali dengan
huruf S sehingga dinamakan 7 S Framework. Tabel 5.3 menjelaskan apa
yang dimaksudkan dengan masing-masing variabel.
Gambar 5.3.
The 7S Framework
• EKMA4565/MODUL 5 5.23
Tabel 5.3.
Makna masing-masing variabel pada 7S Framework
Satu set tindakan yang bersifat koheren yang bertujuan agar perusahaan
Strategy dapat mempertahankan daya saing berkelanjutan, meningkatkan posisi
persaingan balk terhadap pelanggan, maupun dalam mengalokasikan
sumber daya.
Struktur organisasi yang menunjukkan kepada siapa seseorang haws
Struktur bertanggung jawab dan bagaimana togas-tugas organisasi dipisahkan dan
sekaligus diintegrasikan.
Suatu proses dan aliran kerja yang menunjukkan bagaimana kegiatan
Sistem sehari-hari dilakukan (sistem informasi, sistem anggaran modal, proses
manufakturing, sistem quality control, dan sistem pengukuran kinerja
adalah beberapa contohnya).
Bukan sekedar apa yang dianggap penting oleh manajemen, lebih dan itu
Styles bagaimana sesungguhnya manajemen berprilaku nyata tentang apa yang
dianggap penting oleh perusahaan.
Yang dimaksud di sini bukan sekedar kepribadian seseorang ataupun
Staff orang-orang yang terlibat di dalam organisasi melainkan tentang
komposisi demographic dari orang-oranq yang terlibat di dalam organisasi.
Shared Nilai-nilai organisasi yang bukan sekedar pemyataan tujuan organisasi,
values tetapi adalah nilai-nilai yang dipahami dan dijiwai oleh sebagian besar
anggota organisasi.
Skill Kapabilitas yang dimiliki organisasi secara keseluruhan, bukan hanya
kemampuan individu per individu.
Strategy
Vision
Direction
Competitive Advantage
Gambar 5.4.
The Star Model
5.26 MANAJEMEN PERUBAHAN •
Kapabilitas System
Strategi proses dan ponghatgaan Ptak* SDM
lateral
Jika strategi bdak Jika stickler bdak Jika mekanisme Jika pengbargaan Jika sumberdaya
ada, kink jelas selaras dengan koordinasi lidak tidak mendukung manusia tidak
atau bdak strategi bisa berjalan IAA temiptanya tujuan berparbspasi dan
disepakab bdak rkberdayakan
• Tidak ado arch • rodak mampu • Tidak tanai • Itasrl yang ketwu • Upaya taripa ha,
.1
yang sama mernobilsasi kolaborasi intas den boros energi • K opinion
• Tidok ado aileno sumberdaya unit • Standard rondak karyowon rendah
anti* mongarnbil • Pelaksanaon WA • Pengombilon • Fromtml dan
kepuesan elektit Mang kepubisan don pcopoloron
kesempatan unbar Alas :small koryavran Sngor
bisa bersaing trolalu lama
• Sukt berbagi
informasi dan
prakte yang basic
Gambar 5.5.
Dampak Ketidakcocokan Masing-Masing Elemen
Gambar 5.6.
The Congruence Model
,..743.Esk
Rio q itir*inetts &
Mdividual< k41s/
Abi Ise is*114
Gambar 5.7.
Burke-Litwin Model
F. PROSES OD
Sejauh ini telah diuraikan beberapa model yang bisa digunakan sebagai
alat bantu untuk melakukan diagnosis dalam pcngembangan organisasi.
Keragaman model di atas seharusnya tidak menjadikan para manajer dan
praktisi OD justru kebingungan dalam mcmilih model. Scbaliknya
keragaman tersebut diharapkan mempermudah mercka mcncntukan pilihan
• EKMA4565/MDOUL 5 5.29
model yang dianggap cocok sesuai dengan situasi yang dihadapi organisasi.
Terlepas dari model yang akan dipilih nantinya, pekedaan diagnosis tidak
hanya berhenti memilih model tetapi hams dilanjutkan dengan melakukan
proses diagnosis. Diagnosis merupakan sebuah proses siklikal meliputi
pengumpulan data, interpretasi data, identifikasi masalah dan rencana
program yang mungkin bisa dijalankan. Secara umum proses diagnosis dapat
dilihat pada Gambar 5.8 berikut ini.
Diagnosis process
TePtative"Oroblem
Areasidentified
4,
Collect __Ii needed
More data
_d Data
data now feedback
problem areas
identified
Ilerit3aiga
No change Motivated
At present Wolk on problem
Gambar 5.8.
Proses diagnosis
G. INTERVENSI OD
Consultant
Values
Efficiency — morale
--Pi Structural
Change
Consultant process
Role
Process — expert erformance, Desired
Technical state
Gap
Technique
Data
gathering
-41 Behavioral
F-
Diagnosis
Gambar 5.9.
Proses OD dalam Perspektif Berbeda
Praktisi/Konsultan OD
/ I
Perubahan sikap & Perubahan struktur & Perubahan produksi &
nilai-nilai desain metode
4'
Prilaku baru Pola hubungan baru Proses baru
1Gnerja
meningkat
Gambar 5.10.
Strategi OD
Tabel 5.4.
Berbagai Jenis Intervensi
Jenis intervensi
Inclividu Tim Intergroup organisasi
Laboratory Team building Intergroup Goal setting
learning Process development Grid OD phase
Career consultation Third party 4,5,6
planning Quality control intervention Survey
Grid OD Role Organization feedback
(Phase 1) negotiation mirror Action research
Behavioral Stress Role analysis Process Likert's system
management Grid OD phase consultation 4
Biofeedback 2 Grid OD phase Quality of work
MBO Goal setting 3 TQM life TOM
Goal setting Third party
Quality of intervention
work life
Job Job enrichment Job enrichment Grid OD phase
enrichment Team building Goal setting 4,5,6
Stress Quality circle TQM Survey
management Role feedback
Quality of negotiation Action research
Structural
work lif MBO Role analysis Likert's system
Grid OD phase 4
3 Quality of work
Self managed life TQM
work teams Restructuring
Job design Job design Job design Grid OD phase
Quality control Grid OD phase 4,5,6
Grid OD phase 3 TQM Survey
3 feedback
Action research
Technical
Likert's system
4
Quality of work
life TQM
Reengineering
Seperti dapat kita lihat, OD kini berupaya menjauh dari akamya, yaitu
Dinamika Kelompok dan Perubahan Terencana dan lebih memilih prespektif
perubahan sistem dan organisasi. Hal ini menciptakan dilema bagi para
pendukung OD. Banyak praktek-praktek OD (contoh: riset tindakan — action
research, t-groups dan sebagainya) telah luas diterima di banyak organisasi
pada awal tahun 1980an. Bahkan sebagian pendekatan yang lebih baru,
seperti job design dan self managed-team, telah menjadi praktek utama di
berbagai organisasi. Pendekatan-pendekatan ini masih cenderung fokus pada
5.42 MANAJEMEN PEFWEIAHAN •
tataran kclompok dan bukan tataran organisasi yang lebih luas. Namun,
pendekatan transformasi pada tataran organisasi yang dipandang penting
untuk mempertahankan relevansi OD pada organisasi, arahnya masih
belumlah jelas, belum berkembang dan tidak diterima scmua pihak. Semakin
OD terfokus pada masalah makro, semakin kurang kemampuan OD
merangkul dan mclibatkan semua individu yang terkait program
perubahannya dan semakin kurang mampu PO mempromosikan nilai-nilai
dasar humanis dan demokratisnya.
Perkembangan PO di atas, dan juga sejumlah perspektif tentang
organisasi yang lebih barn, telah membuat banyak orang mempertanyakan
bukan hanya aspek tertentu saja dari pendekatan Perubahan Terencana
namun juga kegunaan dan praktek dari pcndekatan secara keseluruhan.
Sejumlah penulis mengkritik pendekatan Perubahan Terencana karena terlalu
menekankan pada perubahan inkremental dan terisolasi sena
ketidalanampuannya dalam mengadopsi perubahan radikal dan
transformasional (Dunphy dan Stace, 1993).
Pendekatan perubahan Terencana didasarkan pada asumsi bahwa
kesepakatan umum dapat dicapai, dan bahwa semua pihak terkait dalam
proyek perubahan tertentu memiliki kemauan sena rninat untuk
melakukannya. Asumsi ini sepertinya mengabaikan konflik dan politik
organisasi, atau paling tidak menganggap bahwa masalah dapat dengan
mudah diidentifikasi dan diselesaikan. Stace dan Dunphy (1994)
menunjulckan bahwa terdapat spelctrum yang luas pada situasi perubahan,
dari fine-tuning hingga transformasi korporat dan juga berbagai cara
mengelola perubahan, dari kolaboratif sampai koersif. Walau Perubahan
Terencana mungkin sesuai bagi scbagian situasi ini, namun jelas tidak
cocok diterapkan dalam situasi di mana diperlukan pendekatan dircktif,
seperti pada saat 'crisis yang menuntut perubahan besar-besaran dalam waktu
singkat, di mana tidak dimungkinkan keterlibatan luas ataupun konsultasi.
Memang, Perubahan Terencana tak pernah dimaksudkan untuk dapat
diterapkan di semua situasi perubahan dan jclas tidak pernah dimaksudkan
untuk diterapkan dalam situasi di mana dibutuhkan perubahan cepat, koersif
dan atau besar-besaran. Fokus model Bullock dan Batten (1985),
sebagaimana juga model Lewin, adalah perubahan pada tataran individu
dan kelompok. Namun dcmikian, para praktisi OD sebagaimana juga para
pakar lainnya dewasa ini scmakin mengakui bahwa "Organisasi kini sedang
diciptakan ulang (reinvented); tugas-tugas kerja sedang direkayasa-ulang;
• EKMA4565/MODUL 5 5.43
baik. Untuk jelasnya dapat Anda lihat Gambar 5.9 sebagai ilustrasi dari
proses intervensi OD.
RANG KU MAN
TES FORMATIF 1
2) Ada enam kritik Greiner terhadap OD, yang terkenal dengan istilah red
flag, salah satu di antaranya adalah OD dianggap lebih ....
A. mengedcpankan aspek informal daripada aspek formal organisasi
B. mementingkan tugas daripada proses
C. mendabulukan kepentingan organisasi daripada kepentingan
individu
D. mementingkan diagnosis dibanding dengan perubahan perilaku
KEGIATAN BELAJAR
Organisasi Pembelajar
(ic o eter Drucker (1998), seorang pemikir dan sekaligus guru manajemen
terkemuka, sangat percaya bahwa era ke depan adalah era pengetahuan.
Pengetahuan tidak semata-mata sistem dan prosedur di dalam perusahaan
atau organisasi publik, atau hanya sekumpulan ingatan kognitif seseorang,
namun juga merupakan sekumpulan pengetahuan eksplisit dan implisit yang
dibangun melalui proses pembelajaran perusahaan yang terus-menerus dan
melalui koreksi atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan maupun proses
yang adaptif terhadap perubahan lingkungan. Drucker tidak percaya
bahwa berlimpahnya informasi dapat menjadi keunggulan kompetitif dalam
jangka panjang, kecuali bila informasi tersebut dapat diproses menjadi
pengetahuan yang diaplikasikan bagi pengambilan keputusan manajemen.
