Anda di halaman 1dari 22

PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT

TEMU KUNCI (Boesenbergiae rhizoma)

Disusun oleh :

Wheny Indrian Yulianti 20120210061


Nursahera Juniati 20120210069
Takaful Pambudi Raharjo 20120210010
Bernandhita Nur Utami 20120210015
Fajar Kharisma 20120210052

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan budaya untuk kembali ke alam (back to nature)


menyebabkan meningkatnya kesadaran masyarakat akan bahaya bahan-bahan kimia
yang terkandung dalam obat-obatan sintetis. Saat ini pola hidup sehat yang akrab
lingkungan telah menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama yang
menggunakan bahan kimia non alami. Pola hidup sehat saat ini telah melembaga
secara internasional yang mengisyaratkan akan jaminan produk makanan dan obat
aman di konsumsi, kandungan nutrisi tinggi dan ramah lingkungan.
Tanaman obat merupakan salah satu unsur penting dalam upaya pelaksanaan
pengendalian kesehatan. Tanaman obat sudah dikenal sejak dahulu dalam pengobatan
tradisional, namun pengunaannya sebagai bahan baku belum dimanfaatkan secara
optimal, sedangkan upaya yang telah dilakukan masih tertuju kepada khasiat dan
kegunaannya saja.
Hal ini didukung oleh kebijakan Departemen Kesehatan RI tentang
pengobatan tradisional seperti yang tercantum dalam UU No 23 tahun 1992 pasal 47
tentang pengobatan tradisional dan dalam Kepmenkes No 1076/SK /VII/2003 tentang
peyelenggaraan pengobatan tradisional yang menggunakan tanaman obat-obatan.
Indonesia sebagai negara kepulauan merupakan kawasan yang kaya dengan keaneka
ragaman hayati. Sampai saat ini telah diketahui sekitar 30.000 jenis tumbuhan yang
tumbuhan liar maupun yang sudah dibudidayakan, sebagai tanaman obat tradisonal.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM, 2003).
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun -
temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat - istiadat, kepercayaan, atau
kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Menurut
penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan
kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkaumasyarakat, baik
harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan

1
karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkab efek samping, karena
masih bisa dicerna oleh tubuh.
Boesenbergia rotunda (L.) dikenal sebagai temu kunci di Indonesia banyak
digunakan sebagai bumbu penyedap masakan dan merupakan obat tradisional yang
mengandung minyak atsiri yang terdiri dari boesenbergin, cardamonin, pinostrobin,
5,7-dimetoksiflavon, 1,8-sineol, dan panduratin. Diketahui bahwa minyak atsiri dari
rimpang temu kunci efektif sebagai antimikroba. Selain itu temu kunci memiliki efek
sebagai antioksidan dan antikanker.
Temu kunci adalah sejenis rempah-rempah yang banyak digunakan dalam
bumbu berbagai masakan Indonesia. Bentuknya agak berbeda dibanding jenis lain
karena tumbuhnya yang vertikal ke bawah. Dengan nama latin Boesenbergiae
rhizoma, temu kunci merupakan satu famili dengan jahe, lengkuas, kunyit dan
sejenisnya.
Dari hasil penelitian, temu kunci diketahui mengandung banyak minyak
atsiri antara lain: sineol, kamfer, d-borneol, d-pinen seskuiterpene, zingiberen,
kurkumin, zedoarin. Selain sebagai bumbu masak, temu kunci juga dikenal memiliki
khasiat untuk mengobati penyakit. Diantaraya sebagai peluruh dahak/untuk
menanggulangi batuk, peluruh kentut, penambah nafsu makan, dan menyembuhkan
sariawan.
B. Tujuan

Tujuan dari pembuatan laporan ini antara lain :

1. Mengenal tanaman temu kunci (Boesenbergiae rhizoma)


2. Memahami teknik budidaya tanaman obat temu kunci (Boesenbergiae
rhizoma)
3. Memahami manfaat dan kandungan dari tanaman temu kunci (Boesenbergiae
rhizoma) sebagai tanaman obat

2
II. POTENSI PENGEMBANGAN

A. Potensi Sumber Daya Manusia

Peneliti obat tradisional dari Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair),


