1. Mesir Kuno
Penggunaan tanaman sebagai obat-obatan telah berlangsung
sejak ribuan tahun yang lalu. Para ahli kesehatan bangsa Mesir
Kuno pada tahun 2500 SM telah menggunakan tanaman obat-
obatan. Sejumlah besar resep penggunaan produk tanaman
untuk pengobatan berbagai penyakit, gejala-gejala penyakit dan
diagnosanya tercantum dalam “Papyrus Ehers”. Pada saat itu,
para pendeta Mesir Kuno telah melakukan dan mempraktekkan
pengobatan herbal. Dari abad 1500 SM telah tercatat berbagai
tanaman obat, termasuk jintan dan kayu manis.
2. Yunani Kuno
Bangsa Yunani Kuno juga banyak menyimpan catatan mengenai
penggunaan tanaman obat yaitu Hyppocrates (466 tahun SM),
Theophrastus (372 tahun SM) dan Pedanios Dioscorides (100
tahun SM) membuat himpunan keterangan terinci mengenai
ribuan tanaman obat dalam “De Materia Medica”. Orang-orang
Yunani Kuno juga telah melakukan pengobatan herbal. Mereka
menemukan berbagai tanaman obat baru, seperti rosemary dan
lavender pada saat mengadakan perjalanan ke berbagai daratan
lain.
3. Cina
Tanaman obat di Cina berlangsung sekitar 3.000 tahun yang lalu,
ketika muncul penyembuhan kerapuhan tulang oleh dukun
Wu. Bahkan, bahan penyembuhan tertua dalam sejarah telah
ditemukan di Cina, di mana makam seorang bangsawan Han
ditemukan menyimpan data medis yang ditulis pada gulungan
sutra. Gulungan sutra berisi daftar 247 tumbuh-tumbuhan dan
bahan-bahan yang digunakan dalam menyembuhkan penyakit.
4. Inggris
Di Inggris, penggunaan tanaman obat dikembangkan bersamaan
dengan didirikannya biara-biara di seluruh negeri. Pengetahuan
tanaman obat semakin berkembang dengan terciptanya mesin
cetak pada abad ke 15, sehingga penulisan mengenai tanaman-
tanaman obat dapat dilakukan. Sekitar tahun 1630, John
Parkinson dari London menulis mengenai tanaman obat dari
berbagai tanaman. Nicholas Culpepper (1616-1654) dengan
karyanya yang paling terkenal yaitu “The Complete Herbal and
English Physician”, Enlarged, diterbitkan pada tahun 1649.
5. Indonesia
Di Indonesia, pemanfaatan tanaman sebagai obat-obatan juga
telah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu. Pada
pertengahan abad ke
XVII seorang botanikus bernama Jacobus Rontius (1592-1631)
mengumumkan khasiat tumbuh-tumbuhan dalam
bukunya “De Indiae Untriusquere Naturali et Medica”.
BAB II
PROSPEK TANAMAN OBAT DI INDONESIA
Indonesia memiliki tanah yang subur dan hasil alam yang
berlimpah. Kesuburan tanah dan hasil alamnya yang istimewa ini,
membuat Indonesia sempat dikenal dengan sebutan “Zamrud
Khatulistiwa”. Berbagai jenis tanaman herbal dapat dihasilkan dari
suburnya tanah dan alam Indonesia, membuat industri obat herbal
kini banyak bermunculan. Hal ini juga didorong oleh tren masyarakat
untuk menggunakan produk kosmetik, jamu dan herbal yang sangat
besar. Sebagai gambaran, dari data Kementrian Perindustrian
Republik Indonesia pada tahun 2014, saat ini setidaknya terdapat
kurang lebih 1.247 industri terdiri atas 129 Industri Obat
Tradisional (IOT), dan 1.037 Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT).
1. Perbanyakan Generatif
Beberapa jenis tanaman obat yang perbanyakannya dilakukan
dengan menggunakan biji antara lain meniran, sambiloto,
mahkota dewa, dan pala. Pembibitan tanaman obat ini dilakukan
dengan beberapa tahapan sebelum bibit siap untuk dipindahkan
ke lahan.
d. Sungkup
Sungkup berfungsi untuk melindungi bibit dari pengaruh
lingkungan yang kurang baik dan gangguan hama.
1) Sungkup dapat dibuat dengan menggunakan kerangka
dari bambu atau plat besi yang dibentuk setengah
lingkaran.
2) Tinggi sungkup sekitar 80 cm.
3) Kerangka sungkup ditutup dengan plastik transparan,
bagian pinggir sungkup dapat dibuka agar memudahkan
penyiraman dan pemeliharaan bibit.
e. Pemeliharaan
Adapun kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan dalam
kegiatan pemeliharaan yaitu:
1) Penyiraman, media tanam pada persemaian harus selalu
dijaga kelembaban, penyiraman sebaiknya dilakukan dua
kali sehari pagi dan sore hari dengan menggunakan
gembor.
2) Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk
daun atau pupuk cair dengan cara menyemprot bibit atau
menyiramkan pupuk pada media tanam.
3) Penyiangan gulma sebaiknya dilakukan secara intensif
untuk menjaga agar tidak terjadi kompetisi antara gulma
dan tanaman utama. Gulma juga dapat menjadi tanaman
inang bagi hama.
4) Pengendalian hama dan penyakit sebaiknya dilakukan
dengan menggunakan pestisida dan fungisida nabati.
d. Tunas
Perbanyakan dengan tunas banyak dilakukan untuk tanaman
berumpun seperti kapulaga. Dari tunas yang ditanam kemudian
akan tumbuh menjadi rumpun besar. Selanjutnya rumpun
tersebut akan berkembangbiak dan menghasilkan tunas-tunas
baru.
C. Penanaman
Bibit yang akan ditanam di areal budidaya adalah bibit yang sudah
diseleksi yaitu bibit yang sehat dan pertumbuhannya baik. Sebaiknya
pemindahan bibit ke lapangan dilakukan pada pagi atau sore hari.
Adapun langkah-langkah dalam menanam bibit tanaman obat adalah
sebagai berikut:
1. Bibit yang disemaikan dengan menggunakan polybag
dipindahkan ke lubang tanam dengan cara menyobek satu sisi
polybag, kemudian bibit dimasukkan ke lubang tanam yang telah
disiapkan.
2. Usahakan agar media tanam yang melekat pada bibit tidak
terpisah.
3. Selanjutnya tanah galian lubang tanam dimasukkan kembali dan
dipadatkan agar bibit dapat tumbuh dengan kokoh.
4. Siram bibit yang baru ditanam dengan air secukupnya.
D. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan pemupukan,
penyiraman, penyiangan dan pembumbunan, serta pengendalian
hama dan penyakit.
1. Penyiraman
Pada awal penanaman jika dilakukan pada musim kemarau
penyiraman harus dilakukan dengan teratur. Kelembaban tanah
harus selalu dijaga, sebaiknya penyiraman dilakukan dua kali
sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Pada musim hujan frekuensi
penyiraman dapat dikurangi tergantung kondisi kelembaban
tanah. Apabila tanaman obat dibudidayakan pada lahan yang
tidak terlalu luas, pekarangan rumah atau di dalam pot maka
penyiraman dapat menggunakan gembor. Tetapi apabila
tanaman obat dibudidayakan dalam skala luas sebaiknya
menggunakan sprinkle untuk membantu penyiramannya. Sarana
irigasi dan sistem pengairan lain juga dapat dimanfaatkan untuk
mengairi lahan.
2. Pemupukan
Pupuk yang diberikan pada tanaman obat dapat berupa pupuk
organik maupun anorganik. Sebaiknya pupuk yang digunakan
dalam budidaya tanaman obat adalah pupuk organik,
penggunaan pupuk anorganik dikhawatirkan dapat
menimbulkan pengaruh yang kurang baik bagi
kandungan/senyawa-senyawa berkhasiat obat yang ada pada
tanaman.
Pupuk organik yang dapat digunakan adalah berbagai jenis
pupuk kandang dan kompos, yang harus diperhatikan pupuk
organik yang digunakan harus benar-benar matang dan tidak
mengandung bahan pencemar. Pupuk organik dapat diberikan
dengan cara mencampurkannya pada lubang tanam pada saat
penanaman atau mencampurkannya pada tanah di antara
barisan tanaman atau areal di bawah tajuk tanaman.
3. Penyiangan
Penyiangan gulma harus dilakukan secara intensif untuk
menghindarkan kompetisi antara gulma dengan tanaman obat
yang dibudidayakan, yaitu persaingan dalam penyerapan unsur
hara dan air, penerimaan cahaya matahari, dan gulma juga dapat
menjadi tanaman inang bagi hama yang dapat menyerang
tanaman obat yang dibudidayakan. Penurunan produksi akibat
gulma cukup besar bisa lebih dari 50%.
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain:
a. Secara manual yaitu dengan menggunakan cangkul, arit atau
koret.
b. Secara kultur teknis yaitu dengan mengatur jarak tanam dan
penggunaan mulsa.
c. Secara kimia yaitu dengan penggunaan herbisida. Pada
budidaya tanaman obat hendaknya penggunaan herbisida
merupakan alternatif terakhir karena dikhawatirkan residu
herbisida terserap oleh tanaman sehingga berpengaruh
terhadap senyawasenyawa berkhasiat obat yang terdapat
pada tanaman.
4. Pembumbunan
Pembumbunan dapat dilaksanakan bersamaan dengan
penyiangan gulma. Pembumbunan bertujuan untuk
memperkokoh tanaman, menutup bagian tanaman di dalam
tanah seperti rimpang atau umbi, memperbaiki aerase dan
menggemburkan tanah sekitar perakaran, dan mendekatkan
unsur hara dari tanah di sekitar tanaman. Pembumbunan dapat
dilakukan dengan menggunakan cangkul atau koret.