Anda di halaman 1dari 7

JURNALYOGA DAN KESEHATAN Vol. 2, No.

2 Juli – Desember 2019


JURUSAN YOGA KESEHATAN ISSN : 2621-0185 (Cetak)
FAKULTAS BRAHMA WIDYA
IHDN DENPASAR http://ejournal.ihdn.ac.id

LONTAR TARU PRAMANA: PELESTARIAN BUDAYA


PENGOBATAN TRADISIONAL BALI

Putu Eka Sura Adnyana


Karyasiswa Pascasarjana IHDN Denpasar
Email: ekasura@gmail.com

Abstrak
Lontar Taru Pramana menguraikan obat-obatan alternatif dengan bahan tumbuh-tumbuhan.
Disamping itu Lontar Taru Pramana bermanfaat untuk kesehatan. Pengobatan dengan obat
berdasarkan Lontar Taru Pramana sangat murah karena tidak banyak mengeluarkan biaya,
terjangkau bagi seluruh kalangan masyarakat. Bahan-bahan obat dapat diambil dari alam
diramu secara mudah. Disamping itu meningkatnya obat alternatif memanfaatkan tumbuh-
tumbuhan secara tidak langsung akan melestarikan tumbuhan-tumbuhan itu, dengan
lestarinya tumbuhan-tumbuhan maka pelestarian lingkungan sebagai sumber kesehatan
mahluk hidup akan meningkat, sebagaimana progam dari pemerintah. Ajaran pengobatan
Taru Pramana, bahwa dalam Lontar Taru Pramana menjelaskan mitologi tumbuh-tumbuhan
itu dapat berbicara dan menceritakan khasiat dirinya. Setiap tumbuh-tumbuhan menyatakan
dirinya dapat menyembuhkan suatu penyakit tertentu, baik dengan daunnya bunganya,
buahnya, kulitnya, akarnya, bahkan kayunya. Fungsi Tumbuh-Tumbuhan Sebagai Bahan
Pengobatan, disebutkan bahwa dalam Taru Pramana semua tumbuh-tumbuhan menyatakan
dirinya dapat dijadikan obat ketika ia dicampur dengan tumbuh-tumbuhan yang lainnya
dengan presentase tertentu. Setiap campuran ada dengan cara dihaluskan kemudian
ditambah dengan air lalu diminum dipakaikan jamu. Adapun tujuan pelestarian tumbuh-
tumbuhan disamping sebagai bahan obat adalah juga menjaga keseimbangan ekosistem
dalam kehidupan serta melestarikan keanekaragaman hayati yang bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan dan masyarakat.
Kata Kunci: Lontar Taru Pramana, Budaya, Pengobatan Tradisional Bali

