Anda di halaman 1dari 17

OM SWASTIASTU

SEMESTER VII
MATA KULIAH USADA
PETA
KONSEP A. Pendahuluan
PENDAHULUAN B. Sejarah Usadha
C. Ayurveda

A. Konsep Sehat – Sakit


KONSEP DASAR B. Anatomi dan Fisiologi

Balian Penengen, Pengiwa, Katakson,


WAIDYA Kapican, Usadha

ETIKA DAN Etika Waidya dan tata laksana kasus


USADA TATA LAKSANA Usadha

A. Adhyatmika
JENIS-JENIS
B. Adhidaiwika
PENYAKIT C. Adhibautika
A. Taru Pramana
JENIS-JENIS
B. Sato Pramana
OBAT C. Mustika Pramana

PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


(PHBS)
SEJARAH USADA

Kata Usada berasal dari kata ausadhi (Bahasa


Sansekerta) yang berarti tumbuh - tumbuhan yang
mengandung khasiat obat - obatan.

Di beberapa daerah kata usada ini telah dibalikan,


sehingga menjadi wisada, yang berarti ubad ,
tamba atau obat.
SEJARAH USADA
Diduga mulai berkembang di
Bali Sekitar abad ke V di
barengi dengan
perkembangan agama Hindu
di Indonesia

Hubungan yang erat antara Bali dengan Jawa mulai terjadi


pada abad X ketika raja Dharma Udayana kawin dengan
putri Mahendradatta dari Jawa Timur. Raja Udayana
memerintah pulau Bali pada tahun 929 - 943 Masehi. Sejak
adanya perkawinan ini bahasa Jawa Kuna mulai
diperkenalkan di masyarakat sebagai bahasa yang
dipergunakan di dalam penulisan kekawin dan bentuk
kesusasteraan lainnya. Sedangkan bahasa Bali Kuna tetap
dipergunakan sebagai bahasa percakapan sehari - hari .
Sejak itu berbagai ilmu pengetahuan termasuk ilmu
pengobatan mulai ditulis dalam bahasa Jawa Kuna dan
beberapa diterjemahkan ke dalam basa Bali Kuna .
SEJARAH USADA

Pada permulaan abad XI datanglah ke Bali seorang


Mpu dari Jawa Timur yang digelari Mpu Kuturan .
Setelah berkeliling di Bali, akhirnya beliau mengambil
keputusan untuk menetap di desa Silayukti ,
Padangbai Karangasem. Di samping menyebarkan
pengertian tentang agama Hindu, beliau banyak pula
menelorkan konsep - konsep baru dan menerapkan
pendirian sanggah atau merajan serta pura kawitan
untuk tempat pemujaan leluhur dari sekelompok
keluarga, dan dibangun pula pura kahyangan tiga
untuk tempat pemujaan warga sebuah desa.
SEJARAH USADA

Dalam konsep sehat - sakit, pura Dalem dengan sakti dari Dewa
Siwa , yakni Dewi Durga memegang peranan yang sangat penting.
Menurut beberapa lontar usada, Dewi Durgalah penyebab dari
semua penyakit yang ada di dunia ini. Dewi Durga ini sebenarnya
merupakan penjelmaan dari Dewi Uma. Dewi Uma yang cantik
jelita, pada suatu hari membuat suatu kesalahan yang amat besar ,
sehingga suaminya Dewa Siwa amat marah. Maka dikutuklah Dewi
Uma agar berubah menjadi raksasa sesuai dengan tingkah lakunya
yang amat kasar, sehingga Dewa Siwa murka saat itu. Dewi Uma
yang telah berubah menjadi raksasa itu harus hidup di kuburan
serta memakan mayat manusia untuk menyambung hidupnya. Agar
selalu tersedia mayat setiap hari untuk santapan - Nya, maka Dewi
Durga diberi kekuatan oleh Dewa Brahma yang kasihan melihat
nasibnya untuk mampu menimbulkan wabah penyakit pada manusia
sehingga manusia mati
SEJARAH USADA Jika ditinjau dari pendirian pura Dalem dan pemujaan
terhadap Dewi Durga sebagai lambang dewi kematian dan
juga penyebab sakit , maka masalah penyakit dan
pengobatannya berkembang di Bali diperkirakan terjadi
pada abad ke - 11 . Tetapi di dalam kakawin Ramayana
sargah 1-9 telah disebut - sebut tentang usadi atau usada ,
yakni obat yang dapat dihaturkan sebagai salah satu pengisi
sesajen. Sargah yang mengandung masalah obat ini adalah

