merupakan agama ‘import’ dari India? Ya tentu, banyak juga orang mengatakan hal seperti itu,
tapi apakah mereka tahu bahwa hindu di India dan Indonesia (Nusantara) itu berbeda? Menurut
Bapak Dr. I Made Surada, M.A dalam makalah tentang kepemangkuan Maha Semaya Warga
Pande disebutkan bahwa agama hindu adalah agama yang berkembang di India selatan yaitu
ketika terjadi perang antara bangsa Arya dan Dravida kemudian terjadi akulturasi budaya,
sehingga hindu pun lahir dari perpaduan bangsa Arya dan Dravida dilembah sungai Sindhu,
sampainya ke Nusantara pun berawal dari perdagangan, dan hubungan kerajaan pada masa itu,
Agama Hindu yang berkembang di India dan Nusantara berbeda, benar agama Hindu berasal
dari India namun esensi agama Hindu di Nusantara menyatu dengan lokal genius masyarakat
nusantara, data dari sejarah kerajaan Kediri yaitu pada masa kepemerintahan raja Dharma
Wangsa Teguh pada abad ke-10. Ada nya sebuah proyek besar yaitu Menjawaken Byasa Mata,
membahasa jawakan Ajaran-Ajaran Bhagawan Byasa, dilihat dari proyek yang dilakukan pada
masa kepemerintahan Dharma Wangsa Teguh ini, merupakan sebuah tonggak awal dalam
merajut hindu nusantara dalam karya-karya sastra yang berasal dari India yang merupakan
ajaran-ajaran dari bhagawan byasa, dan notabena mengandung nilai-nilai kebenaran yang
terkandung didalam Veda. Hal itu dilakukan dengan mengubah bahasa sanskerta yang
terkandung didalam ajaran-ajaran bhagawan byasa menjadi bahasa jawa pada masa itu (Jawa
Kuno) dan melahirkan karya sastra baru seperti Kakawin, Parwa, Tutur, Usadha, dll yang ditulis
kembali diatas daun lontar, menjadi tujuan agar mudah dipahami dan dipelajari di Nusantara.
islamisasi pergi ke Bali, ketika belum ada kontruksi yang bagus ketika proses perpindahan
orang-orang majapahit, konon ada sebuah penyatuan sekta dengan jumlah 14 sekta, menurut
penelitian dari Waikas, yang kemudian disatukan oleh Mpu Kuturan, yaitu menjadi pura desa
yang bersthana dewa brahma, pura puseh yang bersthana dewa wisnu, dan pura dalem yang
bersthana dewa siwa, yang kemudian hal ini berkembang juga di Nusantara dan dikenal sebagai
Konsep Kahyangan Tiga, Namun kini malah terjadi sebuah fenomena yang membuat hati miris,
beberapa masyarakat mulai meninggalkan sastra-sastra dan konsep itu, serta kembali ke sekta-
sekta yang memuja dewa tertentu dianggap benar dengan mengatakan “back to Veda”. Apakah
itu perbuatan yang benar atau salah? kembali ke Weda yang mana?. Bukan benar ataupun salah
tapi sebuah kekeliruan terbesar, Banyak faktor yang melatari hal tersebut terjadi. Diantara
mereka belum mengenal konsep yang diwarisi oleh leluhur kepada generasi nusantara dan
merubah kembali keawal seperti ajaran di India, diibaratkan seperti berbagai aliran air sungai
ternama yang bertemu dan menyatu di lautan, seperti itulah sebuah konsep yang diramu oleh
mpu kuturan dari 14 sekte yang ada menjadi sebuah konsep keseimbangan yaitu Kahyangan tiga,
ketika ada beberapa masyarakat yang mulai melepas dan kembali kesekta-sekta semacam itu,
sama hal seperti air lautan kembali memasuki air sungai atau mulai mengkotakan diri menjadi
bagian dari sekta, Hal ini akan merusak tatanan masyarakat agama Hindu Nusantara dan ajaran
tri kerangka agama Hindu (Tattwa, Susila, Acara). Bukannya anti terhadap sekta-sekta, tetapi
mempertahankan apa yang sudah diwarisi oleh luluhur kepada generasi sekarang dan
selanjutnya. Hendaknya saling menghormati antara pengikut sekta satu dengan yang lain, Karena
dalam agama hindu merupakan agama yang mengakui berbagai manifestasi tuhan dalam
berbagai dewa-dewa,