Anda di halaman 1dari 11

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia terletak di daerah khatulistiwa yang mempunyai tipe hutan

hujan tropika yang dikenal cukup unik dan merupakan salah satu komunitas yang

kaya akan keanekaragaman jenis tumbuhan di dunia. Indonesia memiliki ± 30.000

jenis tumbuhan dan ± 7.000 jenis bekhasiat obat (90% jenis tumbuhan obat

dikawasan Asia). Selain itu, Indonesia juga diakui sebagai salah satu bagian dunia

yang masih menyisakan kehidupan liar sebagai gudang keanekargaman plasma

nutfah untuk memenuhi kebutuhan manusia masa kini maupun masa yang akan

datang (zuhud,dkk).

Tanaman obat sudah seumur dengan peradaban manusia. Tumbuhan

adalah gudang yang memiliki sejuta manfaat termasuk untuk obat berbagai

penyakit. Pengetahuan tentang tumbuhan obat mulai dari jenis tumbuhannya,

bagian yang digunakan dan kemampuan meracik tumbuhan berkhasiat obat dan

jamu merupakan warisan turun menurun dan mengakar kuat dimasyarakat.

Tumbuhan yang merupakan bahan baku obat tradisional tersebut tersebar

diseluruh wilayah Indonesia.

Akan tetapi karena kehidupan modern yang memiliki kebiasaaan yang

tidak sehat seperti makanan yang siap saji, sehingga banyak dampak yang kurang

baik dari makanan tersebut, seperti terdapat pengawet pada makanan siap saji.

Dengan demikian manusia akan lebih mudah terkena suatu penyakit, ketika sakit

banyak diantaranya yang pergi ke dokter dan dokter menggunakan obat berbahan

1
kimia. Tapi, disisi lain karena masyrakat masih ada yang kekurangan dana

ataupun memiliki rumah yang lokasinya masih jauh dari pusat kesehatan dan

masyrakat masih mempercayai bahan alami sehingga masih banyak masyrakat

yang mmasih menggunakan tumbuhan obat dan banyak tanaman obat yang

ditanam di pekarangan rumah dan dipakai oleh masyarakat karena tidak banyak

mengndung efek samping yang didapatkan oleh pengguna tanaman obat.

Hakekatnya pengobatan tradisisonal di Indonesia merupakan bagian kebudayaan

bangsa Indonesiayang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya secara lisan

atau tulisan. Karena itu kepercayaan terhadap obat tradisional dapat terus

bertahan, walaupun praktek-praktek biomedik kedokteran mengalami

perkembangan dalam hal ini dibuktikan dengan usaha masyrakat untuk

menjangkau pemenuhan kesehatan melalui pusat kesehatan masyarakat

puskesmas.

Taman Wisata Alam Wera merupakan salah satu tempat wisata alam yang

dapat dikatakan sukses untuk menjadi salah satu contoh pengembangan

konservasi dengan metode wisata alam, karena memiliki potensi wisata yang

berupa air terjun dan panorama alam yang indah dengan keanekaragaman flora

dan fauna yang beragam. Masyrakat sekitar hutan Taman Wisata Alam Wera

memiliki suatu cara tertentu dalam memanfaatkan sumberdaya yang tersedia

untuk menjaga kelangsuangan hidupnya, salah satunya ialah pengetahuan

tradisional akan pemanfaatan berbagai jenis tumbuhan yang berkhasiat obat yang

diwariskan secara turun temurun.

2
1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana potensi dan pemanfaatan

tanaman obat meniran (Phyllanthus niruri) di Taman Wisata Alam Wera?