Dr. Mangestuti, MS, Apt., menerangkan khasiat kunyit putih telah dikenal turun
temurun. Sejauh ini uji klinis khasiat kunyit putih baru sebatas pemanfaatan minyak
atsiri untuk gangguan pencernaan. Sementara khasiat untuk kanker, belum ada hasil
penelitian resmi dan saat ini penelitian lebih lanjut sedang dilakukan.
Mangestuti menambahkan, prinsipnya segala jenis akar rimpang memiliki
khasiat yang hampir serupa. Rata-rata tanaman rimpang semacam jahe, kunyit, temu
kunci memiliki kandungan minyak atsiri yang bagus untuk pencernaan, misalnya
sebagai pereda perut kembung, mual, sakit perut.

B. Potensi Sumber Daya Alam

Tanaman ini banyak tumbuh dari daerah tropis dataran rendah. Waktu
berbunganya pada bulan Januari-Februari, April-Juni. Daerah distribusi dan habitat
tanaman ini adalah tumbuh liar pada dataran rendah, di hutan-hutan jati. Tanaman ini
tumbuh baik pada iklim panas dan lembab pada tanah yang relatif subur dengan
pertukaran udara dan tata air yang baik. Pada tanah yang kurang baik tata airnya
(sering tergenang air, atau becek pertumbuhan akan terganggu dan rimpang cepat
busuk). Perbanyakannya temu kunci dapat dilakukan dengan pemotongan rimpang
menjadi beberapa bagian (tiap bagian terdapat paling sedikit 2 mata tunas) dan
penanaman dilakukan pada jarak tanam 3000 cm. Untuk pemanenan, temu kunci
dipanen setelah berumur 1 tahun. Setelah dilakukan pemanenan, dilakukan sortasi
dan dicuci, kemudian dipotong menjadi bagian-bagian yang lebih kecil/tipis dan
dikeringkan di tempat teduh dengan aliran udara yang baik. Untuk jumlah kecil
disimpan dalam wadah tertutup rapat dan kedap cahaya (sebagai penyerap lembab
udara dapat dengan charcoal = karbon aktif).

3
C. Peluang Pasar

Sejak terjadi masa krisis, posisi obat tradisional yang berbahan baku nabati
mulai bisa sejajar dengan obat-obatan modern di pasaran karena harganya relatif
murah. Tren kembali ke alam di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika
makin mempopulerkan pengobatan dan perawatan kesehatan secara natural sehingga
meningkatkan permintaan dunia terhadap bahan baku nabati. Beberapa jenis tanaman
tropis yang berkhasiat obat seperti tanaman temu kunci banyak digunakan untuk
perawatan natural dan hanya bisa tumbuh di daerah tropis Indonesia. Temu kunci
adalah sejenis rempah-rempah yang banyak digunakan dalam bumbu berbagai
masakan Indonesia. Bentuknya agak berbeda dibanding jenis lain karena tumbuhnya
yang vertikal ke bawah. Dengan nama latin Boesenbergiae rhizoma, temu kunci
merupakan satu famili dengan jahe, lengkuas, kunyit dan sejenisnya.
Dari hasil penelitian, temu kunci diketahui mengandung banyak minyak
atsiri antara lain: sineol, kamfer, d-borneol, d-pinen seskuiterpene, zingiberen,
kurkumin, zedoarin. Selain sebagai bumbu masak, temu kunci juga dikenal memiliki
khasiat untuk mengobati penyakit diantaranya sebagai peluruh dahak/untuk
menanggulangi batuk, peluruh kentut, penambah nafsu makan, menyembuhkan
sariawan dan lainnya.

