Anda di halaman 1dari 15

Pengertian Iklim Organisasi

Stinger (Wirawan, 2007) mendefinisikan bahwa iklim organisasi sebagai koleksi dan pola
lingkungan yang menentukan munculnya motivasi serta berfokus pada persepsi-persepsi
yang masuk akal atau dapat dinilai, sehingga mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja
anggota organisasi. Tagiuri dan Litwin mengatakan bahwa iklim organisasi merupakan
kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif terus berlangsung, dialami oleh
anggota organisasi dan mempengaruhi perilaku mereka serta dapat dilukiskan dalam satu set
karateristik atau sifat organisasi.

Kemudian dikemukakan oleh Luthans (Simamora, 2004) disebutkan bahwa iklim organisasi
adalah lingkungan internal atau psikologi organisasi. Iklim organisasi mempengaruhi praktik
dan kebijakan SDM yang diterima oleh anggota organisasi. Perlu diketahui bahwa setiap
organisasi akan memiliki iklim organisasi yang berbeda. Keanekaragaman pekerjaan yang
dirancang di dalam organisasi, atau sifat individu yang ada akan menggambarkan perbedaan
tersebut. Semua organisasi tentu memiliki strategi dalam memanajemen SDM. Iklim
organisasi yang terbuka memacu karyawan untuk mengutarakan kepentingan dan
ketidakpuasan tanpa adanya rasa takut akan tindakan balasan dan perhatian. Ketidakpuasan
seperti itu dapat ditangani dengan cara yang positif dan bijaksana. Iklim keterbukaan,
bagaimanapun juga hanya tercipta jika semua anggota memiliki tingkat keyakinan yang
tinggi dan mempercayai keadilan tindakan.

Iklim organisasi penting untuk diciptakan karena merupakan persepsi seseorang tentang apa
yang diberikan oleh organisasi dan dijadikan dasar bagi penentuan tingkah laku anggota
selanjutnya. Iklim ditentukan oleh seberapa baik anggota diarahkan, dibangun dan dihargai
oleh organisasi. Batasan pengertian iklim organisasi itu bisa dilihat dalam dimensi iklim
organisasi. Steve Kelneer menyebutkan enam dimensi iklim organisasi sebagai berikut :

1. Flexibility conformity. Fleksibilitas dan comfomity merupakan kondisi organisasi yang


untuk memberikan keleluasan bertindak bagi karyawan serta melakukan penyesuaian
diri terhadap tugas-tugas yang diberikan. Hal ini berkaitan dengan aturan yang
ditetapkan organisasi, kebijakan dan prosedur yang ada. Penerimaan terhadap ide-ide
yang baru merupakan nilai pendukung di dalam mengembangkan iklim organisasi
yang kondusif demi tercapainya tujuan organisasi.
2. Resposibility Hal ini berkaitan dengan perasaan karyawan mengenai elaksanaan tugas
organisasi yang diemban dengan rasa tanggung jawab atas hasil yang dicapai, karena
mereka terlibat di dalam proses yang sedang berjalan.
3. Standards. Perasaan karyawan tentang kondisi organisasi dimana manajemen
memberikan perhatian kepada pelaksanaan tugas dengan baik, tujuan yang telah
ditentukan serta toleransi terhadap kesalahan atau hal-hal yang kurang sesuai atau
kurang baik.
4. Reward. Hal ini berkaitan dengan perasaan karyawan tentang penghargaan dan
pengakuan atas pekerjaan yang baik.
5. 5. Clarity. Terkait dengan perasaan pegawai bahwa mereka mengetahui apa yang
diharapkan dari mereka berkaitan dengan pekerjaan, peranan dan tujuan organisasi.
6. Tema Commitmen. Berkaitan dengan perasaan karyawan mengenai perasaan bangga
mereka memiliki organisasi dan kesediaan untuk berusaha lebih saat dibutuhkan.

