Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN FIELD LAB

TANAMAN OBAT DAN SEDIAAN OBAT HERBAL

BLOK FARMASI KEDOKTERAN GIGI

Disusun Oleh:

Nama : Hulman Miftah

NIM : J2A016029

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

1
2018

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Sejarah B2P2TOOT Tawangmangu ...................................... 10


Gambar 1.2 Sejarah B2P2TOOT Tawangmang ........................................ 10
Gambar 1.3 Sejarah B2P2TOOT Tawangmangu ........................................ 10
Gambar 1.4 B2P2TOOT Tawangmangu Era Persaingan ............................. 11
Gambar 1.5 B2P2TOOT Tawangmangu Tahun 2018 .................................. 11
Gambar 2.1 Anthurium andraeanum Linden ex Andre ................................ 13

Gambar 2.2 Medinella speciosa L. Parijoto ................................................. 14

Gambar 2.3 Dillenia philipinensis L. Dilenia ............................................... 14

Gambar 2.4 Unasia amara Blanco.................................................................. 15

Gambar 2.5 Brunfelsia nitida Benth ............................................................. 15

Gambar 2.6 Artemisia lactiflora Wall. ex . DC............................................. 16


Gambar 2.7 Orthosiphon aristatus (Blume) Miq ........................................... 17

Gambar 3.1 Sortasi basah ............................................................................. 20


Gambar 3.2 Metode pengeringan dengan gas ............................................... 22

Gambar 3.3 Metode pengeringan dengan sinar matahari .............................. 22

Gambar 3.4 Metode  pengeringan dengan oven ............................................ 23

Gambar 3.5 Ruang penyimpanan .................................................................. 24


Gambar 4.1 Ruang Hortus Medicus .............................................................. 25

2
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan field lab yang
berjudul “Tanaman Obat Tradisional dan Sediaan Obat Herbal”.
Penulis sangat menyadari bahwa kegiatan Field Lab dan penulisan laporan ‘Tanaman
Obat Tradisional dan Sediaan Obat Herbal” ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada
yang terhormat :

1. drg. Lira Wiet Jayanti, selaku penganggung jawab blok Farmasi Kedokteran Gigi
2. drg. Grandis, selaku trainer blok Farmasi Kedokteran Gigi
3. dr. Raida Zulkarnain, selaku Pembimbing praktek Field Lab Tanaman Obat
Tradisional dan Sediaan Obat Herbal.
4. Bapak Tesar, selaku pemandu praktek Field Lab Tanaman Obat Tradisional dan
Sediaan Obat Herbal.
5. Seluruh Staff dan Karyawan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT).
6. Ayah, Ibu, dan Keluarga yang memberikan dukungan materil dan moril.

Walaupun demikian, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam laporan
ini. Oleh karena itu, Saya mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak guna Saya
jadikan sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas diri kedepannya.
Semoga Laporan Field Lab ini dapat bermanfaat untuk semua orang terutama bagi prodi
Pendidikan Kedokteran Gigi.

Semarang, 9 Maret 2018

3
Penyusun

HALAMAN PENGESAHAN

Pengesahan laporan kegiatan fieldlab di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan


Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Kementerian Kesehatan RI di
Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah :

Nama : Hulman Miftah

NIM : J2A016029

Prodi : Pendidikan Kedokteran Gigi

Fakultas : Kedokteran Gigi

Telah melaksanakan kegiatan field lab di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Kementerian Kesehatan RI yang teretak
di Jalan Jl. Raya Lawu No. 11, Tawangmangu, Kalisoro, Karanganyar, Kabupaten
Karanganyar, Jawa Tengah. Rincian kegiatan terangkum dalam Laporan dengan judul
Tanaman Obat Tradisional Dan Sediaan Obat Herbal pada Blok Farmasi Kedokteran Gigi
dengan tujuan untuk mengetahui mahasiswa dalam menerima kegiatan fiedlab.

Semarang , 9 Maret 2018

Pelaksana Kegiatan Field Lab Trainer Blok Farmasi Kedokteran Gigi

(Hulman Miftah) (drg. Narando Fitria Grandis )

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Herbal adalah tanaman atau tumbuhan yang mempunyai kegunaan atau nilai


lebih dalam pengobatan. Dengan kata lain, semua jenis tanaman yang mengandung
bahan atau zat aktif yang berguna untuk pengobatan bisa digolongkan sebagai herbal,
Indonesia juga memiliki obat tradisinal yang secara turun temurun diwariskan oleh
nenek moyang kita yaitu Jamu. Obat herbal dianggap dan diharapkan berperan dalam
usaha-usaha pencegahan  dan pengobatan penyakit, serta peningkatan taraf kesehatan
masyarakat disamping tujuan yang lain.
Dunia kedokteran kini mulai mencoba untuk memanfaatkan obat obatan
herbal salah satu contohnya adanya klinik Hortus Medicus yang melayani pasien
dengan menerapkan obat herbal sebagai obat dalam mengobati pasien. Tentunya obat
herbal ini telah mengalami standarisasi dan uji klinik sebelum digunakan sebagai
obat, sehingga dapat dinyatakan aman untuk dikosumsi.
Obat herbal murni diambil dari saripati tumbuhan atau hewan yang mempunyai
manfaat untuk pengobatan, tanpa ada campuran bahan kimia buatan (sintetis). Obat
Herbal yang berasal dari tumbuhan (nabati) misalnya temulawak, jahe, daun sirsak,
jahe merah, teh hijau, dan sebagainya di Javaplant lah macam-macam ekstrak
tumbuhan diproduksi. Javaplant telah banyak terserap industri farmasi, jamu,
makanan, minuman bahkan industri kosmetik baik di tanah air maupun internasional.
Bagian-bagian yang digunakan sebagai bahan obat yang disebut simplisia terdiri dari
(Widyastuti, 2004):

a. Kulit (cortex)