D. Kebijakan

Secara umum kebijakan pengembangan tumbuhan obat di Indonesia ditujukan


untuk pemanfaatan sumber daya alam tum¬buhan obat lainnya secara optimal bagi
pembangunan kesehatan sekaligus pembangunan industri obat tradisional dengan
tetap menjaga kelestarian sumber daya alam tersebut. Strategi pengembangan
tumbuhan obat dilakukan dengan pendekatan asas manfaat, asas legalitas secara
komprehensif terpadu dari hulu ke hilir dengan melibatkan semua pihak terkait yang
mencakup unsur pemerintah, industri, petani, pendidik, peneliti dan praktisi

4
kesehatan. Semua kegiatan pengembangan tumbuhan obat berbasis pada lima pilar
program pengembangan tumbuhan obat yaitu :

1. Pemeliharaan mutu, keamanan dan kebenaran khasiat


2. Keseimbangan antara suplai dan permintaan (demand)
3. Pengembangan dan kesinambungan antara industri hulu, industri antara, dan
industr hilir
4. Pengembangan dan penataan pasar, termasuk penggunaan pada pelayanan
kesehatan
5. Penelitian dan pendidikan.

E. Hambatan

Hambatan yang dihadapi dalam produksi temu kunci antara lain:


1. Dalam penyediaan bahan tanam, bibit yang dipakai untuk budidaya temu kunci
masih kurang sehingga untuk mengembangkannya masih terkendala.
2. Kurangnya teknologi budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran produk hasil
dari tanaman temu kunci. Sehingga masyarakat belum banyak mengenal
tanaman temu kunci.
3. Kurangnya pengetahuan khasiat temu kunci oleh masyarakat sehingga belum
banyak masyarakat yang menggunakan tanaman temu kunci sebagai obat.
Masyarakat belum mengetahui cara memanfaatkan secara langsung tanaman
temu kunci sebagai obat herbal.
4. Kurangnya minat petani untuk membudidayakan tanaman temu kunci untuk
komoditas utama yang mereka tanam, hal ini dikarenakan tidak adanya
penjaminan pembelian hasil tanaman temu kunci.

F. Solusi

Sebagai tanaman obat yang memiliki khasiat bagi kesehatan, temu kunci
seharusnya dikembangkan agar dapat dimanfaatkan bagi pengobatan di Indonesia.

5
Dari berbagai hambatan yang ada maka diperlukan beberapa penyelesaiannya
diantaranya adalah:

1. Perlu adanya pembinaan dan pembelajaran secara berkelanjutan kepada


masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang tanaman temu kunci
sehingga dapat mengubah pola pikir masyarakat untuk memanfaatkan
pekarangan untuk budidaya tanaman obat (temu kunci).
2. Perlu adanya pengembangan teknologi pengolahan hasil oleh industri farmasi
sehingga tanaman temu kunci dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal yang
mudah didapatkan dan dikonsumsi.
3. Perlu adanya peningkatan dan pengembangan tanaman obat (temu kunci) dengan
diadakannya kerjasama antara petani, pemerintah dan industri farmasi sehingga
tercipta penanganan dari hulu sampai hilir yang terkoordinasi.
4. Adanya penjaminan hasil tanaman temu kunci dari petani untuk dimanfaatkan
sebagai olahan obat herbal atau adanya kerjasama antara Gapoktan dengan
industri tanaman.

6
III. TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN

A. Botani Temu Kunci

1. Klasifikasi tumbuhan

Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Boesenbergia
Spesies : Boesenbergia pandurata

2. Morfologi Tanaman

Morfologi tanaman temu kunci disajikan pada Gambar 1. sebagai berikut :

Gambar 1. Temu Kunci

Temu kunci berperawakan herba rendah, merayap di dalam tanah. Dalam


satu tahun pertumbuhannya 0,3-0,9 cm. Batangnya merupakan batang asli di dalam
tanah sebagai rimpang, berwarna kuning coklat, aromatik, menebal, berukuran 5-30 x

7
0,5-2 cm. Batang di atas tanah berupa batang semu (pelepah daun). Daun tanaman ini
pada umumnya 2-7 helai, daun bawah berupa pelepah daun berwarna merah tanpa
helaian daun. Tangkai daun tanaman ini beralur, tidak berambut, panjangnya 7-16
cm, lidah-lidah berbentuk segitiga melebar, menyerupai selaput, panjang 1-1,5 cm,
pelepah daun sering sama panjang dengan tangkai daun; helai daunnya tegak, bentuk
lanset lebar atau agak jorong, ujung daun runcing, permukaan halus tetapi bagian
bawah agak berambut terutama sepanjang pertulangan, warna helai daun hijau muda,
lebarnya 5-11 cm.