b. Aspek-Aspek Iklim Organisasi


Stringer (Wirawan, 2007) menyebutkan bahwa karakteristik atau dimensi iklim organisasi
dapat mempengaruhi motivasi anggota organisasi untuk berperilaku tertentu. Ia juga
mengatakan enam dimensi yang diperlukan, yaitu:

1. Struktur. Struktur merefleksikan perasaan bahwa karyawan diorganisasi dengan baik


dan mempunyai definisi yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab mereka.
Meliputi posisi karyawan dalam perusahaan.
2. Standar-standar. Mengukur perasaan tekanan untuk memperbaiki kinerja dan derajat
kebanggaan yang dimiliki karyawan dalam melakukan pekerjaannya dengan baik.
Meliputi kondisi kerja yang dialami karyawan dalam perusahaan.
3. Tanggung jawab. Merefleksikan perasaan karyawan bahwa mereka menjadi
“pimpinan diri sendiri” dan tidak pernah meminta pendapat mengenai keputusannya
dari orang lain. Meliputi kemandirian dalam menyelesaikan pekerjaan.
4. Pengakuan. Perasaan karyawan diberi imbalan yang layak setelah menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik. Meliputi imbalan atau upah yang terima karyawan setelah
menyelesaikan pekerjaan.
5. Dukungan. Merefleksikan perasaan karyawan mengenai kepercayaan dan saling
mendukung yang berlaku dikelompok kerja. Meliputi hubungan dengan rekan kerja
yang lain.
6. Komitmen. Merefleksikan perasaan kebanggaan dan komitmen sebagai anggota
organisasi. Meliputi pemahaman karyawan mengenai tujuan yang ingin dicapai oleh
perusahaan.

Menurut model Pines, iklim kerja sebuah organisasi dapat diukur melalui empat dimensi
sebagai berikut :

1. Dimensi Psikologikal, yaitu meliputi variabel seperti beban kerja, kurang otonomi,
kurang pemenuhan sendiri (self-fulfilment clershif), dan kurang inovasi.
2. Dimensi Struktural, yaitu meliputi variabel seperti fisik, bunyi dan tingkat keserasian
antara keperluan kerja dan struktur fisik.
3. Dimensi Sosial, yaitu meliputi aspek interaksi dengan klien (dari segi kuantitas dan
ciri-ciri permasalahannya), rekan sejawat (tingkat dukungan dan kerja sama), dan
penyelia-penyelia (dukungan dan imbalan).
4. Dimensi Birokratik, yaitu meliputi Undang-undang dan peraturan-peraturan konflik
peranan dan kekaburan peranan.

Menurut
Campbell dalam Mahmudi (2010:20) menyatakan bahwa hubungan fungsional
antara kinerja dengan artibut kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor
knowledge, skill, dan motivasi. Persamaan tersebut dinotasikan sebagai berikut :
Kinerja = f (knowledge, skill, dan motivasi). Knowledge mengacu pada
pengetahuan yang dimiliki oleh pegawai (knowing what to do), skill mengacu
pada kemampuan untuk melakukan pekerjaan (the ability to do well), motivasi
adalah dorongan dan semangat untuk melakukan pekerjaan
VARIABEL INTERVENING
(Intervening Variable)
Mar 15

Posted by hendry

A. Definisi :

A variable which is postulated to be a predictor of one or more dependent variables, and


simultaneously predicted by one or more independent variables. Synonym : mediating
variable. (1)

A variable (as memory) whose effect occurs between the treatment in a psychological
experiment (as the presentation of a stimulus) and the outcome (as a response), is difficult to
anticipate or is unanticipated, and may confuse the results (2)

Menurut Tuckman (dalam Sugiyono, 2007) variabel intervening adalah variabel yang secara
teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen
menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini
merupakan variabel penyela / antara variabel independen dengan variabel dependen, sehingga
variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel
dependen.

“A mediating variable is one which specifies how (or the mechanism by which) a given effect
occurs between an independent variable (IV) and a dependent variable (DV).” (Holmbeck,
1997, p. 599).