YOGA DAN KESEHATAN Volume 2, No.2 Desember 2019 85


I. PENDAHULUAN kepercayaan, teknologi, sosial, pengobatan dan
Karya klasik Indonesia mengandung nilai- hal-hal lain yang menyangkut keperluan hidup
nilai yang sangat penting dan berharga sebagai bangsa secara menyeluruh. Nilai-nilai luhur yang
warisan rohani Bangsa Indonesia. Nilai-nilai dikandung kesusastraan Jawa Kuno mampu
kearifan tersebut merupakan perbendaharaan memberikan refleksi untuk mengatasi
pikiran dan cita-cita nenek moyang yang dahulu permasalahan-permasalah dari berbagai bidang
menjadi pedoman kehidupan mereka dan kehidupan.
diutamakan (Robson, 1978: 5-6). Kearifan tersebut Salah satunya dalam sistem pengobatan
yang menyebabkan Sastra Jawa Kuno yang banyak tradisional di Bali yang ditemukan di dalam teks
mengandung nilai-nilai kehidupan tetap masih Usada Taru Pramana. Usada Taru Pramana
digandrungi di Bali. Bahkan dalam praktek adalah salah satu lontar dari sekian jumlah Lontar
keseharian Sastra Jawa Kuno hidup berdampingan Usada yang terdapat pada masyarakat, serta paling
dengan kebudayaan, dan ritus keagamaan Hindu- populer dikalangan masyarakat Bali. Kata Taru
Bali. Mastuti dalam Suastika dkk. (2012: 10), memiliki arti pohon dan Pramana memiliki arti
menuturkan di Balilah kebudayaan Jawa Kuno Kekuasaan, kedaulatan. Secara harfiah dapat
berpengaruh besar di luar Jawa sendiri. Pulau Bali diartikan Taru Pramana adalah suatu pohon atau
tidak pernah secara keseluruhan di Jawa-kan tumbuhan yang memiliki kekuatan sebagai obat.
namun terus berkembang tipe kebudayaan Jika ditelusuri lebih lanjut bahwa Lontar
Hindunya sendiri, yang tidak seperti kebudayaan Taru Pramana ini memiliki keunikan tertentu,
Jawa. dalam mitologinya merupakan dialog antara Mpu
Perkembangan sastra di Bali tidak dapat Kuturan dan tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat
dilepaskan dari faktor sejarah kesusastraan klasik obat. Mpu Kuturan menjadi dukun yang tersohor
selama kurun waktu antara abad ke-9 sampai dan sidhi dalam pengobatan, tiba masa suramnya
dengan ke-15 di Jawa. Selama kurun waktu itu di orang yang diobati tidak dapat disembuhkan dan
Jawa Tengah dan Timur terjadi proses penciptaan meninggal satupun tidak dapat disembuhkan
karya-karya sastra klasik (Jawa Kuna) secara sehingga Mpu Kuturan pergi untuk bertapa atau
besar-besaran yang dilakukan oleh para pujangga bersemadi di kuburan di atas tempat pembakaran
istana (para kawi) baik karya sastra dalam bentuk mayat selama 1 bulan 7 hari ditemani oleh adiknya
prosa (parwa) maupun puisi (kakawin). Punggung Tiwas. Dalam pertapaan tersebut
Keraton-keraton di Bali menjadi penjaga mendapatkan anugrah dari Dewa Sad Kahyangan
setia Kesusastraan Jawa Kuno. Di kalangan (Dewa rudra). Itu sebabnya beliau tau nama-nama
brahmana dan istana, karya-karya Sastra Jawa kayu sehingga Mpu Kuturan dijuluki Taru Lata
Kuno tetap dibaca, dipelajari, disalin kembali Tranagulma. Pertama datang kayu bringin bertanya
bahkan diciptakan kembali. Masyarakat Bali terus kepada Mpu Kuturan kenapa Tuhanku bersedih
mengembangkan Sastra Jawa Kuno yang hati dan memanggil saya. Kemudian Mpu Kuturan
disebutnya sebagai Sastra Kawi. Kegiatan olah menjawab aku menjadi dukun tidak mampu
sastra tersebut mencapai puncaknya pada masa menyembuhkan sehingga aku kesini bertapa untuk
Kerajaan Gelgel pada abad ke-16 (Suarka dkk, menanyakan kesemua pohon kayu apa
2005: 1). Selaras dengan hal tersebut maka Bali kegunaannya atau khasiatnya dan dipakai obat apa.
merupakan tempat penyelamat dan sekaligus Kemudian pohon bringin pergi dan kemudian
penyimpanan ribuan naskah lama dalam bentuk datang pohon-pohon silih berganti menyebutkan
lontar. Naskah lontar itu ada yang merupakan dirinya memiliki kelebihan untuk pengobatan
koleksi pribadi, kelompok maupun lembaga. penyakit-penyakit tertentu dengan tanaman lain