1.3 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi dan


pemanfaatan jenis tumbuhan obat meniran (Phyllanthus niruri) di kawasan Taman
Wisata Alam Wera. Kegunaan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran
dan informasi tentang potensi dan pemanfaatan jenis tumbuhan obat meniran
(Phyllanthus niruri) di kawasan Taman Wisata Alam Wera.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Obat

Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang hidup di alam bebas dan

dipelihara, yang masih memiliki kemurnian jenisnya dan memberikan manfaat

langsung atau tidak langsung kepada manusia. Indonesia memiliki 30.000 jenis

tumbuhan obat, diantaranya sudah diketauhui memiliki zat aktif. Termasuk 800

jenis sudah menjadi ramuan obat-obatan yang telah menunjukkan khasiatnya pada

pengobatan penyakit. Sebagian besar tumbuhan obat dimanfaatkan oleh industri

farmasi, industri jamu, industri kosmetik dan diekspor ke manca negara

(Zuhud,1994).

Definisi obat tradisional menurut undang-undang No.23 tahun 1992 adalah

bahan atau ramuan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral atau

campuran dari bahan-bahan tersebut secara turun-temururn telah digunakan untuk

pengobatan berdasarkan pengalaman obat tradisional telah dikenal dan banyak

digunakan turun temururn oleh masyarakat. Pemanfaatan obat tradisional telah

diutamakan sebagai upaya preventif untuk menjaga kesehatan. Selain itu, ada pula

yang mengunakannya untuk pengobatan suatu penyakit.

4
Popularitas dan perkembangan obat tradisional kian meningkat, semakin

banyaknya industri jamu dan industri farmasi yang memproduksi obat tradisional.

Industri-industri tersebut berlomba-lomba memproduksi obat tradisional secara

modern, namun masih banyak industri rumah tangga yang membuat obat

tradisional secara sederhana, . mereka menerapkan ressep-resep kuno yang

dipercaya bermanfaat bagi kesehatan (karatasoepoetra, 1992).

Tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat dapat dikelompokan menjadi 3

kelompokyaitu :

 Tumbuahn obat tradisional merupakan tumbuhan yang diketahui

atau dipercaya masyarakat memiliki khasiat obat dan telah

digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.

 Tumbuhan obat modern merupakan tumbuhan yang secara ilmiah

mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat

dan penggunannya dapat dipertanggung jawabkan secara medis.

 Tumbuhan obat potensial merupakan tumbuhan yang diduga

memiliki senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat tetapi

belim dibuktikan penggunannya secara ilmiah.

Tumbuhan obat berasal dari alam, keberadaannya lepas dari campur

tangan manusia dan murni sebagai produk alam (Zuhud,2002).

Tumbuhan obat tradisional di Indonesia mempunyai peran yang sanagat

penting terutama bagi masyarakat didaerah pedesaan yang fasilitas kesehatannya

masih sangat terbatas. Nenek moyang kita mengenal obat-obatan tradisional yang

5
baerasal dari tumbuhan di sekitar pekarangan rumah maupun yang tumbuh liar

disemak belukar dan hutan-hutan. Masyarakat sekitar kawasan hutan

memanfaatkan tumbuhan obat yang ada sebagai bahan baku obat-obatan

berdasarkan pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan obat yang diwariskan

secara turun-temurun (Hidayat dan Hardiansyah,2012).

2.2 Taman Wisata Alam Wera

Kawasan Taman Wisata Alam Wera ditunjuk sebagai kawasan konservasi

berdasarkan surat keputusan Mentri Pertanian Nomor 843/Kpts/UM/11/1980

tanggal 25 November 1980 seluas 250 Hektar dan berdasarkan surat keputusan

Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah nomor 757/Kpts-II/199 TANGGAL 23

September 1999 seluas 406 Hektar, menurut administrasi pemerintah TWA Wera

termasuk di dalam wilayah desa Balumpewa, Kecamatan Dolo Barat Kabupaten

Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Sedangkan menurut administrasi pengelolaannya

berada dibawah wilayah Seksi Wilayah 1 Pangi Bunangga, Balai Konservasi

Sumber Daya Alm Sulawesi Tengah.

Dalam peraturan pemerintah No.68 tahun 1998 dikatakn bahwa sssuai

dengan fungsinya, Taman Wisata Alam dapat dimanfaatkan untuk keperluuan :

1. Pariwisata alam dan rekreasi

2. Penelitian dan pengembangan ( kegiatan dapat berupa karya


wisata, widya wisata, dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian serta
peragaan dokumentasi tentang potensi kawasan wisata alam
tersebut).

