Anda di halaman 1dari 41

PENGANTAR TEORI SOSIAL

BUDAYA
SE NI N, 20 - 9- 2021
TEORI?

SUATU PERNYATAAN, HUBUNGAN ANTARA


PENDAPAT ATAU KENYATAAN ATAU
PANDANGAN FAKTA TERSEBUT
TENTANG HAKEKAT DENGAN KENYATAAN
SUATU KENYATAAN ATAU FAKTA YANG LAIN
ATAU SUATU FAKTA

DAN KEBENARAN PERNYATAAN


TERSEBUT TELAH DIUJI MELALUI
METODE DAN PROSEDUR TERTENTU
metode dan prosedur teori ilmiah atau teori
(atau cara dan tata- ilmu pengetahuan
urut) ‘ilmiah’

tidak dengan teori yang ‘tidak ilmiah’


menggunakan dan dan karenanya tidak
mengikuti prosedur harus diyakini
‘ilmiah’ kebenarannya
TEORI
• Serangkaian asumsi, konsep, definisi dan proposisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial dan alami secara
sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar
konsep
• Gabungan dari konsep-konsep yang telah diuji
kebenarannya secara sistematis dan metodologis sehingga
memiliki sifat obyektif (generalisasi) sebagai kesepakatan
dunia akademis
• Teori adalah alat untuk memahami kenyataan atau
realitas sosial
• Teori sebagai alat untuk menyatakan hubungan
sistematik antara fenomena atau gejala yang
hendak diteliti
• Teori selalu lahir dari kenyataan dan selalu diuji pula
di dalam kenyataan
• Teori merupakan hasil kesepakatan masyarakat
akademis sebagai perspektif etik (agenda
akademis)
• Teori memberikan pola bagi interpretasi
data
• Teori menghubungkan satu studi dengan
studi lainnya
• Teori menyajikan kerangka sehingga
konsep dan variabel memiliki arti dan
makna penting
• Teori memungkinkan interpretasi makna
yang lebih besar (siap pakai) daripada hasil
temuan yang diperoleh dari penelitian
(kegunaan laten/hidden)
PERSOALAN POKOK TEORI SOSIAL
• Adalah bagaimana memandang dan
memahami kenyataan kehidupan sosial
sebagai realita yang harus dihadapi secara
bijaksana (wisdom) dan bebas nilai (values free/
neutral/ non- etic)
TUJUAN TEORI SOSIAL
• Untuk memberikan pengertian dan pemahaman
(understanding) terhadap realita/fenomena sosial
• Untuk memberikan penjelasan (explanation)
terhadap realita/fenomena sosial
• Untuk kepentingan prediksi atau peramalan
(forcasting) terhadap fenomena-fenomena sosial
• Sebagai kritik dan pengawasan (control) terhadap
perkembangan konsep dan teori-teori sosial
• Melatih kepekaan dan tanggungjawab sosial
(sensitivity and responsebelity)
MANFAAT TEORI SOSIAL

• Sebagai alat (instrument) dalam menjelaskan


realita/fenomena sosial
• Sebagai alat analisis (tools of analysis) terhadap
fenomena sosial yang diamati
• Sebagai sarana atau upaya peneliti untuk
melakukan konstruksi, rekonstruksi atau
dekonstruksi teori terhadap realita/ fenomena
sosial yang diamati dengan persyaratan: relevan
(cocok, layak), aplikabel/manajebel (dapat
dilaksanakan), replikan (dapat di daur ulang), dan
konsisten (runtut dan sistematik)
FUNGSI TEORI:

1. Menyimpulkan generalisasi dari fakta-fakta hasil


penelitian
2. Memberikan kerangka orientasi untuk analisa dan
klasifikasi dari fakta-fakta yang dikumpulkan dalam
penelitian
3. Memberi ramalan terhadap gejala-gejala baru yang akan
terjadi
4. Mengisi kekosongan dalam ilmu pengetahuan tentang
gejala yang telah atau sedang terjadi
INTENSITAS TEORI SOSIAL
• Jika situasi dan kondisi dalam keadaan normal
(stabil), maka wacana teori memiliki intensitas
rendah, tetapi aplikasinya tinggi
• Jika situasi dan kondisi dalam keadaan tidak
normal (labil), maka wacana teori memiliki
intensitas tinggi, tapi aplikasinya rendah
bahkan tertolak
STRUKTUR TEORI SOSIAL

