Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI

“Swamedikasi Batuk dan Demam”

Di Susun Oleh :
Ahmad alwani 1604015243
Tasya Ananda Aulia 1604015238
Monica agustina 1604015194
Kelas/Kelompok : E2/5

Dosen : Zainul Islam M.Farm., Apt

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA

2019

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Swamedikasi merupakan bagian dari self-care di mana merupakan
usaha pemilihan dan penggunaan obat modern, herbal, maupun obat tradisional
oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit (WHO,
1998). Pengobatan sendiri (self-medication) merupakan upaya yang dilakukan
masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri yang biasanya dilakukan untuk
mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami
masyarakat seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag,
kecacingan, diare, penyakit kulit, dan lain-lain (Binfar, 2007). Pada dasarnya,
bila dilakukan secara rasional, swamedikasi memberikan keuntungan besar
bagi pemerintah dalam pemeliharaan kesehatan nasional (Depkes RI, 2008).
Ada beberapa pengetahuan minimal terkait swamedikasi yang
sebaiknya dipahami masyarakat, pengetahuan tersebut antara lain tentang
mengenali gejala penyakit, memilih produk sesuai dengan indikasi dari
penyakit, mengikuti petunjuk yang tertera pada etiket brosur, memantau hasil
terapi dan kemungkinan efek samping yang ada (Depkes RI, 2008).
Demam adalah keadaan dimana suhu tubuh lebih dari 37,5ºC dan bisa
menjadi manifestasi klinis awal dari suatu infeksi. Suhu tubuh manusia
dikontrol oleh hipotalamus. Selama terjadinya demam hipotalamus di reset
pada level temperatur yang paling tinggi (Dipiro, 2008).
Batuk merupakan refleks yang terangsang oleh iritasi paru-paru atau
saluran pernapasan. Bila terdapat benda asing selain udara yang masuk atau
merangsang saluran pernapasan, otomatis akan batuk untuk mengeluarkan atau
menghilangkan benda tersebut. Batuk biasanya merupakan gejala infeksi
saluran pernapasan atas (misalnya batuk-pilek, flu) dimana sekresi hidung dan
dahak merangsang saluran pernapasan. Batuk juga merupakan cara untuk
menjaga jalan pernapasan tetap bersih. Ada dua jenis batuk yaitu batuk
berdahak dan batuk kering. Batuk berdahak adalah batuk yang disertai dengan
keluarnya dahak dari batang tenggorokan. Batuk kering adalah batuk yang tidak
disertai keluarnya dahak (Depkes, 2007).
B. Tujuan
1. Melakukan penggalian informasi kepada pasien
2. Memberikan rekomendasi pengobatan sesuai dengan keluhan dan gejala
pasien
3. Memberikan informasi yang tepat kepada pasien baik informasi mengenai
terapi farmakologi maupun non farmakologi
4. Melakukan swamedikasi untuk demam dan batuk

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
1. Batuk
Batuk merupakan refleks yang terangsang oleh iritasi paru-paru atau
saluran pernapasan. Batuk biasanya merupakan gejala infeksi saluran
pernapasan atas (misalnya batuk-pilek, flu) dimana sekresi hidung dan
dahak merangsang saluran pernapasan. Batuk juga merupakan cara untuk
menjaga jalan pernapasan tetap bersih. (Depkes RI, 2007)
2. Demam

