Anda di halaman 1dari 5

USADA BALI

(Taru Premana)
 Sejarah Balian
Untuk istilah Dukun dibali dikenal dengan sebutan Balian, tapakan atau jero
dasaran. Balian, waidhya, pengobat ( battra = pengobat tradisional ), dukun, atau
tabib Jadi balian merupakan orang yang mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan
penyakit seseorang.
Ajaran Hindu çiwa Siddanta menyatakan bahwa Ida Sang Hyang Widhi atau Batara
çiwa yang menciptakan semua yang ada di jagat raya ini, beliau pula yang
mengadakan penyakit ( gering, wyadhi ), obat ( tamba, ubad ), dan pengobat (balian)
hidup dan mati juga kehendak beliau. Utpatti (lahir), Sthiti (hidup), Pralina (mati).
Laku balian yang diwacanakan dalam lontar Bodha Kecapi adalah madewasraya
usaha mistik-magis seorang penganut çiwa Tantrik untuk memohon pertolongan
dewa agar dapat menjadi balian sejati. Untuk menjadi seorang balian harus berani
melaksanakan mati raga di setra pangesengan (tempat pembakaran mayat). Bila
orang berhasil mati raga maka ia mendapat anugrah Tuhan. AnugrahNya dapat
berupa kesiddian (kekuatan adikodrat).

 Dharma Sesana Balian


Dharma sesana Balian dapat disamakan dengan etika balian, sesana berarti tingkah
laku, kewajiban. Sedangkan etika, yang berasal dari kata ethos (yunani) berati ilmu
pengetahuan tentang asas moral. Dharma sesana didalam bahasa Indonesia dapat
disejajarkan dengan tata susila, yakni dasar kebaikan yang menjadi pedoman dalam
kehidupan manusia, kewajiban yang harus dipenuhi selaku anggota masyarakat.
Manusia harus melakukan dharma sesana jika ingin kehidupannya mencapai
kebahagiaan. Dia harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik dengan
buana alit maupun dengan buana agung. Didalam setiap agama pedoman dharma
sesana ini pasti ada karena ajaran yang baik selalu bersifat universal. Manusia
apapun pekerjaannya apalagi sebagai balian bila ingin hidup sejahtera harus berpijak
pada patokan yang pasti yaitu dharma sesana. Balian yang bekerja menghadapi
manusia, memerlukan dharma sesana yang baku, yang dapat diikuti dan ditaati oleh
semua balian sebagai pedoman dalam melaksanakan profesinya. Dharma sesana
balian adalah sebagai berikut :