Dalam Haryati (1991: 1) menyebutkan bahwa isi sebagai pelengkap agar berkasihat lebih
suatu naskah bisa saja meliputi segala aspek maksimum.
kehidupan bangsa, misalnya filsafat, agama, Peneliti tertarik meneliti Lontar Taru
86 YOGA DAN KESEHATAN Volume 2, No.2 Desember 2019
Pramana karena didalamnya menguraikan banyak berubah; bertahan; kekal. Kemudian kata lestari
obat-obatan alternatif dengan bahan tumbuh- mendapat imbuhan berupa awalan pe- dan akhiran
tumbuhan. Disamping itu dengan adanya Lontar –an sehingga menjadi pelestarian, dimana
Taru Pramana ini sangat bermanfaat untuk pelestarian berarti proses, cara, perbuatan
kesehatan karena tidak terlalu banyak dalam melestarikan; perlindungan dari kemusnahan atau
mengeluarkan biaya, terjangkau bagi seluruh kerusakan. Dalam kaitannya dengan penelitian ini
kalangan masyarakat, dengan meningkatnya obat pelestarian dimaksudkan untuk mempertahankan,
alternatif memanfaatkan tumbuh-tumbuhan dialam menjaga, melindungi budaya.
semesta maka secara tidak langsung akan Kata budaya diambil dari bahasa
melestarikan tumbuhan-tumbuhan itu, dengan Sansekerta yakni ‘buddhayah’. Kata ini memiliki
lestarinya tumbuhan-tumbuhan itu maka arti bahwa segala sesuatu yang ada hubungannya
pelestarian lingkungan sebagai sumber kesehatan dengan akal serta budi manusia. Sedangkan secara
mahluk hidup akan meningkat, sebagaimana harfiah, budaya merupakan cara hidup yang
progam dari pemerintah. digunakan sekelompok masyarakat yang
diturunkan dari generasi sebelumnya kepada
II. PEMBAHASAN generasi berikutnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa
Lontar Taru Pramana pelestarian budaya adalah mempertahankan dan
Lontar adalah sebuah teks yang berisikan melindungi segala sesuatu yang berhubungan
purana sebagai bagian dari Weda smerti khususnya dengan akal serta budi manusia, dalam tradisi
dalam kelompok Upaweda sebagai kitab suci umat pengobatan tradisional Bali. Mengenai pelestarian
Hindu Dharma yang disebutkan tidak akan pernah budaya, Ranjabar (2006:114) mengemukakan
musnah selama kehidupan ini masih eksis. Lontar bahwa pelestarian norma lama bangsa (budaya
juga disebutkan adalah salah satu bentuk naskah lokal) adalah mempertahankan nilai-nilai seni
kuno (manuskrip) nusantara yang banyak budaya, nilai tradisional dengan mengembangkan
ditemukan di pulau Bali. Penjelasan ini dijelaskan perwujudan yang bersifat dinamis, serta
pula oleh Zoetmulder (1985:100) bahwa naskah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang
zaman Jawa Kuna berupa lontar dari pohon tal, selalu berubah dan berkembang. Pelestarian
kemudian muncul kata siwalan, sawala, suwala, budaya dalam penelitian ini adalah mempertahanan
sawala, patra, sewala patra, dan siwalan yang pengobatan tradisional dengan sarana tumbuh-
dipergunakan untuk arti semua surat, yang juga tumbuhan dalam Lontar Taru Pramana.
menunjukkan pohon tal itu. Menurut BPOM, pengertian pengobatan
Taru Pramana berasal dari kata taru tradisional berdasarkan Peraturan Menteri
memiliki arti pohon, kayu atau tumbuhan, dan kata kesehatan Nomor 246/Menkes/Per/V/1990 Pasal 1
Pramana memiliki arti kekuasaan, kedaulatan (diakses hari Rabu, 1 Februari 2017) menyebutkan
(Warsito, 1985:264). Secara harfiah dapat diartikan bahwa pengobatan tradisional adalah pengobatan
Taru Pramana adalah suatu pohon atau tumbuhan atau penyembuhan menggunakan bahan atau
yang memiliki kekuatan dan fungsi sebagai obat. ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
Lontar Taru Pramana dalam penelitian ini adalah hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau
naskah kuno nusantara yang menguraikan tentang campuran dan bahan-bahan tersebut, yang secara
tumbuh-tumbuhan sebagai sarana dan bahan obat- traditisional telah digunakan untuk pengobatan
obatan. berdasarkan pengalaman. Pengobatan tradisional