Pemikiran ini sangat relevan pada era keterbukaan dan hadirnya teknologi
informasi dan komunikasi (information and communication technology —
ICT). Informasi yang berlimpah akan menjadi sia-sia bila tidak dapat
memanfaatkan bagi keputusan bisnis atau organisasi.
Di sisi lain, Hamel & Prahalad (1994) lebih dari satu dekade lalu
mempubikasikan pemikirannya tentang perlunya sebuah perusahaan memiliki.
dan memperkuat kompetensi inti (core competence) agar dapat
mempertahankan daya saingnya. Secara definitif, kompetensi inti adalah,
kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai (value) bagi pasar dan
pelanggannya yang bersumber dari kapabilitas unik (distinctive capabilities)
yang dimiliki dan terus dikembangkan perusahaan. Argumentasi Hamel dan
Prahalad (1994) ini mengawali arus besar kesadaran para pimpinan puncak
perusahaan untuk melakukan revitalisasi bisnis, menggantikan tren tahun
1980an yang disebut sebagai era pertumbuhan dan ekspansi usaha yang
didorong konsep diversifikasi bisnis vertikal dan horizontal. Saat itu, para
pimpinan puncak bertanya tentang esensi dari bisnis masing-masing. Apakah
perusahaan mampu menciptakan nilai tambah (value) yang berkelanjutan bagi
pasar dan pelanggannya? Sekaligus apakah perusahaan dapat menjamin
return yang bernilai bagi perusahaan?
Jawaban atas pertanyaan tersebut agak panjang, mengingat setiap bisnis
berbeda meski masih dalam satu payung perusahaan yang sama memiliki
perilaku pelanggan yang berbeda, pesaing yang bcrbeda, lingkungan bisnis
5.48 MANAJEMEN PERUBAHAN •
yang berbeda dan rule of the game yang berbeda pula. Secara singkat,
setiap bisnis memiliki logic of business dan key success factors sendiri-
sendiri. Sebagai akibat dan diversifikasi usaha tersebut, banyak kelompok-
kelompok perusahaan yang lamban menghadapi perubahan lingkungan,
terlebili lagi menghadapi krisis yang berkepanjangan. Sejak saat itu, seperti
dipaparkan oleh Kenichi Ohmae dalam The End of the Nation State (1995),
para pemimpin puncak mulai menyadari pentingnya inovasi dan
pembelajaran terus-menerus sebagai kunci daya saing perusahaan, terlebih
lagi pada era teknologi informasi, di mana sekat-sekat ideologi, industri,
pasar semakin tak berbatas (borderless). Begitu pula Hamel dan Prahalad
(1994), keduanya berhasil memprovokasi pars pemimpin bisnis agar
membaca dengan cerdas kecenderungan masa depan tentang pasar, pesaing,
dan produk masa depan yang boleh jadi berbeda dengan apa yang dilakukan
perusahaan saat ini.
Para pemimpin bisnis semakin menyadari makna inovasi yang terus
menerus yang menjamin daya saing perusahaan (Nonaka dan Takeuchi,
1995) dan perlunya kepemitnpinan yang kuat untuk menggerakkan
perubahan, serta tipe kepemimpinan yang lebih berorientasi pada substansi
ketimbang berorientasi pada kebesaran (glorious) dan publisitas (Collins,
2002). Semakin disadari pula bahwa pembelajaran terus-menerus yang
dilakukan perusahaan terhadap pelanggan, pasar, pelaku pasar pada industri
lain, pesaing dan lain-lain adalah sumber atau prasyarat terjadinya inovasi
terus-menerus.
Alasan pembenar yang melatarbelakangi pandangan di atas adalah dalam
ekonomi elektronis, kesuksesan pasar bisa cepat tergerus oleh keunggulan
pengetahuan (knowledge egde) perusahaan pesaing - keunggulan bersaing
yang langsung berdampak pada pemilihan produk dan jasa di pasar oleh
konsumen. Kepemimpinan pasar, ukuran perusahaan, nama yang terkenal
dan struktur kini tidak lagi memberi garansi bagi kelangsungan hidup
perusahaan. Berada di tempat dan waktu yang tepat dengan pengetahuan
yang tepat jauh lebih penting. Kata 'tepat" di sini diartikan sebagai
perolehan, penerapan dan manajemen pengetahuan yang pas dengan
tuntutan pasar di saat dan tempat tertentu. Dalam ekonomi berbasis
pengetahuan, perusahaan yang mampu memberikan jawaban pas atas
tuntutan stakeholder dan pelanggan diyakini sebagai perusahaan yang akan
meraih sukses.
• EKMA4565/MODUL 5 5.49
Tabel 5.5.
Beberapa definisi LO dan OL
6. Kelenturan penghargaan.
7. Struktur-struktur yang memberikan kcmampuan.
8. Pekerja lit>i depan scbagai penyaring lingkungan.
9. Pembelajaran antar perusahaan.
10. Suasana belajar.
11. Pcngcmbangan diri bagi semua orang
2. Personal Mastery
Bagi Senge, ini merupakan 'disiplin untuk terus-menerus memperjelas
dan memperdalarn... visi personal, memfokuskan energi, mengcmbangkan
kesabaran dan menilai realitas secara obyektif. Hal ini merupakan
landasan penting bagi organisasi pembelajar - fondasi spiritual 'organisasi
pembelajar'.
Organisasi pembelajar memerlukan karyawan yang memiliki kompetensi
yang tinggi agar bisa beradaptasi dengan tuntutan perubahan, khususnya
perubahan teknologi dan perubahan paradigma bisnis dari paradigma yang
berbasis kckuatan fisik (tenaga otot) ke paradigma yang berbasis
pengetahuan (tenaga otak). Selain itu kecepatan perubahan tipe pekerjaan
telah menyebabkan banyak pekerjaan tidak diperlukan lagi oleh organisasi
karena digantikan oleh tipe pekerjaan baru atau digantikan oleh pekerjaan
yang mcnuntut penggunaan teknologi. Bilamana pekerja tidak mau belajar
hal baru, maka dia akan kehilangan pekerjaan. Selain itu banyak pekerjaan
yang ditambahkan pada satu pekerjaan (job- enlargement) atau job rotation
(mutasi karyawan) agar memudahkan karyawan untuk memahami kegiatan di
unit kerja yang lain demi terwujudnya sinergi. Oleh karena itu karyawan
hates belajar hal-hal baru. Penguasaan pribadi juga merupakan kegiatan
belajar untuk meningkatkan kapasitas pribadi kita untuk menciptakan basil
yang paling kita inginkan dan menciptakan suatu lingkungan organisasi yang
mendorong semua anggotanya mengembangkan diri mereka scndiri ke arah
sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan yang mereka pilih.
Untuk memenuhi persyaratan perubahan dunia kerja ini semua anggota
organisasi hares memiliki kemauan dan kebiasaan untuk meningkatkan
kompetensi dirinya dengan terus belajar. Kompetensi dirinya bukan semata-
mata di bidang pengetahuan, tetapi kemampuan berinteralcsi dengan orang
lain, menyelesailcan konflik dan saling mengapresiasi pekerjaan orang lain.
Organisasi lintas fungsi seperti yang telah dibicarakan di atas akan
mempercepat proses pembelajaran individu di dalam organisasi.
3. Mental Model
Mental model (Model mental): hal ini menyangkut pembelajaran
bagaimana cara menggali gambaran internal dunia, untuk membawanya ke
permukaan dan secara tekun menelitinya dengan cermat'.
Respon manusia terhadap situasi yang terjadi di lingkungannya sangat
dipengaruhi oleh asumsi dan kebiasaan yang selama ini berlaku. Di dalam
5.62 MANAJEMEN PERUBAHAN •
4. Shared Vision
Shared vision (Membangun visi bersama): ini mcnyangkut bagaimana
sctiap orang bcrbagi visi bcrsama tcntang masa depart. Kcpemimpinan
merupakan kunci dalam menciptakan dan mengkornunikasikan visi tcrsebut.
Namun, Scnge memandang kcpemimpinan lebih scbagai yang bertanggung
jawab alas penciptaan struktur dan aktivitas yang herkaitan dengan aktivitas
kehidupan total sescorang. Pemimpin mcnciptakan visi namun rela
membiarkan visi tcrsebut dirumuskan ulang olch orang
Olch karcna organisasi terdiri atas berbagai orang yang berbeda latar
bclakang pcndidikan, kesukuan, pengalaman serta budayanya, maka akan
sangat sulit hagi organisasi untuk bckerja secara terpadu kalau tidak memiliki
visi yang sama. Selain perbcdaan latar bclakang karyawan, organisasi juga
• EKMA4565/MODUL 5 5.63
memiliki berbagai unit yang pekerjaannya berbeda antara satu unit dengan
unit lainnya. Untuk menggerakkan organisasi pada tujuan yang sama dengan
aktivitas yang terfokus pada pencapaian tujuan bersama diperlukan adanya
visi yang dimiliki oleh semua orang dan semua unit yang ada dalam
organisasi.
5. Team Learning
Team Learning (Pembelajaran tim): tim-tim dan bukan perseorangan,
merupakan kunci sukses organisasi masa depan dan semua individu mesti
belajar bagaimana cam belajar (learn how to learn) dalam konteks tim Kini
semakin banyak organisasi berbasis tim karena rancangan organisasi dibuat
dalam limas fungsi yang biasanya berbasis tim. Kemampuan organisasi untuk
mensinergikan kegiatan tim ini ditentukan oleh adanya visi bersama dan
kemampuan berpikir sistemik. Namun demikian tanpa adanya kebiasaan
berbagi wawasan sukses dan gagal yang terjadi dalam suatu tim, maks
pembelajaran organisasi akan menjadi sangat lambat, atau bahkan berhenti.
Pembelajaran dal= organisasi akan semakin cepat kalau orang mau berbagi
wawasan dan belajar bersama-sama. Oleh karena itu semangat belajar dalam
tim, cerita sukses atau gagal suatu tim hares disampaikan pada tim yang
Berbagi wawasan pengetahuan dalam tim menjadi sangat penting
untuk peningkatan kapasitas organisasi dalam menambah modal
intelektualnya.
Marquardt, 1996 menggambarkan model sistem organisasi pembelajar
secara matematis berupa gambar irisan antara lain: pembelajaran (learning),
organisasi (organization), anggota organisasi (people), pengetahuan
(knowledge), dan teknologi (technology) dengan pembelajaran terletak di
pusat irisan. Model sistem organisasi pembelajar digambarkan seperti pada
Gambar 5.11 berikut.
5.64 MANAJEMEN PERUBAHAN •
Gambar 5.11.
Model Sistem Organisasi Pembelajar (Marquardt, 1996)
D. SUBSISTEM PEMBELAJARAN
Tingkatan Tipe:
1. Individual 1. Adaptive
2. Group 2. Anticipaty
3. Organisasi 3. Deutero
4. action
Pembelajaran
Keterampilan
1. System thinking
2. Mental models
3. Personal mastery
4. Team learning Gambar 5.12.
5. Share vision
Subsistem Pembelajaran
6. Dialogue
• EKMA4565/MODUL 5 5.65
Gambar 5.13.
Subsistem Transformasi Organisasi (Marquardt, 1996)
Pegawai
Manajer Ko.nsumen
Manusia
/ Supplier
Iviasyarakit
Gambar 5.14.
