Pada umumnya para ahli memiliki pendapat yang sepaham tentang memberikan
defenisi iklim organisasi, yang pada intinya menyatakan bahwa iklim kerja adalah
sesuatu yang menjadi karakter, ciri khas atau nilai-nilai utama yang melekat dalam
interaksi antar individu dan bagian dalam organisasi. Miller (1997:128), mengatakan
bahwa iklim kerja adalah nilai semangat yang mendasar dalam cara mengelola
hubungan dan mengorganisasikannya. Nilai-nilai itu berbentuk prinsip dan
keyakinan yang bisa tersurat, namun juga ada yang hanya tersirat. Nilai-nilai ini
akan mempengaruhi individu dalam melakukan tugas-tugas dalam organisasi.
Robbins (2007:716) menyatakan bahwa iklim kerja adalah istilah yang dipakai untuk
memuat rangkaian variable perilaku yang mengacu pada nilai-nilai, kepercayaan-
kepercayaan, dan prinsip pokok yang berperan sebagai suatu dasar bagi system
manajemen organisasi. Iklim kerja juga merupakan teori-teori yang menjelaskan
sasaran dan prosedur untuk mencapai tujuan. Pendapat senada disampaikan oleh
Ouchi bahwa iklim kerja tercakup dalam falsafah manajemennya, yang terdiri dari
atas teori-teori yang secara tersirat menjelaskan sasaran dan prosedur yang
digunakan untuk mencapainya (W.G.Ouchi, 1992:95).
Sedangkan menurut Davis dan Newstrom, (2001:25) iklim kerja sebagai kepribadian
sebuah organisasi yang membedakan dengan organisasi lainnya yang mengarah
pada persepsi masing-masing anggota dalam memandang organisasi. Semua
organisasi memiliki iklim kerja yang manusiawi dan partisipasif, sesuai dengan gaya
kepemimpinan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa iklim organisasi
dimaksudkan untuk memberikan lingkungan pengasuhan yang mengakui bahwa
pegawai diperlakukan sebagai individu. Dengan demikian, iklim kerja merupakan
alat untuk memecahkan masalah (solusi) yang secara konsisten dapat berjalan
dengan baik bagi suatu kelompok atau lembaga tertentu dalam menghadapi
persoalan eksternal dan internalnya. Hal ini dapat ditularkan atau diajarkan kepada
para indivivu untuk berpendapat, dan merasakan dalam hubungannya dengan
persoalan-persoalan tersebut.
Istilah iklim kerja pertama kalinya di pakai oleh Kurt Lewin pada tahun 1930-an,
yang menggunakan istilah iklim psikologi (psychological climate), kemudian istilah
iklim kerja dipakai oleh R. Tagiuri dan G. Litwin. Banyak pengertian iklim kerja yang
dikemukakan oleh para ahli, beberapa diantaranya Wirawan (2007:122) yang
menyatakan bahwa iklim kerja adalah pesrsepsi anggota organisasi (secara
individual dan kelompok) dan mereka yang secara tetap berhubungan dengan
organisasi (misalnya pemasok, konsumen, konsultan, dan kontraktor) mengenai apa
yang ada atau yang terjadi di lingkungan internal organisasi secara rutin, yang
mempengaruhi sikap dan perilaku organisasi dan kinerja anggota organisasi yang
kemudian menemukan kinerja organisasi.
Dari berbagai defenisi mengenai iklim kerja, maka dapat disimpulkan bahwa iklim
kerja merupakan gambaran terhadap kualitas, suasana dan karakter yang tampak
pada norma dan nilai, hubungan interpersonal, suasana belajar-mengajar, struktur
organisasi, ikatan positif dengan lembaga dan lingkungan fisik yang terdapat di
lembaga tempat pegai bertugas. Iklim kerja ini dapat diukur melalui dimensi safety
(rasa aman), teaching and learning (kegiatan belajar mengajar), interpersonal
relationships (hubungan dengan orang lain), dan institutional environment
(lingkungan kerja).
Iklim kerja penting untuk diciptakan karena merupakan persepsi seseorang tentang
apa yang diberikan oleh organisasi dan dijadikan dasar bagi penentuan tingkah laku
anggota selanjutnya. Iklim ditentukan oleh seberapa baik anggota diarahkan,
dibangun dan dihargai oleh organisasi. Batasan pengertian iklim kerja itu bisa
dilihat dalam dimensi iklim kerja. Steve Kelneer menyebutkan enam dimensi iklim
kerja sebagai berikut :
4.Reward. Hal ini berkaitan dengan perasaan karyawan tentang penghargaan dan
pengakuan atas pekerjaan yang baik.
5.Clarity. Terkait dengan perasaan pegawai bahwa mereka mengetahui apa yang
diharapkan dari mereka berkaitan dengan pekerjaan, peranan dan tujuan
organisasi.