dalam penelitian ini adalah pengobatan dengan
Pelestarian Budaya menggunakan sarana tumbuh-tumbuhan yang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bersumber dalam naskah kuno yaitu Lontar Taru
(KBBI) pelestarian berasal dari kata lestari yang Pramana.
berarti tetap seperti keadaannya semula; tidak
YOGA DAN KESEHATAN Volume 2, No.2 Desember 2019 87
Ajaran Pengobatan Taru Pramana didiamkan lalu disaring, kemudian dipakai
Penggunaan tanaman sebagai pengobatan untuk mengobati mata…”
herbal sudah dipraktekkan sejak jaman dahulu. Berdasarkan kutipan diatas, sungguh besar
Sebelum adanya pengobatan modern seperti saat manfaat tumbuh-tumbuhan sebagai obat untuk
ini tumbuh-tumbuhan dimanfaatkan untuk obat- kesehatan manusia yang tidak menimbulkan efek
obatan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa samping, oleh karena itu keberadaan lontar Taru
hasil penelitian membuktikan obat dari tumbuh- Pramana perlu disebarluaskan dalam masyarakat
tumbuhan yang diramu lebih muda dicerna oleh sehingga keberadaan tumbuh-tumbuhan perlu
tubuh dan tidak terlalu menyebabkan efek dilestarikan dengan cara menanam tumbuh-
samping. Negara-negara maju saat ini mulai tumbuhan itu minimal dalam pekarangan dalam
memproduksi obat-obatan dari tanaman herbal. rumah tangga. Dengan demikian akan dapat
Berdasarkan uraian diatas salah satu lontar melestarikan lingkungan hidup.
pengobatan yang memanfaatkan tumbuh-tumbuhan
sebagai bahan obat adalah Lontar Taru Pramana. Fungsi Tumbuh-Tumbuhan Sebagai Bahan
Dalam Lontar Taru Pramana secara mitologi Pengobatan
tumbuh-tumbuhan itu dapat berbicara dan Pengetahuan tentang obat dan pengobatan
menceritakan khasiat dirinya. Setiap tumbuh- tradisional merupakan salah satu budaya bangsa
tumbuhan menyatakan dirinya dapat Indonesia yang perlu dipelihara, dilestarikan dan
menyembuhkan suatu penyakit tertentu, baik pada dikembangkan serta dimanfaatkan dalam upaya
daunnya bunganya, buahnya, kulitnya, akarnya, meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan
bahkan kayunya. Hal itu dapat dibuktikan dalam bangsa. Bangsa Indonesia menyadari bahwa obat
kutipan berikut ini; dan pengobatan tradisional merupakan bagian
“…Titiang wit dapdap tis wawu rawuh , integral dan lingkungan sosio-budaya serta
babakan titiange dados anggen tamba mempunyai nilai, karena itu perlu dipertahankan.
bengka , rawuhing katumbah bolong 11 Dalam Taru Pramana semua tumbuh-tumbuhan
besik , uyah areng pinipis, pres saring , menyatakan dirinya dapat dijadikan obat ketika ia
tahapakna…”. dicampur dengan tumbuh-tumbuhan yang lainnya
“…Titiang wit kelor daging tis engket barak dengan presentase tertentu. Setiap campuran ada
nyem , akah panes, dawun titiange dados yang dihaluskan kemudian ditambah dengan air
anggen tamba sakit mata, rawuhing jeruk lalu diminum dipakaikan jamu. Adapula dipakai
lengis , uyah areng saring degdegang, untuk bedak ketika menyembuhkan kulit. Setiap
tutuh netrania…”. tumbuh-tumbuhan yang diuraikan dalam Taru
Terjemahannya: Pramana dapat menjadi obat untuk menyembuhkan
“… Saya ini adalah akar dari pohon segala macam penyakit. Seperti dalam kutipan
dapdap yang dapat menyejukkan, kulit Lontar Taru Pramana dibawah ini:
saya dapat dipakai obat perut kembung, Iki kaputusan taru pramana, duking hatika
dicampur dengan ketumbar 11 biji hana anama sang prabhu mpu kuturan,
dicampur dengan garam dilumatkan amalakun dudukan sira, kuang pira lamin
kemudian diperas airnya dijadikan jamu ira, siddha siddhi pwa sira angusadaning,
lalu diminum…” hana pwa masadya mandya bagia,
“… Saya adalah pohon kelor, kulit saya sahananin wang tinamban, de sang prabhu
sejuk (tis), getahnya merah yang juga , hana sata hanania , pejah sadaya wetu
dingin, akar saya panas, daun saya dapat mageleng ri anggania dewek , las