Kortek adalah kulit bagian terluar dari tumbuhan tingkat tinggi yang berkayu.

b. Kayu (lignum)

Simplisia kayu merupakan pemanfaatan bagian dari batang atau cabang.

5
c. Daun (folium)

Folium merupakan jenis simplisia yang paling umum digunakan sebagai bahan baku
ramuan obat tradisional maupun minyak atsiri.

d. Bunga (flos)

Bunga sebagai simplisia dapat berupa bunga tunggal atau majemuk, bagian bunga
majemuk serta komponen penyusun bunga.

e. Akar (radix)

Akar tumbuhan yang sering dimanfaatkan untuk bahan obat dapat berasal dari jenis
tumbuhan yang umumnya berbatang lunak dan memiliki kandungan air yang tinggi.

f. Umbi (bulbus)

Bulbus atau bulbi adalah produk berupa potongan rajangan umbi lapis, umbi akar,
atau umbi batang. Bentuk ukuran umbi bermacam-macam tergantung dari jenis
tumbuhannya.

g. Rimpang (rhizom)

Rhizom atau rimpang adalah produk tumbuhan obat berupa potongan- potongan atau
irisan rimpang.

h. Buah (fructus)

Simplisia buah ada yang lunak dan ada pula yang keras. Buah yang lunak akan
menghasilkan simplisia dengan bentuk dan warna yang sangat berbeda, khususnya
bila buah masih dalam keadaan segar.

i. Kulit buah (perikarpium)

Sama halnya dengan simplisia buah, simplisia kulit buah pun ada yang lunak, keras
bahkan adapula yang ulet dengan bentuk bervariasi.

j. Biji (semen)

6
Semen (biji-bijian) diambil dari buah yang telah masak sehingga umumnya sangat
keras. Bentuk dan ukuran simplisia biji pun bermacam-macam tergantung dari jenis
tumbuhan.
Oleh karena itu sebagai mahasiswa S1 Kedokteran Gigi diharapakan untuk
mengetahui tanaman apa saja yang mempunyai khasiat untuk mengobati serta bisa digunakan
untuk mengobati penyakit apa saja dan mengtahui cara mengekstraksi tanaman obat menjadi
bubuk ekstrak yang dapat digunakan untuk ramuaan obat herbal, kosmetik atau makanan
minuman. Praktikum kegiatan Lapangan melalui kunjungan ke Balai Besar Tanaman Obat
Dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) merupakan salah satu cara untuk lebih  mengenal,
mengetahui dan menambah pengetahuan akan keanekaragaman tanaman obat yang bisa hidup
di Indonesia. Melihat secara langsung bagaimana tanaman obat tersebut tumbuh, bagian
mana dari tumbuhan yang digunakan sebagai obat serta cara penggunaan tanaman sebagai
obat atau proses pembuatan obat herbal sampai siap diberikan kepada pasien untuk
dikonsumsi dan mengetahui cara mengekstraksi beserta peralatan skala industri.
B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisonal) merupakan sebuah institusi yang bergerak dalam bidang penelitian serta
pengembangan ilmu kesehatan khususnya mengenai herbal. Herbal merupakan salah satu
jenis pengobatan medis yang menggunakan tanaman alam yang sudah melalui penelitian dan
terbukti khasiatnya. Selain itu B2P2TOOT tidak hanya memiliki kebun tanaman obat tapi
juga laboratorium untuk penelitian bahkan klinik Hortua Medicus dengan jumlah pasien rata
– rata 30 – 50 pasien.

2. Macam Sediaan Obat

Obat tradisional adalah ramuan dari berbagai jenis bagian tanaman yang
mempunyai khasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit yang sudah dilakukan
sejak zaman dahulu secara turun temurun. Obat tradisional sendiri masih mempunyai
beragam variasi dari senyawa, sehingga obat tradisional mungkin terjadi dengan adanya
interaksi antar senyawa yang mempuyai pengaruh lebih kuat. Namun dapat terjadi
sebaliknya yaitu interaksi tersebut akan berubah menjadi toksin. Sedangkan obat paten
adalah obat yang telah diakui khasiatnya melalui uji klinis, uji keamanan, dan manfaat
obat inilah yang dipakai ole dokter untuk mengobati pasiennya dengan memberikan
sebuah resep (Siswoyo, 2004). Untuk itu, macam sediaan yang tersedia adalah sebagai
berikut :