Dari definisi ini, intervening (mediator) dikatakan memberikan pengaruh di antara IV dan
DV. Dapat merubah hasil, persamaannya adalah mediator variabel / variabel perantara, sulit
untukj diantisipasi, dll. Dimananakah posisinya ?? yaitu di tengah.

Perhatikan penjelasan berikut (cth variabel diambil dari buku Prof. Sugiyono, 2007) :

Penghasilan (IV) —> gaya hidup (M) —> harapan hidup (Y)

Dari gambar anak panah dapat diketahui bahwa :

1. Penghasilan mempengaruhi gaya hidup.


2. Gaya hidup mempengaruhi harapan hidup
3. Karena adanya variabel gaya hidup ini maka hubungan yang terjadi antara
penghasilan (X) ke harapan hidup (M) menjadi hubungan yang tidak langsung karena
diperantarai gaya hidup (Y)
Penjelasan model ini dapat didownload pada artikel Paul Jose tentang Model Mediasi

B. PERBEDAAN VARIABEL MEDIATOR DENGAN MODERATOR

Ditinjau dari definisinya, variabel mediasi (intervening) dan moderator sama-sama


mempengaruhi hubungan independen terhadap dependen, lalu dimana perbedaannya ??

Untuk menjelaskan hal ini saya kembali mengambil contoh dalam buku Prof. Sugiyono
(2007:40-41) mengenai variabel dan paradigma hubungan.

Perhatikan dua model di atas ..ada dua perbedaan mendasar yaitu :

1. Variabel mediator berada dalam satu jalur hubungan, moderator di luar


2. Variabel mediator dipengaruhi IV dan mempengaruhi DV, moderator lebih banyak
tidak
3. dan…ciri khas variabel mediator (terutama dalam penelitian sosial/keperilakuan)
adalah mudah berubah, misal mood, emosi, rasa puas, benci, sedih, dll. Sedangkan
moderator lebih susah berubah seperti kepribadian, usia, masa kerja, budaya, dll.

Paul Jose (2008) menjelaskan perbedaan dan kesamaan mediator dan moderator sebagai
berikut :

Similarities:

1. They both involve three variables;


2. You can use regression to compute both;
3. You wish to see how a third variable affects a basic relationship (IV to DV).

Differences:

1. You create a product term in moderation; not in mediation;


2. You don’t have to centre anything in mediation;
3. Moderation can be used on concurrent or longitudinal data, but mediation is best used
on longitudinal data.
4. Graphing is critical for moderation; helpful for mediation.

REGRESI VARIABEL MODERATOR


Jun 2

Posted by hendry

REGRESI DENGAN VARIABEL MODERATOR

Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi (baik memperlemah atau


memperkuat hubungan antara variabel independen ke dependen.

Berbeda dengan variabel intervening (bahasannya dapat dilihat disini), variabel moderator
tidak menyaratkan adanya hubungan antara X ke M.

Contohnya adalah pengaruh motivasi terhadap kinerja. Seseorang yang punya motivasi yang
kuat akan mempengaruhi kinerjanya, dan akan semakin baik jika ia memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi. Di sini, pendidikan ditempatkan sebagai variabel moderator yang
akan menaikturunkan pengaruh motivasi terhadap kinerja

Contoh Kasus :

Seorang peneliti ingin mengetahui pengaruh penghasilan keluarga terhadap tabungan yang
dimiliki oleh keluarga tersebut. Data dikumpulkan dari 58 keluarga pada sebuah sekolah di
Jakarta. Model yang ingin diuji adalah pengaruh penghasilan terhadap tabungan, yang
dimoderasi oleh jumlah anggota keluarga

Hipotesis yang dibangun adalah semakin tinggi penghasilan keluarga dan jumlah anggota
keluarga yang sedikit maka akan semakin tinggi pula tabungan yang dimiliki oleh keluarga
tersebut. Semakin rendah penghasilan dan semakin banyak anggota keluarga maka akan
semakin rendah pula tabungan yang dimiliki oleh keluarga tersebut.