dipakai obat sakit mata dicampur dengan tantunaken dwa, hana inihasa de ya asraya
jeruk nipis, dan garam kemudian ring setra ulu ring pamuwun, wus agenep
dilumatkan dan ditambah air, kemudian salek sapta dina , tumurun, batara ring
88 YOGA DAN KESEHATAN Volume 2, No.2 Desember 2019
kahyangan, asung hira warah-warah , dukun tidak dapat menyembuhkan penyakit
lamakane sira weruh ing angaraning taru, oleh karena itu saya menanyakan tumbuhan
yan atanya ing ya, apa parania muang masing-masing, apa kegunaannya,
gunania sowang-sowang , wus mangkana bagaimana isinya dan dapat mengobati
sang prabhu mpu kuturan teher angarada penyakit apa. Demikian ucapan sang raja
taru lata, trena gulmapratamia dating, ika Mpu Kuturan kemudian pohon beringin
pwa wreksa wandira raris umatur, inggih pergi, lalu sang raja memanggil tumbuhan
ratu sang prabhu punapi mawinan I ratu yang lain…”
maswambawa kadi pamanggeh tur
mangesengin kadi titiang. Mangkin Berdasarkan kutipan mitologi tumbuh-
ngandika sang prabhu . ih nyen ne iba tumbuhan yang dapat berbicara dalam lontar Taru
bingin , wireh awake dadi balian tan sida Pramana berkat anugrah dewa dari kahyangan
nyegerang jani makeneh nyekenang kepada seorang raja yang bernama Mpu Kuturan
nakonang I kayu diri-diri. Apa gunnyane, sehingga dapat berkomunikasi kepada semua
kenken daging nyane, muang dadi ubad tumbuh-tumbuhan tentang tujuan dan manfaatnya
apa, mangkana ujara sang prabhu mpu dalam pengobatan segala macam penyakit. Ini
kuturan . Dadia I taru bingin mapamit wus memberikan amanat kepada manusia bahwa semua
punika sang prabhu mpu kuturan malih mahluk hidup didunia ini termasuk tumbuh-
ngarad tan dumada raris rawuh witing : tumbuhan bermanfaat untuk kehidupan. Oleh
Terjemahannya: karena itu sangat diperlukan untuk penelitian
Inilah yang disebutkan dalam taru pramana, tentang manfaat dan pengolahan tumbuh-tumbuhan
ketika ada seorang raja bernama Mpu sebagai bahan obat. Karena itu pelestarian tumbuh-
Kuturan, menjalankan pekerjaan sebagai tumbuhan sangat penting disamping untuk
dukun, beberapa lama kemudian, amat keharmonisan lingkungan hidup.
berhasillah beliau mengobatin, sangat Lontar Usada Taru Pramana menyebutkan
berbahagialah beliau, semua yang diobati kasuna (bawang putih) berfungsi untuk membantu
oleh sang raja menjadi sembuh, ada seratus dan mengobati beberapa penyakit, seperti: (1)
banyaknya semua mati sangat sedihlah Penyakit Beteg (beri-beri) dapat digunakan
beliau dalam dirinya, tidak bisa dengan bahan seperti: Daun, akar, getah kulit dan
ditolongnya, lalu beliau bersemedia Kasuna jangu, mayeh cuka. Kemudian dapat diolah
ditengah-tengah kuburan (pamuwun), dengan cara dihaluskan, disaring , diminumatau
setelah mencapai tujuh hari lamanya, bisa juga menggunakan bahan lain seperti kulit
turunlah dewa dari khayangan, pada pohon Bila, Kasuna jangu, yeh cuka (air
memberikan nasihat, supaya beliau tahu cuka) dapat diolah dan digunakan sebagai boreh.
tentang nama-nama tumbuh-tumbuhan, jika (2) Penyakit Puruh (vertigo) dapat diobati dengan
bertanya kepadanya, apa yang menjadi bahan-bahan seperi daun pengeng-pengeng dan
tujuannya dan kegunaannya masing- kasuna jangu, Pengolahannya dengan cara diulig
masing, setelah selesai kemudian raja Mpu (diratakan dengan halus), kemudian semua bahan
Kuturan memanggil kepada tumbuh- lalu tempelkan pada dahi.(3) Penyakit Rangsek
tumbuhan melata, rumput yang menjalar (sesak nafas) dapat diobati dengan bahan-bahan
semua dating, seperti pohon bringin seperti Daun Kuanta, Kasuna jangu, temu tis
kemudian bertanya, Oh sang raja apa yang kemudian diolah dengan cara dikunyah halus lalu
menyebabkan memanggil saya ini. semburkan pada dada yang sakit. (4) Penyakit
Kemudian menjawablah sang raja, oh siapa Batuk dapat diobati dengan Daun Bunut Bulu,
kamu ini pohon beringin, saya menjadi Kasuna jangu, kemudian pengolahannya dapat