7
a. Obat tablet

Tablet adalah sedian farmasi yang padat, berbentuk bundar dan pipih atau cembung
rangkap. Bentuk ini paling banyak beredar di Indonesia disebabkan karena bentuk
“tablet” adalah bentuk obat yang praktis dan ekonomis dalam produksi, penyimpanan
dan pemakaiannya. Pembuatan tablet ini selain diperlukan bahan obat juga diperlukan :
–Zat pengisi untuk memperbesar volume tablet.
Misalnya : saccharum Lactis, Amylum Manihot, Calcii Phoshas, Calcii Carbonas
– Zat pengikat ; dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat.
Biasanya digunakan mucilage Gummi Arabici 10-20 % (panas), Solution
Methylcelloeum5%
– Zat penghancur, dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut.
Biasanya digunakan : Amylum Manihot kering, Gelatinum, Agar- agar, Natrium
Alginat
– Zat pelicin, Dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan. Biasanya digunakan
Talcum 5 %, Magnesii Streras, Acidum Strearicum

b. Obat kapsul

Kapsul menjadi salah satu sediaan farmasi yang diproduksi oleh industri maupun
apotek. Kapsul didefinisikan sebagai sediaan padat yang terdiri dari obat dalam
cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang dapat dibuat dari pati, gelatin,
atau bahan lainnya yang sesuai.
Kapsul telah digunakan sejak abad 19. Salah satu masalah farmasis yang muncul pada
abad 19 adalah rasa dan bau yang tidak enak dari obat herbal, sediaan dan pelayanan
yang kurang baik bagi pasien. Banyak sediaan baru diciptakan agar obat lebih enak
dikonsumsi. Sediaan yang paling diminati adalah kapsul gelatin. Kapsul gelatin
pertama kali di patenkan oleh F.A.B .Mothes , mahasiswa dan Dublanc, seorang
farmasis . Paten mereka diperoleh pada tahun 1834, meliputi metode untuk
memproduksi kapsul gelatin yang terdiri dari satu bagian , berbentuk lonjong, ditutup
dengan setetes larutan pekat gelatin panas sesudah diisi. Penggunaan kapsul gelatin ini
menyebar bahkan diproduksi oleh banyak Negara di eropa dan amerika.

8
c. Sirup

Sirup adalah sediaan berupa larutan dari atau yang mengandung sakarosa. Kecuali
dinyatakan lain, kadar sakrosa tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0%.

d. Serbuk

Serbuk adalah sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan deraiat halus
yang cocok, bahan bakunya berupa simplisia sediaan galenik, atau campurannya.

e. Infusa (infuse)

Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplesia nabati dengan
air pada suhu 900C selama 15 menit. Pembuatan infuse merupakan cara yang paling
sederhana untuk membuat sediaan herbal dari bahan yang lunak seperti daun dan
bunga. Dapat diminum panas atau dingin. Khasiat sediaan herbal umumnya karena
kandungan minyak atsiri yang akan hilang apabila tidak menggunakan penutup pada
pembuatan infuse.

f. Tea (Teh)

Pembuatan sediaan teh untuk tujuan pengobaatan banyak dilakukan berdasarkan


pengalaman seperti pada pembuatan infuse yang dilakukan pada the hitam sebagai
minuman

g. Suspensi

Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi
dalam fase cair. Macam suspensi antara lain: suspensi oral (juga termasuk
susu/magma), suspensi topikal (penggunaan pada kulit), suspensi tetes telinga (telinga
bagian luar), suspensi optalmik, suspensi sirup kering.

h. Extracta (Ekstrak)

9
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan penyari simplesia
menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering
harus mudah digerus menjadi serbuk.

3. Sejarah B2P2TOOT Tawangmangu

B2P2TOOT bermula dari Kebun Koleksi Tanaman Obat, dirintis oleh R.M Santoso
Soerjokoesoemo sejak awal tahun kemerdekaan, menggambarkan semangat dari seorang
anak bangsa Nusantara yang tekun dan sangat mencintai budaya pengobatan nenek moyang.
Beliau mewariskan semangat dan kebun tersebut pada negara. Mulai April 1948, secara resmi
Kebun Koleksi TO tersebut dikelola oleh pemerintah di bawah Lembaga Eijkman dan diberi
nama “Hortus Medicus Tawangmangu”.

Gambar 1.1 Gambar 1.2

Gambar 1.3
 Era Transformasi
Keniscayaan, evolusi sebagai suatu organisasi terjadi karena Kepmenkes No. 149
tahun 1978 pada tanggal 28 April 1978, yang mentransformasi kebun koleksi menjadi

10
Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO) sebagai Unit Pelaksana Teknis di Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan. Transformasi I ini
sebagai lembaga Iptek memberikan nuansa dan semangat baru dalam mengelola
tanaman obat (TO) dan potensi-potensi TO sebagai bahan Jamu untuk pencegahan,
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan rakyat.
Evolusi organisasi berlanjut pada tahun 2006, dengan Permenkes No. 491 tahun 2006
tanggal 17 Juli 2006, BPTO bertransformasi menjadi Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT). Transformasi II
ini memberikan amanah untuk melestarikan, membudayakan, dan mengembangkan
TOOT dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Gambar 1.4
 Era persaingan

Globalisasi dan keterbukaan, mendorong manusia dan negara menggali,


memanfaatkan, mengembangkan budaya kesehatan dan sumber daya lokal untuk
pembangunan kesehatan. Ini berdampak pada transformasi III B2P2TOOT, dengan
Permenkes No. 003 tahun 2010 pada tanggal 4 Januari 2010 Tentang Saintifikasi
JAMU dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan. Sejak tahun 2010,
B2P2TOOT memprioritaskan pada Saintifikasi Jamu, dari hulu ke hilir, mulai dari
riset etnofarmakologi tumbuhan obat dan Jamu, pelestarian, budidaya, pascapanen,
riset praklinik, riset klinik, teknologi, manajemen bahan Jamu, pelatihan iptek,
pelayanan iptek, dan diseminasi sampai dengan peningkatan kemandirian masyarakat.