Bunga tanaman ini berupa susunan bulir tidak berbatas, di ketiak daun,
dilindungi oleh 2 spatha, panjang tangkai 41 cm, umumnya tangkai tersembunyi
dalam 2 helai daun terujung. Kelopak bunganya 3 buah lepas, runcing. Mahkota
bunganya 3 buah, warnanya merah muda atau kuning-putih, berbentuk tabung 50-52
mm, bagian atas tajuk berbelah-belah, berbentuk lanset dengan lebar 4 mm dan
panjang 18 mm. Benang sarinya 1 fertil besar, kepala sarinya bentuk garis membuka
secara memanjang. Lainnya berupa bibir-bibiran (staminodia) bulat telur terbalik
tumpul, merah muda atau kuning lemon, gundul, 6 pertulangan, dan ukurannya 25×7
cm. Putik bunganya berupa bakal buah 3 ruang, banyak biji dalam setiap ruang
(Plantus, 2008).

B. Syarat Tumbuh

Tanaman temu kunci tumbuh subur pada iklim panas sekitar 28-300C dan
kelembapan sedang serta penyinaran sedang. Tanah yang relatif subur seperti latosol,
andosol, aluvial dengan tekstur lempung berliat, lempung berpasir, lempung merah,
lateristik, pertukaran udara dan drainasenya baik. Tanaman ini dapat tumbuh subur
pada ketinggian tempat 1 m – 1.200 m di atas permukaan laut. Curah hujan tahunan
2.500 mm – 4.000 mm/tahun. Bulan basah (di atas 100 mm/bulan), serta kedalaman
air tanah diatas 50 cm-100 cm dari permukaan tanah, kedalaman perakaran di atas 10
cm- 30 cm dari permukaan tanah, kemasaman (pH) 6-7, dan kesuburan sedang-tinggi.

8
C. Persiapan Media Tanam

Tanaman temu kunci tumbuh liar pada dataran rendah, di hutan-hutan jati.
Tanaman ini tumbuh baik pada iklim panas dan lembab pada tanah yang relatif subur
dengan pertukaran udara dan tata air yang baik. Penyiapan lahan untuk budidaya
tanaman temu kunci yaitu mengolah tanah menggunakan cangkul dengan kedalaman
30 cm, lalu diberikan pupuk kandang 15 ton - 25 ton/hektar. Bedengan untuk
budidaya temu kunci memiliki ukuran tinggi 20 cm - 30 cm, lebar 80 cm - 100 cm
dan panjangnya disesuaikan, diamkan selama 3 hari, untuk mengurangi tingkat
keasaman tanah. Menurut Fukuoka (1985) pembajakan tanah akan merusak udara,
air, dan nutrisi di dalam tanah yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan tanaman.

D. Penyiapan Bibit

Tanaman temu kunci banyak tumbuh dari daerah tropis dataran rendah. Waktu
berbunganya pada bulan Januari-Februari dan April-Juni. Dalam hal
membudidayakan tanaman temu kunci dapat dilakukan melalui mata tunas, untuk
tanaman temu kunci yang sudah tua akan memiliki satu mata tunas. Cara
membudidayakan tanaman ini adalah mengambil tunas rimpangnya dan pisahkan dari
induknya yang terdapat akar, dan dipisahkan dari induknya. Cara perbanyakan
tanaman temu kunci yaitu dengan pemotongan rimpang menjadi beberapa bagian
(tiap bagian terdapat paling sedikit 2 mata tunas). Ukuran bibit rimpang memiliki 3
mata tunas, panjang 3 cm - 7 cm, dan berat 25 g – 80 g tiap rimpang.

E. Penanaman

Tanaman temu kunci sangat mudah menanamnya, bisa ditanam di pot atau
langsung ditanam di tanah. Penanaman temu kunci dalam pot dilakukan dalam pot
berdiameter 40- 50 cm yang berisi dan telah tercampur dengan sekam serta pupuk
kandang. Sedangkan penanaman temu kunci pada lahan yaitu menanam anakan
pohon kunci ke dalam lubang dan menutup tanah bercampur sekam dan pupuk.