Stringer (Wirawan, 2007) menyebutkan bahwa karakteristik atau dimensi iklim kerja
dapat mempengaruhi motivasi anggota organisasi untuk berperilaku tertentu. Ia
juga mengatakan enam dimensi yang diperlukan, yaitu:
Menurut model Pines, iklim kerja sebuah organisasi dapat diukur melalui empat
dimensi sebagai berikut :
1.Dimensi Psikologikal, yaitu meliputi variabel seperti beban kerja, kurang otonomi,
kurang pemenuhan sendiri (self-fulfilment clershif), dan kurang inovasi.
2.Dimensi Struktural, yaitu meliputi variabel seperti fisik, bunyi dan tingkat
keserasian antara keperluan kerja dan struktur fisik.
3.Dimensi Sosial, yaitu meliputi aspek interaksi dengan klien (dari segi kuantitas
dan ciri-ciri permasalahannya), rekan sejawat (tingkat dukungan dan kerja sama),
dan penyelia-penyelia (dukungan dan imbalan).
Iklim kerja dapat mepengaruhi motivasi, prestasi, dan kepuasan kerja. iklim kerja
dapat digolongkan menjadi enam kondisi yaitu: (1) iklim terbuka, (2) iklim bebas,
(3) iklim terkontrol (4) iklim familier (kekeluargaan), (5) iklim parternal, dan (6) iklim
tertutup. Selain itu, iklim kerja yang kondusif mendorong setiap personil yang
terlibat dalam organisasi untuk bertindak dan melakukan yang terbaik yang
mengarah pada prestasi kinerja yang tinggi.
Menurut Siver dalamKomariah dan Triatna, iklim sosial dibentuk oleh hubungan
timbal balik antara perilaku pimpinan dan perilaku pegawai sebagai suatu
kelompok. Perilaku pimpinan dapat mempengaruhi interaksi interpersonal para
pegawai. Dengan demikian dinamika kepemimpinan yang dilakukan pimpinan
dengan kelompok (pegawai) dipandang sebagai kunci untuk memahami variasi
iklim kerja. Interaksi antara perilaku pegawai dan perilaku pimpinanakan
menentukan iklim kerja yang bagaimana yang akan terwujud, iklim kerja yang baik
dan kondusif untuk pencapaian tujuan akan berjalan dengan baik.
Interaksi di dalam organisasi, baik yang lisan maupun yang tertulis mutlak
diperlukan dan akan memberikan dampak proses dan hasil yang positif. Interaksi
semacam ini harus selalu ditingkatkan, karena dapat memotivasi seluruh pegawai
untuk meningkatkan kinerja masing-masing. Kolb, et.al dalam Komariah dan Triatna,
mencatat ada 11 dimensi iklim kerja , yaitu :
8. Rasa kekeluargaan yang kuat antara civitas organisasi yaitu pimpinan, pegawai/
karyawan.
9. Pengakuan dan umpan balik, tingkat seorang individu mengetahui apa pendapat
atasan dan manajemen terhadap pekerjaannya serta tingkat dukungan mereka atas
dirinya
10. Status dan semangat, perasaan umum diantara individu bahwa organisasi
merupakan tempat kerja yang baik.
1)Perawatan Fasilitas Fisik Salah satu ciri organisasi yang efektif adalah terciptanya
budaya dan iklim organisasi yang menyenangkan sehingga pegawai/karyawan
merasa aman, nyaman, dan tertib di dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini ditandai
dengan fasilitas-fasilitas fisik organsiasi yang terawat dengan baik. Penampilan fisik
organisasi yang selalu bersih, rapi, indah dan nyaman. Hal ini dapat dilihat dari hal-
hal sebagai berikut antara lain:
Kondisi kerja yang menyenangkan perlu diciptakan sehingga tercipta suasana yang
mendorong pegawai untuk melakukan tugasnya sebaik mungkin.. Penggunaan
musik instrumentalia yang lembut dapat lebih menciptakan suasana menyenangkan
dan memberi efek penenteraman emosi.
Poster-poster afirmasi, yaitu poster yang berisi pesan-pesan positif digunakan dan
dipajang di berbagai tempat strategis yang mudah dan dapat selalu dilihat oleh
pegawai. Poster afirmasi ini dapat digunakan untuk mensosialisasikan dan
menanamkan pesan-pesan spiritual kepada seluruh pegawai.
Pesan-pesan spiritual untuk poster afirmasi dapat berupa petikan ayat Al-Quran,
hadist, pesan pujangga, atau puisi-puisi spiritual. Yang perlu diperhatikan, adalah
pengadaan dan penempatan poster afirmasi ini jangan sampai terkesan berlebihan
atau menjadi pesan sloganis belaka.
3.Kesejahteraan dan kebahagian yang merata, menuju pada taraf kehidupan yang
lebih tinggi.
