1. Kitab Lontar
Kitab ini banyak ditemukan di Pulau Bali yang berisikan tata cara pengobatan dasar
para leluhur. Setiap helaian daun lontar memiliki panjang 30 cm yang disatukan dengan
tali yang membentuk sebuah rangkaian. Penulisan daun lontar menggunakan aksara Bali
(meskipun ada yang ditulis dengan aksara Lontara bahasa Bugis kuno). Kitab lontar ini
bersifat sangat sakral dan membutuhkan penanganan khusus dalam penyimpanannya.
Kitab lontar tersebut disimpan pada kotak/peti kayu yang dihiasi dengan ukiran Bali.
Kitab lontar ditulis khusus oleh para Balian atau ahli pengobatan tradisional Bali.
Para Balian ini selayaknya tabib memliki ilmu khusus yang disebut Taksu atau kesaktian
yang dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit. Mereka sangat dihormati karena
selain memiliki kemampuan khusus, mereka juga harus memahami Kitab Tutur Buda
Kecapi yang berisi tentang etika seorang Balian. Mereka juga diwajibkan
menjalani Brataatau puasa dan juga melakukan upacara pembersihan diri.
Para Balian juga harus mendapatkan ijin atau restu dari dewi ilmu pengetahuan ” Hyang
Aji Saraswati” dengan cara bersembahyang di pura suci.
Beberapa Peninggalan Kitab Lontar naskah Bali, diantaranya :
2. Naskah Kitab
Selain dari Kitab Lontar, bukti sejarah tentang pengobatan asli Indonesia juga
tersimpan rapi dalam kitab yang ditulis oleh para Mpu dan naskah publikasi yang
ditulis oleh para ilmuan. Kitab yang ditulis para Mpu lebih banyak menceritakan
kehidupan pada masanya. Akan tetapi, terselip juga beberapa cerita tentang prosesi
pengobatan yang dilakukan oleh para ahli botani yang melakukan penelitian dan
eksplorasi terhadap manfaat tanaman obat asli Indonesia.
Serat Primbon Jampi Jawi (oleh Sri Sultan Hamengku Buwono II, tahun 1792-1828 M
berisi 3000 resep jamu)
Serat Centhini (tentang cara pengobatan alami di Jawa, tahun 1418 M)
Serat Primbon Jmapi (rangkain doa, mantra juga obat-obatan dari alam)
Serat Primbon Sarat (“isyarat warna-warni” ditulis oleh Raden Atmasupana, tentang
persyaratan agar hidup sehat)
Serat Kwaruh (dibuat tahun 1858, berisi 1734 jenis ramuan jamu Jawa)
Selain peninggalan di atas tersebut, masuknya bangsa Eropa ke Nusantara juga membawa
pengaruh besar dalam perkembangan pengobatan asli Indonesia, publikasi mengenai tanaman
obat, khasiat dan penggunaanya mulai bermunculan dengan menggunakan kertas dan bahasa
latin.
Berikut adalah bukti buku-buku peninggalan yang ditulis pertamakali mengenai obat asli
Indonesia :
Historia Naturalist Medica Indiae (oleh Yacobus Bontius di Maluku, tahun 1627 M
berisi 60 jenis tumbuhan beserta pemanfaatannya)
Herbarium Amboinense (oleh Gregorius Rumphius di Maluku, tahun 1741-1755 M,
tentang pemanfaatan tumbuhan dalam pemeliharaan kesehatan dan fungsinya dalam
mengobati penyakit)
Monograf Tumbuhan Obat di Jawa (oleh M. Horsfield, tahun 1816 M terbit di
Jakarta)
Indische Palnten en haar Geneeskracht (oleh Kloppenburg Versteegh di Semarang,
tahun 1907 M tentang informasi penggunaan tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh
masyarakat dalam pengobatan penyakit)
Het Javaanese Reseptenboek (oleh Van Hein, tahun 1871 M tentang resep pengobatan
Jawa Kuno menggunakan tanaman obat)
De Nuttige Palnten Van N.I (oleh M. Heyne, tahun 1927 M tentang informasi
berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh dan berkembang di Indonesia)
4. Peninggalan Relief-Prasasti
Relief Candi Borobudur (tahun 772 M di Magelang-Jawa Tengah). Pada salah satu
reliefnya terpahat berbagai jenis tanaman obat yang bisa dimanfaatkan masayarakat
diantaranya adalah kecubung(Datura metel), Mojo (Aegle marmelos), Lontar
(Borassus flabillifer) dan relief lainnya adalah lukisan proses percikan jamu dan
aktivitas minum jamu. Selain itu juga terdapat relief yang menggambarkan pemakain
lulur dalam proses pemijatan.
Prasasti Madhawapura. Yang merupakan peninggalan kerajaan Hindu Majapahit.
Dalam prasasti ini teradapat tulisan yang mengisahkan tentang tukang meracik jamu
yang disebut “acaraki”.
Sejarah tanaman obat atau herbal di Indonesia berdasarkan fakta sejarah adalah obat asli
Indonesia. Catatan sejarah menunjukkan bahwa di wilayah nusantara dari abad ke 5 sampai
dengan abab ke 19, tanaman obat merupakan sarana paling utama bagi masyarakat tradisional
kita untuk pengobatan penyakit dan pemeliharan kesehatan. Kerajaan di wilayah nusantara
seperti Sriwijaya, Majapahit dan Mataram mencapai beberapa puncak kejayaan dan
menyisakan banyak peninggalan yang dikagumi dunia, adalah produk masyarakat tradisional
yang mengandalkan pemeliharaan kesehatannya dari tanaman obat.