9
Pemberian pupuk bertujuan untuk menambah nutrisi dalam tanah sebaiknya berupa
pupuk alam atau pupuk organik berasal dari sampah dapur, humus, serasah daun, atau
tanaman lainnya yang telah melalui proses penguraian oleh bakteri. Jarak tanam
dalam budidaya tanaman temu kunci yaitu 30x30 cm.

F. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman temu kunci meliputi penyiangan, pemupukan,


pengendalian hama dan penyakit serta penyiraman. Apabila tidak hujan, lakukan
sistem leb untuk pengairan (genangi bedengan dengan air). Tanah yang sering
tergenang air atau "becek" pertumbuhannya akan terganggu dan rimpang cepat busuk.
Penyulaman dilakukan 2 minggu setelah penanaman ketika ada tanaman yang mati.
Pembumbunan dilakukan ketika akar atau rimpang terlihat muncul di permukaan.
Penyiangan dilakukan sesuai dengan kebutuhan, dan dijaga jangan sampai
mengganggu perakaran tanaman terutama pada pertanaman muda yaitu hingga
berumur 3 – 4 bulan secara manual. Sebagai pupuk dasar digunakan pupuk kandang
berkisar 10-25 ton/ha, diberikan 1 – 2 minggu sebelum tanam. Pupuk buatan; 200 –
400 kg Urea/ha dengan 2 kali pemberian yaitu pada 1 dan 3 bulan setelah tanam, 100
– 150 kg SP-36/ha dan 80 – 100 kg KCl/ha tergantung lokasi dan kondisi kesuburan
tanah (Santoso, et al., 1989).

Pengendalian hama penyakit pada tanaman tanaman dengan cara memotong


dan membakarnya agar tidak menular (biasanya hama berupa ulat Kerana diocles).
Penyemprotan dilakukan ketika serangan hama sudah meluas, sebaiknya
menggunakan pestisida nabati seperti ekstrak daun sirsak serbuk biji mimba yang
dicampur dengan ekstrak brotowali. Penyemprotan dilakukan saat pagi (sebelum
matahari terbit) atau sore hari.

G. Pemanenan

Waktu panen rimpang tergantung dari asal benih rimpang apabila:

10
1. Benih berasal dari rimpang induk. Untuk dijadikan benih sebaiknya rimpang
berasal dari tanaman yang telah cukup tua umurnya ditandai dengan
menguningnya daun biasanya berumur 8–12 bulan, dari induk rimpang cukup
baik untuk dijadikan benih.
2. Benih berasal dari rimpang cabang. Sebaiknya dari penanaman yang dipanen
umur 20–24 bulan. Tanaman yang telah menguning daunnya tidak langsung
dipanen, tapi dibiarkan tumbuh kembali. Setelah mengalami pengguguran
daun yang kedua tanaman baru dipanen.

Cara panen yang baik adalah dengan menggunakan garpu agar rimpang tidak
rusak. Rimpang dibersihkan dari tanah dan akar setelah dikeringkan beberapa hari.
Walaupun umur panen sudah memenuhi persyaratan namun masih ada bagian yang
terlalu muda dan tidak baik untuk dijadikan benih yaitu bagian rimpang dari
pertumbuhan terakhir. Hal ini dapat dikenali dari rimpang yang sudah mengalami
penyimpanan ditandai dengan berkerutnya kulit rimpang.

H. Pasca Panen

Rimpang yang sudah bersih dilakukan kering anginkan hingga kering dari
air. Penjemuran hasil irisan rimpang paling baik dilakukan di atas anyaman bambu
(widig) yang ditaruh di atas rak setinggi 1 m. Ukuran widig, lebar 1,5 m. dengan
panjang sekitar 6 m. Penjemuran dengan wadah demikian akan menghasilkan kualitas
rimpang kering paling baik. Setiap 2-3 jam, harus dilakukan pembalikan
(pengadukan), agar proses pengeringan berlangsung lebih cepat dan kualitas umbi
kering lebih baik. Untuk memperoleh irisan rimpang kering dengan kadar air 15%,
diperlukan waktu pengeringan sekitar tiga hari dalam cuaca terik. Namun, agar kadar
air mencapai 10%, rimpang kering tersebut perlu dikeringkan lagi dengan dryer. Baik
dryer dengan sumber panas matahari, kayu, minyak bakar maupun listrik. Rimpang
kering ini bisa langsung dipasarkan. Setelah dilakukan pemanenan, dilakukan sortasi

11
dan dicuci, kemudian dipotong menjadi bagian-bagian yang lebih kecil/tipis dan
dikeringkan di tempat teduh dengan aliran udara yang baik.