Persamaannya adalah :

JTK = a + b1 PK – b2 JK + b3 PK*JAK + e

b3 merupakan variabel perkalian PK (penghasilan keluarga) dengan JK (jumlah keluarga)


merupakan variabel moderating pada hubungan PK ke JTK (jumlah tabungan keluarga)

PENYELESAIAN

Data dapat anda lihat di sini

Pertama, membuat variabel interaksi dengan mengklik “Transform”, lalu pilih “Compute”

Ketik M pada kotak “Target variable”, lalu masukkan perkalian PK dan JK seperti terlihat
pada gambar berikut :

Klik OK, maka kita akan punya variabel baru M yang merupakan perkalian antara PK dan JK

Klik Analyze – Regression, dan pilih Linear

Masukkan variabel TK ke kotak dependent, dan masukkan penghasilan, jumlah keluarga dan
variabel moderat (M) ke box independent.

Abaikan yang lain, lalu klik OK

INTERPRESTASI DAN PEMBAHASAN


Koefisien Determinasi dan uji Signifikansi

Nilai koefisien determinasi pada hasil analisis di atas adalah sebesar 0,469 atau dapat
dikatakan perubahan jumlah tabungan keluarga dipengaruhi oleh variabel penghasilan
keluarga, jumlah keluarga dan variabel moderator sebesar 46,90% sedangkan sisanya 54,10%
dipengaruhi variabel lain diluar model

Hasil uji signifikansi (uji F) memperlihatkan nilai F hitung sebesar 17,805 dengan
probabilitas 0,000 (< 0,005). Dengan demikian dapat disimpulkan model ini signifikan dan
dapat digunakan untuk memprediksi tabungan keluarga melalui PK, JK dan M

Uji Signifikansi Model Parsial

hasil Uji model parsial (uji t) memperlihatkan bahwa penghasilan memberikan nilai koefisien
parameter sebesar 3,869 dengan sig 0,000. Variabel jumlah keluarga memberikan nilai
koefisien sebesar 2,875 dengan sig 0,053, sementara variabel M memberikan nilai koefisien
sebesar negative (0,465) dengan sig 0,034

Kesimpulan yang bisa diperoleh dari hasil di atas adalah Moderator terbukti signifikan dalam
mempengaruhi penghasilan terhadap jumlah tabungan. Prediksi nilai negative
mengindikasikan bahwa efek moderasi yang diberikan adalah negative, artinya jumlah
keluarga memberi efek mengurangi pengaruh penghasilan terhadap jumlah tabungan.

Tidak signifikannya koefisien jumlah keluarga (sig 0,053) menunjukkan bahwa variabel ini
merupakan variabel moderator murni dan tidak bisa ditempatkan sebagai variabel
independen. Namun jika hasil menunjukkan bahwa jumlah keluarga (b2) dan moderator (b3)
sama-sama signifikan maka dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah keluarga adalah
variabel quasi moderator atau dapat digunakan sebagai variabel independen sekaligus
variabel moderator.

Selamat mencoba….
VARIABEL – VARIABEL DALAM PENELITIAN
1. PENGERTIAN VARIABEL

Istilah variabel dapat diartikan bermacam –


macam. Dalam tulisan ini variable diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek
pengamatan penelitian. Sering pula dinyatakan variabeL penelitian itu sebagai faktor-faktor
yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.

Kalau ada pertanyaan tentang apa yang akan di teliti, maka jawabannya berkenaan dengan
variabel penelitian. Jadi variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Secara teoritis variabel dapat
didefiisikan sebagai atribut seseorang, atau objek yang mempunyai “Variasi” antara satu
orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain (Hatch dan Farhady,1981).
Dinamakan variabel karena ada variasinya.