Demam bukan merupakan suatu penyakit, tetapi hanyalah merupakan


gejala dari suatu penyakit. Suhu tubuh normal adalah 37˚C. Apabila suhu
tubuh lebih dari 37,2˚C pada pagi hari dan lebih dari 37,7˚C pada sore hari
berarti demam. (Depkes RI, 2007)
B. Epidemiologi
1. Batuk
Batuk adalah masalah pediatric yang paling umum dikelola oleh FPS
dan lebih sering terjadi pada anak-anak prasekolah daripada anak-anak yang
lebih dewasa. 2 dari 3 anak berusia 0-4 tahun mengunjungi FP mereka
setidaknya sekali setahun dengan infeksi saluran pernafasan akut dan
hingga tiga perempat dari mereka mengalami batuk. Sebagian besar batuk
disebabkan oleh infeksi virus akut dan 7% hingga 12% batuk disebabkan
oleh asma. Semua penyebab lain jarrang terjadi. Di Australia 11,4% batuk
anak disebabkan oleh asma, dan hanya 1,2% disebabkan pneumonia, dalam
pengecualian 0,3% karena batuk rejan, semua batuk lainnya adalah akibat
dari infeksi virus akut. (cough management. NCBI. 2011.)
2. Demam
Studi pada bayi dan anak kecil yang mengalami demam telah
mendokumentasikan penurunan dramatis dalam insiden infeksi
Streptococcus Pneumonia dan Haemophilus Influenza tipe b (Hi b) setelah
meluasmya penggunaan imunisasi terhadap organisme ini. Tingkat infeksi
Hib invasive, termasuk meningitis pada anak-anak lima tahun telah
menurun lebih dari 99% sejak 1990-an. Berdasarkan penelitian di Australia
1 dari 20 pasien didiagnosa terkena demam. Bakteri gram negatif adalah
penyebab paling sering Bactaeremia, seperti yang dilaporkan di eropa
sebelumnya. Sedangkan di amerika serikat dan Australia, bakteri gram
positif telah terbukti menjadi penyebab utama sepsis (The Journal of
Medicine, 2011)
C. Patofisiologi
1. Batuk
Batuk dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
a) Infeksi
Produksi dahak yang sangat banyak karena infeksi saluran
pernapasan. Misal flu, bronkhitis, dan penyakit yang cukup serius
meskipun agak jarang yaitu pneumonia, TBC dan kanker paru-paru.
b) Alergi
 Masuknya benda asing secara tidak sengaja ke dalam saluran
pernapasan. Misal : debu, asap, cairan dan makanan.
 Mengalirnya cairan hidung ke arah tenggorokan dan masuk ke
saluran pernapasan Misal : rinitis alergika, batuk pilek
 Penyempitan saluran pernapasan misal pada asma
(Depkes RI, 2007)
2. Demam
Demam umumnya disebabkan oleh infeksi dan non infeksi.
a) Penyebab infeksi antara lain kuman, virus, parasit, atau mikroorganisme
lain.
Contoh : radang tenggorokan, cacar air, campak, dan lain-lain.
b) Penyebab non infeksi antara lain dehidrasi pada anak dan lansia, alergi,
stres, trauma, dan lain-lain.
(Depkes RI, 2007)
D. Tanda dan Gejala
1. Batuk
a) Pengeluaran udara dari saluran pernapasan secara kuat, yang mungkin
disertai dengan pengeluaran dahak
b) Tenggorokan sakit dan gatal
(Depkes RI, 2007)
2. Demam
a) Kepala, leher dan tubuh akan terasa panas, sedang tangan dan kaki
dingin
b) Mungkin merasa kedinginan dan menggigil bila suhu meningkat dengan
cepat
(Depkes RI, 2007)
E. Diagnosa
1. Batuk
 Durasi (akut/kronik)
 Adanya demam/nafas tersenga-senga
 Kualitas dan karakter spectrum
 Batuk temporal/musiman
 Faktor untuk penyakit yang mendasari : paparan lingkungan
 Riwayat medis : riwayat pneumonia berulang dapat
mengindikasikan bronkiektasi
 Obat-obat Ace Inhibitor penyebab batuk kronis
2. Demam
Infeksi yang di diagnosis harus di obati dengan tepat, sirosis asplenia,
penggunaan obat imunosupresif/perjalanan eksotis baru-baru ini mungkin
merupakan pengaturan yang tepat untuk pengobatan empiris. Namun
menahan antipiretik dapat membantu dalam mengevaluasi efektivitas
teurapetik dari antibiotik tertentu/dalam memungkinkan indikasi klinis.
(Horrison Ed 17. 2009)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Batuk
Batuk 3 minggu disebabkan oleh penyakit serius yang membutuhkan
pemeriksaan panjang dan terapi :
 Fototoraks : untuk batuk kronis atau pasien merokok
 Ct scan : untuk menentukan stadium tumor/paru difus
 Spirometri : untuk mendiagnosis adanya obstruksi aliran udara
 Beronkoskopi : untuk menyingkirkan benda asing/mengambil
jaringan
 Monitor ph esophagus : untuk mendiagnosis penyakit refluks
2. Demam
 Pemeriksaan fisis
Keadaan umum dan tanda vital napas cepat kuduk kaku ruam
kulit: makulopapularmanifestasi perdarahan pada kulit: purpura,
petekieselulitis atau pustul kulit cairan keluar dari telinga atau
gendang telinga merah pada pemeriksaan otoskopipucat pada
telapak tangan, bibir, konjungtivanyeri sendi atau anggota
geraknyeri tekan lokal.
 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah tepi lengkap: Hb, Ht, jumlah dan hitung jenis
leukosit, trombositapus darah tepianalisis (pemeriksaan) urin rutin,
khususnya mikroskopi spemeriksaan foto dada (sesuai indikasi)
pemeriksaan fungsi lumbal jika menunjukkan tanda meningitis.
(ICHRG. 2016)
G. Algoritma
1. Batuk
(Horrison ed 17, 2009)
2. Demam
(Horrison ed 17, 2009)
BAB III
METODOLOGI
A. Tanggal dan Waktu
Tanggal : 9 Oktober 2019
Waktu : 08.00
B. Judul Praktikum
“Kasus Swamedikasi Batuk dan Demam”
C. Resep dan Pertanyaan
Pertanyaan :
1. Buatkan draft penggalian informasi
2. Tuliskan informasi yang perlu diberikan kepada pasien baik informasi yang
berhubungan dengan farmakologi dan non farmakologi
BAB IV
PEMBAHASAN
Kasus
Ny. A datang ke apotek untuk membeli obat untuk anaknya usia 2 tahun dengan
BB 15 kg. Ny. A mengatakan bahwa anaknya sejak tadi malam mengalami demam
dengan suhu 39˚C yang disertai batuk berdahak dan pilek. Anak 3 hari yang lalu makan
es krim. Semalam sudah diberikan sanmol sirup 2 cth sebanyak 2 kali dengan jarak
pemberian 4 jam. Namun demam anaknya tidak kunjung turun.
Riyawat penyakit : kejang demam saat umum 1,5 tahun.