GRAND THEORY
(Analisis Menyeluruh)
I

MIDDLE RANGE THEORY/


II MESO THEORY (Analisis Sebagian)

CASE/SUBSTANTIVE/
III IDEOGRAFIS THEORY
(Analisis Kasus/Isu dari Fakta Empiris)
Berdasarkan cakupannya,
teori-teori ini dapat dibagi menjadi tiga

teori-teori besar
teori-teori kecil
(grand theories) (small theories)

teori-teori menengah
(middle range theories)
Teori-teori besar adalah teori-teori yang dianggap
dapat menjelaskan gejala-gejala sosial-budaya
tertentu di semua masyarakat atau kebudayaan,
sehingga teori-teori semacam ini biasanya sangat
abstrak

Teori-teori besar dalam ilmu sosial-budaya umumnya


merupakan teori-teori mengenai “hakekat” dari
kenyataan atau suatu gejala sosial-budaya tertentu,
seperti misalnya teori tentang “masyarakat” dari Emile
Durkheim, teori tentang “tindakan sosial” dari Talcott
Parsons, teori kebudayaan dari E.B.Tylor, teori ke-
pribadian dari Sigmund Freud, teori “masyarakat” dari
Max Weber, teori tentang “mitos” dari Lévi-Strauss,
dan sebagainya
Teori-teori menengah diangap dapat menjelaskan
gejala-gejala sosial-budaya pada sejumlah
masyarakat yang relatif sejenis. Teori-teori ini lebih
sempit cakupannya daripada teori-teori yang besar,
namun di lain pihak juga terasa lebih konkrit
MISAL: TEORI KEBUDAYAAN PETANI, TEORI JARINGAN
SOSIAL, DLL

Teori-teori kecil lebih sempit lagi cakupannya, namun


juga paling jelas keterkaitannya dengan realitas empiris
Perbedaan antara teori-teori yang besar dan yang
menengah atau kecil di sini umumnya adalah pada
cakupan dari teori-teori tersebut, dan ini
biasanya terlihat dari banyak sedikitnya data empiris
yang digunakan untuk mendukung atau menguatkan
teori yang dikemukakan
Dalam ilmu-ilmu sosial-budaya, teori-teori kecil dan
menengah merupakan jenis teori yang paling banyak
dihasilkan, karena setiap penelitian yang dilakukan dengan
baik --dalam arti menggunakan konsep-konsep yang jelas,
metode yang tepat, analisis yang tepat--pasti akan
menghasilkan suatu kesimpulan tertentu mengenai suatu
kenyataan empiris

Kesimpulan tersebut menurut definisi di atas sudah


merupakan teori, karena kesimpulan tersebut menyatakan
hubungan antara suatu gejala atau fakta dengan gejala atau
fakta yang lain, dan pernyataan tersebut telah diuji
kebenarannya secara empiris
UNSUR-UNSUR POKOK TEORI :

1. ASUMSI-ASUMSI DASAR
2. MODEL-MODEL
3. KONSEP-KONSEP
4. METODE-METODE PENELITIAN
5. METODE-METODE ANALISIS
6. HASIL-HASIL ANALISIS
7. MASALAH-MASALAH YANG INGIN
DIJAWAB ATAU DISELESAIKAN
AWAL SEJARAH
PERKEMBANGAN
TEORI ILMU-ILMU SOSIAL
IBNU KHALDUN
(ABDURRACHMAN ABU ZAID WALIUDDIN BIN KHALDUN)
(1332 – 1350 M)

Buku Muqaddimah (Lajnah al-Bayan al-Arabi) =


Membahas pengaruh letak geografis (letak bumi)
terhadap gejala, perilaku dan aktivitas masyarakat
(1469 – 1559)
• IL PRINCIPE (Politik Kekuasaan, 1513) atau RES PUBLICA (Kekuasaan Rakyat) dan
DISCORSI (Politik Kerakyatan, 1519)

• THE AIM JUSTIFY THE WAY (Tujuan menghalalkan cara)

