Anda di halaman 1dari 40

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

di Unit Hemodialisa

YOHANA FW, BN, MARS


P E L A T I H A N P P I L A N J U T, J A K A R TA , 1 4 - 1 7 S E P T 2 0 1 5
CURICCULUM VITAE

Name : Yohana Fransisca Wapini, BN, MARS


Place & date of birth : Klaten, June, 15, 1962
Status : Maried
Current Position : Infection Control Committee & Director of Nursing Siloam Hospitals
Lippo Cikarang
Educations background :
Pascasarjana Urindo, Jakarta, 2014
School of Health UNE, Australia 2001
Training for Trainer PPI, Kem-Kes, 2010
Kursus Berkelanjutan Pengendalian Infeksi Nosokomial, Perdalin Jaya, Jakarta,November 2006
Kursus Dasar Pengendalian Infeksi Nosokomial, Perdalin Jaya, Jakarta, Mei 2006
Infection Control Course for Registered Nurses, Fremantle Hospital, Perth,West Australia, March
2004
Working experiences :
Sint Carolus Hospitals, Jakarta, 1981-1989 (as staff in Medical, Surgical, Maternity, Nursery &
Perinatology)
Mitra International Jatinegara, Jakarta, 1989-2001 (as Staff in Outpatient Department & Dialysis unit)
Siloam Hospitals Lippo Cikarang, 2002-Now
2002-2005 As Head Nurse in ICU & Dialysis
2005-2009 as IPCN
2009 Now as member of Infection Control Comitee & DoN
Pendahuluan

Hemodialisa (HD) merupakan unit yang beresiko tinggi terhadap terjadinya


penularan bloddborne viruses (Hep B, Hep C dan HIV) baik bagi para pasien
maupun petugas, Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) serta penyakit yang
ditularkan melalui udara.

Infeksi dapat terjadi karena beberapa faktor : aseptic tehnique dalam


pemasangan vasculer access, penggunaan vasculer access secara berulang -
ulang, pemakaian ruangan & alat-alat secara bersama, minimnya physical
barirer diantara pasien , daya tahan tubuh menurun, sering dirawat di RS,
kepatuhan petugas dalam menerapkan kewaspadaan isolasi dalam praktek
sehari-hari.

Diperlukan adanya program PPI yang komprehensif, diketahui &


diimplementasikan oleh seluruh petugas

Perlu adanya Tim PPI sebagai motor penggerak dalam membuat,


melaksanakan & mengevaluasi program PPI
Ruang Hemodialisa
How Do Infections Happen?

Contact

Droplet

Airborne
SOURCE HOST

During dialysis, infections can be spread by Contact Transmission


Most commonly by healthcare worker hands!
Certain infections are spread by certain routes:
Flu may be spread by Droplet Transmission
Tuberculosis is spread by Airborne Transmission
Tujuan

Setelah pelatihan selesai, peserta mampu :

Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya


infeksi.
Memahami pentingnya pencegahan & pengendalian infeksi di
Hemodialisa.
Mampu mengimplementasikan dalam praktek sehari-hari
Menurunkan/meminimalkan HAIs fokus pada Hep B,
Hep C, HIV baik pada pasien maupun petugas
Menurunkan/meminimalkan IADP, dan infeksi pada vasculer
acces
Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya infeksi di HD

Kompetensi petugas belum sesuai


Tindakan insersi dilakukan secara berulang-ulang
Penggunaan sarana & alat-alat secara bersama-sama
Kurangnya fisical barrier di ruang HD
Adanya penyakit penyerta
Daya tahan tubuh pasien menurun
Pasien sering dirawat di RS
Kurang patuhanya petugas dalam menerapkan
kewaspadaan isolasi
PPI di Unit Hemodialisa
Fokus pada :
petugas
prosedur tindakan
penatalaksanaanalat-alat & fasilitas
pasien & keluarga
PPI di Unit Hemodialisa (lanjutan)

Meliputi :
1. Pemberian edukasi
2. Penerapan kewaspadaan isolasi
3. Pencegahan infeksi vasculer acces, IADP dan penularan
Hep B, Hep C dan HIV
4. Penyuntikan yang aman
5. Cleaning & desinfeksi alat & lingkungan
6. Skrining & imunisasi
7. Penempatan pasien
8. Penatalaksanaan water treatment
1. Edukasi

Seluruh petugas HD, pasien & keluarga harus mendapatkan edukasi tentang Pencegahan &
Pengendalian Infeksi di HD diimplementasikan dimonitor evaluasi.
Edukasi dilakukan secara berulang-ulang sampai menjadi suatu kebiasaan.