SOAP
S (Subyek) O (Obyek)
a. Sejak tadi malam mengalami Demam dengan suhu 39˚C
demam disertai batuk berdahak
dan pilek
b. Semalam diberikan sanmol sirup
2 cth sebanyak 2 kali sehari
dengan durasi 4 jam
c. Riwayat penyakit kejang demam
saat umur 1,5 tahun

A (Assessment) P (Plan)
a. Pemberian obat demam kurang a. Sebaiknya pada obat demam
tepat diberikan dalam bentuk
b. Durasi pemberian sanmol kurang suppositoria karena kenaikan
tepat suhu 38˚C pada anak di bawah
c. Tidak diberikan obat batuk dan lima tahun dapat menimbulkan
pilek kejang (Depkes RI, 2007)
b. Durasi pemberian sanmol
sebaiknya 3 kali sehari 1-2
sendok teh dengan jarak
pemberian 8 jam (ISO vol 50
hlm 46)
c. Sebaiknya diberikan
penambahan obat batuk dan
pilek karena anak disertai batuk
berdahak dan pilek.
Direkomendasikan untuk obat
batuk berdahak dan pilek
menggunakan Triaminic
expectorant karena indikasi obat
untuk meringankan batuk
berdahak dan pilek. Diberikan
3x sehari 1 sendok teh. (ISO vol
50 hlm 460)

Pertanyaan dan Jawaban :