YOGA DAN KESEHATAN Volume 2, No.2 Desember 2019


dikunyah halus lalu semburkan di dada. Tanaman obat sebagai laboratorium botani
sangat diperlukan. Peranan laboratorium botani
Demikian juga bawang putih dalam sebagai media pendidikan dan penelitian perlu
pengobatan berkasihat sebagai antibakteri, mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah,
antimikotik, dan antioksidan yang telah dibuktikan mengingat masih banyak keanekaragaman hayati
sengan baik melalui penelitian. Pengambatan yang belum dikaji secara lebih mendalam untuk
penggumpalan trombosit, yang ditingkatkan pada memberikan manfaat yang besar bagi
waktu pendarahan dan pembekuan darah disertai kesejahteraan hidup.
peningkatan aktivitas fibriolitik telah diuji secara Berdasarkan uraian diatas pelestarian
klinis. Sari pati bawang putih berperan penting tumbuh-tumbuhan dapat dilakukan dengan: (1)
dalam penghambatan dalam tahap awal sintesa tidak menebang pohon sembarangan. (2)
sterol karena terdapatnya senyawa belerang pada melakukan tebang pilih artinya menebang dengan
bawang putih (alliin). Indikasinya sebagai memilih ukuran dan usia tumbuhan. (3)
pengobatan hiperkolesterolemia, hyperlipidemia, penanaman kembali tanaman yang telah
hipertensi ringan, arterosklerosis dan diabetes dimanfaatkan atau peremajaan tanaman. (4)
mellitus. Bila memakannya berlebihan bisa Pemeliharaan tanaman dengan benar.
meningkatkan resiko pendaraan pasca operasi Adapun tujuan pelestarian tumbuh-
(Badan POM RI, 2006:70). tumbuhan, sebagai bahan obat adalah sebagai
berikut (1) menjaga keseimbangan ekosistem agar
Pelestarian Tumbuh-Tumbuhan kehidupan dimuka bumi ini tetap berjalan
Pemanfaatan tanaman sebagai obat sudah dengan baik. (2) melestarikan keanekaragaman
dari peradaban nenek moyang. Tumbuhan adalah hayati yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan
gudang bahan obat yang memiliki banyak manfaat masyarakat.(3) menciptakan lingkungan yang
untuk obat berbagai penyakit. Kemampuan nyaman dan mengurangi pencemaran udara dengan
meracik tumbuhan berkhasiat obat dan jamu tumbuhnya berbagai pohon. (4) dapat
merupakan warisan turun temurun dan mengakar dimanfaatkan sebagai tempat hiburan dengan
kuat di masyarakat. Tumbuhan yang merupakan membuat taman rekreasi.
bahan baku obat tradisonal tersebut tersebar
hampir di seluruh wilayah Indonesia.Tumbuh- III. SIMPULAN
tumbuhan itu telah dimanfaatkan oleh manusia Berdasarkan uraian tersebut di atas maka
dalam kehidupan, sejak awal peradaban seperti dapat disimpulkan sebagai berikut: Ajaran
untuk sandang, pangan, dan papan. Pengobatan Taru Pramana adalah semua tumbuh-
Kebiasaan masyarakat dalam menggunakan tumbuhan dapat digunakan sebagai bahan obat
obat-obatan alami dilakukan secara turun temurun. untuk menyembuhkan penyakit. Sebagaimana
Tanaman obat yang biasa digunakan oleh disampaikan dalam Lontar Taru Pramana secara
masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit di mitologi tumbuh-tumbuhan itu dapat berbicara dan
budidayakan atau di tanam sebagai tanaman obat menceritakan khasiat dirinya. Setiap tumbuh-
keluarga oleh masyarakat. Hal tersebut merupakan tumbuhan menyatakan dirinya dapat