Ada dua kualitas irisan rimpang kering. Pertama, rimpang diiris langsung
tanpa dikupas. Kedua, rimpang dikupas dan dicuci baru kemudian diiris. Irisan
rimpang yang dikupas ini, langsung dijemur sampai kering. Harga irisan rimpang
kering kupasan, lebih tinggi dibanding dengan yang tidak dikupas. Pengupasan
rimpang temu-temuan, paling tepat dilakukan dengan pisau yang terbuat dari bambu.
Tujuannya, agar diperoleh kupasan yang relatif bersih, namun daging umbi tidak ikut
terpotong. Sebab yang akan dibuang dari permukaan rimpang hanyalah kulit ari tipis.
Pengupasan dengan pisau akan potensial membuang daging umbi cukup banyak.
Untuk jumlah kecil disimpan dalam wadah tertutup rapat dan kedap cahaya (sebagai
penyerap lembab udara dapat dengan "charcoal" atau karbon aktif).

12
IV. MANFAAT TEMU KUNCI

A. Kegunaan Keseluruhan Tumbuhan

Secara umum, masyarakat menggunakan rimpang temu kunci sebagai


peluruh dahak atau untuk menanggulangi batuk, peluruh kentut, penambah nafsu
makan, menyembuhkan sariawan, bumbu masak, dan pemacu keluarnya Air Susu Ibu
(ASI). Minyak atsiri rimpang temu kunci (Boesenbergia pandurata) juga berefek pada
pertumbuhan Entamoeba coli, Staphyllococus aureus dan Candida albicans; selain itu
dapat berefek pada pelarutan batu ginjal kalsium secara in vitro. Perasan dan infusa
rimpang temu kunci memiliki daya analgetik dan antipiretik. Di samping itu dapat
mempunyai efek abortivum, resorpsi dan berpengaruh pada berat janin tikus. Ekstrak
rimpang yang larut dalam etanol dan aseton berefek sebagai antioksidan pada
percobaan dengan minyak ikan sehingga mampu menghambat proses ketengikan.
Dari penelitian lain diperoleh informasi bahwa ekstrak rimpang temu kunci dapat
menghambat bakteri isolat penyakit Orf (Ektima kontagiosa) (Plantus, 2008).

Selain di Indonesia, ternyata negara lain juga banyak yang memanfaatkan temu
kunci. Di Thailand, rimpang temu kunci biasa digunakan sebagai bumbu masak.
Selain itu, tanaman ini juga telah digunakan sebagai obat aprodisiac, disentri,
antiinflamasi, kolik, serta untuk menjaga kesehatan tubuh. Di Malaysia, rimpang
temu kunci digunakan sebagai sebagai obat sakit perut dan dekoksi pada wanita
pasca melahirkan. Pemanfaatan bagian tanaman temu kunci telah disajikan pada
Gambar 2. sebagai berikut :

13
Gambar 2. Pemanfaatan Tanaman Temu Kunci
Pemanfaatan bagian tanaman temu kunci secara rinci telah disajikan pada tabel
1. sebagai berikut :
Tabel 1. Pemanfaatan Tanaman Temu Kunci
Nama Bagian yang Kandungan
tanaman dimanfaaatkan Khasiat
bahan aktif Pengolahan
(Indonesia sebagai bahan
dan Latin) obat

Temu Rimpang dan Minyak Atsiri Penangkal 1. Penangkal masuk angin


Kunci daun (Borneol, masuk angin atau Kupas dua-tiga
(Boesenbe Kamfer, menghangatkan tubuh, rimpang, dicuci bersih dan
rgiae Sineol, merangsang keluarnya dimakan dengan garam
rhizoma) Etilalkoho) gas dalam tubuh, secukupnya. Selanjutnya
meluruhkan dahak minumlah satu gelas air
atau pembersih putih dan satu sendok makan
tenggorokan, madu agar sedikit manis
menghilangkan lendir (Dua kali sehari)
yang menyumbat
hidung, pereda panas