Subsistem Pemberdayaan Manusia (Marquardt, 1996)
3. Subsistem Pengetahuan
Marquardt (1996) menyatakan bahwa pengetahuan .menjadi lebih penting
untuk organisasi dibanding sumber daya keuangan, menjual posisi, teknologi,
atau aset perusahaan lainnya. Pengetahuan dilihat sebagai sumber daya yang
5.68 MANAJEMEN PERUBAHAN •
Peuguasaan Penciptaan
Pengetahuan
)
Gambar 5.15.
Subsistem pengetahuan (Marquardt, 1996)
4. Subsistem Teknologi
Sebagaimana dikemukakan oleh Marquardt (1996), subsistem kelima
dari organisasi pembelajar adalah teknologi, yang terdiri dari teknologi
informasi, pembelajaran berbasis teknologi, dan kincrja sistem dengan
dukungan elektronik atau Electronic Performance Support System (EPSS).
• EKMA4565/MODUL 5 5.69
Teknologi Parke'ajar=
infounasi berbasis
teknologi
/ Elecronic
Pet*meows
Support System
Gambar 5.16.
Subsistem teknologi (Marquardt, 1996)
Conscious
competence
Lakekayo perubahan
Pe'mean ketramptlan Samna
Survey stall pembelajatan Sku build%
Snivel PelanNall
Berdimarking Conscious
incompetence
Meng
PereNan diagnostic
Awareness
Salem togas, review rising
incompetenc
incompetence:
Gambar 5.17.
Pengembangan kompetensi dalam perubahan
Secara analogis, hal yang sama kite jalani saat kits belajar mengemudi.
proses pergeralcan dari ketidakmampuan bawah radar (di mana kits tidak
menyadari ketidakmampuan atau apa makna kata itu) pada keadaan
ketidakmampuan-yang-disadari saat pertama kali kits duduk di belakang
kemudi. Begitu kits menyadari, kits langsung paham akan ketidakmampuan
kits, karena itu disebut sebagai proses munculnya kesadaran. Dalam situasi
5.78 MAN...1E1,1EN PERUBAHAN •
\
r -rz LATIHAN
<11
RANGKUMAN
C. pembelajaran organisasi
D. organisasi pembelajar
Daftar Pustaka
Argyris, C. dan Schon, D.A. (1978). Organizational Learning: A Theory of
Action Perspective, Reading, Mass: Addison Wesley Publishing
Company.
Bullock, R.J. & Batten, D. (1985). It's Just a Phase We're Going Through: A
Review and Synthesis of OD Phase, Group & Organization Studies, 10
(4), pp. 383-412.
Burke, W.W. & Bradford, D.L. (2005). The Crisis in OD. In Bradford, D.L.
& Burke, W.W. (eds.). Reinventing Organization Development:
Addressing the Crisis, Achieving the Potential, San Francisco, CA:
Pfeffer, pp. 7-14.
Dunphy, D.C. & Stace, D.A. (1993). The Strategic Management of Corporate
Change, Human Relations, 46 (8), pp. 905 — 1110.
Greiner, 1. & Cummings, T.G. (2006). OD: want More Live than Dead! In
Bradford, D.L. & Burke, W.W. (cds.). Reinventing Organization
Development: Addressing the Crisis, Achieving the Potential, San
Francisco, CA: Pfeffer, pp. 87-112.
Hamel, G. & Prahalad, C.K. (1994). Competing for the Future, Boston,
Mass.: Harvard Business School Press.
Kogut, B. & Zander, U. (1993). Knowledge of the firm and the evolutionary
theory of the multinational corporation, Journal of International
Business Studies. 24 (4); pp. 625-645.
Senge, P.M. (1990), The Fifth Discipline: The Art and Practice of the
Learning Organization, New York, NY: Currency Doubleday.
Stace, D. & Dunphy, D.C. (1994), Beyond the Boundaries: Leading and Re-
creating the Successful Enterprise, McGraw-Hill.
Waterman, R.H., Jr., Peters, T.J., & Phillips, J.R. (1980). Structure is not
Organization, Business Horizons, June, pp. 14-26.
Manajemen Pengetahuan
dan Inovasi Organisasi
Drs. Achmad Sobirin, MBA., Ph.D.
p
‘asolib.
T„ PENDAHULUAN
pengetahuan
perubahan
inovasi
Gambar 6.1.
Hubungan resiprokal antara pengetahuan, inovasi dan perubahan
Memang agak sulit untuk melihat sebab akibat dari ketiga hubungan
tersebut. Namun bila kita mencermati simpulan Baloch & Karirn (2007) yang
menyatakan bahwa komoditas kunci pada era informasi adalah data, maka
bisa disimpulkan bahwa pengetahuan dewasa ini mcrupakan faktor kunci
yang mcnjadi pemicu timbulnya inovasi dan perubahan. Logikanya adalah
data merupakan sumber informasi dan selanjutnya jika informasi tcrsebut
dipecah-pecah dan digabungkan dengan informasi lain akan menghasilkan
pengetahuan (Bierly III, Kessler & Christensen, 2000). Sesuai dengan
simpulan Baloch & Karim maka bisa diartikan pula bahwa dewasa ini
pengetahuan merupakan komoditas kunci dan menempati peran penting
dalam kchidupan masyarakat. Bahkan dengan dukungan teknologi informasi
yang telah berkembang begitu pesat pengetahuan tidak lagi hanya tersimpan
pada individu-individu tertentu seperti yang tcrjadi pada era pertanian tetapi
tersimpan dalam bentuk digital yang sewaktu-waktu bisa diakses oleh
siapapun yang membutuhkannya. Dengan dcmikian ketika produksi
pengetahuan semakin tinggi dan menyebar ke segala penjuru, konsekuensi
logisnya adalah inovasi akan tercipta di mana-mana sehingga perubahan pun
tidak bisa dihindarlcan. Dengan dukungan teknologi informasi dan
komunikasi, situasi ini sekali lagi akan torus bergulir dengan intensitas yang
lebih cepat sampai mencapai titik keseimbangan baru yang tidak pernah
berhenti.
Dalam era informasi seperti sekarang ini dengan demikian pengetahuan
menjadi komoditas penting, sumber kekuatan dan daya saing bagi siapapun
• EKMA4565/MC1DUL 6 6.3
KEGIATAN BELAJAR 1
Knowledge Management
Dewasa ini kita hidup dalam era informasi atau era pengetahuan dengan
tata kehidupan yang jauh berbeda dibandingkan dengan tata kehidupan pada
era industri dan lebili lebilt dengan era pertanian. Perubahan pada era
infonnasi ini membawa berbagai macam implilcasi bagi masyarakat dalam
menjalani kehidupannya baik kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan dan
aspek kehidupan lainnya. Dalam kehidupan sosial, banyak hal yang
sebelumnya dianggap tidak mungkin sekarang menjadi serba mungkin. Yang
sebelumnya dianggap tabu sekarang menjadi sesuatu yang lumrah. Sebagai
contoh, frase "mangan ora mangan sing penting ngumpul" yang populer pada
masyarakat Jawa sudah dianggap kadaluawarsa pada era informasi. Tinggal
di tempat yang saling berdekatan atau dalam satu kota sudah bukan
keharusan. Mereka boleh tinggal di mana-mana bergantung di mana mereka
mencari penghidupan. Jika mereka ingin bertemu, boleh jadi pertemuan
secara fisik sudalt tidak lagi menjadi prioritas; pertemuan cukup dilakukan
dengan SMS, telepon, video call atau media komunikasi lainnya yang lebih
praktis. Masyarakat mulai berpandangan bahwa pertemuan secara fisik atau
kumpul di antara anggota keluarga tidak perlu dilakukan sesering seperti
waktu-waktu sebelumnya. Pertemuan seperti ini bahkan sering dianggap
pemborosan dan menyulitkan banyak pihak, mereka lebih mementingkan
kualitas pertemuan tersebut bukan frekuensinya.
Dalam kehidupan ekonomi, pola kegiatan bisnis juga mengalami banyak
perubahan. Model bisnis telah berubah dari bisnis konvensional (brick-and-
morlar-busniess) beralih menuju bisnis berbasis informasi (click-and-mortar-
business) atau sering disebut e-business atau i-business. Sebelumnya untuk
mengirim uang ke sanak keluarga yang jaraknya ribuan kilometer kita harus
menggunakan bantuan kurir yang penuh risiko atau paling tidak
menggunakan jasa pos yang membutuhkan waktu beberapa hari. Sekarang
prosesnya jauh lebih mudah dan lebih cepat, dan bahkan bisa dilakukan
sambil tiduran di nimah. Dengan bantuan teknologi informasi sekarang kita
tinggal "klik" dan uang sudah terkirim. Hanya dalam hitungan detik si
penerima bisa memanfaatkan uang tersebut. Demikian juga dalam hal
6.6 MANAJEMEN PERUBANAN •
Tabel 6.1.
Perbedaan 1st'lah Data, Informasi, Pengetahuan dan Kearifan
informasi akan kita peroleh jika kita membaca kata-kata yang ada dalam
buku dan mcncoba memahami artinya. Selanjutnya jika informasi yang kita
peroleh tersebut digabungkan dengan informasi-informasi lain maka akan
diperoleh sebuah pengetahuan. Jika pengetahuan digunakan dengan benar
akan tercipta wisdom. Dalam konteks organisasi berbasis pengetahuan
wisdom dimaknai sebagai pencapaian tujuan. Dan contoh sederhana ini
tampak bahwa data, informasi, pengetahuan dan wisdom mcmiliki hubungan
yang bersifat hirarkhis seperti tampak pada Gambar 6.2.
A
tinggi Wisdom
principle
pengetahuan
pola
informasi
hubungan
Data
symbols •
rcndah
to-
Mudah
Gambar 6.2.