Menurut Y.W Best yang disebut variabel penelitian adalah kondisi-kondisi atau serenteristik-
serenteristik yang oleh peneliti dimanupulasikan, dikontrol atau dioservasi dalam suatu
penelitian. Sedang Direktorat Pendidikan Tinggii Depdikbud menjelaskan bahwa yang
dimaksud variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan
penelitian. Dari kedua pengerian tersebut dapatlah dijelaskan bahwa variabel penelitian itu
meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang kan diteliti.

Apa yang merupakan variabel dalam sesuatu penelitian ditentikan oleh landasan teoritisnya,
dan ditegaskan oleh hipotesis penelitian. Karena itu apabila landasan teoritisnya berbeda,
variabel-variebel penelitiannya juga akan berbeda. Jumlah variabel yang dijadikan objek
pengamatan akan ditentukan oleh sofistikasi rancangan penelitiannya. Makin sederhana
sesuatu rancangan penelitian, akan melibatkan variabel-variabel yang makin sedikit
jumlahnya, dan sebaliknya.

2. KLASIFIKASI VARIABEL

Variabel-variabel yang telah diidentifikasikan perlu diklasifikasikan, sesuai dengan jenis dan
peranannya dalam penelitian. Klasifikasi ini sangat perlu untuk penentuan alat pengambilan
data apa yang akan digunakan dan metode analisis mana yang sesuai untuk diterapkan.
Berkaitan dengan proses kuantifikasi data biasa digolongkan menjadi 4 jenis yaitu (a). Data
Nominal, (b). Data Ordinal, (c). Data Interval dan, (d). Data ratio. Demikianlah pula
variabel, kalau dilihat dari segi ini biasa dibedakan dengan cara yang sama

1. Variabel Nominal, yaitu variabel yang ditetapkan berdasar atas proses penggolongan;
variabel ini bersifat diskret dan saling pilah (mutually exclusive) antara kategori yang
satu dan kategori yang lain; contoh: jenis kelamin, status perkawinan, jenis pekerjaan
2. Variabel Ordinal, yaitu variabel yang disusun berdasarkan atas jenjang dalam atribut
tertentu. Jenjang tertinggi biasa diberi angka 1, jenjang di bawahnya diberi angka 2,
lalu di bawahnya di beri angka 3 dan seterusnya. (ranking)
3. Variabel Interval, yaitu variabel yang dihasilkan dari pengukuran, yang di dalam
pengukuran itu diasaumsikan terdapat satuan (unit) pengukuran yang sama. Contoh:
variabel interval misalnya prestasi belajar, sikap terhadap sesuatu program dinyatakan
dalam skor, penghasilan dan sebagainya.
4. Variabel ratio, adalah variabel yang dalam kuantifikasinya mempunyai nol mutlak.
(Drs. Sumadi Suryabrata .Metologi Penelitian. hal. 26-27)

Menurut Fungsinya variabel dapat dibedakan :

a). Variabel Tergantung (Dependent Variabel)

Yaitu kondisi atau karakteristik yang berubah atau muncul ketika penelitian mengintroduksi,
pengubah atau mengganti variabel bebas.

Menurut fungsinya variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain, karenanya juga sering disebut
variabel yang dipengaruhi atau variabel terpengaruhi.

Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, Kriteria, Konsekuen. Atau dalam bahasa
Indonesia sering disebut Variabel terikat. Dalam SEM (Structural Equation Modeling)
variabel dependen disebut variabel Indogen.*

b). Variabel Bebas ( Independent Variabel)

Adalah kondisi-kondisi atau karakteristik-karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasi


dalam rangka untuk menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi.

Karena fungsi ini sering disebut variabel pengaruh, sebab berfungsi mempengaruhi variabel
lain, jadi secara bebas berpengaruh terhadap variabel lain.