Banyak jenis tanaman yang digunakan secara tunggal maupun ramuan terbukti
sebagai bahan pemelihara kesehatan. Pengetahuan tanaman obat yang ada di wilayah
Nusantara bersumber dari pewarisan pengetahuan secara turun-temurun, dan terus-menerus
diperkaya dengan pengetahuan dari luar Nusantara, khususnya dari China dan India. Tetapi
dengan masuknya pengobatan modern di Indonesia, dengan didirikannya sekolah dokter jawa
di Jakarta pada tahun 1904, maka secara bertahap dan sistematis penggunaan tanaman obat
sebagai obat telah ditinggalkan. Dan telah menggantungkan diri pada obat kimia modern,
penggunaan tanaman obat dianggap kuno, berbahaya dan terbelakang.
Sebagai akibatnya masyarakat pada umumnya tidak mengenal tanaman obat dan
penggunaannya sebagai obat. Namun masih ada sebenarnya upaya yang melestarikan dan
memanfaatkan tanaman obat dalam dokumentasinya seperti K. Heyne, menulis buku ”
Tanaman Berguna Indonesia “,. Dr. Seno Sastroamidjojo, dengan bukunya ” Obat Asli
Indonesia “. Dan beberapa upaya mengembangankan pengetahuan tanaman obat Indonesia
dan aplikasinya dalam pengobatan. Saat ini obat herbal digunakan di klinik pengobatan
Tradisional RS.Dr.,Sutomo Surabaya dan beberapa rumah sakit besar di Jakarta juga sudah
menyediakan obat herbal.
KESIMPULAN
Sumber daya manusia Battra ramuan rendah, 47,5-67,5% tidak sekolah atau hanya
tamat SD. Pada umumnya Battra ramuan tidak hanya menggunakan ramuan tanaman
obat sebagai obat, tetapi dipadukan dengan cara lain yaitu ketrampilan, tenaga dalam dan
kaidah agama. Battra ramuan yang hanya menggunakan ramuan sebagai obat hanya 20 -40%.
Tiap tiap daerah mempunyai ramuan obat tradisional yang berbeda, meskipun untuk obat
keluhan yang sama. Battra ramuan yang mempunyai izin dari Dinas Kesehatan setempat
sekitar 2,5%.
Berdasarkan kondisi masyarakat Indonesia sekarang ini terjadi perkembangan pola
penyakit ganda dimana sebagian besar masyarakat masih menghadapi masalah penyakit
infeksi sementara sebagian lagi menghadapi masalah penyakit degeneratif kejadian masalah
ksisis ekonomi 1997 mengebabkan berkurangnya kemampuan masyarakat untuk mengakses
pengobatan. Kondisi ini menyadarkan masyarakat untuk mendapatkan cara pengobatan
alternatif.
Survey yangdilakukan oleh dinas kesehatan provinsi Jabar tahun1997 menunjukan
bahwa masyarakat jabar terbiasa menggunakan pengobatan alternatif disamping
memanfaatkan pengobatan modern sebelum krisis ekonomi pengobatan tradisional
menghadapi hambatan dari masyarakat karena terkanjur ada kennyakinan bahwa obat yang
mahal selalu menyembuhkan, sementara pengobatan tradisinal yang umumnya menggunakan
bahan simplisia obat setempat yang sering kali amat murah sehingga tidak menyakinkan
Data primer berupa sikap konsumen terhadap produk jasa pelayanan pengobatan
tradisional SP3T diolah dnegan menggunakan metode suksestif interval. Selanjutnya terhadap
data interval tersebut dilakukan uji statistik berpasangan analisa kesenjangan harapan dan
kenyataan pelanyanan serta diagram kartesius harapan dan kenyataan pelanyanan yang
dilandasi dengan teori serviqual.
Berdasarkan hasil analisis hal yang perludilakan oleh pihak SP3T Jabar adalah
perbaikan penataan ruangan terhadap keluhan pasien dan kelurga serta, kebersihan dan
kerapihan sebagai prioritas utama, sedangkan pelayanan pendukung yang dilakukan oleh
petugas pembantu di poliklinik merupakan prioritas berikutnya. Upanya perbaikan yang
dilakukan untuk kepuasan konsumen tetap perlu mempertimbangakan kondisi internal dan
eksternal organisasi terutama memperhatikan kemampuan keuangan.
KESIMPULAN
Beberapa dekade terakhir ini terdapat kecenderungan secara global untuk kembali ke alam.
Kecenderungan untuk kembali ke alam atau ” back to nature “, dalam bidang pengobatan
pada herbal ini sangat kuat di Negara-negara maju dan berpengaruh besar di Negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Lembaga-lembaga pendidikan pelatihan herbalpun kini telah
banyak diminati masyarakat. Pentingnya Kepedulian kita akan tanaman obat atau herbal
yang telah sejak jaman dulu kala perlu di lestarikan dan di terapkan seperti negara-negara lain
yang telah menggunakan herbal sebagai obat leluhur.