Hierarkhi data, informasi, pengetahuan dan wisdom
1. Data
Data adalah fakta yang belum diolah dan diterima apa adanya. Orang
scring mcnyebutnya sebagai "data mentah". Meski penyebutan ini salah
kaprah karena data itu sendiri sifatnya masih mental', belum tcrstruktur
(discrete), penyebutan ini mengandung pengertian bahwa data sekedar eksis
dan belum memberikan arti apa-apa di luar kcberadaan data tersebut. Sebagai
• EKMA4565/MODUL 6 6.11
2. Informasi
Informasi adalah data yang telah diolah, biasanya dengan cara
mengaitkan satu data dengan data lainnya. Hasil dari olah data adalah sebuah
bentuk atau tatanan terstruktur yang mampu memberi makna bagi siapa saja
yang menerima olah data tersebut. Pada contoh sebelumnya angka 5000
tentang kepadatan penduduk kota di Indonesia akan memberikan makna,
yang berarti pula akan memberikan informasi, jika angka tersebut
dikontekstualkan misalnya dikaitkan dengan data lain yaitu kepadatan
penduduk di negara-negara Eropa yang angkanya katakanlah hanya
1000 orang per kilometer persegi. Jika kedua data tersebut dihubungkan
maka diperoleh infonnasi tentang kepadatan penduduk di dua kola berbeda di
many kota-kota di Indonesia lima kali lebih padat dibandingkan kota-kota di
Eropa. Pertanyaannya adalah apakah infonnasi ini .berguna? Bisa ya bisa
tidak bergantung bagaimana kita memaknai informasi tersebut. Bagi orang
pemasaran boleh jadi infonnasi tentang jumlah kepadatan penduduk di dua
6.12 MANAJEMEN PIKRUBAtIAN •
3. Knowledge
Di muka tclah disebutkan hahwa kumpulan dart fakta akan membentuk
data dan ketika data dirangkai dengan data lain dan dihcri makna akan
mcnghasilkan informasi. Sclanjutnya jika informasi tersebut dipilah-pilah dan
digabungkan dengan informasi lain, kcmudian dianalisis dan disintesakan
hasilnya adalah scbuah pengctahuan atau knowledge. Scbagai contob, sctclah
mcmperolch informasi tentang perhedaan jumlali penduduk kota-kota besar
di Indonesia dan Eropa, seorang pemasar taint apa makna informasi tersebut
bagi kegiatan pernasaran sehingga la mampu menyusun strategi untuk
memasuki pasar Indonesia. Pengctahuan ini akan semakin baik jika pemasar
tcrsebut memperolch informasi tambahan misalnya informasi tentang tingkat
pendapatan penduduk Indonesia yang hanya scperempat dart pendataan
penduduk Eropa. Dan gambaran ini knowledge bisa didcfinisikan sebagai
pemahaman yang jelas atau pemahaman baru yang diperolch mclalui proses
analisis dan sintesa informasi dan pola hubungan antara informasi-informasi
terscbut (Bierly III, et al., 2000). Definisi ini menyiratkan bahwa hanya
individu yang mcmiliki pengctahuan, oleh karenanya Alavi & Leidner (2001)
mcngatakan pengctahuan adalah olah informasi yang melckat path pikiran
seseorang. Atau dengan kata lain, pengctahuan merupakan personalized
information (apakah informasi tcrscbut baru atau lama, khas, hcrguna atau
akurat, bukan persoalan) yang tcrkait dengan fakta, prosedur, konscp,
interpretasi, ide, obscrvasi dan judgment atau pcnilaian. Scmcntara itu Bicrly
III, et al. (2000) menyamakan knowledge dengan level 4 (analisis) dan level
• EKMA4565/MODUL 6 6.13
dapat dipandang scbagai aktivitas yang tcrjadi secara sitnultan dalam hal
mengctahui dan bertindak. Pada pandangan bcrikutnya, pengetahuan scbagai
kondisi yang mampu mengakses informasi bisa diartikan bahwa pengetahuan
harus dikclola agar memungkinkan untuk akscs dan mendapatkan isi
pengetahuan. Bisa dikatakan bahwa pandangan ini menipakan perluasan dari
pengctahuan scbagai obyek yang mcnitikbcratkan pada aksesibilitas obyek
pengetahuan. Terakhir pengetahuan scbagai kapabilitas berarti pengetahuan
mampu mempengaruhi tindakan untuk waktu-waktu yang akan datang.
Dan bcrbagai ragam dcfinisi dan perspektif tentang pengetahuan,
akhirnya Verna Alice (1997) menyatakan bahwa prinsip-prinsip pengetahuan
yang harus dipahami bagi siapa saja yang ingin mcngembangkan
pengetahuan adalah:
a. Pengetahuan adalah tidak teratur, morat-marit. I Ial ini discbabkan karcna
pengetahuan dikaitkan dengan apa saja schingga kita tidak bias hanya
fokus pada satu faktor saja.
b. Pengetahuan bias mengorganisasi din.
c. Pengetahuan membutuhkan adanya komunitas.
d. Pengetahuan bergerak mclalui bahasa.
e. Semakin pengetahuan ditckan lambat laun pengetahuan scmakin hilang.
f. Mengendalikan pengetahuan terlalu ketat hanya akan menghabiskan
sumhcr daya dan cnergi.
g. Pengetahuan tidak akan bias tumbuh untuk sclama, suatu kctika
pengetahuan akan sirna.
h. Tidak satu solusi terbaik karena pengetahuan sclalu beruhah.
i. Tidak ada satu orang pun yang bias dimintai pertanggungjawahan
terhadap pengetahuan karena pengetahuan mempakan proses sosial.
j. Jika pengetahuan betul-bctul mampu mengorganisasi diri maka hal yang
paling penting untuk mcmajukan pengetahuan adalah dengan
menghilangkan rintangan untuk mengorganisasi
k. Tidak satupun best practice untuk mernajukan pengetahuan.
1. Bagaimana pengctahuan didefinisikan akan menentukan bagaimana
pengctahuan tcrscbut dikelola.
faktor produksi berujud lainnya untuk mcngubah bahan baku menjadi produk
jadi. Pada tahun 1982 aset berujud merepresentasikan 62% dari nilai pasar
perusahaan. Proscntase ini menurun 10 tahun kcinudian menjadi 38% dan
pada akhir tahun 2000 kontribusi aset berujud hanya berkisar 10 — 15% saja.
Hal ini menunjukkan ketika industrial economy secara bcrtahap beralih ke
"knowledge-based economy" peran aset bcrujud dalam menciptakan nilai
tambah perusahaan juga terns mcngalami pcnurunan. Pcran ini tcrgantikan
oleh intangible assets (aset tidak berujud) termasuk di dalamnya learning dan
knowledge (Kaplan & Norton, 2001). Scmcntara itu, Hussi (2004)
menambahkan dalam era infonnasi selain membutuhkan intangible asset
untuk menciptakan nilai tambah, organisasi mcmbutuhkan pula dan perlu
mengaitkannya dcngan dua komponen lain yang juga bcrsifat intangible dan
melckat pada diri manusia yaitu: modal inteicktual (intellectual capital) dan
penciptaan pcngetahuan (knowledge creation). Ketiga komponen inilah yang
sccara bersama-sama mcnciptakan nilai tambah perusahaan.
1. Intangible Asset
Ahoncn sebagaimana dikutip Hussi (2004) membcdakan intangible asset
menjadi dua macam yaitu aset tidak berujud gencratif (generative intangible)
clan aset tidak berwujud komersial (commercially exploitated intangible).
Generative intangible adalah aset tidak berujud dalam bentuk kapasitas
perusahaan untuk menghasilkan commercially exploitated intangible.
Tennasuk dalam komponen ini adalah human capital, internal structure dan
external structure. Sedangkan commercially exploitated intangible itu scndiri
tcrdiri dari produksi berbiaya efisicn (cost efficient production), Hak
kekayaan intclektual (immaterial property right — IPR), customer capital,
expanding market dan management trust. Pcrusahaan bisa memperoleh
commercially exploited intangible melalui dua cara: (1) membeli atau
mengakuisisi dari pihak lain atau (2) mcnciptakan scndiri. Jika ingin
menciptakan sendiri prasyaratnya adalah perusahaan hams memiliki asct
tcrmasuk human capital dan proses untuk menciptakan intangible asset
tcrsebut. Seperti tampak pada Gambar 6.3, sccara kescluniban tujuan
perusahaan adalah produktivitas jangka panjang dan modal yang
diinvestasikannya. Untuk mencapai tujuan tcrsebut perusahaan menggunakan
berbagai macam sumber daya baik tangible maupun intangible assets yang
pada gilirannya diharapkan bisa mcnciptakan nilai pasar yang lebih tinggi
bagi perusahaan. Meski demikian harus disadari pula bahwa scmua ini hanya
• EKMA4565/MODUL 6 6.17
Long-term productivity of
Tangible assets capital
2. Intellectual Capital
Secara tradisional ketika kita menyebut modal, yang kita maksud adalait.
uang atau tepatnya financial capital. Sebutan ini tentu tidak salah karena uang
merupakan sumber daya untuk mcnggerakkan roda organisasi. Meski
demikian dalam era informasi perusahaan tidak cukup hanya mengandalkan
financial capital. Perusahaan juga membutuhkan intellectual capital untuk
menciptakan market value. Arti penting intellectual capital dapat dipahami
dari ilustrasi berikut ini. Jika sebuah perusahaan software direncanakan untuk
dijual tetapi orang-orang yang bekerja di dalamnya tidak mau pindah ke
pemilik baru boleh jadi calon pembeli enggan membeli perusahaan tersebut.
Bagi calon pembeli tidak ada artinya membeli perusahaan software tersebut
jika para ekspertisnya enggan mengikutinya karena alasan pembeli mau
membeli perusahaan justru karena kemampuan orang-orang tersebut. Dcngan
kata lain, alasan utama seseorang mau membeli perusahaan software justru
karena modal ineteletualnya. Contoh ini memberi gambaran akan pentingnya
modal yang tersembunyi yang melekat pada din karyawan. Modal scperti ini
biasa disebut modal intelektual (intellectual capital). Edvisson & Malone
(1997) mengibaratkan modal intelektual sebagai akar sebuah pohon yang
6.18 MANAJEMEN PERUBAMAN •
Maitrt value
Financial Intellectual
Capital Capital
Customer Organizational
Capital Capital
Gambar 6.4.
Modal intelektual dalam penciptaan nilai tambah
Human internal
Capital Structures/
, External s, Knowledge /
`St ructurev `,management.'
,/ /
Gambar 6.5.
Value platform model
3. Knowledge Creation
Selain intangible asset dan intellectual capital, penciptaan pengetahuan
(knowledge creation) merupakan komponen penting ketiga yang diharapkan
mampu memberi kontribusi dalam penciptaan nilai tambah organisasi. Kata
kunci dari knowledge creation adalah pengetahuan. Namun Demarest (1997)
sejak awal wanti-wanti agar istilah pengetahuan dipahami dengan benar.
Yang dimaksudkan pengetahuan di sini bukanlah pengetahuan seperti yang
kita kenal pada saat kita membicarakan philosophical atau scientific
knowledge. Di sini pengetahuan lebih dikaitkan dengan kegiatan yang
6.20 MANAJEMEN PERUBAHAN •
melalui explicit knowledge yang lebih bersifat obyektif °rang bisa memahami
"know-what". Secara komprehensif perbcdaan kedua jenis pengetahuan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.2 berikut ini
Tabel 6.2.
Perbedaan antara Tacit dan Explicit Knowledge
I3erbasis pada Tabel 6.2 Nonaka, Toyama & Konno (2000) mengajukan
sebuali model dinamis proses pcnciptaan pengetahuan yang tcrdiri dari tiga
elemen yaitu (1) knowledge-creating spiral yang biasa disebut scbagai SECI
6.22 MANAJEMEN PERUSIAHAN •
proses, (2) ba, konteks dalam penciptaan pengetahuan, dan (3) knowledge
assets — proses input, transformasi dan output. Ketiga elemen ini harus saling
berinteraksi satu sama lain sehingga membentuk knowledge spiral yang
ujung-ujungnya terbentuk pengetahuan baru.
SECI Process. Untuk menjelaskan model ini digunakan dua dimensi
yaitu epistimologi dan ontologi. Epistimologi digunakan untuk membedalcan
dua jenis pengetahuan — tacit dan explicit knowledge. Meski pengetahuan
dibedakan menjadi dua, keduanya sesungguhnya bersifat komplementer.
Sedangkan dimensi ontologi digunakan untuk menjelaskan spektrum yang
terlibat dalam proses kreasi mulai dari individu, kelompok, organisasi dan
lintas organisasi. Hasil akhir dari gabungan dua dimensi ini adalah sebuah
matriks yang terdiri dari empat kuadran di mana pengetahuan mengalir dan
berpindah dari satu kuadran ke kuadran lainnya berbentuk spiral. Keempat
kuadran ini populer sebagai SECI singkatan dari socialization,
externalization, combination dan internalization. Lihat Gambar 6.6.
ExplIcit
Tacit
Gambar 6.6.