• JADILAH SEKUAT SINGA, SEKALIGUS SELICIK RUBAH


SEKULARISME
(Nichollo Machiavelli)
• Sekularisme adalah ide dasar yang mengesampingkan
peran agama dari pengaturan kehidupan (dunia)
• Sekularisme menuntun manusia untuk menempatkan
agama hanya pada ranah individu dan wilayah spiritual
(moral, teologi)
• Sekularisme mengharamkan agama ikut andil dalam
mengatur kehidupan
• Sekularisme mengajarkan bahwa manusia bebas
mengatur hidupnya sendiri tanpa campur tangan
Tuhan
I S I D O R E A U G U S T E M A R I E F R A N C O I S X AV I E R
COMTE
( 17 8 9 - 1 8 5 7 )
HUKUM TIGA TAHAP
(Law of Three Stages)
Bahwa sejarah umat manusia, baik secara individual
maupun secara kolektif, berkembang menurut tiga tahap,
yaitu:
1. Tahap teologi atau fiktif (Mitologi)
2. Tahap metafisik atau abstrak (Ideologi)
3. Tahap positif atau ilmiah atau real (Ilmu) *)

*)Tahap positif atau filsafat positivisme = sebagai sesuatu yang


nyata, pasti, jelas, bermanfaat, serta lawan dari sesuatu yang
negatif
DASAR-DASAR
PENGAMATAN
ILMU-ILMU SOSIAL
Dunia Empiris/ Empirical World:

Dunia manusia di mana bisa dilakukan pengamatan, baik dengan indera atau
peralatan yang dibuat manusia (The worlds susceptible to observation )
Sains berkembang oleh:
Proses pengamatan manusia secara sistematis & terus-
menerus akan sesuatu yang dialami atau disaksikan dlm
kehidupannya.

Sains mengandung 2 hal pokok:


1. Istilah khas (konsep, jargon) yang
digunakan sains
2. Kaidah-kaidah (teori, rumus) yang
ditemukan oleh penelitian
Fakta/fenomena
ditemukan
diperkirakan
kaitannya (hipotesis)
Diamati fakta
fakta baru
P e n g e m b a n g a n s a i n s u m u m n y a m e l a l u i p r o s e s k a j i a n y a n g u
dilakukan pengujian secara
n s u r n y a s b b :

sadar-terencana untuk menguji


Dikomunikasikan
hipotesis.
di masyarakat
secara luas P e n g e m b a n g a n s a i n s u m u m n y a m e l a l u i p r o s e s k a j i a n y a n g u n s u r n y a s b b

ditemukan adanya bukti


benar-tidaknya kaitan
disusun teori antar fakta2 tersebut
sesuai hasil
dg jargonnya
PERMASALAHAN
SOSIAL
(Social Problems)
MASALAH SOSIAL
• Sesuatu yang menimbulkan pertanyaan 5 W + 1 H (what, why, who, where, when, how)
• Sesuatu yang mengandung keragu-raguan dan ketidak pastian dalam kehidupan masyarakat (anomie)
• Suatu kesenjangan (gap) antara sesuatu yang seharusnya (das sollen, teori) dengan sesuatu yang senyatanya
(das sein, empiris)

• Adanya kesenjangan (gap) antara teori sosial dan praktek teori sosial
• Adanya sesuatu yang dianggap masih kurang (dis-distribution)
• Adanya ketidakseimbangan (dis-equity/dis-balance)
• Adanya sesuatu yang dianggap tidak cocok/tidak relevan (defesiensi)
• Sesuatu yang tidak layak (veasible), dianggap layak dan dipakai terus

• Masalah sosial ada yang bisa terpecahkan dan ada pula yang tidak bisa terpecahkan (social connatus)
• Dalam penelitian sosial, permasalahan sosial (social problems) dapat dirumuskan secara teoritis, empiris, dan
normatif
MASALAH SOSIAL (UMUM)
• Kemiskinan
• Keadilan Sosial
• Pemerataan
• Penataan Kelembagaan
• Demokrasi
• Hak Azasi Manusia
• Supremasi dan Penegakan Hukum
• Lingkungan Hidup
• Ketidak percayaan Sosial (social distrust) dan Kebohongan
Publik (public lie)
• Penyalahgunaan Obat Terlarang (psikotropika)
• Persamaan gender (egalitarian)
• Kebebasan (the freedom)
• Pemberdayaan SDM (empowerment)
• Terorisme dan Separatisme
• Aborsi dan Prostitusi
• Pornografi dan Pornoaksi
• Konflik Peradaban (civilization conflict)
• Kebebasan Informasi Publik (KIP)
MASALAH SOSIAL (KHUSUS)
1. Tingginya jumlah pengangguran
2. Kesenjangan pembangunan
3. Rendahnya kualitas SDM ((Pendidikan)
4. Menurunnya kualitas SDA
5. Rendahnya penegakan hukum dan keadilan
6. Rendahnya kualitas pelayanan kepada publik
7. Belum optimalnya fungsi kelembagaan
8. Ancaman separatisme dan terorisme
9. Tingginya tingkat kejahatan/kriminalitas/korupsi
(konvensional, transnasional)
10. Rendahnya kemampuan Hankam
11. Kekerasan atas nama agama
RUANG LINGKUP
TEORI ILMU-ILMU SOSIAL