14
dalam, dan 2. Pereda panas dalam
menghangatkan.
Ambil dan cuci bersih
badan, membantu
empat rimpang temu kunci
mengeluarkan gas dari
seukuran jari atau kurang
perut, mengurangi
lebih 10 gram, potong kecil-
rasa gatal, penambah
kecil. Campurkan dengan
nafsu makan,
500 cc air lalu rebus' hingga
penambah stamina
mendidih. Setelah hangat
alami
dapat ditambahkan irisan
jeruk nipis.
Cara lain, 15 gram rimpang
temu kunci direbus,
kemudian ditambah 2 sendok
makan madu atau 25 gram
daun kumis kucing segar.
3. Penangkal masuk angin
15 gram temu kunci
(kurang lebih 5 rimpang), 1
sendok teh adas, dan 2 jari
pulasari, dihaluskan lalu
digosokkan pads bagian
perut, lakukan 1 sampai 2
kali sehari.
Cara lain, 5 gram temu
kunci dan daun temu kunci
secukupnya ditumbuk hingga
halus lalu ditempelkan pada
perut sebagai tapal.

15
Satu lagi dan lumayan
praktis adalah dengan
mengambil 23 rimpang temu
kunci seukuran jari yang
telah dicuci bersih. Kupas
hingga bersih dan dimakan
dengan garam secukupnya.
Selanjutnya minumlah satu
gelas air putih dan 1 sendok
makan madu agar sedikit
manis. Cara ini dapat
dilakukan hingga dua kali
dalam sehari.

Pati, saponin, Membersihkan diri Campurkan empat rimpang


dan selepas bersalin atau temu kunci seukuran jari
flavonoid. melahirkan karena dengan 50 gr temulawak.
dapat melancarkan Setelah ditumbuk, dicampur
peredaran darah dan air, lalu peras. Agar tidak
menambah darah, terlalu hambar, air
sekaligus perasannya dapat ditambah
mengembalikan sedikit madu, diminum
kebugaran tubuh. segelas sehari.

B. Aspek Kimia

Aspek kimia dan produksi meliputi senyawa kimia yang terkandung didalam
temu kunci (nama dan struktur kimia), produk yang sudah dijual dipasaran yang

16
mengandung tumbuhan ini, standar kualitas simplisia dan ekstrak (kebenaran bahan<
kemurnian bahan dan kadar senyawa marker), Aspek yg dirujuk.

1. Senyawa Kimia Yang Terkandung Didalamnya


a. Minyak atsiri (terdiri dari kamfer, sineol, metil sinamat, dan hidromirsen)
b. d-borneol
c. d-pinen sesquiterpen
d. Kurkumin
e. Tannin
f. Saponin
g. Flavonoid

2. Produk Yang Sudah Dijual Dipasaran

Contoh produk obat dari tanaman temu kunci yang sudah dijual dipasaran,
disajikan pada gambar 3. sebagai berikut :

Gambar 3. Produk Temu Kunci

Komponennya adalah Kayu Rapet dan Temu Kunci. Gabungan kedua ramuan
ini bekerja secara sinergis untuk mengatasi keputihan dengan menghambat
pertumbuhan jamur penyebab keputihan dan mengurangi rasa nyeri pada masa haid.
Kayu Rapet juga berkhasiat merapatkan kembali bagian kewanitaan. Minyak

17
esesialnya berkhasiat mengurangi rasa nyeri atau kejang haid serta melancarkan dan
menjaga stamina wanita selama masa haid. Aromanya yang khas mampu menjaga
keharuman bagian kewanitaan, sehingga wanita menjadi lebih percaya diri.

18
DAFTAR PUSTAKA

Gusmaini, M. Yusron, dan M. Januwati. 2004. Teknologi Perbanyakan Benih Sumber


Temu Mangga. https://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/budidaya-temu-
mangga/gusmaini/. Diakses tanggal 10 Desember 2015.