11

Gambar 1.5
BAB II
LAPORAN KEGIATAN

1. Kegiatan Field Lab


Kegiatan Field Lab ini mengunjungi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Kementerian Kesehatan RI di
Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Kegiatan Field Lab ini dilakasanakan
pada hari Selasa tanggal 6 Maret 2018. Kegiatan ini bertujuan untuk mahasiswa :
- Mampu mengenal, membedakan dan menjelaskan khasiat berbagai macam
tanaman obat tradisional
- Mampu menjelaskan macam-macam sediaan obat verbal dan cara pembuatannya
- Mampu menjelaskan prinsip-prinip terapi mengunakan obat herbal

2. Dokumentasi dan hasil


Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
(B2P2TO2T) Tawangmangu dalam melaksnakan tugas dan fungsinya didukung oleh
sarana dan prasarana yang meliputi 1 unit gedung kantor untuk administrasi, 1 unit
gedung pertemuan dengan daya tampung  400 orang, perpustakaan dengan 1.238
koleksi pustaka berupa jurnal ilmiah, majalah ilmiah, dan buku-buku terbitan dalam
dan luar negeri, website, mess peneliti 15 kamar, gedung laboratorium, rumah kaca 2
unit, rumah karantina, kebun koleksi dengan kurang lebih 2 ha pada ketinggian 1200
meter diatas permukaan laut (dpl) dan kurang lebih 12 ha pada ketinggian 1800 meter
di atas permukaan laut (dpl), dan kebun percobaan. Sampai saat ini telah terkoleksi
kurang lebih 950 spesies tanaman obat yang terdiri dari tanaman keras, pohon, perdu,
semak, serta tanaman semusim. Disamping itu juga di lengkapi mini museum obat
tradisional, herbarium, wisata ilmiah/etalase tanamn obat serta laboratorium litbang
herbal.
Pengembangan sarana dan prasarana litbang merupakan program utama dengan
penyediaan fasilitas penelitian berupa gedung laboratorium beserta fasilitasnya yang
reprenstatif agar mampu mewujudkan visi dan misi B2P2TOOT tawangmangu
Peralatan laboratorium utama yang mendukung pelaksanaan kegiatan laboratorium.

12
A. Etalase Tanaman Obat dan kebun Koleksi

Di dalam etalase terdapat taman yang berisi berbagai tanaman herbal. Disana juga
terdapat banyak sekali tanaman herbal yang ditata seperti taman, begitu teratur dan
indah. Berbagai obat herbal terdapat disana, semua tanaman disana memiliki fungsi
yang sangat berguna untuk kesehatan. Berikut tanaman yang memiliki fungsi untuk
menyembuhkan penyakit :
1. Anthurium andraeanum Linden ex Andre

Kingdom: Plantae
(unranked): Angiosperms
(unranked): Monocots
Order: Alismatales
Family: Araceae
Tribe: Anthurieae
Genus: Anthurium
Species: A.  andraeanum Gambar 2.1
Salah satu spesies
dari anthurium, yaitu anthurium andreanum memiliiki manfaat yang baik untuk
kesehatan kita. Anthurium andreanum ini memiliki manfaat yang baik utnuk
mengobati bengkak pada tenggorokan dan juga bengkak pada mulut anda. ntuk dapat
mengobati bengkak pada bagian tenggorokan dan juga mulut anda, maka anda dapat
memanfaatkan daun dari anthurium andreanum tersebut. Daunnya dapat anda rebus,
lalu air rebusan dari daun anthurium andreanum tersebut bisa anda minum secara
teratur untuk membantu meredakan bengkak yang anda alami pada tenggorokan dan
juga mulut. Selain dapat mengobati diabetes, akar dari anthurium itu sendiri juga
memiliki manfaat lainnya. Manfaat lainnya dari akar anthurium itu adalah sebagai
salah satu obat untuk gangguan ginjal. Ginjal merupakan salah satu organ pencernaan
yang sangat penting, sehingga apabila terjadi gangguan pada ginjal, sudah pasti
kesehatan pencernaan anda akan terganggu. Gangguan pada ginjal dapat berupa tidak
optimalnya kerja ginjal, munculnya batu ginjal, bahkan sampai menyebabkan