1. Buatkan draft penggalian informasi !
WWHAM ASMETHOD
Who is it for Age-appearance
What are the symptoms Self or someone else
How long have the symptom been Medication
present
Action taken Extra medicine
Medication being taken Time persisting
History
Other symptom
Danger symptom
2. Tuliskan informasi yang perlu diberikan kepada pasien baik informasi yang
berhubungan dengan farmakologi dan non farmakologi !
Farmakologi
a. Khasiat Obat :
 Sanmol untuk meredakan demam
 Triaminic expectorant untuk meredakan batuk berdahak dan pilek
(ISO vol 50)
b. Kontraindikasi
 Sanmol : hipersensitif, gangguan fungsi hati dan ginjal
 Triaminic expectorant : gangguan jantung, DM, digunakan
bersamaan dengan MAOI.
(ISO vol 50)
c. Efek samping :
 Sanmol : dosis besar akan menyebabkan kerusakan hati, pusing,
sakit kepala, mual, muntah, konstipasi
 Triaminic expectorant : mual, muntah, sakit kepala, berkeringat,
rasa haus, takikardia berat, anak kurang dari 2 tahun, lansia, hamil,
menyusui.
Tidak semua pasien akan merasakan efek sampingnya. Perbanyak
meminum air putih untuk mengurangi rasa haus.
(ISO vol 50)
d. Dosis :
 Sanmol : anak-anak 3-4 kali sehari 1-2 sdtk
 Triaminic expectorant : 2-5 tahun 3 kali sehari ½ sdt
(ISO vol 50)
e. Lama penggunaan
 Bila demam tidak berkurang setelah 2 hari harap segera ke dokter
(Depkes, 2007)
 Bila batuk lebih dari 3 hari belum sembuh segera ke dokter (Depkes,
2007)
f. Cara penyimpanan obat
Sebaiknya disimpan di tempat yang terlindung cahaya (seperti kotak
obat) dan dijauhkan dari jangkauan anak-anak. Untuk suppositoria
sebaiknya disimpan pada lemari pendingin.
Non farmakologi :
a. Hindari minum es
b. Minum air putih yang banyak
c. Istirahat yang cukup
d. Hirup uap air panas (dari semangkuk air panas) untuk mencairkan sekresi
hidung yang kental supaya mudah dikeluarkan. Dapat juga ditambahkan
sesendok teh balsam/minyak atsiri untuk membuka sumbatan saluran
pernapasan.
e. Meningkatkan gizi makanan dengan protein dan kalori yang tinggi
f. Makan buah segar yang banyak mengandung vitamin
g. Pada demam periksa suhu tubuh setiap 4 jam.
h. Kompres dengan air hangat
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan kasus diatas maka dapat disimpulkan
bahwa pasien mengalami sakit batuk berdahak disertai pilek dan demam. Jika
demam mengalami kenaikan suhu 38˚C pada anak di bawah lima tahun dapat
menimbulkan kejang sehingga harus diberikan pengobatan secara suppositoria.
Durasi terapi penggunaan sanmol dinaikan menjadi 3 kali sehari 1 sendok teh.
Sementara untuk meringankan batuk berdahak dan pilek dapat diberikan
Triaminic expectorant yang mengandung Pseudoefedrin HCL 15mg,
Guaifenisin 50mg/5 ml. Selain terapi farmakologi maka dapat juga dengan
terapi non farmakologi.
B. Saran
Apabila dalam 2 hari demam tidak kunjung turun dan batuk dalam 3
hari belum sembuh, maka dianjurkan untuk segera ke dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2007. Pedoman konseling pelayanan kefarmasian di sarana kesehatan.
Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 2007. Pedoman Penggunaan Obat Bebas Dan Bebas Terbatas. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 2008. Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan
Memilih Obat Bagi Tenaga Kesehatan. 2008. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Dipiro, J.T., et.Al., 2008. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. Seventh
Edition. Mc-Graw Hill.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik., 2006. Pedoman Penggunaan Obat
Bebas Dan Bebas Terbatas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Fauci, Anthony s. 2009. Harrison’s manual of medicine ed 17th. United states : the mc
graw hill companies.
IAI. 2016. ISO vol 50. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan.
World health organization, 1998. The role of the pharmacist in self-care and self
medication,the hague: world health organization.

Anda mungkin juga menyukai