salah satu upaya untuk melestarikan menyembuhkan suatu penyakit tertentu, baik pada
keanekaragaman tanaman yang berpotensi sebagai daunnya bunganya, buahnya, kulitnya, akarnya,
obat-obatan. bahkan kayunya. Fungsi Tumbuh-Tumbuhan
Pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman Sebagai Bahan Pengobatan yaitu semua tumbuh-
obat merupakan warisan budaya bangsa tumbuhan dalam Lontar Taru Pramana menyatakan
berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan dirinya dapat dipergunakan sebagai bahan obat.
keterampilan, yang secara turun-temurun telah Tumbuh-tumbuhan itu menyatakan mulai dari
diwariskan oleh nenek moyang. akar, kulit, daun, buah, bunga dan kayunya dapat
90 YOGA DAN KESEHATAN Volume 2, No.2 Desember 201989
dipakai sebagai obat, ketika dicampur dengan dengan Berbagai Ilmu” dalam naskah dan
tumbuhan yang lain. Pelestarian Tumbuh- Kita, Lembaran Sastra Nomor Khusus 12
Tumbuhan sebagai bahan obat yang biasa Januari 1991 hal 1-14. Depok : FS-UI
digunakan oleh masyarakat untuk mengobati Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar
berbagai penyakit di budidayakan atau ditanam Teori Sastra. Jakarta: PT Dunia Pustaka
sebagai tanaman obat keluarga oleh masyarakat. Jaya
Wellek, Rene dan Austin Warren. 2014. Teori
DAFTAR PUSTAKA Kesusastraan Cet. V. Jakarta: Kompas
Badan POM. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Gramedia Pustaka Utama
Obat yang Baik. Jakarta. Zoetmulder, P.J. 1985. Kalangwan Sastra Jawa
Duija, I Nengah.2012."Prestise Bahasa Jawa Kuna Kuna Selayang Pandang Cet.II.
dalam Adat dan Agama Hindu di Bali", Jakarta:Djambatan
Sastra Jawa Kuna:Refleksi Dulu, Kini, dan Zoetmulder, P.J. dan S.O. Robson. 2011. Kamus
Tantangan ke Depan. Ed. I Made Suastika Bahasa Jawa Kuno-Indonesia Cet.VI
dan I Nyoman Sukartha. Denpasar: Cakra (Diterjemahkan oleh Danusuprapta dan
Press Sumarti Suprayitna). Jakarta: Gramedia
Jirnaya, I Ketut.2011. Usada Budha Kacapi: Teks Pustaka Utama
Sastra Pengobatan Tradisional Masyarakat
Bali.Desertasi. Program Pascasarjana
Universitas Udayana. Denpasar
Mardiwarsito, L. 1985. Kamus Jawa Kuna-
Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah.
Nala, Ngurah.1991. Usada Kencing Manis.
Denpasar: Upada Sastra.
__________. 2006. Aksara Bali dalam Usada.
Surabaya: Paramita.
Pulasari, Mangku (2003). Salinan Lontar Taru
Pramana. Surabaya: Paramita.
Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya
Indonesia Suatu Pengantar, Bandung:
Ghalia Indonesia.
Robson. 1978. Pengkajian Sastra-sastra
Tradisional Indonesia dalam Majalah
Bahasa dan Sastra Tahun I No. 8.Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa.
Suarka, I Nyoman, I Wayan Suteja. 2005. Kajian
Naskah Lontar Siwagama 2. Denpasar:
Dinas Kebudayaan Provinsi Bali.
Suastika, I Made dan Sukartha I Nyoman. 2012.
Sastra Jawa Kuno: Refleksi Dulu, Kini, dan
Tantangan ke Depan. Denpasar: Cakra
Press.
Suprayoga, Imam dan Tabroni. 2003. Metodologi
Penelitian Sosial-Keagamaan, Bandung:
Remaja Rusda Karya.
Soebadio, Haryati. 1991 “Relevansi Pernaskahan
YOGA DAN KESEHATAN Volume 2, No.2 Desember 2019 91

Anda mungkin juga menyukai