Model Kowledge-Creating Spiral
pencitaan konsep yang diikuti oleh dialog di dalam kelompok atau mereka
secara berkelompok melakukan refleksi dari konsep tersebut. Combination
adalah proses sistematisasi konsep ke dalam knowledge system. Cara
mengkonversi pengetahuan pada tahapan ini biasanya dilakukan dengan
menggabungkan beragam explicit knowledge sehingga membentuk
knowledge system. Di sini tnasing-niasing individu saling bertukar dan
menggabungkan pengetahuan melalui pertukaran dokumen, rapat atau
sekedar percakapan telepon. Selanjutnya untuk memperlancar proses
penggabungan biasanya dibutuhkan alat bantu berupa ICT maupun data base.
Internalization adalah proses mengubah explicit knowledge menjadi tacit
knowledge. Agar explicit knowledge bisa berubah menjadi tacit knowledge,
pengetahuan harus diverbalkan ke dalam dokumen, buku petunjuk maupun
penjelasan lisan. Di sini terjadi proses pembelajaran — learning by doing di
mann pada akhirnya masing-masing individu tnampu memperluas dan
mendetinisikan kembali tacit knowledge yang telah dipelajari sebelumnya.
Jika proses ini berhasil berarti masing-masing individu telah mampu
memperbaharui tacit knowledge pada level yang lebih tinggi, dan selanjutnya
proses pembentukan pengetahuan dimulai lagi dari socialization. Proses akan
terns berlanjut tanpa pernah berakhir.
Ba: Konteks datant Penciptaan Pengetaltuan. Penciptaan pengetahuan
tidak bersifat context-free atau bebas dari konteks. Sebaliknya pengetahuan
hanya akan tercipta jika ada konteks yang melingkupinya - "tidak pernah ada
kreasi jika tidak ada tempat untuk berkreasi". Ba yang secara hartiah berarti
tempat atau ruang secara fisik (physical space), didenisikan sebagai shared
context in which knowledge is shared, created and utilized — sebagai konteks
bersama di mana pengetahuan di-share, diciptakan dan digunakan. Jadi ba
merupakan tempat di mana informasi diinterpretasikan sehingga menjadi
pengetahuan. Namun perlu diketahui pula bahwa ba bukan semata-mata
berarti tempat secara fisik. Ba merupakan konsep yang menggabungkan
ruang dan waktu seperti ruang kantor, ruang maya (virtual space) seperti e-
mail, dan ruang mental seperti berbagi ide. Karen menggabungkan ruang
dan waktu, Nonaka et al. (2000) menyatakan bahwa ba sesungguhnya sebuah
konsep yang bersifat interaktif. Pemahaman ini menjadi penting karena
penciptaan pengetahuan itu sendiri merupakan proses yang sangat kompleks
dan dinamis yang melibatkan interaksi antar individu, dan antara individu
dengan lingkungan. Oleh akrenanya ba difungsikan sebagai konteks di mana
masing-masing individu yang terlibat dalam penciptaan pengetahuan saling
berinteraksi dan tnelalui interaksi ini tercapai proses self-trancendental dalam
penciptaan pengetahuan sebagaimana tampak pada Gambar 6.7 herikut ini.
6.24 MANAJEMEN PERUBANAN •
Knowledge
Individual \ Individual
Context } Context
- hared Cont
e xj.," /
Ba
Somber: Nonaka, Toyama & Konno (2000)
Gambar 6.7.
Ba sebagai shared context
Market value
Intellectual capital
intangible assets
----- Om_
n
Generative
Ba SECI intangible
_---- —I assets
[Build and Lead SECI—I
energise Ba Direct
Synchronise Define
Knowledge vision
Justify
Gambar 6.8.
Hubungan antara komponen soft dalam membentuk market value
6.26 MANAJEMEN PERUBAHAN •
1. Knowledge Management
Dewasa ini knowledge atau pengetahuan sudah menjadi bagian tidak
terpisahkan dari kehidupan sebuah organisasi/perusahaan, lebih-lebih jika
organisasi tersebut adalah organisasi yang secara natural berbasis
pengetahuan. Contoh yang sangat ideal untuk menggambarkan situasi ini bisa
ditemukan pada institusi Perguruan Tinggi (PT). Sebagaimana kita ketahui,
PT adalah organisasi yang menggunakan pengetahuan untuk
mengembangkan dan menghasilkan pengetahuan (Rowley, 2000; Baban,
2007). Dengan demikian tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pengetahuan
bagi sebuah PT merupakan input dan sekaligus output. Sementara itu proses
penciptaan dan desiminasinya dilakukan oleh para akademisi yang tidak lain
adalah orang-orang yang berpengetahuan (knowledge worker). Di samping
itu, para akademisi yang sekaligus menjadi tempat menyimpan pengetahuan
dituntut pula untuk terus mendapatkan, menciptakan, mengema.s dan
mengaplikasikan pengetahuan barn (Davenport, et al., 1996). Karena itu
pulalah menjadi sangat wajar jika para akademisi memiliki peran penting dan
menjadi penentu bagi kemajuan sebuah PT.
Selain PT, organisasi lain yang metniliki karakteristik hampir sama
dengan PT rnisalnya perusahaan pengembang perangkat lunak (software).
Seperti halnya PT, perusahaan ini juga membutuhkan pengetahuan secara
intensif dan oleh karena itu knowledge worker menjadi penentu keberhasilan
perusahaan. Dalam perkembangannya bukan hanya organisasi-organisasi
yang secara natural memanthatkan pengetahuan sebagai daya saing,
organisasi-organisasi lain pun mulai menciptakan pengetahuan untuk tujuan
yang sama. Oleh karena itu pada era pengetahuan seperti sekarang ini sering
dikatakan, organisasi yang bisa bertahan hidup dan meraih sukses hanyalah
organisasi yang menjalankan aktivitasnya berbasis pengetahuan. Meski
pernyataan ini terkesan bombastis, pada kenyataannya peran pengetahuan di
dalam organisasi tidak bisa diabaikan. Semakin hari pengetahuan semakin
menentukan keberhasilan seseorang maupun organisasi/perusahaan karena
hampir semua aspek kehidupan organisasi dan bahkan kehidupan masyarakat
sangat membutuhkan pengetahuan. Dalam konteks inilah mengelola
pengetahuan menjadi sebuah kebutuhan.
Tidak dipungkiri jika pada awalnya pengetahuan hanya tersimpan dan
melekat pada masing-masing individu (Alavi & Leidner, 2001). Pengetahuan
seperti ini disebut sebagai tacit knowledge (Nonaka, 1994; Nonaka &
Takeuchi, 1995) yang manfaatnya hanya dinikmati oleh orang yang
• EKMA4565/MODUL 6 6.27
Hasil dari KM
digunakan oleh Proses
bisnis
Gambar 6.9.
Dad KM ke Hasil bisnis
6.28 MANAJLMEN PERLJBAHAN •
\
s *"t \ 411— TEDimxfunc --b. 4.. arsolAc —00 4— EIEMAYMAL II
ATIMOUTE SYSTEM cARTorowlec INGWEEASIG comencut OPGANCATIMAL SPATIAL snucrEcac
Gambar 6.10.
Mazhab dalam KM
tepat pada waktu yang tepat. Menurut McElroy pandangan ini menganggap
bahwa organisasi scolah-olah telah memiliki pengctahuan yang sangat
berharga sehingga tugas seorang manajer lebih pada bagaimana mendapatkan
pengctahuan tersebut, mengkodifikasikannya dan mcndistribusikannya
kepada para pekerja schingga ujung-ujungnya kinerja organisasi mcningkat.
Pemahaman terhadap KM scperti ini olch McElroy discbut sebagai "supply
side of KM". Secara konvensional pengembangan KM cendcrung
menggunakan pcndekatan ini. Kebalikan dari supply side adalah "demand
side of KM". Tidak seperti pada supply side yang menggunakan asurnsi
bahwa organisasi memiliki pengetahuan, para praktisi dengan pendekatan
demand side justru mempertanyakan: jika organisasi hams menunggu
datangnya pengetahuan dari supply side dan hanya sekedar mengclola
pengetahuan lama, apakah organisasi bisa meningkatkan kemainpuannya
untuk bersaing dan mcningkatkan kinerjanya? Para praktisi yang bcroricntasi
pada demand side mengakui jika bcrbagi pengctahuan mcrupakan hal penting
tetapi apakah kita tidak bisa fokus untuk rnenghasilkan pcngetahuan sendiri
yang Ichih baru yang memiliki daya kompctisi yang lebih tinggi? Barangkali
inilah pertanyaan penting dari praktisi pada sisi demand side. Dengan Bahasa
lain, para penganut demand side sesungguhnya bukan tidak mcngakui adanya
supply side tetapi mereka lebih memprioritaskan untuk meneiptakan
pcngetahuan yang lebih baru. Bahwa kemudian sumbcr untuk menciptakan•
pengetahuan baru tersebut adalah pcngetahuan dari supply side, bagi
penganut demand side tidak menjadi masalah.
McElroy (2000) menyebut supply side of KM scbagai KM gencrasi
pertama. Sedangkan praktik yang menyeimbangkan antara supply side dan
demand side disebut scbagai KM generasi kedua. KM gencrasi kedua inilah
yang disebut juga "The New Knowledge Management". McElroy kWh lanjut
mengatakan bahwa dengan New KM pengctahuan akan tenis diproduksi dan
proses produksinya mengikuti suatu aturan tertentu serta pola prilaku tertentu
yang bisa diprcdiksi. Jika berbagai pihak mendukung dan memperkuat
prilaku tersebut maka aksclerasi peningkatan produksi pengetahuan akan
semakin tinggi dan konsekuensinya tcrjadinya proses pcmbelajaran
organisasi dan inovasi berkelanjutan.
New KM yang dikembangkan olch McElroy mcnghasilkan schuah
model tcoritis yang bisa digunakan untuk memotret proses produksi, difusi
dan implementasi pengetahuan. Model ini bcrupa siklus hidup pcngetahuan
6.32 PAANAJEMEN PERUBAHAN •
(Knowledge Life Cycle = KLC) seperti tampak pada Gambar 6.11 dengan
urutan sebagai berikut:
a. Setnua pengetahuan pada dasarnya berasal dari din dan pikiran
seseorang. Bisa dikatakan bahwa organisasi bisa belajar jika dan hanya
jika orang-orangnya matt belajar. Oleh karena itu tahapan penting dalam
memproduksi pengetahuan baru dan berbagi pengetahuan adalah
pengalaman individu dalam proses pembelajaran.
b. Ketika seseorang telah melakukan pembelajaran dan hasilnya dikaitican
dengan pengalaman sebelumnya maka muncul suatu situasi di mana ada
hal-hal tertentu yang bisa mereka teruskan dan ada hal-hal lain yang
harus dihentikan. Dengan kata lain, setelah seseorang mengetahui
sesuatu maka ada hal-hal tertentu yang bisa disepakati karena sesuai
dengan pengelaman sebelumnya dan ada hal-hal yang tidak bisa
disepakati karena bertentangan dengan pengalaman sebelumnya. Dalam
hal mereka tidak sepakat hampir pasti muncul keinginan untuk
menyelesaikannya. Sebagai contoh jika seseorang menurut
pengetahuannya yakin bahwa atasan mereka melakukan suatu kesalahan
maka hal pertama yang akan dilakukan adalah memberi tahu atasan akan
kesalahan tersebut. Tetapi sebelum hal itu dilakukan biasanya ia akan
berbagi pengetahuan terlebih dahulu dengan orang lain tentang sesuatu
yang ia ketahui. Jika keduanya saling tertarik untuk mendiskusikan
persoalan tersebut maka mereka aim saling berbagi pengetahuan dan
menciptakan pengetahuan yang peredaran terbatas di kalangan mereka.