13
2. Medinella speciosa L. Parijoto

Kingdom: Plantae
Clade: Angiosperms
Clade: Eudicots
Clade: Rosids
Order: Myrtales
Family: Melastomataceae
Genus: Medinilla
Species: M. speciosa Gambar 2.2
Parijoto sudah lama digunakan
sebagai tanaman obat terutama di daerah pegunungan di pulau Jawa.  Penggunaan
secara tradisional Parijoto terutama dijumpai di daerah Kudus Jawa tengah, ini
berkaitan dengan kisah Sunan Muria yang memberikan buah parijoto secara rutin
untuk istrinya yang sedang hamil, dan tatkala si bayi lahir di dunia kulitnya bersih dan
sangat sehat.
Dari hasil penelitian terhadap khasiat Parijoto secara ilmiah,  bagian tanaman Parijoto
mengandung  kardenolin, saponin, flavonid (terutama pada buah) dan tanin (terutama
pada daun).  Parijoto sangat baik untuk penambah nutrisi bagi ibu yang sedang
mengandung. Umumnya para ibu hamil   mengonsumsi parijoto setelah usia
kandungan memasuki lima bulan ke atas.  Namun, bisa juga dikonsumsi  pada usia
kehamilan mulai dua sampai dengan tiga bulan. Manfaat lainnya dari buah parijoto
yang berbentuk bulat kecil-kecil dan bergerombol ini memiliki kandungan vitamin C
Sehingga buah Parijoto berkhasiat mengatasi Sariawan. Biasanya, buah parijoto segar
sebanyak 5 gram dicuci kemudian ditumbuk halus. Setelah itu larutkan dalam 100 ml
air matang kemudian gunakan untuk berkumur-kumur untuk menyembuahkan
sariawan.

3. Dillenia philipinensis L. Dilenia

Kingdom: Plantae
Clade: Angiosperms
Clade: Eudicots
Order: Dilleniales
Family: Dilleniaceae
Genus: Dillenia

14
Species: D. philippinensis
Gambar 2.3
Buah Dillenia philippinensis berkhasiat sebagai obat sariawan, obat kuat
untuk wanita hamil dan untuk penyegar badan. Untuk obat sariawan dipakai + 100
gram daging buah Dillenia philippinensis Rolfe yang sudah masak, dicuci, diperas
dan disaring. Hasil saringan diminum sekaligus. Kandungan kimia Daun, buah dan
kulit batang Dillenia philippinensis mengandung saponin dan flavonoida, di sarnping
itu daun dan kulit batangnya mengandung po- lifenol dan buahnya mengandung tanin.
Buah untuk penyubur rambut dan penyembuh panas dalam.

4. Lunasia amara Blanco

Familia : Rutaceae

Subfamilia: Rutoidae

Genus: Lunasia

Species: Lunasia amara

Gambar 2.4
Kayu sanrego (lunasia amara blancho), Jenis kayu yang banyak ditemukan di
kawasan timur Indonesia. Kayu ini memiliki khasiat sebagai obat kuat khusus pria
dan untuk pengobatan penyakit gula/diabetes. Secara tradisional batang kayu ini
memberikan efek menaikkan gairah seksual, mengobati penyakit malaria, diabetes
dan gigitan ular. Kandungan kayu sanrego ini telah diteliti oleh pakar fitokimia dari
pengajar jurusan faemasi Fakultas MIPA UNHAS bekerja sama dengan ahli Fitokimia
dari Philipina, batang kayu ini mengandung alkolid, sitosterol, glikosida. Kandungan
kayu ini tidak toksis namun ekstrak metanol dan normal butanolnya dapat
menghambat bakteri E. coli, Shigella body, staphyloc occus aurcus.

5. Brunfelsia nitida Benth

Kingdom: Plantae
(unranked): Angiosperms
(unranked): Eudicots
(unranked): Asterids
Order: Solanales
Family: Solanaceae
Genus: Brunfelsia
Gambar 2.5
15
Melati kosta termasuk perdu tegak dengan tinggi 1-2 meter. Bearakar
tunggang. Berbatang bulat, keras, kasar dan banyak cabang.  Daunnya jenis tunggal
berbentuk lonjong dengan ujung lancip.  Bunga tunggal dan berkelopak. Ada jenis
lain yang kelopak bunganya lebih besar (4-5 cm) namun hanya bertahan dua hari saja.
Berasal dari Brazilia.  Tumbuh di tempat yang terbuka dengan udara yang cukup
sejuk dan sinar matahari cukup. Media yang cocok adalah tanah subur yang gembur
dan memerlukan cukup air. Organ tubuh yang dapat diobati dengan daun melati
adalah ginjal. Daun ini sudah sejak lama digunakan dalam membuat beberapa organ
tubuh, termasuk ginjal yang mempunyai potensi besar untuk diserang penyakit. Selain
itu, daun bunga dengan bau yang khas ini dapat membantu pernapasan agar lebih
sehat dan tidak mengalami sesak terlalu lama. Khasiat daun melati kosta terhadap
racun di dalam tubuh akan menetralisirnya sehingga tidak membahayakan tubuh.
Racun tersebut akan dibuang dari dalam tubuh. Itulah mengapa daun ini juga disebut
sebagai daun anti racun.

6. Artemisia lactiflora Wall. ex . DC

Kingdom: Plantae
Clade: Angiosperms
Clade: Eudicots
Clade: Asterids
Order: Asterales
Family: Asteraceae
Genus: Artemisia
Species: A. lactiflora Gambar 2.6

Purwoceng gunung sudah lama dikenal sebagai salah satu tanaman obat.
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan (2011) purwoceng sebagai afrodisiak mengandung
komponen kimia kelompok steroid yang terdapat di bagian akar. Kelompok steroid
terdiri dari sitosterol, stigmasterol. Steroid merupakan komponen kimia berkhasiat
dalam sintesis hormon testoteron pada manusia. Menurut Ma’mun dkk (2006) dan
Taufani (2013) tanaman purwoceng dan purwoceng gunung terbukti secara empirik
berkhasiat meningkatkan daya seksualitas pria (afrodisiak). Purwoceng gunung juga
mengandung senyawa kardenolin, minyak atsiri, saponin dan flavanoid (Hariana,

16
2013). Menurut Widowati dan Faridah (2005) herba purwoceng gunung dipercaya
dapat mengobati lemah syahwat dan sebagai peluruh air seni (diuretik), akar
purwoceng gunung banyak digunakan dalam industri obat moderen untuk obat
analgetika, antipiretika, anthelmintika, antifungi, antibakteri dan antikanker.