ri sedeng sanghyang dumilah


diniwe dyaken ikanang niwedya kabeh
Usadi lan palamula
muwang kembang ganda dupadi

ketika tungku api ( pasepan ) sedang menyala


dihaturkan sasajen ini semuanya
demikian pula obat dan umbi - umbian
beserta bunga harum, dupa dan sebagainya .

Diperkirakan bahwa Wiracarita Ramayana ini disalin dari kitab


asalnya yang berbahasa Sansekerta pada waktu pemerintahan raja
Balitung di Jawa pada tahun 898 – 910. Berdasarkan atas data ini
mungkin usada yang telah dikenal di Jawa pada waktu itu, abad ke
- 9, bahkan jauh sebelum it , merembes pula ke Bali, karena cerita
Ramayana telah pula dikenal di masyarakat .
SEJARAH USADA Di dalam kitab Adiparwa yang merupakan
bagian pertama dari 18 parwa Mahabharata ,
yang ditulis pada jaman pemerintahan raja
Dharmawangsa ( 991 - 1016 ) terdapat pula
tentang masalah pengobatan.

mojar Bhagawan Kasyapa :


 ai kamung Naga Taksaka nahan ang wreksa waringin
paripurna sambhadania hana pwang sedeng amadung
kayu kang pinaneknya ri wit nikang wandira ya tika
gesengana tekapnya aku tumambanan ring mantro-
sadha sarpabisa pangawruhanta ri mantraku sakti

 berkatalah Bhagavan Kasyapa : hai kamu Naga Taksaka itu ada


pohon beringin yang amat rindang ada orang yang sedang
memotong kayu yang dipanjatnya di pohon beringin hendaklah
kamu bakar, akulah yang akan mengobati dengan mantra obat
bisa ular ketahuilah bahwa mantraku sakti
 Yang dimaksud dengan Bhagawan Kasyapa di dalam cerita ini
adalah anak dari Bhagawan Marici atau cucu dari Dewa Brahma
SEJARAH USADA

Pada waktu pemerintahan Raja Waturenggong di Gelgel Bali pada


tahun 1460 - 1550 Masehi datanglah dari Jawa Timur seorang
bhagawan bernama Dang Hyang Dwijendra. Beliau merupakan
seorang yang amat tinggi pengetahuannya di semua bidang termasuk
di dalam bidang ilmu pengobatan. Beliau mampu menyembuhkan
hampir segala macam penyakit karena kesaktiannya inilah maka
beliau sering dijuluki Peranda Sakti Wa Rauh Gclar ini berarti
pendeta sakti yang baru datang ke Bali dari Jawa. Beliaulah yang
mengembangkan sistem pengobatan di Bali yang dikaitkan dengan
sistem mistik putih yang terkenal dengan sebutan angen balian sakti.
SEJARAH USADA

Sistem ini diwariskan turun - temurun tanpa ditulis sejak datangnya


Dang Hyang Dwijendra inilah penulisan Usada lebih digalakkan lagi,
yang telah dirintis oleh para pendahulunya termasuk Mpu Kuturan.
Maka bermunculanlah berbagai macam usada yang ditulis di atas
daun lontar, seperti Usada Sari, Budha Kecapi, Kalima Usada. Taru
Pramana, Dharma Usada yang bersifat umum dan beberapa usada
yang menjurus ke penyakit khusus, seperti Usada Dalem ( penyakit
dalam ) , Netra ( mata ) , Sasah Bebai ( penyakit bebainan ) . Buduh
( gila ) . Tatenger Beling ( mendiagnosis kehamilan ) , Upas ( racun ,
bisa ) dan masih banyak lainnya lagi
SEJARAH USADA