Dari sinilah terbentuk community of knowledge di mana pengetahuan
telah berubah menjadi property public meski belum bersistem ke dalam
organisasi.
c. Komunitas yang telah berbagi pengetahuan selanjutnya meneruskan
proses pembentukan pengetahuan yang kadang-kadang diselingi proses
negosiasi agar pengetahuan baru bisa diterima. Hal ini bisa diartikan
bahwa masing-masing anggota komunitas mencoba membawa
pengetahuan kepada forum diskusi yang kemudian dibahas bersama,
dimodifikasi dan diperbaharui. Hasilnya adalah pengetahuan baru yang
kemudian diklaim sebagai pengetahuan milik komunitas tersebut.
Namun jika di antara mereka terjadi ketidaksepakatan terhadap
pengetahuan baru maka terjadi proses negosiasi sampai tercapai
kesepakatan. Hanya saja proses negosiasi ini tidak terjadi pada level
individual tetapi pada level organisasi.
• EKMA4565/MODUL 6 6.33
F ...ea.& Loop
Q Rules and Rule Sets NCO. Olt Mar antrailpe Calw rano
Gambar 6.11.
Siklus Hidup Pengetahuan
L AT IHAN
RANG KU MAN
TES FORMATIF 1
KEOIATAN BELAJAR 2
Inovasi Organisasi
mcreka. Pada era ini siklus perubahan bahkan mengalami percepatan, tidak
menentu dan tidak mudah dipredik.si kemana arah perubahannya. Dalam
kondisi semacam ini frase "innovate or evaporate" menjadi kosakata setiap
orang. Jika kita ingin bertahan hidup kita harus inovatif; jika tidak, kita
sendiri yang ditelan zaman. Orang Jawa mengatakannya "iki jaman cdan ora
ngcdan ora keduman" yang bisa diterjemahkan "kalau kita tidak
kreatif/inovatif kita tidak bisa menjadi bagian dart masyarakat". Tcntunya
frase ini bukan hanya berlaku bagi tnanusia sebagai individu tetapi juga
masyarakat dan bahkan berlaku juga bagi organisasi.
Dalam konteks kajian ilmiah inovasi bukanlah kata yang bcrdiri sendiri;
bcberapa kata lain seperti pengetahuan, kreativitas, pcmbelajaran, ikut
mcnyertainya. Scbagai contoh, agar bisa inovatif tcntunya seseorang harus
berpengetahuan dan bcrpikiran kreatif. Steiner (2009) misalnya mengatakan
bahwa kreativitas mcrupakan prasyarat untuk tcrciptanya inovasi. Scmentara
itu mcnurut Tierney & Farmer (2002) pengalaman kerja scbagai indikator
adanya proses pembelajaran secara praktis dan latar belakang pendidikan
scbagai pertanda sescorang belajar sccara konscptual mcrupakan prcdiktor
terhadap keyakinan seseorang bahwa dirinya mampu berkrcasi (creative self-
efficacy). Artinya orang yang krcatif pada umumnya mcmiliki pengctahuan
khusus yang mendalam, baik pengetahuan lapangan maupun pengetahuan
akademik. Dan kedua pendapat tersebut bisa disimpulkan bahwa
pengetahuan-kreativitas-inovasi adalah sebuah rangkaian yang tidak
terpisahkan. Ketiganya akan tents berinteraksi dan ketiganya muncul karena
di satu sisi adanya tuntutan hidup yang lebih baik dan di sisi lain terjadinya
tekanan perubahan lingkungan. Oleh karena itu tidak berlebihan jika
perubahan juga menjadi bagian tidak terpisahkan dart rangkaian hubungan
pengetahuan-lcreativitas-inovasi.
Seperti halnya pengetahuan (knowledge) yang pada awalnya hanya
menjadi property individual, inovasi juga demikian karena hanya manusia
yang mampu berinovasi. Schumpeter (1934) pada mulanya mengatakan
bahwa inovasi adalah sebuah proses yang dilakukan oleh seorang
entrepreneur. Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan entrepreneur adalah
sescorang dalam kedudukannya scbagai individu. Namun pada buku
bcrikutnya Schumpeter mengatakan lain. Menurutnya lokus tempat inovasi
bcrproscs bergeser dart individu kc perusahaan besar (lihat misalnya:
Doganova & Renault, 2008). Schumpeter bcrubah pikiran karena
bcranggapan hanya organisasi besar yang mcmiliki somber daya yang
6.42 MANAJEMEN PERUBAHAN •
menerima apa adanya kondisi semacam itu. Namun tidak dcmikian dengan
Anderson. Merasa tidak puas dengan kondisi tersebut Anderson kemudian
membuat gambar mckanik yang diyakininya bisa mengatasi masalah
tersebut. Dari sinilah Mary Anderson mendapat hak paten pcmbersih kaca
sebagai hasil invensi yang dia lakukan. Ccrita ini memberi gambaran bahwa
inovasi bermula ketika seseorang mcrasa tidak puas dengan suatu kcadaan
dan termotivasi untuk melakukan perubahan. Atau dengan kata lain
sescorang tidak botch menggunakan logika secara konvensional dan linier
untuk bisa berinovasi. Gangguan yang kita hadapi hams disikapi secara kritis
dan memerlukan imaginasi dan kreativitas. Dari situlah inovasi akan muncul
dan gangguan yang sama tidak akan muncul secara berulang.
Dan cerita di atas tampak bahwa krcativitas, tcrmasuk di dalamnya
imaginasi, selalu datang mendahului terciptanya inovasi. Itulah scbabnya
orang awam scring menyalahartikan scolah-olah inovasi dan kreativitas
adalah satu dan pengertiannya sama. Woodman et al. (1993) secara tegas
membedakan kedua istilah tersebut. Krcativitas merupakan sub set dari
inovasi dan inovasi merupakan .01I7 set dari perubahan organisasi. Meski
inovasi mcrupakan bagian dari perubahan organisasi akan tetapi tidak scmua
perubahan organisasi sama dengan inovasi. Artinya perubahan organisasi
tidak hams inovatif tetapi inovasi hampir selalu herakibat pada perubahan.
Demikian juga, meski hasil dari krcativitas bisa bcrupa produk, jasa, ide dan
proses barn yang nantinya diimplementasikan melalui inovasi, inovasi tidak
selalu mengandung unsur kreativitas. Botch jadi inovasi hanya sekedar
mengadaptasi produk dan proses yang sudah ada sebelumnya atau sekedar
mengadopsi apa yang diciptakan orang lain di luar organisasi.
Dari penjclasan Woodman et al. paling tidak ada dua istilah yang
pengertiannya perlu diklarifikasi agar kita memperolch pemahaman yang
lcbih balk. Kedua istilah tersebut adalah kreativitas dan inovasi. Semcntara
itu jika kita merujuk pada pandangan Ravichandran (2000) tcntang inovasi
maka istilah inovasi itu sendiri perlu diklarifikasi lebih jauh karena istilah ini
memiliki kedekatan dengan istilah adopsi.
A. KREATIVITAS
dalam pengcrtian apakah scbuah karya dianggap scbagai karya yang krcatif
atau tidak, sangat bergantung pada penilaian sistem sosial terhadap produk
terscbut. Olch karena itu suatu karya bisa dianggap kreatif bagi sckelompok
masyarakat tetapi bclum tcntu dianggap karya kreatif bagi kclompok
masyarakat lain.
Krcativitas sesungguhnya tidak hanya bcrkaitan dengan produk tetapi
dengan karya-karya lainnya. Hal ini misalnya ditegaskan oleh Woodman et
al. (1993) yang mengatakan bahwa kreativitas adalah pcnciptaan produk,
jasa, ide, proses atau prosedur baru yang herguna dan berharga, dilakukan
oleh individu-individu yang bekerja bersama dalam sebuah kompleksitas
sistem sosial. Sementara itu Lubart & Guignard (2004) mengatakan bahwa
krcativitas merupakan kapasitas untuk mcnghasilkan sesuatu yang ban, dan
asli yang inampu memenuhi kondisi saat ini yang tcrbatas.
Dan ketiga definisi krcativitas yang discbutkan di muka dan definiEi-
definisi lain yang tidak discbutkan di sini tampak bahwa masing-masing
penulis cenderung mcnggunakan bahasa berbeda untuk menjelaskan esensi
kreativitas. Dibalik perbcdaan tersebut, sctiap dcfinisi juga mcngandung
unsur kesamaan dan unsur kesamaan inilah yang bisa disebut sebagai
karakteristik kreativitas. Pertama, kreativitas mcliputi scmua bcntuk karya
manusia balk karya yang bcrujud (produk) maupun tidak bcnijud termasuk
desain, proses dan ide. Kedua, proses kreativitas tidak tcrjadi secara
kcbetulan melainkan merupakan scbuah upaya yang sengaja dilakukan. Hal
ini bisa diartikan bahwa kreativitas akan muncul jika pclakunya memiliki
pengetahuan untuk itu. Pengetahuan terscbut bolch jadi pengetahuan praktis
yang berbasis pada pengalaman masa lalu dan boleh jadi pengetahuan
akademik hasil dari pcndidikan formal. Ketiga, kreativitas hams
menghasilkan sesuatu yang ban' dan orisinal. Bisa dikatakan bahwa kebaruan
adalah esensi dari krcativitas. Gedung baru berbentuk U scbagai calon
pcngganti gedung lama DPR RI seperti dicontohkan di muka bukanlah
produk krcatif karcna konsepnya tidak orisinal dan tidak butt sama sckali.
Keempat, tidak dipungkiri bahwa individu merupakan aktor utama pclaku
krcativitas tetapi kreativitas tidak hanya dilakukan secara individual tetapi
bisa juga secara bcrkclompok dan organisasional. Kelima, karya yang kreatif
harus menunjukkan adanya nilai tambah. Atau dengan kata lain, kreativitas
harus menghasilkan kualitas lcbih baik dart kondisi sebelumnya.
6.46 MANAJEMEN PERUUAHAN •
B. KOMPONEN KREATIVITAS
frustrasi, dan aspek psikologis lainnya — stress, merasa tidak dihargai dan
munculnya perasaan bahwa karyawan hanya sekedar sebagai slat yang
dimanfaatkan oleh pcmilik perusahaan. Ujung-ujungnya daya kompetisi
perusahaan terus menurun.
Amabile sendiri sebagai seorang konsultan yang telah bcrtahun-tahun
menekuni bidang krcativitas kemudian mengatakan bahwa krcativitas
individual terdiri dari tiga komponen yaitu: (1) expertise, (2) creative-
thinking skill, dan (3) motivation seperti tampak pada Gambar 6.12. bcrikut
ini.
Gambar 6.12.
Komponen Kreativitas
akuntansi dan pengetahuan lain seperti proses produksi. Tanpa itu semua
mustahil anda bisa kreatif dalam menentukan sistem perhitungan harga
pokok produk yang lcbih efisien.