3. pendidikan, dan kegiatan penunjang budidaya.

6
Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan turun temurun

olehmasyrakat. Umumnya, pemanfaatan obat tradisisoanal tlebih diutamakan

sebagai upaya preventif untuk menjaga kesehatan. Selain itu, Ada pula yang

menggunakannya untuk pengobatan suatu penyakit (Kartasapoetra,1992).

2.3 Karakteristik Tanaman Obat Meniran

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Bulan Jnuari sampai dengan Bulan

februari 2020 di kawasan Hutan Taman Wisata Alam Wera, Desa Balumpewa,

Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

 Spritus digunakan untuk pengawetan sampel


 Tali Rafia digunakan untuk membuat plot
 Label gantung untuk mencatat nama ilmiah dan nama lokal dari jenis
tumbuhan obat yang diambil.
 Koran untuk membungkus spesimen yang diawetkan dan jenis tumbuhan
obat yang dijumpai pada Kawasan Taman Wisata Alam Wera.

Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

7
 GPS (Global Positioning Sistem) untuk pengambilan titik
 Kamera untuk mengambil dokumentasi
 Gunting stek digunakan untuk mengambil spesimen
 Buku panduan untuk mengetahui jenis tumbuhan obat

3.3 Metode Peneitian

Penelitian ini menggunakan Petak-petak pengamatan yang dibuat

berukuran 2 m x 2 m untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah. Bentuk dan

ukuran petak pengamatan pada setiap garis rintis dapat dilihat pada gambar

dibawah.

2m

Arah rintis

2m

Gambar 1. Bentuk dan ukuran petak ukur

Kriteria untuk menentukan tingkat pohon, tiang, pancang, dan semai

digunakan kriteria secara umum meneurut Wyatt dan Smith (1963) yaitu :

1. Semai adalah permudaan yang dimulai berkecambah dengan tinggi 1,5 m.

2. Pancang adalah permudaan yang berukruan tinggi lebih dari 1,5 m, dengan

diameter dibawah 10 cm.

8
3. Tiang adalah pohon muda yang berdiameter 10 cm sampai 20 cm.

4. Pohon adalah yang mempunyai diameter diatas 20 cm.

3.4 Analisis Data

- Komposisi Jenis

Fachrul (2007), komposisi ekosistem tumbuhan dapat diartikan variasi

jenis flora yang menyusun suatu komunitas, komposisi jenis tumbuhan merupakan

daftar floristik dan jenis tumbuhan yang ada dalam suatu ekosistem. Dari hasil

pengamatan dan inventarisasi di lapangan kemudian dilakukan pengelompokan

menurut jenis/kelompok jenis tumbuhan obat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999. Panduan kehutanan Indonesia.


Departemen Kehutanan dan Perkebunan RI, Jakarta.

Fachrul, M.F.2007. Metode Sampling Bioekologi. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Heri, 2007. Tanaman Obat Tradisional, Titian Ilmu, Bandung.

Soeputra K.G., 1992. Budidaya Tumbuhan Berkhasiat Obat. PT. Rineka

Cipta

Sari, K..R.O.L., 2006. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tradisional Dengan

Pertimangan Manfaat dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol

3 (1) : 01 – 07

Soediarto., 1980. Teknik Budidaya Tanaman Obat. LTPI Bogor.

Soepardi, R.., 1981. Tumbuh-tumbuhan dalam Hutan Jati yang Berkhasiat obat.

Perum Perhutani, Jakarta.

Soegianto , A., 1994. Ekologi Kuantitatif Metode Analisis Populasi Komunitas.

Usaha Nasional, Surabaya.

10
Thomas, A.N.S., 1992. Tanaman Obat Tradisional. PT. Kanisius, Yogyakarta.

Zuhud, E.., 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat

Hutan Tropika Indonesia. Kerjasama Fahutan IPB dan Lembaga Alam

Tropika Indonesia, Bogor.

11

Anda mungkin juga menyukai