 Semua rahasia dari orang yang sakit harus disimpan, tidal boleh
disebarluaskan atau dibicarakan dengan orang lain.
 Hidup para balian harus suci dan bersih, terlepas dari sifat loba,
sombong dan asusila.Didalam lontar tutur bhagawan çiwa sempurna
ditegaskan bahwa, seorang balian tidak boleh berlaku sombong, harus
bertingkah laku yang baik sesuai dengan dharma, serta semua nafsu
hendaknya ditahan didalam hati.
 Seorang balian tidak boleh was-was, ragu-ragu, apalagi malu-malu
dalam hati harus teguh dan mantap serta penuh keyakinan pada apa
yang dikerjakan. Tidak goyah terhadap segala hambatan, rintangan,
gangguan, dan godaan yang datang dari dalam diri sendiri, yang
mengakibatkan gagalnya usaha yang sedang ditempuh. Tidak akan
mundur sebelum berhasil mendapatkan apa yang sedang dihayati, apa
yang diinginkan yaitu kesembuhan dari orang yang sakit.
 Seorang balian tidak boleh pamrih. Semua pengobatan berlangsung
dengan tulus ikhlas tanpa pamrih. Sebab semua balian yang benar-
benar balian di Bali tahu akan akibat dari kelobaan akan sesantun dan
materi lainnya. Para balian harus tahu akan hak dan kewajibannya,
rendah hati tidak sombong, membatasi diri terhadap apa yang dapat
dilakukannya, menghormati kehidupan manusia, karena didalam raga
sarira atau tubuh manusia, bersemayam Sang Hyang Atma, Sang
Hyang Bayu Pramana karena beliu dapat mengutuk balian yang
melanggar dharma sesana.Dan bila terkutuk kesaktian atau
kesidiannya dalam hal mengobati orang sakit dapat menurun dan
luntur. Dan yang lebih parah lagi ia akan menerima kutuk dari Sang
Hyang Budha Kecapi sehingga hidupnya akan menderita, termasuk
anak cucunya. Ketahuilah adanya tata cara menjadi balian jangan
disalah artikan atau disalahgunakan, memang sangat berbahaya
menjadi balian. Barang siapa berkehendak menjadi balian sakti
mawisesa, tidak dikalahkan oleh kesaktian mantra dapat menjalankan
semua pengobatan, dapat mengobati segala penyakit dan tenung.
Maka, hendaklah selalu astiti bhakti ring Ida Batara Tiga, khususnya
ring Ida Batara Dalem, Desa dan Puseh. Sebagai jalan untuk
memohon kesaktiannya, Ida I Ratu Nyoman Sakti Pengadangan, yang
merupakan pepatih bersama saudara-saudaranya yang lain. Ida I ratu
Nyoman sakti Pengadangan adalah dewan balian sejagat, wajib
dibuat pelinggih penyawangan biasa dalam bentuk kamar suci,
dibuatkan daksina linggih, ditempatkan pada pelangkiran.

 Balian Berdasarkan Tujuannya

C.1. Balian Penengen.


Balian Penengen adalah balian yang tujuannya mengobati orang yang sakit sehingga
menjadi sembuh. Balian ini sering pula disebut Balian Ngardi Ayu (dukun kebaikan).
Balian ini pada umumnya bersifat ramah, terbuka, penuh wibawa dan suka menolong.
Siapapun akan ditolongnya tidak membedakan apakah dia orang baik atau orang jahat,
orang yang miskin atau kaya semua dilayani sesuai dengan penyakit yang dideritanya.

C.2. Balian Pengiwa.


Balian Pengiwa adalah balian yang tujuannya membuat orang yang sehat menjadi sakit dan
orang yang sakit bertambah menjadi sakit, bahkan sampai meninggal. Itulah sebabnya
balian tipe ini sering disebut balian aji wegig, dukun yang menjalankan kekuatan
membencanai orang lain, berbuat jahil, usil, terhadap orang lain. Balian jenis ini amat sukar
dilacak, pekerjaannya penuh rahasia, tertutup dan misterius. Sering pula balian ini
mengganggu balian penengen pada waktu pengobati orang sakit sehingga tidak sembuh-
sembuh, jahil dan usil. Merupakan sisi lain dari aji wegig ini mendatangkan hujan pada
waktu orang sedang melakukan upacara, menahan hujan (nerang) pada waktu orang
bercocok tanam, serta menguji kesaktian dengan balian lainnya adalah kegemaran dari
balian pengiwa ini. Disamping itu balian ini juga mempunyai kemampuan untuk
menyembuhkan, terutama orang yang kena aji wegignya sendiri, atau diri orang lain.

 Balian berdasarkan tata cara memproleh keahlian dan cara pengobatannya:

Setiap balian punya cara tersendiri didalam mengobati suatu penyakit, misalnya:

1. Balian Kapican.
Orang Balian dengan memakai benda-benda berpetuah yang didapat dari
paica(pemberian benda gaib dari alam bawah sadar) seperti benda-benda permata, benda-
benda berupa keris, minyak dan lain sebagainya. Mungkin benda-benda tersebut didapat
dari pawisik/pirasat baik berupa mimpi atau petunjuk yang lainnya. Balian kapican adalah
orang yang mendapat benda bertuah yang dapat dipergunakan untuk mengobati orang yang
sakit. Benda bertuah ini disebut Pica. Pica ini dapat berupa keris kecil, batu permata, pis
bolong, batu mekocok, tulang, gigi, besi atau logam lainnya, gigi kilap, serta benda lain
yang bentuknya aneh. Ada malahan yang berupa binatang seperti kucing , anjing, burung,
ular atau binatang lainnya. Benda pica ini diperoleh biasanya melalui petunjuk dialam
mimpi. Di dalam mimpinya dijelaskan tentang tempat benda tersebut dan kasiatnya untuk
pengobatan. Kalau berupa binatang maka ia akan datang sendiri atau dijemput disuatu
tempat. Dengan mempergunakan benda-benda atau binatang pica ini, dia mampu
menyembuhkan orang yang sakit sejak itu mereka disebut Balian Kapican, dukun yang
mendapat pica atau kapican oleh suatu kekuatan gaib. Jika pica itu berbentuk permata,
umpamanya dengan cara menaruh batu permata itu ditempat yang dirasakan sakit oleh
pasiennya, kadang-kadang disertai dengan mengosok-gosokkan permata itu dibadan si sakit,
maka penyakit orang tersebut akan sembuh. Atau dengan cara memasukkan permata itu
kedalam air kemudian air itudiminum oleh si sakit. Dan sembuhlah penyakitnya ada pula
yang disertai dengan pembacaan mantra dengan disertai sesajen dalam proses
pengobatannya.

2. Balian Katakson.
Orang Balian yang mendapatkan kemampuan mengobati dengan kesurupan, suatu kekuatan
gaib yang masuk ketubuh si Balian sehingga mampu mempengarui balian tersebut dan
menyebabkan mampu mengobati si sakit. Dengan ciri-ciri pada umumnya sebagai berikut:
1. Balian ini pada umumnya keadaan terpaksa ngiring pekayunan (menuruti kehedak gaib)
kalau tidak mau menuruti kehendak gaib ini maka si Balian akan jatuh sakit, dan lain
sebagainya.
2. Saat mengobati orang sakit, si Balian ini tidak menyadari apa yang telah dilakukannya.
3. Memiliki kesidian/taksu biasanya tidak begitu lama, terutama yang tindak egonya masih
tinggi, maka Balian ini harus memegang pantangannya dengan baik agar bisa bertahan
lama. Balian jenis ini balian yang mendapatkan keahlian melalui taksu.
Taksu adalah kekuatan gaib yang masuk kedalam diri seseorang dan mempengaruhi orang
tersebut. Baik secara berpikir, berbicara, maupun tingkah lakunya karena kemasukan taksu
inilah orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mengobati orang sakit. Itulah sebabnya
dia dinamai Balian Katakson, dukun yang ketaksuan, kemasukan taksu (kesurupan), dia
berfungsi sebagai mediator penghubung. Cara masuknya taksu kedalam diri balian ini tidak
lah sama antara balian yang satu dengan balian lainnya. Beberapa dari mereka baru
kemasukan Taksu atau kesurupan, setelah menghaturkan sembah dihadapan di sebuah
pelinggih atau dihadapan sajen tertentu. Adapula dengan memegang sebuah dupa yang
menyala, duduk bersila dan memohon kepada Hyang Widhi, kemudian taksu masuk
kedalam dirinya. Balian katakson ini sering pula disebut balian tatakson yakni dukun
ketaksuan (tempat taksu).