1.Kekompakan tinggi dan kerja rendah gaya kepemimpinan ini berusaha menjaga
hubungan baik,keakraban dan kekompakan kelompok,tetapi kurang memperhatikan
unsur tercapainya unsure tujuan kelompok atau penyelesaian tugas bersama. Inilah
gaya kepemimpinan dalam perkumpulan social. Rekreatif,yang sebagian besar
ditujukan untuk hubungan antar anggota. Namun gaya ini dapat cocok dan tepat
untuk kelompok yang diwaktu lampau pernah berkembang baik dan efektih, tetapi
menghadapi masalah atau situasi yang memacetkan atau melenyapkan semangat
anggota. Gaya kepemimpinan ini baik untuk mempengaruhi semangat kelompok
dan memotivasi mereka. Gaya kepemimpinan baik juga buat kelompok yang di
waktu lampau kurang mempengaruhi pribadi para anggotanya dan terlalu sibuk
dengan urusan menyelesaikan masalah atau situasi yang menekan, demi
tercapainya tujuan bersama.
3.Kerja tinggi dan kekompakan tinggi. Gaya kepemimpin yang mengutamakan kerja
dan kekompakan tinggi baik digunakan dalam pembentukan kelompok. Pemimpin
perlu menjadi model untuk kelompok dengan menunjukkan perilaku yang membuat
kelompok efektif dan puas. Tujuan yang sebaiknya dicapai adalah membantu
kelompok menjadi kelompok yang matang, yang mampu menjalankan kedua tugas
kepemimpinan diatas. Gaya kepemimpin ini menjadi tidak cocok dipakai jika tugas
dan kekompakan kelompok telah diselesaikan anggota kelompok dengan baik.
PEMBAHASAN
Sikap para pekerja yang dapat meningkatkan semangat kerja dipengaruhi oleh
bagaimana mereka memandang beberapa faktor adalah sebagai berikut :
2. Kegiatan-kegiatan mereka
3. Sifat pekerjaan
Kerja cenderung menjadi semakin terspesialisasi dan rutin. Banyak jenis pekerjaan
yang menjurus kepada kejenuhan, pemikiran obsesi dan keterasingan.
4. Teman sejawat
Sebagai anggota kelompok, sikap terhadap suatu kondisi kerja dipengaruhi oleh
sikap kolektif kelompok. Suatu kondisi yang secara tiba-tiba bisa mempengaruhi
semangat karena tekana teman-teman sejawat.
5. Kepemimpinan
7. Keperluan-keperluan pribadi
Salah satu peran kepemimpinan yang harus dijalankan oleh seorang pemimpin
adalah peran membangkitkan semangat kerja. Peran ini dapat dijalankan dengan
cara memberikan pujian dan dukungan. Pujian dapat diberikan dalam bentuk
penghargaan dan insentif. Penghargaan adalah bentuk pujian yang tidak berbentuk
uang, sementara insentif adalah pujian yang berbentuk uang atau benda yang
dapat kuantifikasi. Pemberian insentif hendaknya didasarkan pada aturan yang
sudah disepakati bersama dantransparan. Insentif akan efektifdalam peningkatan
semangat kerja jika diberikan secara tepat, artinya sesuai dengan tingkat
kebutuhan karyawan yang diberi insentif, dan disampaikan oleh pimpinan tertinggi
dalam organisasi , serta diberikan dalam suatu event khusus. Peran
membangkitkan semangat kerja dalam bentuk memberikan dukungan, bisa
dilakukan melalui kata-kata , baik langsung maupun tidak langsung, dalam kalimat-
kalimat yang sugestif. Dukungan juga dapat diberikan dalam bentuk peningkatan
atau penambahan sarana kerja, penambahan staf yag berkualitas, perbaikan
lingkungan kerja.
Ada enam tindakan yang dapat diambil oleh pemimpin untuk memperoleh
semangat kerja dan kepuasan yang tinggi dari para bawahannya, diantaranya
adalah
4.Menurut cara penempatan tenaga kerja dan melaksanakan aturang dengan adil
PENUTUP
Seorang pemimpin dalam perusahaan atau dalam organisasi merupakan salah satu
ujung tombak dalam keberhasialan suatu perusahaan. Pemimpin mempunyai
karakter gaya kempimpian yang berbeda beda, ada gaya kepimpinan yang otoriter,
gaya kepemimpinan demokratis, dank pemimpinan yang bebas. Pemimpin suatu
unsur penting dan sangat mempengaruhi kinerja, motivasi dan kepuasan kerja.
Kepuasan kerja merupakan sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap
khusus terhadap factor-faktor pekerjaan penyesuaian diri dan hubungan social
(individu diluar kerja). Ada dua teori yang dapat menguatkan tentang kepuasan
kerja pegawai, yaitu teori Pemuas dan factor lingkunga. Teori pemuas meliputi
prestasi, pengakuan atas hasil pekerjaan yang menarik, tanggung jawan dan
perasaan maju dan berkembang. Sedangkan faktor lingkungan seperti supervisi
hubungan dengan supervisor, hubungan antar manusia, gaji, rasa aman dalam
bekerja dan kondisi kerja dan status.