• Teori Ilmu Sosial pada hakikatnya berbicara tentang


objek yang sama yaitu masyarakat (kumpulan
individu yang bertempat tinggal pada suatu wilayah,
dalam waktu yang relatif lama dan terus menerus)
• Kumpulan individu ini mempunyai karakteristik
tersendiri yang dapat dibedakan dengan kumpulan
individu dan masyarakat yang lain
FOKUS TEORI ILMU-ILMU SOSIAL
1. Mengkaji, memahami, meneliti, dan menemukan
makna tentang: Persamaan dan perbedaan antara
satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya
2. Interaksi dalam masyarakat, yakni: interaksi
individu dengan individu, individu dengan
kelompok, individu dengan organisasi, kelompok
dengan kelompok, kelompok dengan organisasi,
dan organisasi dengan organisasi lain
3. Pikiran, gagasan (ide), dan lembaga-lembaga
sosial dalam masyarakat
4. Sistem dan Struktur sosial yang muncul
sebagai akibat dari perbedaan nilai dan
norma, serta pemilikan atas barang-barang
dan jasa yang dianggap bernilai
5. Kerjasama, persaingan, konflik dan kompromi
yang timbul sebagai akibat dari usaha-usaha
memperebutkan nilai-nilai yang dianggap
bermanfaat dan menguntungkan
6. Perubahan sosial: baik dalam artian
perubahan pikiran, gagasan, struktur sosial
maupun perubahan dalam kelembagaan
sosial secara keseluruhan
ANATOMI
DAN
JENIS TEORI ILMU SOSIAL
ANATOMI TEORI SOSIAL
• KLASIK: teori perkembangan/ kemajuan (Comte),
teori siklus perubahan budaya (Sorokin), teori
integrasi/solidaritas sosial (Durkheim), teori konflik/
pertentangan kelas (Marx), teori rasionalitas (Weber),
teori interaksi (Simmel), teori konstruksi sosial
(Berger)
• MODERN: teori fenomenologi (Weber), teori
interaksionisme simbolik (Mead), teori dramaturgi
(Goffman), teori etnometodologi (Garfinkel), teori
pertukaran sosial (Homans), teori fungsional
(Parson), teori fungsionalisme-struktural (Merton),
teori neo-fungsionalisme (Alexander), teori kritis
(Marx)
• KONTEMPORER: teori hegemoni (Gramsci), teori
strukturasi (Giddens), teori pilihan rasional (Elster),
teori konflik (Dahrendorf), teori post-modernism
(Bourdieu, Michel Foucault, Derrida), teori kritis
(Jurgen Habermas)
JENIS TEORI SOSIAL
• TEORI SOSIAL MAKRO: teori fungsional, teori struktural ,
teori equilibrium, teori konflik
• TEORI SOSIAL MIKRO: teori fenomenologi, teori
interaksionisme simbolik, teori etnometodologi, dan teori
dramaturgi
RUJUKAN / REFERENSI

• Achmad Fedyani Saifuddin. 2005. Antropologi Kontemporer: Suatu


Pengantar Kritis Mengenai Paradigma. Jakarta: Prenada Media.
• David Kaplan dan Albert A Manners. 1999. Teori Budaya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
• Koentjaraningrat. 1980. Sejarah Teori Antropologi (Jilid 1 dan 2). Jakarta:
UI Press
• Koentjaraningrat. 1983. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. Aksara
Baru
• Marvin Harris. 1969. The Rise of Anthropological Theory. London and
Henley. Routledge & Kegan Paul
• Michael D. Murphy. 2000. Anthropological Theories: A Guide Prepared by
Students for Students.
• Robert Manners dan David Kaplan. 1968. Theory in Anthropology: A
Sourcebook. Chicago. Aldine Publishing Company
• Rogers M. Keesing. 1989. Antropologi Budaya: Suatu Perspektif
Kontemporer. Jakarta. Erlangga.
• William D. Haviland. Antropologi. Jilid 1 & 2. Terjemahan.
• Van Baal, J. 1987. Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya
(hingga dekade 1970) (Jilid 1 dan 2). Jakarta: PT Gramedia

Anda mungkin juga menyukai