7. Orthosiphon aristatus (Blume) Miq

Kingdom: Plantae
(unranked): Angiosperms
(unranked): Eudicots
(unranked): Asterids
Order: Lamiales
Family: Lamiaceae
Genus: Orthosiphon
Species: O. aristatus
Gambar 2.7

Kumis Kucing merupakan salah satu  tanaman yang terkenal multikhasiat


sebagai obat di masyarakat. Pemanfaatan tanaman kumis kucing sebagai obat bisa
menggunakan cara-cara tradisional atau modern. Maksudnya dengan cara tradisional,
meramu tanaman kumis kucing dan mencampur ramuannya dengan tanaman obat
lainnya, membuatnya seperti jamu untuk diminum. Secara modern, bisa
mengkonsumsi tanaman kumis kucing dalam bentuk pil atau kapsul yang sudah siap
minum. Karena itu, tak heran jika Kumis Kucing Kumis  dijadikan sebagai salah satu
bahan baku utama produk-produk herbal, seperti LhiforGin yang digunakan untuk
membantu meluruhkan batu urin dan gangguan ginjal atau Kumis Kucing Kapsul 
yang juga berkhasiat membantu meluruhkan batu urin, mencegah pengendapan batu
ginjal, batu empedu, mengatasi radang saluran kemih, dan melancarkan pembuangan
air seni. Teh kumis kucing adalah minuman diuretik, yaitu pelancar keluarnya air
seni. Melancarkan air seni dianjurkan dunia kesehatan agar terjaga kesehatan tubuh
kita. Air seni adalah sampah yang harus dibuang karena banyak kandungan yang
membahayakan kesehatan tubuh. Bila tidak lancar keluar, air seni yang tersisa di
dalam tubuh dalam waktu lama, sebagian mengkristal menjadi batu pada ginjal
maupun kandung kemih. Sebagian yang lain masuk kedalam plasma darah yang
menjadi salah satu penyebab terjadinya penyakit hypertensi atau darah tinggi dengan
komplikasi serangan jantung, stroke, ginjal serta mata.

B. Instalasi Pengolahan Pasca Panen


17
Dalam penggunaan produk herbal juga harus tepat dosis dan pemakaian. Jamu yang
digunakan di B2P2TO-OT berupa racikan simplisia, serbuk dan juga ekstrak tanaman obat
yang telah diteliti khasiat dan keamanannya melalui uji praklinik dan atau observasi klinik.
Untuk menjamin keamanan dan mutu maka cara pembuatannya mengacu pada cara
pembuatan simplisia yang baik, dimulai dari proses standarisasi benih/bibit, budidaya, pasca
panen maupun analisis mutu di laboratorium B2P2TO-OT. Di B2P2TO-OT terdapat 11
laboratorium dan instalasi antara lain :
1. Laboratorium Sistematika Tumbuhan
Identifikasi tumbuhan / determinasi, pembuatan spesimen (herbarium, simplisia)
serta dokumentasi pengelolaan tanaman obat dalam bentuk foti, slide dan cakram
optik (CD).
2. Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman
Identifikasi hama dan penyakit tanaman dan penelitian tentang cara
pemberantasan hama dan penyakit tanaman.
3. Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia
Analisis makroskopis dan mikroskopis, hitokimia, skrining fitokimia,
pemeriksaan kadar senyawa aktif, isolasi dan identifikasi metabolit sekunder serta
penetapan parameter standar ekstrak dan simplisia secara densitometri
spektrofotometri.
4. Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia
Analisis makroskopis dan mikroskopis, hitokimia, skrining fitokimia,
pemeriksaan kadar senyawa aktif, isolasi dan identifikasi metabolit sekunder serta
penetapan parameter standar ekstrak dan simplisia secara densitometri
spektrofotometri.
5. Laboratorium Kultur Jaringan dan Mikrobiologi
Kultur jaringan tanaman (KJT) untuk memperoleh bibit dan meningkatkan
kandungan senyawa aktif, penetapan cemaran mikroba (angka jamur dan angka
lempeng total), edentifikasi mikroba dan uji aktivitas antimikroba ekstrak
tanaman obat.
6. Laboratorium Eksperimental & Animal House
Pembesaran dan perawatan hewan coba (animal house), serta melakukan uji
praklinik khasiat dan keamanan tanaman obat dan obat tradisional.