Komponen kedua pembentuk kreativitas adalah keterampilan berpikir
kreatif (creative-thinking skill). Yang dimaksud dengan creative-thinking
skill adalah bagaimana seseorang menyikapi berbagai macam masalah dan
cara penyelesaiannya yakni kapasitas seseorang untuk menggabungkan
berbagai macam ide yang ada menjadi ide baru. Secara psikologis apakah
seseorang berpikir kreatif atau tidak dalam batas-batas tertentu biasanya
dipengaruhi pula oleh kepribadian orang tersebut. Untuk mengatasi masalah
membengkaknya harga pokok produksi selain orang tersebut hams ekspert di
bidangnya tetapi juga hams berpikiran kreatif. Ia misalnya hams memiliki ide
bagaimana proses produksi yang sekarang ada bisa disederhanakan tanpa
mengganggu prosesnya itu sendiri. Proses yang lebih sederhana ini tentu
dengan sendirinya akan mampu mengurangi biaya produksi. Pertanyaannya
adalah apakah orang yang bertanggung jawab terhadap masalah harga pokok
produk tersebut memiliki kepribadian yang sejalan dengan kebutuhan untuk
kreatif? Misalnya apakah Ia bukan tipikal orang yang konformitis yang
cenderung mengiakan orang lain? Kalau jawabannya "ya" maka kreativitas
diyakini akan semakin subur.
Komponen ketiga adalah motivasi. Jika ekspertis dan creative-thinking
skill bisa disebut sebagai bahan baku terciptanya kreativitas, motivasi akan
menentukan apakah kreativitas benar-benar bisa terwujud. Secara deftnitif
motivasi adalah sebuah proses psikologis yang menyebabkan seseorang
tergerak untuk melakukan tindakan-tindakan sukarela, dan mengarahkan
serta memelihara tindakan tersebut secara terns menerus menuju pada satu
tujuan tertentu. Jika dikaitkan dengan contoh di atas, apakah activity based
accounting bisa terealisir sangat bergantung pada kemauan orang yang
bertanggung jawab terhadap persoalan tersebut. Sangat boleh jadi secara
intrinsic orang tersebut mau mengupayakan agar activity-based accounting
bisa terealisir tetapi jika tidak ada dorongan extrinsic boleh jadi kreativitas
tidak akan pernah terwujud.
Jika penjelasan Amabile tentang komponen pembentuk kreativitas
dibandingkan dengan prasyarat terjadinya kreativitas seperti dikemukakan
Sternberg et al. dapat disimpulkan bahwa keduanya sesungguhnya memiliki
kesamaan seperti tampak pada Tabel 6.2. Kalaulah sedikit ada perbedaan,
Amabile tidak menyebut lingkungan sebagai komponen pembentuk
• EKMA4565/MODUL 6 6.49
kreativitas. Perbedaan ini bisa dipahami jika kita mcnyadari bahwa Amabile
bcrangkat dari krcativitas individu sebagai titik tolaknya sementara Sternberg
et al. hcrangkat dari kreativitas organisasi di mana komponen organisasi
bukan hanya individu tetapi juga faktor-faktor organisasi lainnya termasuk
lingkungan organisasi baik internal maupun ekstemal.
Tabel 6.2.
Komponen Kreativitas Amabile vs Sternberg et al.
C. TIPOLOGI KREATIVITAS
gagasan baru, dan masalahnya sudah ada sehingga orang yang mau berkreasi
tinggal menterjemahkan masalah tersebut.
Berdasarkan penjelasan tersebut .Unsworth menggunakan dua dimensi
yaitu dimensi pertama tipe masalah yang dibedakan menjadi masalah terbuka
dan masalah tertutup, dan dimensi kedua dorongan untuk berkreasi yang
dibedakan menjadi dorongan dari dalam dan dorongan dari Iuar. Dan dua
dimensi ini dihasilkan empat tipologi kreativitas yaitu: expected creativity,
proactive creativity, reactive creativity dan contributory creativity (lihat
Gambar 6.13).
terbuka
Kreativitas yang Diharapkan Kreativitas Proreaktif
(Expected Creativity) (Proactive creativity)
Tipe Persoalan
tertutup
ekstemal Dorongan untuk Berkreasi
tinggi tinggi
Adaptasi yang cenias Krcativitas reaktif
Untuk menguji pemahaman kita, perhatikan Gambar 6.3a dan Gambar 6.3b.
Apakah gambar tersebut merupakan bentuk kreativitas, invensi atau inovasi?
Yang pasti kedua gambar tersebut mcnunjukkan adanya sesuatu yang
baru yang berbeda dari lainnya. Remote control biasanya hanya digunakan
untuk mengendalikan jarak jauh fungsi on-off TV atau AC tidak sekaligus
untuk membuka botol. Demikian juga untuk memotong pizza biasanya tidak
menggunakan gunting waklaupun dengan gunting memotong pizza tampak
lebih mudah dan praktis. Kembali pertanyaannya adalah apakah unsur
kebaruan tersebut sebuah kreativitas, invensi atau inovasi? Atau apakah
kebaruan tersebut mengandung ketiga unsur yang dimaksud? Untuk
menjawab pertanyaan ini, pertama kita perlu merujuk kembali definisi
kreativitas yakni adanya unsur kebaruan. Dari sini kita bisa menyimpulkan
bahwa gagasan untuk menggabungkan fungsi remote control dan pembuka
botol, jika orisinil, adalah gagasan krcatif. Demikian juga gagasan
menggunakan gunting sebagai pemotong pizza. Jadi gambar di atas
memenuhi unsur kreativitas. Kedua, untuk melihat apakah kedua gambar
tersebut juga memenuhi unsur invensi kita memperhatikan definisi invensi
berikut ini.
Gambar 6.15a.
Remote control pembuka botol
6.58 MANAJEMEN PERUBAHAN •
Gambar 6.15b.
Gunting pizza
pihak benvenang — Food and Drug Authority (FDA) melakukan review dan
persetujuan jika obat baru tersebut sesuai standar yang berlaku. Fase terakhir
— fase 4 merupakan periode uji coba pasar. Selanjutnya, produksi akan
dilakukan secara massal jika penerimaan pasar menunjukkan sinyal positif
terhadap produk barn tersebut.
roadbowery
Dleeevery
Predisical Twice FDA Approval sad
Phase I Plum II Phase III Review Phase IV 'Dish
Gambar 6.16.
Proses invensi dan inovasi produk Obat
Dan dua contoh di atas diperoleh dua simpulan sementara (1) inovasi
dalam batas-batas tertentu membutuhkan waktu yang lama, biayanya mahal
dan mengandung risiko yang tidak kecil. Oleh karenanya meski inovasi
diyakini menjadi keunggulan bersaing bagi sebuah perusahaan tidak semua
perusahaan mampu melakukan inovasi karena tidak memiliki infrastruktur
yang memadai, dan (2) inovasi pada dasarnya adalah komersialisasi dari
invensi dan invensi merupakan perwujudan kreativitas dalam bentuk konsep
atau formula. Inovasi dengan demikian bisa dirumuskan sebagai berikut:
2. Definisi Inovasi
Inovasi secara harfiah berasal dari bahasa Latin "innovare" yang berarti
me-review, membuat sesuatu menjadi barn atau mengganti yang lama
menjadi barn. Kata innovare itu sendiri berasal dari kata "novus" yang juga
berarti baru (Shat, 2010). Dengan demikian jika kita melihat kembali esensi
kreativitas dan invensi sena membandingkannya dengan kata inovasi
• EKMA4565/MODUL 6 6.61
c. Ravichandran (2000)
"Organizational innovation can be constructed as the actualization of
the creation of a new product, process, method or service by an
organization, through concerted and commited efforts of its members,
and by other resources, exhibiting a perceptual departure from its
antecedent and demonstrating one or more utility values — inovasi
organisasi adalah aktualisasi dari penciptaan produk, jasa, proses atau
metodc ba' yang dilakukan organisasi mclalui upaya bersama dan
komitmen para anggota organisasi, dan penggunaan sumbcr daya lain
sehingga basil ciptaan tersebut dianggap tclah berubah atau berbeda dari
kondisi scbclumnya dan mcnunjukkan nilai guna lebih baik.
3. Dimensi Inovasi
Bisa dikatakan bahwa kctiga definisi di atas mcrupakan representasi dari
definisi-definisi yang bisa ditcmukan pada berbagai litcratur tentang inovasi.
Terlepas bahwa inovasi didcfinisikan secara berbcda, ada satu yang tidak
bcrbeda dari setiap definisi inovasi yaitu unsur kebaruan. Olch karenanya
tidak berlebihan jika dikatakan bahwa keharuan adalah inti dari inovasi.
Sedangkan komponen inti yang kedua adalah nilai manfaat. Sctiap inovasi
hares memberi nilai manfaat paling tidak bagi pcnisahaan yang berinovasi.
Dengan inovasi misalnya perusahaan diharapkan mampu mcmperbaiki daya
saing baik dalam lingkup pasar domestik maupun pasar global. Bcrkaitan
dcngan kebaruan dalam inovasi, masih ada tiga pertanyaan yang perlu
dielaborasi lebih lanjut yaitu: Apanya yang barn dari sebuah inovasi?
Seberapa baru inovasi tersebut? Jika inovasi dikatakan baru, sesungguhnya
ban, bagi siapa'? Itulah tiga pertanyaan yang diajukan oleh Johancsscn et al.
(2001). Pcrtanyaan ini pada dasarnya adalah pertanyaan tentang -dimcnsi
inovasi.
Inovasi Produk
Inovasi
Teknis
Inovasi Proses
01
Inovasi Staff
Table 6.3.
Perbedaan antara Inovasi dan Adopsi
Inovasi Ado
Original Hasilnya berupa derivasi
Baru Bukan sesuatu yang baru bersifat umum
Diaptakan Dibeli atau pinjaman
Wujud atau realisasi dad kemampuan organisasi Merupakan perwujudan dad daya bell
Merniliki ketidakpastian yang relative tinggi Mudah diprediksi
Pioneer Pengikut bukan pencetus gagasan
Memiliki unsur inovasi Merupakan bentuk respon
Dukungan dan pimpinan puncak Keputusan manajemen puncak
Upaya yang berbasis komitmen dan Tidak hams memiliki komitmen dan
berkesinambungan keterkaitan
Da. .t dilihat oteti pihak ekstemal Tidak hams teriihat oleh pihak ekstemal
Sumber : Ravichandran (2000)
8. Difusi Inovasi
Meski Ravichandran (2000) mengatakan bahwa adopsi bukanlah inovasi
karena yang melakukan inovasi adalah pihak lain namun tidak bisa
dipungkiri jika sebuah organisasi/perusahaan melakukan inovasi hainpir pasti
perusahaan-perusahaan lain pun akan melakukan hal yang kurang lebih sama
atau bahkan lebih baik demi memperbaiki daya kompetisi. Akibatnya tidak
6.66 MANAJCMEN PERUBAHAN •
bisa dihindari jika inovasi terus bergulir mulai dari organisasi ke industri ke
regional ke nasional dan global. Dengan penyebaran inovasi seperti ini bukan
hanya perusahaan yang berinovasi yang memperoleh manfaat tetapi pada
umumnya masyarakat juga akan diuntungkan. Pertarna, dengan semakin
banyak perusahaan yang berinovasi berarti tidak ada monopoli terhadap
produk atau jasa tertentu. Kedua, standar hidup masyarakat akan meningkat
karena di satu sisi masyarakat bisa memperoleh produk/jasa dcngan kulaitas
lcbih baik dan di sisi lain harganya tentu lebih murah.
