TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Amalgam
5
pemakaian. Panjang dari partikel alloy lathe-cut berkisar antara 60 sampai
120 m, ketebalan 10-70 m dan ketebalan 10-35 m. Alloy konvensional
mengandung 66% sampai 73% Perak, 25-29% Timah dan 6% Tembaga.
Zink mungkin dapat ditemukan sampai 2% dan Merkuri 3%.4,5
Kelebihannya adalah mudah mencapai kontak proximal karena
ketahanan alloy lathe-cut terhadap tekanan kondensasi baik.
Kekurangannya, sulit dikondensasi ke area yang sulit diakses, karena
membutuhkan tekanan kondensasi yang baik, laju pengerasan lebih lambat
dibanding spherical, kasar saat di carving,burnishing, dan polishing.11
2. Spherical
Diperkenalkan sejak tahun 1960, umumnya ukuran partikel 40-50
m atau kurang, amalgam spherical memerlukan sedikit merkuri dan
mengurangi tekanan kondensasi. Kelebihan alloy berbentuk spherical
adalah mudah dikondensasi ke area yang sulit untuk di akses karena tidak
memerlukan tekanan kondensasi yang besar, dapat mengeras dengan cepat,
dan lebih halus saat di carving, burnishing, dan polishing. Kekurangan :
sulit mencapai bagian kontak interproximal.4,8,11
6
1. Amalgam yang mengandung zink (1%)
2. Amalgam yang tidak mengandung zink (0,2%-1%)
4. Zink
a) Zink berperan sebagai penghambat oksidasi selama dalam
proses pembuatan, sehingga dapat mencegah oksidasi dari
unsur-unsur yang penting seperti perak, tembaga, maupun
timah.
b) Zink dapat menyebabkan ekspansi yang tertunda pada low
copper
5. Palladium
a) Mengurangi korosi
6. Indium
a) Meningkatkan strength
b) Mengurangi jumlah pemakaian merkuri
c) Mengurangi terjadinya kerusakan marginal
7
2.1.4. Manipulasi amalgam.
Pemanipulasian amalgam dilakukan dengan cara mencampurkan
alloy amalgam dengan merkuri. Rasio bubuk alloy amalgam dengan
merkuri yang biasa digunakan adalah 1:1 dengan persentase merkuri
bervariasi dari 43% sampai 54%. Pada alloy spherical, rasio bubuk : cairan
biasanya lebih kecil, dengan kandungan merkuri sekitar 45%.4,5
Proses selanjutnya adalah triturasi, yaitu pengadukan bubuk dengan
cairan yang dapat dilakukan secara manual menggunakan mortar dan pastel
maupun secara mekanis menggunakan amalgamator dan kapsul. Hasil dari
proses triturasi adalah didapatnya suatu massa plastis yang disebut
amalgam. 4,5
Setelah triturasi, amalgam dimasukkan ke dalam kavitas
menggunakan amalgam carrier dan dilanjutkan dengan kondensasi yaitu
memberikan tekanan yang besar menggunakan amalgam stopper agar dapat
berkontak rapat dengan dinding kavitas. Kondensasi yang baik perlu
dilakukan untuk membuang kelebihan merkuri, karena merkuri yang
berlebihan dapat melemahkan struktur amalgam dan menyebabkan porositas
pada amalgam. 4,5
8
1. Amalgam Konvensional (low copper)4,7
Selama proses triturasi, merkuri berdifusi ke alloy membentuk
berbagai senyawa, terutama perak-merkuri dan timah-merkuri senyawa.
Senyawa perak merkuri Ag2Hg, dan dikenal sebagai fase gamma satu
(y1), dan senyawa timah-raksa adalah Sn7Hg dan dikenal sebagai fase
gamma dua (2). Prosesnya dapat digambarkan seperti ini :
Ag3Sn + Hg Ag3Sn + Ag2Hg3 + Sn7Hg
1 2
9
relatif dapat dihindari, sulit menemukan faktor apa yang menyebabkan
terjadinya kegagalan.
Sumber: Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. Sturdevants art &
science of operative dentistry. 4th ed. 2002. Mosby. p.157
2. Tensile strength
Tensile strength terjadi jika, terjadi fraktur pada bahan yang diberi
kekuatan yang saling menjauh satu sama lain. Meskipun tegangan utama
10
yang terjadi selama pengunyahan adalah tekanan kompresif, namun tekanan
lain juga terjadi. Dan ketika kekuatan tersebut mempengaruhi suatu
tegangan tarik (tensile stress) , fraktur akan mungkin terjadi. Amalgam
mempunyai tensile strength yang lebih kecil dari compressive strength-nya.
Tensile strength amalgam adalah sekitar 1/8 ( 12,5 %) dari compressive
strength-nya.4,13
11
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas amalgam.