Variabel ini juga sering disebut sebgai variabel Stimulus, Prediktor, antecendent. Dalam
SEM(Structural Equation Modeling) variabel independen disebut variabel eksogen.

c). Variabel Intervening

Variabel intervenig adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara
variabel independen dengan Variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan
tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak
di antara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung
mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.
Variabel Intervening juga merupakan variabel yang berfungsi menghubungkan variabel satu
dengan variabel yang lain. Hubungan itu dapat menyangkut sebab akibat atau hubungan
pengaruh dan terpengaruh.

d). Variabel Moderator

Dalam mengidentifikasi variabel moderator dimaksud adalah variabel yang karena fungsinya
ikut mempengaruhi variabel tergantung serta meperjelas hubungan bebas dengan variabel
tergantung.

e). Variabel kendali

Yaitu yang membatasi (sebagai kendali) atau mewarnai variabel mederator. Variabel ini
berfungsi sebagai kontrol terhadap variabel lain terutama berkaitan dengan variabel
moderator jadi juga seperti variabel moderator dan bebas ia juga ikut berpengaruh terhadap
variabel tergantung

f). Variabel Rambang

Berlainan dengan variabel bebas, yaitu fungsinya sangat diperhatikan dalam penelitian.
Variabel rambang yaitu variabel yang fungsinya dapat diabaikan atau pengaruhnya hampir
tidak diperhatikan terhadap variabel bebas maupun tergantung. (Drs.Colid Narbuko,Drs.H
Abu Achmadi.2004.Metode Penelitian. Jakarta:Bumi Aksara Hal.119-120)

3. MERUMUSKAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL-VARIABEL

Setelah variabel – variabel diidetifikasikan dan diklasifikasikan, maka variabel-variabel


tersebut perlu didefinisikan secara operasional. Penyusunan Definisi operasional ini perlu,
karena definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data mana yang cocok
digunakan.

Definisi Operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan
yang dapa diamati (diobservasi). Konsep dapat diamati atau diobservasi ini penting, karena
hal yang dapat diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain selain peneliti untuk
melakukan hal yang serupa, sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji
kembali oleh orang lain.

Cara menyusun definisi operasional dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu

1). Definisi Pola I, yaitu disusun berdasarkan atas kegiatan-kegiatan (operations) yang harus
dilakukan agar hal yang didefinisikan itu terjadi. Contoh :

– Frustasi adalah keadaan yang timbul sebgai akibat tercegahnya pencapaian hal yang sangat
diinginkan yang sudah hampir tercapai.

– Lapar adalah keadaan dalam individu yang timbul setelah dia tidak makan selama 24 jam

– Garam Dapur adalah hasil kombinasi kimiawi antara natrium dan Clorida.
Definisi Pola I ini, yang menekankan Operasi atau manipulasi apa yang harus dilakukan
untuk menghasilkan keadaan atau hal yang didefinisikan, terutama berguna untuk
mendefinisikan variabel bebas.

2). Definisi Pola II, yaitu definisi yang disusun atas dasar bagaimana hal yang didefinisikan
itu beroperasi. Contoh :

– Orang cerdas adalah orang yang tinggi kemampuannya dalam memecahkan masalah, tinggi
kemampuannya dalam menggunakan bahasa dan bilangan.

– Orang Lapar adalah orang yang mulai menyantap makanan kurang dari satu menit setelah
makanan dihidangkan, dan menghabiskannya dalam waktu kurang dari 10 menit.

3). Definisi Pola III, yaitu definisi yang dibuat berdasarkan atas bagaimana hal yang
didefinisikan itu nampaknnya. Contoh :

– Mahasiswa yang cerdas adalah mahasiswa yang mempunyai ingatan baik, mempunyai
perbendaharaan kata luas, mempunyai kemampuan berpikir baik, mempunyai kemampuan
berhitung baik.

– Ekstraversi adalah kecenderungan lebih suka ada dalam kelompok daripada seorang diri.

Seringkali dalam membuat definisi operasional pola III ini peneliti menunjuk kepada alat
yang digunakan untuk mengambil datanya.