Dokter & Perawat :


- Kewaspadaan Isolasi & Surveillance
- Pencegahan & penanganan tertusuk jarum/benda tajam
- Bundle IADP

Petugas Laundry:
- Cara penularan penyakit
- Kebersihan tangan & etika batuk
- Alat Pelindung Diri (APD)
- Penanganan linen
- Pencegahan & penanganan tertusuk jarum/benda tajam

Tehnisi :
- Cara penularan penyakit
- Kebersihan tangan & etika batuk
- Alat Pelindung Diri APD)
Edukasi (lanjutan)

Untuk Cleaning Service :


- Cara penularan penyakit
- Kebersihan tangan & etika batuk
- Alat pelindung diri
- Cleaning & desinfeksi
- Penatalaksanaan sampah infeksi & non infeksi

Pasien & Keluarga :


- Personal hygiene
- Hand hygiene
- Etika batuk
- Tanda-tanda infeksi & perawatan vasculer acces
PENCEGAHAN &PENANGANAN TERTUSUK JARUM
Pencegahan :
1.Tidak menutup jarum kembali
2.Tidak mematahkan / membengkokkan jarum
3.Tidak membuang dalam bak sampah infeksius dan non infeksius ( umum)
4.Tidak melepaskan jarum dari spuit secara manual
Penanganan :
1. Jangan ditekan-tekan atau dihisap
2. Segera cuci dibawah air mengalir dengan sabun
3. Keringkan kemudian olesi dengan betadin / alkohol 70%
4. Berobat ke poli umum atau Emergency
5. Mengisi incidence report

Infection Control
Sumber : CDC Lippo Cikarang
2. Kewaspadaan Isolasi

Kewaspadaan
berdasarkan transmisi

Kontak Droplet Airbone


3. Pencegahan infeksi vasculer acces, IADP dan
penularan Hep B, Hep C dan HIV

Petugas harus mempunyai kompetensi dibidangnya


Petugas melakukan kebersihan tangan dengan tepat &
benar ( 5 moment & 6 langkah guideline WHO)
Menggunakan sabun anti mikroba
Petugas menggunakan sarung tangan, masker & pasien
menggunakan masker pada saat tindakan insersi
Inspeksi & palpasi dilakukan sebelum melakukan
desinfeksi & bila lokasi insersi terkontaminasi lakukan
disinfeksi ulang
Disiplin dalam menerapkan Bundels IADP
Pencegahan infeksi (lanjutan)

Gosok cup CVC dengan kasa bethadin selama 5 mnt sebelum


dilepas/dibuka
Segera ganti CVC dengan akses yang permanen (cimino, graff)
Akses HD tdk boleh digunakan untuk tujuan lain (injeksi,
transfusi, infus, ambil darah)
Gunakan peralatan ( alkohol, betadin, plester, gunting, klem, kasa
roll) untuk pasien yang sama
Kuku harus pendek, tdk pakai quitex, cincin (bakteri,virus,jamur
masih menempel pada bahan tersebut & tdk hilang walaupun sdh
cuci tangan suatu study)
Pencegahan infeksi (lanjutan)

Melakukan tindakan dialisis pada pasien dengan


HBsAg positif secara terpisah baik petugas, ruang,
mesin maupun alat- alat .
Arterial kidney (ginjal buatan tidak boleh dire-use)
Melakukan cleaning & desinfeksi mesin & alat-alat
sesuai dengan prosedur (tidak menyingkat prosedur)
Menggunakan cairan desinfektan yang sesuai
Melakukan skrining terhadap serologi secara berkala &
memberikan vaksinasi Hep B bila diperlukan.
Vascular access
Cimino/AVF/Graft CVC

Dialysis machine
Terminasi

Resiko percikan darah


Dialyzer

Dialysate
Bundle of Inflow
Capillaries in
the Housing

Blood
Outflow
Dialysate
Outflow
Solute Transfer
across the
Capillary Walls
Blood
Inflow

The dialysate flows outside of the capillaries,


blood within the capillaries countercurrently.
Peritonial Dialysis (cycling, manual)

Kantong cairan baru

Peritoneal
dialisa
dg mengisi Peritoneum
cairan PD
khusus ke
dlm rongga
abdomen.
Perpindahan
zat terlarut Kateter
dari drh ke Implant
cairan terjadi
krn proses
difusi.
Perpindahan
cairan dari Cairan
pasien Peritonel
melalui Dialisa
proses
osmotik. Kantong cairan telah dipakai
4. Penyuntikan yang aman

Menerapkan aseptic technique (kategoriIA).