7. Laboratorium Bioteknologi

18
Penelitian rekayasa gentik untuk memperoleh bibit unggul dan rekayasa untuk
memperoleh protein terapeutik.
8. Instalasi Benih dan Pembibitan Tanaman Obat
Pelabelan benih, koleksi benih dari lokasi tertentu, sortasi biji, uji biabilitas benih,
penyimpanan benih, pengadaan bibit baik secara konvensional maupun kultur
jaringan.
9. Instalasi Adaptasi dan Pelestarian
Adaptasi tanaman obat hasil eksplorasi, adaptasi tanaman obat tertentu, pendataan
pertumbuhan dan hasil pengelolaan/pemeliharaan serta pelestarian plasma nutfah
tanaman obat dengan kategori “langka”.
10. Instalasi Koleksi Tanaman Obat
Inventarisasi tanam obat; peremajaan tanaman koleksi, pengamatan dan
pendataan pertumbuhan, pencatatan data iklim, identifikasi/ determinasi serta
pembuatan catalog.
11. Instalasi Pasca Panen
a. Pengadaan Bahan Baku
Proses produksi obat herbal di B2P2TOOT yang pertama pengadaan bahan
baku. Pengadaan bahan baku diperoleh melalui proses penanaman di kebun
tanaman obat B2P2TO-OT dilakukan pada lahan seluas 19 hektar yang terdiri
dari 950 spesies tanaman obat.
b.   Pengumpulan Bahan Baku
Proses kedua setelah penanaman tanaman yaitu proses pemanenan.
Pengumpulan bahan baku dilakukan di gedung pasca panen tanaman obat di setor
dari petani sekitar yang sudah mendapat bimbingan, pengetahuaan, dan izin untuk
menanam tanaman obat yang lalu disetorkan ke pihak B2P2TOOT untuk diolah
menjadi obat herbal. Setelah bahan terkumpul dilakukan QC (Quality Control)
hanya tanaman yang masih segar dan baru dipanen lah yang lolos kepengolahan
selanjutnya. Penyimpanan bahan baku setelah dipanen yaitu disimpan di Instalasi
Pasca Panen.
c. Sortasi Basah
Tahapan selanjutnya adalah sortasi basah, dilakukan untuk memisahkan
kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya
pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing
seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta

19
pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam
mikroba dalam jurnlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari
tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal. \\

Gambar 3.1

d. Pencuciaan
Pencucian adalah tahap selanjutnya setelah sortasi basah dilakukan untuk
menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia.
Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau
air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air
yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air
pencucian yang digunakan biasanya mengandung juga sejumlah mikroba. Cara
sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba awal
simplisia. Serelah bahan baku dicuci selanjutnya tiriskan untuk menghilangkan air
yang menempel di permukaan bahan, diletakan ditempat kusus seperti keranjang
besar bertingkat.
e. Perubahan Bentuk atau Perajangan

20
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.
Perajangan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,
pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung
dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat
dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh
irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki. Semakin tipis bahan
yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat
waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan
berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap. Sehingga
mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Setelah perajangan dan
sebelum bahan melanjutkan proses selanjutnya bahan baku harus ditimbang.

f. Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah
rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Air yang masih
tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan
jamur dan jasad renik lainnya. Enzim tertentu dalam sel, masih dapat bekerja,
menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia
tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pengeringan simplisia dilakukan
dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-
ha1 yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan,
kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas permukaan bahan.
Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya “Face hardening”,
yakni bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah.
Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu
pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh suatu keadaan lain, sehingga permukaan
bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. “Face
hardening” dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn
bahan yang dikeringkan. Terdapat tiga metode pengeringan bahan di Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional yaitu :

i. Metode pengeringan dengan gas

21
Agar bahan berupa daun-daunan mencapai tingkat susut kering yang sempurna
dan harus sesekali diaduk karena sumber gas yang dialirkan terletak pada dasar
kolam pengeringan.

Gambar 3.2

ii. Metode pengeringan dengan sinar matahari

Metode ini tidak terlalu disarankan Karena kendala cuaca di Tawangmangu


yang sulit mendapatkan sinar matahari yang cukup, hal ini menyebabkan
bahan lebih mudah teroksidasi dan berjamur. Bahan yang telah teroksidasi
dapat ditanggulangi dengan menutup bahan dengan kain hitam atau jika kadar
oksidasi dinilai terlalu parah maka dilanjutkan dengan metode oven akan
sangat baik.

22
Gambar 3.3

iii. Metode  pengeringan dengan oven

Metode ini yang sangat dianjurkan untuk digunakan Karena panas yang
stabil dan waktu pengeringan yang konstan tentunya untuk setiap jenis bahan
yang berbeda. Suhu yang digunakan dalam oven untuk mengeringkan bahan
adalah 40-60 derajat selsius dan rata-rata waktu pengeringan adalah  3 jam.