Setelah definisi operasional variabel-variabel peneliitian selesai dirumuskan, maka prediksi


yang terkandung dalam hipotesis telah dioperasionalkan. Jadi peneliti telah menyusun
prediksi tentang kaitan berbagai variabel penelitiannya itu secara operasional, dan siap diuji
melalui data empiris. (Drs. Sumadi Suryabrata .Metologi Penelitian. hal. 30-31)

4. MACAM-MACAM HUBUNGAN ANTAR VARIABEL

Sesungguhnya yang dikemukakan di dalam inti penelitian ilmiah adalah mencari hubungan
antara berbagai variabel. Hubungan yang paling dasar adalah hubungan antara dua variabel
bebas dan variabel terikat ( Independent variabel dengan dengan dependent variabel).

a. Hubungan Simetris

Variabel-variabel dikatakan mempunyai hubungan simetris apabila variabel yang satu tidak
disebabkan atau dipengaruhi oleh variabel lainnya. Terdapat 4 kelompok hubungan simetris :

1). Kedua variabel merupakan indikator sebuah konsep yang sama.

2). Kedua variabel merupakan akibat daru suatu faktor yang sama.

3). Kedua variabel saling berkaitan secara fungsional, dimana yang satu berada yang lainnya
pun pasti disana.

4). Hubungan yang bersifat kebetulan semata-mata.


b. Hubungan Timbal Balik

Hubungan timbal balik adalah hubungan di mana suatu variabel dapat menjadi sebab dan
akibat dari variabel lainnya. Perlu diketahui bahwa hubungan timbal balik bukanlah
hubungan, dimana tidak dapat ditentukan variabel yang menjadi sebab dan variabel yang
menjadi akibat.

c. Hubungan Asimetris (tidak simetri)

Satu variabel atau lebih mempengaruhi variabel yang lainnya. Ada enam tipe hubungan tidak
simetris, yakni :

1). Hubungan antara stimulus dan respons. Hubungan yang demikian itulah merupakan
salah satu hubungan kausal yang lazim dipergunakan oleh para ahli.

2). Hubungan antara disposisi dan respons. Disposisi adalah kecenderungan untuk
menunjukkkan respons tertentu dalam situasi tertentu. Bila “Stimulus” datangnya pengaruh
dari luar dirinya, sedangkan “Disposisi” berada dalam diri seseorang.

3). Hubungan antara diri indiviidu dan disposisi atau tingkah laku. Artinya ciri di sini
adalah sifat individu yag relatif tidak berubah dan tidak dipengaruhi lingkungan.

4). Hubungan antara prekondisi yang perlu dengan akibat tertentu.

5). Hubungan Imanen antara dua variabel.

6). Hubungan antara tujuan (ends) dan cara (means)

5. PENGUKURAN VARIABEL

Pengukuran adalah penting bagi setiap penelitian, karena dengan pengukuran itu penelitian
dapat menghubungkan konsep yang abstrak dengan realitas.

Untuk dapat melakukan pengukuran, maka seseorang peneliti harus memikirkan bagaimana
ukuran yang paling tepat untuk suatu konsep. Ukuran yang tepat akan memberikan kepada
penelii untuk merumuskan lebih tepat dan lebih cermat konsep penelitiannya. Proses
pengukuran mengandung 4 kegiatan pokok sebagai berikut :

a). Menentukan indikator untuk dimensi – dimensi variabel penelitian.

b). Menentukan ukuran masing-masing dimensi. Ukuran ini dapat berupa item (pertanyaan)
yang relevan dengan dimensinya.

c). Menentukan ukuran yang akan digunakan dalam pengukuran, Apakah tingkat ukuran
nominal, ordinal interval atau ratio dan

d). Menguji tingkat validitas dan reliabilitas sebagai kriteria alat pengukuran yang baik.. Alat
pengukur yang baik, apabila alat pengukur itu dapat mengungkapkan realita itu dengan tepat.
Oleh karena itu dalam pengukuran gejala yang demikian itu yang dianut adalah berdasarkan
indikator-indikator konsep tersebut. Jadi kalau akan mengukur intelegensi harus mencari apa
yang menjadi indikator perbuatan yang intelegen tersebut.