3. Balian Usada
Balian Usada adalah suatu Balian yang benar-benar belajar dari guru seorang Balian atau
orang yang memupuninya, baik belajar dari lontar, guru-guru/praktisi Balian dan belajar
dengan benar cara mendiagnosis ataupun osmosis pasien. Balian usada adalah seseorang
yang dengan sadar belajar tentang ilmu pengobatan, baik melalui guru waktera, belajar pada
seorang balian yang telah mahir dalam ilmu pengobatan, maupun belajar sendiri melalui
lontar usada. Karena untuk menjadi balian tipe ini melalui proses belajar, maka orang barat
menyebut balian jenis ini dengan julukan Dokter Bali. Mengenai proses seseorang menjadi
balian usada dapat dibaca dalam lontar budha kecapi, usada kalimosadha dan usada sari.
Setelah tamat mempelajari Katikelaning Genta Pinata Pitu dan sastra sanga maka dianggap
siswa telah bersih jiwa dan raganya. Siswa init telah hilang kawahnya yakni keletehan serta
kotoran dan keburukan yang ada didalam dirinya telah musnah. Sekarang dia telah dianggap
telah siap untuk diberi pelajaran membaca lontar usada.

4. Balian Campuran
Suatu Balian yang memakai semua cara didalam mengobati si sakit dan keahliannyapun
didapat dengan berbagai cara baik dari ketakson, dari benda-benda gaib, dari usada dan
sebagainya, yang intinya bisa menyembuhkan si sakit menjadi sehat. Balian Campuran pada
umumnya campuran antara balian katakson maupun balian kapican yang mempelajari
usada. Dengan demikian balian katakson maupun kapican kemampuannya tidak hanya
mengandalkan taksu atau pica, tetapi telah bertambah dengan memberikan ramuan obat-
obatan berdasarkan lontar usada. Balian tipe ini dapat disebut balian katakson usada atau
balian kapican usada. Balian jenis ini juga dikenal dengan istilah balian ngiring pekayunan
atau menjadi tapakan Widhi atau tapakan dewa. Pada umumnya mereka menjadi balian
bukanlah atas kemauannya sendiri, tetapi ditunjuk oleh kekuatan gaib. Bila menolak akan
tertimpa penyakit, kapongor, atau menjadi gila, pikiran selalu kalut, semua hasil usaha
gagal. Hanya dengan mengikuti perintah gaib dia akan kembali normal. Balian seperti ini
paling banyak berkembang dan tumbuh subur serta mendapat pasaran. Padahal, keampuhan
pengobatannya tidaklah berlangsung lama. Tidak langgeng, hanya bersifat sementara.

Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :


Pada dasarnya ada tiga jenis penyakit yang disebut dengan istilah Tri Dosa yaitu Pitta,
Kapha dan Vayu (panas, nyem dan sebaa (antara panas dan dingin)). Demikian pula obatnya
ada tiga macam, yaitu ; ada obat yang bersifat hangat, tis dan dumelade. Dan ternyata ketiga
penyakit dan obatnya bersumber dari Batara çiwa yang memberikan wewenang kepada
Batara Brahma, Wisnu dan Iswara. Penyakit panas dan obatnya yang bersifat hangat
menjadi tugas dan kewenangan Batara Brahma. Batara Wisnu bertugas untuk mengadakan
penyakit nyem dan obat yang berkasiat tis. Batara Iswara mengadakan penyakit sebaa dan
bahan obatnya yang bersifat dumelada.
Didunia perbalianan yang selama ini terkesan menutup diri atau sengaja ditutupi agar
terkesan seram dan menakutkan atau agar menyisakan keterpesonaan, keraguan dan
terkadang keheranan. Sering seperti dipaksa berkenyit, lantaran rasa ingin tahu tak juga
menemukan jawaban atas berbagai keanehan dan kedahsyatan yang tengah berlangsung.

Saran

 Menjadi seorang balian hendaklah haruslah bermurah hati dan memberi informasi
bersifat pencerahan sebagai rasa ingin tahu pasien bisa terpuaskan.
 Menjadi seorang balian harus memiliki sifat welas asih dan tanpa pamrih dan jangan
membeda-bedakan dari statusnya.

Kepada para guru dan penekun usada bali yang gemar menulis diharapkan lebih banyak
mencetak buku-buku usada agar masyarakat awam lebih mudah mengenal usada bali.

Anda mungkin juga menyukai