Hieronymus Budi Santoso. 1989. Tanaman Obat Keluarga.


https://books.google.co.id/books?id=LYq5DRNkM2cC&pg=PA73&lpg=PA7
3&dq=syarat+tumbuh+temu+kunci&source=bl&ots=u5iTDyPxNS&sig=yaW
RutnaT5Cu77Qy3a54_E0eSX0&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiM9Nz1vt3JA
hVLI44KHZZ5DtgQ6AEITjAI#v=onepage&q=syarat%20tumbuh%20temu%
20kunci&f=false Diakses tanggal 9 Desember 2015.

Kirana, C., Jones, G.P., Record, I.R., and McIntosh, G.H. 2006. Anticancer Properties
of Panduratin A Isolated from Boesenbergia Pandurata (Zingiberaceae),
Journal of Natural Medicine, 61:131-137.
http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=166 Diakses tanggal 10 Desember
2015.

Razuna. 2012. Temu hitam (Makalah kuliah agribisnis).


https://nikku92.wordpress.com/2012/10/11/temu-hitam-makalah-kuliah-
agrobisnis/ Diakses tanggal 11 Desember 2015.

Senior. 2006. Temu Kunci, Rimpang Pereda Sariawan dan Masuk Angin.
http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Natural+Healing&y
=cybermed|10|0|3|100 Diakses tanggal 9 Desember 2015.

19
Dari hasil diskusi kelas yang telah dilaksanakan ada beberapa pertanyaan dan
masukan untuk makalah ini yaitu :

1. Manfaat yang ada pada temu kunci sendiri ada pada rimpang dan daunnya.
Bagaimana penanganan panen dan pascapenen untuk daun temu kunci?
2. Pada pengembangan temu kunci di Indonesia sudah dimanfaatkan sampai
sejauh mana dan apa manfaatnya?

Dari dua pertanyaan tersebut dapat kami jawab sebagai berikut :

Penanganan panen dan pascapanen rimpang dengan daun tentu berbeda. Pada
umur panen pun juga berbeda. Kriteria daun yang digunakan adalah daun yang masih
segar namun untuk umur panen daun sendiri belum ada literatur yang kami temukan.
Penanganan pascapanen daun temu kunci yaitu adanya penyortiran antara daun yang
segar, busuk, kering serta menghilangkan kotoran yang terbawa saat pemanenan.
Tahap kedua yaitu pencucian dengan air bersih dan mengalir setelah dicuci kemudian
ditiriskan. Setelah itu perajangan atau diiris menggunakan pisau atau alat perajang
yang bersih kemudian hasil irisan atau rajangan tersebut dikeringkan. Pengeringan
dapat dilakukan dengan sinar matahari langsung ataupun dengan blower atau oven.
Pengeringan dengan sinar matahari langsung dilakukan dengan cara rajangan/ irisan
daun dihamparkan di atas alas pengering dengan ketebalan tumpukan 3-4 cm dan
ditempatkan pada rak pengeringan kemudian ditutup dengan kain hitam. Selama
pengeringan dilakukan pembalikan agar proses pengeringan merata. Pengeringan ini
dilakukan sampai bahan mencapai kadar air <10 % dengan ditandai jika daun diremas
akan hancur. Jika menggunakan oven tumpukan daunnya 3-4 cm dan suhu maksimal
oven adalah 50°C.

Di Indonesia pengembangan tanaman obat Temu Kunci digunakan dalam


bentuk kapsul. Biasanya tanaman temu kunci baik rimpang ataupun daun digunakan
untuk campuran obat – obat herbal. Sebagian besar masyarakat di Thailand

20
menggunakan rimpang temu kunci sebagai rempah – rempah atau bumbu masakan.
Jika di Indonesia sendiri temu kunci dimanfaatkan untuk peluruh dahak atau untuk
menanggulangi batuk, peluruh kentut, penambah nafsu makan, menyembuhkan
sariawan, bumbu masak, dan pemacu keluarnya Air Susu Ibu (ASI) dan masih
banyak lagi manfaat temu kunci yang digunakan sebagai obat.

21

Anda mungkin juga menyukai