PENDAHULUAN
Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh Negara di dunia.
Menurut WHO, negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan obat
herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di Afrika,
sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer
(WHO, 2003). Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal di
negara maju adalah usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi
1
penyakit kronik meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk
penyakit tertentu diantaranya kanker serta semakin luas akses informasi mengenai
obat herbal di seluruh dunia (Sukandar E Y, 2006).
Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada
penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek
samping yang relative lebih sedikit dari pada obat modern.
2
1.4 Manfaat Pembuatan Laporan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Obat tradisional ialah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan,
hewan, mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang
secara turun menurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Obat tradisional Indonesia atau obat asli Indonesia yang lebih dikenal dengan nama
jamu, umumnya campuran obat herbal yaitu obat yang berasal dari tanaman. Bagian
tanaman yang digunakan dapat berupa akar, batang, daun, umbi atau mungkin juga
seluruh bagian tanaman.
Obat tradisional tersedia dalam berbagai bentuk yang dapat diminum atau
ditempelkan pada permukaan kulit, tetapi tidak tersedia dalam bentuk suntikan atau
aerosol. Dalam bentuk sediaan obat-obat tradisional ini dapat berbentuk serbuk yang
menyerupai bentuk sediaan obat modern, kapsul, tablet, larutan ataupun pil.
a. Kapsul
4
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga
terbuat dari pati dan bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkang kapsul keras
bervariasi dari nomor paling kecil sampai nomor paling besar (000), dan ada juga
kapsul gelatin keras ukuran 0 dengan bentuk memanjang (dikenal sebagai usuran
OE), yang memberikan kapasitas isi yang lebih besar tanpa peningkatan diameter.
Contohnya kapsul pacekap.
b. Tablet
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak, berbentuk rata atau
atau cempung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa zat tambahan. Zat pengembang, zat pengikat, zat pelican, zat
pembasah. Contohnya yaitu tablet antalgin.
c. Larutan
Merupakan suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan, maka padat tadi
terbagi secara molekuler dalam cairan tersebut. Zat cair atau cairan biasanya
ditimbang dalam botol yang digunakan sebagai wadah yang diberikan. Cara
melarutkan zat cair ada dua cara yakni zat-zat yang agak sukar larut dilarutkan
dengan pemanasan.
d. Pil
Pil adalah suatu sediaan yang berbentuk bulat seperti kelereng mengandung
satu atau lebih bahan obat. Berat pil berkisar antara 100 mg sampai 500 mg, untuk
membuat pil diperlukan zat tambahan seperti zat pengisi untuk memperbesar
volume, zat pengikat dan pembasah dan bila perlu ditambakan penyalut.
5
BAB III
B2P2TOOT bermula dari Kebun Koleksi Tanaman Obat, dirintis oleh R.M
Santoso Soerjokosoemo sejak awal tahun kemerdekaan, menggambarkan semangat
dari seorang anak bangsa Nusantara yang tekun dan sangat mencintai budaya
pengobatan nenek moyang. Beliau mewariskan semangat dan kebun tersebut pada
negara. Mulai April 1948, secara resmi Kebun Koleksi TO tersebut dikelola oleh
pemerintah dibawah Lembaga Eijkman dan diberi nama “Hortus Medicus
Tawangmangu”.
6
Sejak tahun 2010, B2P2TOOT memprioritaskan pada Saintifikasi Jamu, dari
hulu ke hilir, mulai dari riset etnofarmakologi tumbuhan obat dan jamu, pelestarian,
budidaya, pascapanen, riset praklinik, riset klinik, teknologi, manajemen bahan jamu,
pelatihan iptek, pelayanan iptek, dan diseminasi sampai dengan peningkatan
kemandirian masyarakat.
Pada Museum Jamu Hortus Medicus terdiri dari beberapa ruangan, salah
satunya yaitu ruang produk jamu, dimana koleksi ASEAN herbal medicine
(produk obat tradisional dari negara anggota ASEAN) dan jamu dari
7
Indonesia terdapat disini dan terdapat ruang bahan baku yaitu koleksi
simplisia dan material bahan baku obat tradisional yang direndam dalam
cairan formalin atau alkohol 90%.
8
Gambar 2. Etalase Tanaman Obat
9
Gambar 3. Koleksi Etalase Tanaman Obat
a. Pemanenan.
b. Sortasi Basah.
Dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing
lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari
akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil,
rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya
10
harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam
jumlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang
terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal.
11
Gambar 5. Penirisan Simplisia
12
atau menggunakan alat pengering (blower). Hal-hal yang perlu
diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan,
kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas permukaan
bahan.
f. Sortasi Kering.
Sortasi kering sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia.
Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-
bagian tanaman yang tidak diinginkan dan kotoran-kotoran lain yang
masih ada dan tertinggal pada simplisia kering dan juga memisahkan
antara hasil panen yang rusak atau layu. Seperti halnya pada sortasi awal,
sortasi kering di B2P2TOOT dapat dilakukan dengan atau secara manual
dilakukan oleh beberapa karyawan, simplisia di sortir dan dipisahkan jika
tidak layak dan dari benda-benda asing, ditimbang dan dilanjutkan proses
selanjutnya.
g. Pengemasan.
h. Cara Penyimpana.
13
Produk yang sudah dikemas dalam kantong plastic besar disimpan ke
dalam gudang. Penyimpanan dilakukan diruangan tertutup namun
pencahayaan masih cukup terhadap serangan serangga serta suhu yang
sesuai dengan suhu kamar. Gudang penyimpanan produk di B2P2TOOT
didalmanya terdapat rak besar untuk menyimpan dan menyusun produk.
Hal ini bertujuan agar produk tidak bersentuhan dengan lantai.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
15
4.2 Saran
Setelah melakukan field lab, maka dalam kesempatan ini saran yang perlu
disampaikan kepada pihak B2P2TOOT Tawangmangu dimana masukan-
masukan tersebut antara lain :
16
DAFTAR PUSTAKA
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
Tawangmangu. Laporan Awal Hasil Ristoja 2012. Tawangmangu : Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
Tawangmangu; 2012.
17
LAMPIRAN
18
19