Rizka Annisa
Silma Rahmania K
Sandra Tenritika
Yuliana Sari
Rabi hamdalla
Agroteknologi C
Serat kawruh bab jampi-jampi merupakan satu di antara dua catatan yang tersimpan di
perpustakaan Keraton Surakarta. Serat Kawruh Bab Jampi-Jampi bisa jadi merupakan
informasi yang paling sistimatis tentang jamu. Di kitab ini tercatat 1.734 resep jamu yang
terbuat dari herba alami berikut rekomendasi penggunaan dan dosisnya. Juga termasuk 244
catatan berupa doa dan bentuk simbol-simbol yang rupanya digunakan sebagai mantera atau
jimat ampuh untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh kekuatan ghaib atau
melindungi pasien dari ilmu hitam. Kitab tersebut pertama kali ditulis tahun 1831 atas
perintah Sri Soesoehoenan Pakoeboewana V. Lantaran cakupannya untuk keraton, maka
pengantarnya menggunakan tulisan tangan beraksara dan berbahasa Jawa.
Dengan ditemukannya fosil di tanah Jawa berupa lumpang, alu dan pipisan yang terbuat
dari batu menunjukkan, bahwa penggunaan ramuanuntuk kesehatan telah dimulai sejak
zaman mesoneolitikum. Penggunaan ramuan untuk pengobatan tercantum di prasasti sejak
abad 5 M antara lain relief di candi Borobudur, candi Prambanan dan candi Penataran abad 8-
9 M. Usada Bali merupakan uraia penggunaan jamu yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno,
Sansekerta dan bahasa Bali di daun lontar pada tahun 991-1016 M. Istilah djamoe dimulai
sejak abad 15-16 M yang tersurat dalam primbon di Kartasuro. Uraian jamu secara lengkap
terdapat di serat centini yang ditulis oleh Kanjeng Gusti Adipati Anom Mangkunegoro III
tahun 1810-1823. Pada tahun 1850 R. Atmasupana II menulis sekitar 1734 ramuan jamu.
Djamoe merupakan singkatan dari djampi yang berarti doa atau obat dan oesodo (husada)
yang berarti kesehatan. Dengan kata lain djamoe berarti doa atau obat untuk meningkatkan
kesehatan. Sedangkan peracik jamu disebut acaraki. Pemanfaatan jamu di berbagai daerah
dan/atau suku bangsa di Indonesia, selain Jawa, belum tercatat dengan baik.
Disamping 4 bagian yang berisi catatan khasiat herba, ramuan dan dosis, primbon juga
mengandung dokumen sejarah yang berkaitan dengan politik, catatan pengadilan, ramalan-
ramalan, puisi, catatan-catatan moralitas, budaya dan lain-lain. Indonesia juga memiliki
Usada, Usada merupakan kumpulan tulisan yang berkaitan dengan praktek pengobatan.
Walaupun tanggal dan tahun catatan-catatannya belum jelas, namun isinya tetap mengandung
nilai yang tinggi bagi pengetahuan pengobatan alami menggunakan obat-obat herba alami.
Dalam banyak kasus, Usada digunakan sebagai referensi untuk pengobatan tradisional dalam
masyarakat Jawa. Dalam masyarakat tradisi, seorang acaraki harus berdoa dulu sebelum
membuat jamu. Ia juga harus melakukan meditasi serta berpuasa untuk dapat merasakan
energi positif yang bermanfaat bagi kesehatan. Ritual ini diperlukan karena bagaimanapun
juga masyarakat Jawa kuno percaya bahwa Tuhanlah sang penyembuh utama.
Dari zaman Sultan Agung, semua masyarakat sudah memahami jamu bahkan hingga
tukang jamu gendong. Tukang jamu gendong selalu membawa 8 jenis jamu yaitu kunyit
asam, beras kwncur, cabe ouyang, pahitan, kunci suruh, kudu laos,uyup-uyup ataugepyokan
dan sinom yang melambangkan lambang surya Majapahit, Wilwatika dan 8 arah mata angin.
Urutan meminum jamu dipercaya yang ideal dimulai dari meminum dengan rasa yang
manis-asam, sedikit pedas-hangat,pedas,pahit,tawar dan terakhir manis kembali, yang
bermakna sesuai siklus kehidupan manusia. Kunyit asam manis yang rasanya manis-asam
merupakan sumbol kehiduoan yang manis saat masih bayi hingga sebelum remaja.