Di samping itu ada pula berbentuk tutur yang ditulis juga di atas daun
lontar, tetapi isinya tentang filsafat sehat - sakit, aksara sakti, gambar
lambang yang sulit dicerna oleh orang awam. Diantara tutur tersebut adalah
Tutur Siwa - Budha, Bhagawan Siwa Sampurna, Aji Sundari Gading, Jati
Terus Tanjung , Sang Hyang Niskala Tyanta, Kanda Pat, Aji Gama Reka,
Madwa Kama , Kayuktian , Kadyatmika Brahma , Sasirep dan banyak lainnya
lagi . Tutur ini jarang diperkenankan dibaca oleh yang tidak
berkepentingan . Lontar tutur ini penyimpanannya amat dirahasiakan dan
dihormati lebih dari lontar usada . Sehingga sedikit sekali masyarakat di Bali
yang tahu dan mengerti isi dari lontar tutur ini . Berlainan sekali kedudukan
nya dengan lontar usada yang lebih dilonggarkan untuk diketahui isinya oleh
siapa saja yang berminat. Menurut beberapa ahli kebalianan , orang yang
tidak teguh imannya dapat menjadi gila kalau membaca lontar tutur ini .
Karena itulah dipingitkan sekali keberadaan lontar ini agar tidak dibaca oleh
anak - anak dan orang yang tidak teguh pikirannya . Prinsip ajwa - wera ,
jangan disebarluaskan berlaku sungguh - sungguh untuk lontar ini. Jika
disimak lebih dalam isi dari lontar tutur maupun usada yang beredar di Bali ,
sumber utamanya kebanyakan dari kitab Ayurveda
SEJARAH USADA

Kitab ini bukan lah kitab suci Yajur Veda yang merupakan salah satu
dari kitab suci Catur Samhita Veda Sruti . Kitab Ayurveda ini adalah
bagian dari kitab Upaveda dari Veda Smerti . Memang beberapa
bagian dari isi kitab Ayurveda ini diambil dari kitab Atharva Veda
yang banyak memuat tentang ilmu pengo batan beserta doa -
doanya . Kitab Ahtarva Veda ini memang bagian dari kitab suci
Catur Samhita Veda Sruti . Isi dari lontar tutur dan usada yang ada
di Bali, sebagian besar tidaklah langsung isinya diambilkan dari
kitab Ayurveda, tetapi dari turunannya , yakni kitab Charaka
Samhita dan Susruta Samhita karangan Reshi Charaka dan Reshi
Susruta
SEJARAH USADA
SEJARAH USADA

Untuk menentukan kapan lontar - lontar itu ditulis tentulah sangat


sulit . Memang pada setiap akhir dari sebuah lontar selalu
dicantumkan tahun penulisannya , tetapi yang ditulis adalah
penyalinan terakhir . Jadi bukan tahun pertama kali lontar itu
ditulis sesuai dengan aslinya . Diperkirakan umur sebuah lontar
paling lama 100 tahun sampai 300 tahun . Karena itu daun lontar
beserta isinya harus selalu diperbaharui paling lama setiap 300
tahun sekali . Dan penyalin terakhir inilah biasanya yang
mencantumkan namanya sendiri sebagai penyalin lontar itu disertai
tanggal , bulan dan tahun lontar itu selesai disalin . Karena itu
tidaklah tepat mempergunakan tanggal , bulan dan tahun yang ada
di lontar itu untuk dipergunakan sebagai patokan kapan lontar itu
dibuat pertama kali .
SEJARAH USADA

PERATURAN GUBERNUR BALI


NOMOR 55 TAHUN 2019 TENTANG
PELAYANAN KESEHATAN
TRADISIONAL BALI
SEJARAH USADA

MATUR SUKSMA

Anda mungkin juga menyukai