6. VARIABEL ANTARA

Salah satu asumsi dasar di dalam ilmu pengetahuan adalah, bahwa gejala sesuatu harus ada
sebab-musahabnya dan tidak begitu saja terjadi dengan sendirinya. Setiap fenomena
dipengaruhi oleh serangkaian sebab-musahab. Oleh karena itu setiap kali kita menentukan
sebab dari suatu fenomena, selalu akan timbul pertanyaan, apakah sebab yang lainnya?
Apakah sebab yang pertama berpengaruh langsung pada fenomena tersebut, ataukah tidak
langsung dan melalui sebab yang lainnya? Pertanyaan yang terakhir ini mengantar kita ke
suatu faktor penguji yang penting yaitu “Variabel antara”.

Untuk mengatur rangkaian sebab-musabab suatu fenomena, tentu saja lewat pengamatan
serta akan sehatlah disamping teori-teori yang menjadi pedoman. Namun di dalam rangkaian
sebab akibat itu, suatu variabel akan disebut “Variabel antara” apabila, dengan masuknya
variabel tersebut, hubungan statistika yang mulai nampak antara dua variabel menjadi lemah
atau bahkan lenyap. Hal ini disebabkan karena hubungan semula nampak antara kedua
variabel pokok bukanlah suatu hubungan yang langsung tetapi melalui varibel yang lain.

Keterangan : Garis putus berarti mungkin berhubungan langsung, mungkin tidak.

7. VARIABEL ANTESENDEN

Variabel Antesenden mempunyai kesamaan dengan variabel antara, yakni merupakan hasil
yang lebih mendalam dari penelusuran hubungan kausan antara variabel.

Perbedaannya, “Variabel antara ” menyusup diantara variabel pok, sedangkan variabel


Antesenden mendahului variabel pengaruh
Sebenarnya realita antara dua variabel sebenarnya merupakan penggalan dari sebuah jalinan
sebab akibat yang cukup panjang. Oleh karena itu setiap usaha untuk mencari jalinan yang
lebih jauh, seperti halnya dengan variabel antesenden – akan memperkaya pengertian kita
tentang fenomena yang sedang diteliti.

Untuk dapat diterima sebagai variabel antesenden syarat-syaratnya sebagai berikut :

1. ketika variabel harus saling berhubungan : variabel antesenden dan variabel pengaruh,
variebel antesenden dan variabel terpengaruh, variabel pengaruh dan variabel
terpengaruh.
2. Apabila variabel antesenden dikontrol, hubungan antara variabel pengaruh dan
variabel terpengaruh tidak lengkap. Dengan kata lain : variabel antesenden tidak
mempengaruhi hubungan antara kedua variabel pokok.
3. Apabila pengaruh dikontrol, hubungan antara variabel antesenden dan variabel
terpengaruh harus lengkap. (Drs.Colid Narbuko,Drs.H Abu Achmadi.2004.Metode
Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara Hal.131-134)

KESIMPULAN

variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian.
Variabel penelitian ditentukan oleh Landasan Teorinya dan ditegaskam oleh Hipotesis
penelitiannya.

Menurut datanya, variabel penelitian dapat dibedakan : a. variabel Nominal, b. Variabel


Ordinal, c. Variabel Interval d. Variabel ratio.

Sedangkan menurut fungsinya variabel penenelitian dapat dibedakan menjadi : Variabel


tergantung, variabel bebas, variabel intervening, variabel moderator , variabel kendali dan
variabel rambang.

Macam-macam hubungan variabel : Simetri, timbal balik dan asimetri.

DAFTAR PUSTAKA
Suryabrata, S. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Narbuko,C., Achmadi, A,H. 2004 . Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Bumi Aksara


Sugiono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Bandung: AlfaBeta

Anonim, 1981. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Depdikbud Dirjen Pendidikan


Tinggi.

Anda mungkin juga menyukai