Anda di halaman 1dari 3

A. Sejarah Obat Tradisional Irak , ditemukan 8 tanaman obat dalam kuburan berumur 60.

.000 tahun (Ephedra sinica) Babilonia (2100 BC) catatan paling tua di atas tanah liat tentang penggunaan tumbuhan untuk obat Mesir (1550 BC) Papyrus Ebers Catatan penggunaan tumbuhan dan hewan untuk pengobatan Dioscorides (78 AD) menulis Materia Medica tentang penggunaan 600 tumbuhan obat seperti Aloe, Belladonna, Ergot, Opium

Berjenis-jenis penyakit sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Penelitian para ahli
paleopatologi terhadap mumi (mayat yang diawetkan) menunjukkan penyakit seperti sipilis, radang hati, dan pengeroposan tulang pernah menjangkiti manusia-manusia purba. Nah, ada penyakit tentu ada obatnya. Jaman dulu tentu belum ada toko obat yang jual obat, mereka tentunya mencari sendiri ramuannya dan kemudian mengolahnya, Sangat beda seperti jaman sekarang yang toko jamu atau pun jual obat ada di sekitar kita Namun sejak kapankah manusia mengenai obat-obatan tradisional atau obat herbal yang paling awal? Salah satu bukti tertua yang menguraikan ilmu pengobatan dalam obat herbal adalah kitab Rigvedha. Kitab ini berasal dari India dan ditulis sekitar tahun 3000 Sebelum Masehi (SM). Isinya antara lain tentang bahan-bahan yang digunakan sebagas obat yang mengolah obat tradisional untuk pengobatan Kitab yang relatif lebih lengkap adalah Ayurvedha, juga berasal dari India. Kitab ini ditulis sekitar lahun 1500 SM, menguraikan suatu sistem pengobatan obat tradisional dengan teori tridosha, yaitu vayu, pitta, dan kapha. Vayu atau angin mewakili susunan syaraf pusat, pitta atau empedu mewakili seluruh metabolisme di dalam tubuh, dan kapha atau lendir mewakili pengaturan suhu tubuh oleh cairan-cairan tubuh, Ayurvedha memuat tidak kurang 1.500 jenis bahan obat dari tumbuhan lengkap dengan pengolahan dan penggunaannya produk herbaltersebut. Dan menggunakannya dalam jamu herbalyang kemudian bisa menyembuhkan Kemudian perbaikan dilakukan berbagai ahli, di antaranya terrnuat dalam kitab Sushruta Samhita dari tahun 1000 SM dan Charaka Samhita dari tahun 350. Kedua kitab memuat kirakira 2.000 jenis bahan obat, jamu tradisional beserta penanamannya, bagian-bagian yang dipakai untuk jamu herbal, khasiatnya, dan cara membuat ramuan jamu herbalyang menyembuhkan

Pengembangan juga terjadi di Indonesia. Dulu, nenek moyang kita menggunakan tanaman untuk obat. Pada 772 M, sejarah ini tercatat dalam dokumen tertua, yaitu diukir obat di Candi Borobudur. Hal ini juga ditemukan di Candi Prambanan, Candi Panataran, dan Candi Tegalwangi. Dalam 991-1016 M, perumusan obat, ekstraksi dari tanaman, ditulis pada daun kelapa. Itu disebut Lontar Usada di Bali. Di Sulawesi Selatan, ada juga tulisan-tulisan ramuan disebut Lontarak Pabbura. Di Jawa, penulisan ramuan terdapat pada Rontal (Ron: daun). Daun Tal adalah sama dengan Lontar (daun kelapa). Beberapa dokumen telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia maupun asing. Salah satunya adalah terjemahan Lontar Usada dalam buku Dr Wolfgang Weck's, Heilkunde Volkstum und auf Bali (: pengetahuan tentang Cara pemulihan dan Perilaku Bali). Dia adalah seorang dokter Belanda. Sebelum Perang Dunia II, Dr R. Goris sering menulis tentang Bali Medis Literatur untuk majalah diterbitkan di Indonesia dan negara-negara asing. Di Indonesia, sebelum kemerdekaan, dua Belanda, J. Kloppenburg-Versteegh dan Martha C. van Wijk-Fransz, telah melakukan kegiatan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang

tanaman dimanfaatkan untuk obat. Mereka selesai kegiatan oleh penerbitan buku-buku, yaitu "Indische Planten en Haar Geneeskracht" (: Tanaman Indonesia dan Kegunaan mereka untuk Kesehatan) dan "Martha Indische Kruiden Recepten Boek" (: Buku Ramuan Tanaman Indonesia). Mereka buku pertama diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dalam dua jilid oleh Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta. Dalam Era Kraton-kraton Indonesia, misalnya Kraton Surakarta, pengetahuan tentang formulasi obat dari bahan alami telah dibukukan dalam "Bab kawruh jampi Jawi" (: Pengetahuan Ramuan Jawa) dan dipublikasikan pada tahun 1858. Ini terdiri dari 1.734 formulasi herbal. Pertama, diambil dari tanaman yang liar di sekitar rumah. Ketika mereka menjadi jarang dan langka, nenek moyang kita mencari mereka untuk lebih jauh tempattempat seperti hutan. Panjang tanaman yang berbeda membuat kualitas yang berbeda. Hal ini menimbulkan ide untuk mengembangkannya. Budidaya ini membuat kualitas yang sama. Waktu panen juga mempertimbangkan untuk memaksimalkan kualitas. Rimpang biasanya terbaik dipanen pada akhir musim kemarau ketika mereka berhenti tumbuh, daun dan cabang-cabang mulai kering dan kuning. Ini, lemak akar berdaging dipilih. Waktu terbaik untuk panen antara 9 pagi sampai 11:00 karena baru-baru ini diketahui bahwa pada saat itu, asimilasi itu maksimum. Itu lebih baik untuk panen ketika berbunga dan sebelum buah masak. Kulit cabang, berdasarkan pengalaman, telah berkumpul di musim hujan, ketika mereka tumbuh. Pada saat itu, mereka puas dengan kualitas yang paling bagus. Bunga-bunga yang terbaik dipanen sebelum atau ketika ada penyerbukan, ketika kupu-kupu atau lebah datang. Kemudian, buah-buahan adalah yang paling dipanen sebelum mereka masak (cabe jawa, kemukus, dan lada hitam) atau ketika mereka masak (adas manis, lada putih). Akhirnya, benih dikumpulkan pada saat buah sudah matang. Ketika Belanda menduduki Indonesia, pengetahuan barat masuk. Ini pengetahuan obat alami bergeser perlahan-lahan masyarakat sehingga mereka kekurangan itu. Selain itu, mereka enggan untuk menggunakannya karena ditentukan sebagai kuno dan tidak memenuhi syarat cukup. Bahkan, obat alami mampu menyembuhkan penyakit. Meskipun invasi Belanda yang pernah mengalami penurunan kepercayaan kami di obat alami, itu tidak sepenuhnya menghilang. Dalam perang yang akan independen, para dokter menggunakan tanaman sebagai obat alternatif. Untuk meniru semangat gairah untuk obat alami ditunjukkan oleh Prof Dr M. Sardjito, Dr Ramali inovasi penyusunan formulasi obat alami, "formularium Medicamentorum soloensis" di Solo. Ketika negara-negara barat tersebar "Back to Nature", sebenarnya Indonesia telah memanfaatkan obat alami. Sekarang, kita masih berjuang untuk keberadaan obat alami di lingkungan medis B. Definisi Obat Tradisional pengobatan dan/atau perawatan dengan cara, obat dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, ketrampilan turun-temurun, dan/atau pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat (Kepmenkes No. 1076/Menkes/SK/VII/2003) Bahan atau ramuan bahan yg berupa tumbuhan,hewan,mineral , sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tsb yg se cara turun temurun telah di gunakan utk pengobatan berda sarkan pegalaman. Lebih mengandalkan pada sifat turun temurun Dasar keilmuan dari yang rasional sampai dengan yang tidak rasional Mekanisme kerja tidak selalu jelas, sehingga sulit membuktikan keberulangan hasil terapi

Belum semua jenis pengobatan tradisional memiliki bukti atas mutu, keamanan, kemanfaatan, dan keberulangan hasil terapi Pendekatan lebih holistik

C. Kriteria/Persyaratan Pengobatan Tradisional Tidak membahayakan jiwa atau melanggar susila dan kaidah agama Aman dan bermanfaat bagi kesehatan Tidak bertentangan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Tidak bertentangan dengan norma dan nilai yang hidup dalam masyarakat Kriteria Obat Tradisional (WHO) : Telah digunakan secara turun-temurun selama 3 generasi Aman Bermanfaat D. Klasifikasi Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi: 1. Jamu 2. Obat Herbal Terstandar 3. Fitofarmaka 1. Jamu (Empirical based herbalmedicine) Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku 2. Obat Herbal Terstandar (Scientificbased herbal medicine) Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/pra klinik Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi 3. Fitofarmaka (Clinical basedherbal medicine) Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku

Anda mungkin juga menyukai