Gambar 3.4

g.  Sortasi Kering
Sortasi kering sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan
sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang
tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal
pada simplisia kering. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi kering di
B2P2TOOT dapat dilakukan dengan atau secara manual dilakukan oleh beberapa
karyawan, simplisia di sortir yang dan dipisahkan jika tidak layak dan dari benda-
benda asing, ditimbang dan dilanjutkan proses selanjutnya.
h. Pengemasan/ Wadah
Wadah adalah tempat penyimpanan simplisia dan dapat berhubungan langsung
atau tidak langsung dengan obat herbal/ isi. Wadah langsung (wadah primer)
adalah wadah yang langsung berhubungan dengan simplisia sepanjang waktu.
Sedangkan wadah yang tidak bersentuhan langsung dengan artikel disebut wadah
sekunder. Wadah yang digunakan di B2P2TOOT tidak boleh mempengaruhi
bahan yang disimpan didalamnya baik secara fisika maupun kimia, yang dapat
mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau kemurniannya hingga tidak

23
memenuhi persyaratan resmi. Wadah tertutup baik: harus melindungi isi terhadap
masuknya bahan padat dan mencegah kehilangan bahan selama penanganan,
pengangkutan, penyimpanan dan distribusi.
i. Cara Penyimpanan
Produk yang sudah dikemas didaam kantong plastik besar disimpan ke dalam
gudang. Penyimpanan dilakukan diruangan tertutup namun pencahayaan masih
cukup terhadap serangan serangga serta suhu yang sesuai dengan suhu kamar.
Gudang penyimpanan produk di B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional) didalamnya terdapat rak
besar untuk menyimpan dan menyusun produk. Hal ini bertujuan agar produk
tidak bersentuhan dengan lantai.

Gambar 3.5

C. Museum Jamu Hortus Medicus

Museum Jamu Hortus Medicus dikelola untuk memfasilitasi aktivitas


permuseuman Jamu dalam kerangka Saintifikasi Jamu. Museum ini menyediakan
sarana, fasilitas dan artefak Jamu untuk pengoleksian, pelestarian, riset, komunikasi
dan diseminasi benda nyata dalam kerangka Saintifikasi Jamu. Museum Jamu Hortus
Medicus dikelola sebagai pusat permuseuman Jamu Kemenkes, juga untuk menjadi
bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu,
ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif pada masa depan. Museum Jamu
Hortus Medicus terdiri dari beberapa ruangan yaitu:

a. Ruang Utama

Alur Saintifikasi Jamu, atlas tumbuhan obat yang ada di Indonesia, peralatan
membuat jamu tradisional, dan gambar pembuatan jamu

24
b. Ruang Bahan baku

     Koleksi simplisia dan material bahan baku obat tradisonal

c. Ruang Seni dan Alat

  Koleksi alat pengobatan tradisional dan tradisi adat istiadat dari nusantara

d. Ruang Produk Jamu

Koleksi ASEAN herbal medicine (produk obat tradisional dari negara anggota
ASEAN) dan Jamu dari Indonesia

e. Ruang Naskah

   Naskah kuno yang berhubungan dengan Jamu

f. Ruang Prestasi

   B2P2TOOT, buku buku terbitan serta foto

Gambar 4.1

25
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari field lab yang telah dilaksanakan adalah sebagai
berikut:
1.        Kegiatan di B2P2TO-OT meliputi penanaman tanaman herbal, proses
pemanenan, pembuatan simplisia, pembuatan ekstrak, penelitian tentang kandungan
dan khasiat tentang tanaman herbal, sampai pada pengobatan dan peresepan tanaman
herbal untuk aplikasi klinis.
2.      Laboratorium terpadu B2P2TO-OT berperan penting dalam pengolahan obat
herbal sehingga aman digunakan masyarakat. Balai ini memiliki tujuh laboratorium,
yaitu laboratorium galenika, fitokimia, proteksi hama penyakit tanaman, instrument,
kultur jaringan tanaman, biomolekuler, dan mikrobiologi.
3.        Klinik saintifikasi jamu yang berada di B2P2TO-OT berbeda dengan klinik pada
umumnya karena pasien pada klinik saintifikasi jamu dianggap sebagai pasien
sebenarnya dan juga sebagai kriteria inklusi penelitian (observasi klinis).

B.       Saran
Setelah melakukan praktik Kegiatan Lapangan di B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional), maka dalam kesempatan ini
penyusun ingin memberikan saran kepada pihak B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional). Saran saya antara lain sebagai
berikut:

26
1.        Fasilitas di klinik Saintifikasi Jamu “Hortus Medicus” dapat ditambah sehingga
dapat menunjang pengembangan dan penelitian di B2P2TOOT (Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional) .
2.        Penggunaan obat herbal harus dilestarikan karena obat herbal memiliki efek
samping yang minimal bahkan tidak ditemukan adanya efek samping bila digunakan
sesuai dengan dosis.

DAFTAR PUSTAKA

- Arisandi, Yohana & Yovita Andriani. 2008. Khasiat berbagai Tanaman Obat
untuk Pengobatan cetakan ke-3 Jakarta : Eska Media
- Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI
- DepKes RI. (2007). Lampiran Keputusan Mentri Kesehatan Nomor:
381/Menkes/SK/III/2007 mengenai Kebijakan Obat Tradisional Nasional
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
- Flora, E. 2008. Tanaman Obat Indonesia Untuk Pengobatan
- Kloppenburgh – versteegh, Tanaman Berkhasiat Indonesia Volume 1, Alih
Bahasa dan Saduran : drh.J.Soegiri, Prof.D.drh.Nawangsari

- Mulyani Hesti,Sri Harti Widyastuti dan Venny Indria Ekowati. (2016). Tumbuhan
Herbal Sebagai Jamu Pengobatan Tradisional Terhadap Penyakit Dalam
SeratPrimbon Jampi Jawi Jilid 1. Jurnal Penelitian Humaniora, 73-91.

27

Anda mungkin juga menyukai