Sebagai contoh, jika anda ingin membuka Internet, media yang biasa
anda gunakan (Internet browser) adalah Internet explorer hasil inovasi
MirosoR. Namun sekarang anda punya pilihan lain untuk membuka Internet
misalnya Mozilla Firefox, Flock, Safari maupun Google Chrome. Mungkin
ke depan anda punya pilihan lain lagi karena inovasi terus berjalan. Proses
penyebaran inovasi seperti ini disebut difusi inovasi. Secara sederhana bisa
dikatakan bahwa difusi inovasi merupakan potcnsi scbuah inovasi diadopsi
olch pihak lain sehingga inovasi tersebut menycbar Iebilt luas (Wolfe, 1994).
Proses penyebarannya itu sendiri membentuk sebuah kurve yang menyerupai
huruf S schingga sering disebut sebagai S-Curve seperti tampak pada
Gambar 6.17.
Maturation
Jumlah
Adopter
Kumulatif Rapid
expansion
Infancy
Interval waktu
Gambar 6.17.
Adopsi inovasi berbentuk Kutve - S.
• EKMA4565/MODUL 6 6.67
Tabet 6.4.
Komponen Organisasi yang Inovatif
. . .
Komponen t trislik:. t'..-.•:;,.‘-:7;4;.0 . _ 1 ' •f
'...;; 160.--ac
Visi, kepemimpinan don Ada kejelasan tentang tujuan organisasi yang hendak dicapai
kemauan untuk inovasi dan tujuan tersebut juga telah diartikulasrkan secara jelas.
Pada saat yang sama pimpinan puncak men irriki komitmen
yang ditunjukkan dengan pengembangan stratio intent
Struktur organisasi yang tepat Desain organisasi yang tepat sehingga daya kreatif karyawan
mencapai level paling tinggi.
Orang-orang kunci Orang-orang kunci dalarn organisasi bertindak sebagai
prcmotor, penjaga gawang dan peran-peran lain sejenis yang
rnemfasilitasi dan menagerakkan inovasi organisasi.
Team work yang efdirtif Tim kerja ditungsikan secara tepat dalam memecahkan
bethagai persoalan organisasi. Oleh karenanya menulih dan
membangun tim yang solid menjad sangat krusial.
Pengembangan did karyawan Organisasi memiliki komitmen untuk mendidik dan melatih
secara berkelanjutan karyawan dalam rangka meniastikan bahwa karyawan
memiliki kompetensi yang dibutuhkan dan memiliki
kemampuan belajar yang deka
Komunikasi yang terbuka Menjaga efektivitas kornunikasi di dalam organisasi dan
antara organisasi dengan pihak luar. Di dalam organisasi
komunikasi dilakukan secara lateral, ke atas dan ke bawah.
Keterlibatan yang tiriggi dalam Seluruh karyawan berpartisipasi dalam kegiatan organisasi
inovasi dalarn rangka peningkatan kinerja berkelanjutan (continuous
improvement).
Fokus paia pelanggan Perhatiai ditujukan bark pada pelanggan internal dan
ekstemal dengan mernbangun total quality culture.
Iklim yang kreatif Berpandangan positif terbadap ide-ide kreatif yang didukung
oleh sistem penghargaan yang relevan.
Organisasi pernbelajar Proses, struktur dan kuttur yang mendukung terciptanya
pembelajaran individu, ditunjukkan dengan dibangunnya
1_ knowledge management.
Sumber: Matthews (2002)
Tabet 6.5.
Karakteristik Manajemen Yang Mendukung dan Mengharnbat Inovasi
• ,, . . ,
is:f•
_:,,:.•: :. •.." '.
Hambatan manajemen Budaya organtsast yang kental dengan suasana politik,
- destruktif dan indarl Mo.
Tekanan beban kerja Tekanan terhadap waktu kerja yang sangat ketat, mengharapkan
tingkat produktivitas yang tidak realistik dan banyaknya gangguan
untuk mend. akan 'aan kreatif.
Sumber: Matthews & Manley (2009)
1. Proses Inovasi
Professor Roy Rothwell dari Science Policy Research unit (SPRU), the
University of Sussex sebagaimana dikutip Neely and Hii (1998)
mengklasifikasikan proses inovasi menjadi lima generasi yaitu:
a. Generasi Pertama Technology Push.
b. Generasi Kedua Market Pull.
c. Generasi Ketiga Coupling Model.
• EKMA4565/MODUL 6.71
2. Technology Push
Proses inovasi pada awalnya mengikuti pola yang disebut technology-
push atau linear model seperti tampak pada Gambar 6.6. Model ini banyak
diterapkan pada periode tahun 1950-an dan 1960-an di mana ketika itu
permintaan melebihi kapasitas produksi sehingga kebanyakan perusahaan
berasumsi bahwa semua yang diproduksi pasti bisa terserap oleh pasar —
supply creates its own demand. Dengan demikian pusat perhatian perusahaan
lebih dititikberatkan pada R&D dan manufacturing ketimbang pada aspek
pemasaran. R&D diperlakukan sebagai tempat melalukan inovasi untuk
menghasilkan produk-produk baru. Semakin banyak R&D dilakukan
semakin banyak inovasi dan semakin banyak pula dihasilkan produk baru.
Peran manufacturing adalah memproduksi produk baru secara masal dan
pasar dianggap mampu menyerap semua hasil produksi dibuat perusahaan.
Dengan asumsi seperti ini maka inovasi diinterpretasikan sebagai sebuah
proses yang bermula dari penelitian ilmiah yang dikembangkan pada R&D,
diimplementasikan melalui kegiatan produksi yang hasilnya adalah produk
baru dan dijual ke masyarakat melalui mekanisme pemasaran. Jadi inovasi
pada dasarnya dipahami sebagai proses linear di mana R&D memiliki peran
kunci sebagai input.
Gambar 6.18.
Proses inovasi generasi pertama - technology-push
3. Marketing Pull
Jika pada tahun 1950-an dan 1960-an proses inovasi mengikuti linear
model di mana proses inovasi bersifat inside-out, akhir tahun 1960-an sampai
dengan awal tahun .1970-an terjadi hal sebaliknya yakni proses inovasi
bersifat outside-in atau disebut marketing-pull. Karena tingkat persaingan
pada periode ini sudah mulai menonjol, perusahaan cenderung berusaha
untuk menawarkan produk yang semakin beragam yang memang dibutuhkan
oleh kastemer bukan semata-mata yang dikehendaki perusahaan. Oleh
6.72 MANAJEMEN PERUBAHAN •
Gambar 6.19.
Proses inovasi generasi kedua-marketing-pull
4. Coupling Model
Gambar 6.20.
Proses inovasi generasi ketiga-coupling model
kebutuhan pasar. Model ini sering disebut pula sebagai "a complex net of
communication path" karena sifatnya yang kompleks yang menghubungkan
kondisi internal perusahaan, ketersediaan ilmu pengetahuan dan
dan kebutuhan pasar. Dari hubungan inilah diperoleh umpan balik yang
menjadi kunci dalam mengembangkan inovasi baru.
5. Integrated Model
Proses inovasi generasi keempat yang disebut integrated model mulai
dikembangkan di Jepang khususnya pada industri otomotif dan elektronik
sejak pertengahan tahun 1980-an sampai dengan tahun 1990-an. Sama seperti
proses inovasi generasi ketiga, integrated model merupakan proses inovasi
yang bersifat kompleks, nonlinear dan mensyaratkan adanya umpan balik.
Bedanya adalah proses inovasi generasi keempat tidak terjadi secara
berurutan (sequential) melainkan proses inovasi yang melibatkan berbagai
fungsi organisasi — marketing, R&D, product development, production
engineering, supplier dan manufacture secara parallel (lihat Gambar 6.21).
Fungsi-fungsi melakukan aktivitas bersama lintas fungsi agar bisa saling
berbagi informasi dalam mengembangkan inovasi baru.
[ Mariam.
I AD
I Prodrovi &wino...tut
H
I I
I Part. learduae. (ouppbeni
, _I 1
I • I
IA I L I II
I Joint Group ineenozs (Rotioffieri Imanager)
Mail chug Launch
Gambar 6.21.
Proses Inovasi Generasi Keempat - Integrated Model
Generation
and
Mobilization
e+perimentation
4-
6.76 MANAJEMEN PERUBAHAN •
INNOVATION
DNA SEQUENCE OUTCOMES IIAPACT
CompodIvo Innovoticol
E
1.1 ProclocIMM SInifogy
Knowindesk
Management • cost shot*"
Strologje Archilocturo lo • moot
0
P
L &mood kolomion • emit firm
a
assist Pooiloniog Sifstsgy
P
Monogomont 0 • product/sank*
w portfcrio
Innovation Mopping of • ~gent
C
0
E E
Onto* MIMIMos oPPoitunoy
R
S Vrius ifovolopnvont
T Monogronent
N
U Value Creation
E
N Aignmont
C
V SUSTANABLE
COMPETITIVE
ADVANTAGE
LATIHAN
2) Silakan Anda sitnak materi pada halaman 21-26. Ada beberapa dimensi
yang mendasari inovasi yaitu: unsur kebaruan, seberapa baru agar
sesuatu bisa disebut inovasi, nilai manfaatnya, adopsi dan difusi inovasi.
3) Professor Roy Rothwell rnengklasifikasikan proses inovasi menjadi lima
generasi yaitu generasi: Technology Push, Market Pull, Coupling Model,
Integrated Model dan Systems Integration and Networking. l'ada proses
inovasi Coupling model bersifat sequential (berurutan) sedangkan proses
inovasi Integrated model tidak terjadi secara berurutan.
RANGKUMAN
TES FORMATIF 2
4) Sesuatu yang baru namun masih bcrada pada tataran konsep, model,
prototipe atau pengetahuan adalah definisi dari
A. invensi
B. kreativitas
C. difiisi
D. inovasi
Daftar Pustaka
Baloch, Q.B. & Katrem, N. (2007), The Third Wave (Book Review), Journal
of Managerial Sciences, vol. 1, number 2, pp. 115 — 143.
Bierly III, P.E., Kessler, E.H. & Christensen, E.W. (2000). Organizational
Learning, Knowledge and Wisdom, Journal of Organizational Change
Management, 13, 6, pp. 595-618.
6.82 MANAJEMEN PERM:VAHAN •
Hick, R.C. Dattero, R. & Galup, S.D. (2006). The Five-tier Knowledge
Management IIicrarchy, Journal of Knowledge Management, 10, 1, pp.
19-31.
Kaplan, R.S. & Norton, D.P. (2001). The Strategy Focused Organization:
How Balanced Scorecard Companies Thrive in the New Business
Environment, Boston, MA: Harvard Business School Press.
Nunamaker, Jr. J.F., Romano, Jr. N.C. & Briggs, R.O. (2001). A Framework
for Collaboration and Knowledge Management, Proceedings of the 34th
Hawaii International Conference on System Sciences — 2001.
Parise, S., Cross, R. & Davenport, T.H. (2006). Strategy for Preventing a
Knowledge-Loss Crisis, MIT Sloan Management Review, pp. 31-38.
ek
. .1.1, -,
"...tkl .17
,ts 4* °r p . • i) • ,
•
,
.'1‘ Pr" • tr,