Semua alat suntik yang dipergunakan harus satu kali pakai untuk satu pasien
dan satu prosedur (kategori IA).
Menggunakan cairan pelarut/flushing hanya untuk satu kali ((kategori IA).
Mengguunakan singgle dose untuk obat-obat injeksi (bila memungkinkan)
(kategori IB).
Tidak memberikan obat-obat singgle dose kepada lebih dari satu pasien atau
mencampur obat-obat sisa dari vial/ampul untuk pemberian berikutnya (kategori
IA).
Bila harus menggunakan obat-obat multi dose, semua alat yang akan
dipergunakan harus steril (kategori IA)
Simpan obat-obat multi dose sesuai dengan rekomendasi dari pabrik yang
membuat (kategori IA)
Tidak menggunakan cairan pelarut untuk lebih dari satu pasien (kategori IB)
Tidak melakukan re-caping
Sharp container tersedia dan mudah dijangkau
Injection safety
5. Cleaning & desinfeksi alat & lingkungan

Cleaning & desinfection dilakukan segera setelah selesai


dipergunakan & dilakukan oleh petugas yang terlatih, menganut pada
prinsip E Spaulding
Menggunakan cairan desinfektan untuk RS sesuai dengan yang
direkomendasikan oleh US Environmental Protection Agency (EPA),
mis : bleach, hypochlorid, clhorine,
Tempat tidur/kursi, meja, permukaan mesin, klem, gunting dibersihkan
setiap selesai dipakai pasien, filter & alat-alat yang tdk di reuse harus
diganti setiap selesai dipakai pasien
Ruangan, kamar mandi, toilet dibersihkan min 2 x/hari
Perawatan alat-alat, kalibrasi dilakukan secara berkala (water treatment,
mesin HD, AC)
Ada prosedur penanganan percikan/tumpahan darah atau cairan
tubuh ada spill kit
Mesin Dialysis

Gambar APIC
CLEANING THE DIALYSIS MACHINE
Is every part clean ?

Pump houses
Holders
Buttons
Recesses
Housing
Backside
Environmental & equipment

Penanganan Linen Kotor


Dialysis machine Water treatment
Manajemen limbah

salah
Percikan / tumpahan darah

S P L A S H
6. Skrining & imunisasi

Rekomendasi CDC : semua pasien HD harus diperiksa terhadap


HBV,HCV,HIV dan TB sebelum dilakukan tindakan HD serta
telah mendapat imunisasi HBV, MMR dan DPT
Cek MRSA hanya dilakukan bila diduga atau pada saat KLB
Semua petugas HD telah mendapat imunisasi MMR, DPT dan
HBV
Melakukan cek terhadap HBV, anti HBsAg, anti HCV dan
screening TB tiap tahun (sesuai dengan regulasi yang berlaku )
Penatalaksanaan terhadap pajanan
7. Penempatan pasien

Pasien dengan HBSAg positive dirawat


diruang tersendiri
Alat alat terpisah
Dialyzer tidak di re use
Petugas tersendiri & sudah mendapat
imunisasi
8. Water treatment & testing

Maintenance dilakukan secara rutin sesuai jadwal


Test air RO terhadap microbiology dilakukan setiap bulan,
sample diambil sebelum air RO disuplai ke mesin, pada saat mau
masuk mesin HD dan pada saat sudah masuk mesin HD &
tercampur dengan cairan dializat untuk sample terakhir
dilakukan tiap 3 bulan hasil harus negative/steril

Maximal level of bacteria in water to prepare dialysis


fluid/reprocess dialyzers must NOT EXCEED 200 CFU
Maximal level of endotoxin must not exceed 2 EU/ml
Water treatment
Kesimpulan

Hemodialisa merupakan unit yang beresiko tinggi terhadap


bloodborne viruses seperti Hep B, Hep C dan HIV baik
terhadap pasien maupun petugas
HAIs dapat dicegah dengan melakukan semua tindakan sesuai
dengan prosedur
Diperlukan adanya edukasi tentang PPI baik bagi petugas,
pasien maupun keluarga/pengunjung.
Diperlukan adanya surveillace terhadap kejadian : Hep B, Hep
C, HIV, IADP/BSI dan infeksi pada vasculer acces
Mutlak adanya petugas PPI yang incharge di HD
Daftar Pustaka

Guide to the Elimination of Infection in Hemodialysis, An APIC


Guide 2010
Recommendations for Preventing Transmission of Infection Among
Chronic Hemodialysis Patients, CDC, MMWR 2001
Recommendation for environment sampling in healthcare facilities,
CDC & HICPAC, 2003
Basic Concepts of Infection Control, IFIC, second edition-revised
2011
Bennett & Brachmans , Hospitals Infections, sixth eddition, 2014
Terima Kasih
Atas Perhatian Anda

Anda mungkin juga menyukai