1. Perbandingan Merkuri dan alloy
Jumlah merkuri dan alloy yang akan digunakan disebut sebagai rasio
merkuri : alloy, yang menunjukkan berat merkuri dan alloy yang akan
digunakan untuk suatu teknik tertentu. Misalnya, rasio merkuri : alloy 4 :5,
kadang-kadang dalam instruksi pabrik telah dicantumkan persentasi berat air
raksa yang harus digunakan di dalam campuran. Perbandingan yang
dianjurkan berbeda-beda sesuai dengan perbedaan komposisi alloy, ukuran
partikel, bentuk partikel, dan suhu yang digunakan.Terlepas dari angka
perbandingannya adalah hal yang sangat penting pada teknik air raksa
minimal. Jika kandungan merkuri agak rendah, campuran amalgamnya bisa
kering dan kasar serta tidak ada cukup matriks untuk mengikat keseluruhan
massa. Penggunaan merkuri yang terlalu sedikit akan melemahkan kekuatan
amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi, sama seperti penggunaan
merkuri yang terlalu banyak, daya tahan terhadap korosinya juga
menurun.2,5
2. Triturasi
Tujuan dari triturasi adalah amalgamasi yang benar dari merkuri dan
alloy. Waktu triturasi yang pendek (undertrituration) ataupun yang panjang
(overtrituration) akan mengurangi compressive dan tensile strength karena
ada kekosongan dan karena tidak terbentuknya fase 1 sehingga partikel-
partikel amalgam tidak berikatan seluruhnya. Amalgam yang overtriturasi
mempunyai konsistensi yang kental dan kekuatan yang lemah karena
pembantukan fase 1 yang berlebihan.4,5
3. Kondensasi
Tujuan kondensasi adalah memadatkan alloy ke dalam kavitas yang
sudah dipreparasi sehingga tercapai kepadatan yang maksimal, dengan
12
cukup merkuri yang tetinggal untuk menjamin kelanjutan tahap matriks di
antara partikel-partikel alloy yang ada. Tekanan kondensasi berpengaruh
terhadap kekuatan amalgam. Kekuatan yang diberikan selama kondensasi
adalah sekitar 1-50 N dan hal ini tergantung pada bentuk dan ukuran partikel
alloy. Tekanan kondensasi yang lebih besar dianjurkan untuk
meminimalkan porositas dan mengeluarkan kelebihan merkuri dari lathecut
amalgam.5
13
Kekurangan; Amalgam yang memiliki tingkat creep tinggi akan
mengalami kerusakan marginal dan mengakibatkan menurunnya nilai
estetik. (Williams, 1979)
Solusi;
(McCabe, 2008)
2. Stabilitas Dimensional
Idealnya amalgam harus mengeras tanpa terjadi perubahan pada
dimensinya dan kemudian tetap stabil. Meskipun demikian ada beberapa
faktor yang mempengaruhi dimensi awal pada saat pengerasan dan stabilitas
dimensional jangka panjang.
1) Perubahan dimensional
Amalgam dapat memuai dan menyusut tergantung pada cara
manipulasinya idealnya perubahan dimensi kecil saja. Kontraksi nya yang
hebat dapat menyebabkan terbentuknya kebocoran mikro dan karies
sekunder. Ekspansi yang berlebihan dapat menimbulkan tekanan pada pulpa
dan kepekaan paska operasi. Protrusi dari restorasi juga dapat diakibatkan
oleh ekspansi yang berlebihan.
Perubahan dimensional dari amalgam tergantung pada seberapa
banyak amalgam tertekan pada saat pengerasan dan kapan pengukuran
dimulai. Spesifikasi ADA No.1 menyebutkan bahwa amlgam dapa
berkontraksi atau berekspansi lebih dari 20 m/cm, diukur pada 30c , 5
menit dan 24 jam sesudah dimulainya trituasi dengan alat yang
keakuratannya tidak sampai 0,5m.
(Anusavice, 2004)
14
kecil. Beberapa kontraksi dapat mengakibatkan kebocoran mikro dan
sekunder karies. (Phillips, 1981)
(Williams, 1979)
3. Difusi termal
Difusi termal amalgam adalah empat puluh kali lebih besar dari
dentin sedangkan koefisien ekspansi termal amalgam 3 kali lebih besar dari
dentin yang mengakibatkan mikroleakage dan sekunder karies.
15
Solusi; mengisolasi dan menyekat dasar cavitas dengan semen amalgam
(Koudi, 2007)
4. Abrasi
1. Kekuatan
16
3. Ukuran dan bentuk partikel : kekuatan amalgam diperoleh dengan
ukuran partikel yang kecil, mendukung kecenderungan fine atau
microfine particles.
4. Porositas : sejumlah kecil porositas pada amalgam akan
mempengaruhi kekuatan. Porositas dapat dikurangi dengan triturasi
yang tepat, dan yang lebih penting adalah teknik triturasi yang baik.
(Williams, 1979)
(Combe, 1992)
17
lubang yang dapat menimbulkan korosi. Setiap kelebihan merkuri yang
tertinggal pada restorasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan dalam
jumlah yang cukup besar.
3. Efek kondensasi. Tekanan kondensasi, dan bentuk partikel logam campur,
semuanya mempengaruhi sifat amalgam. Jika digunakan teknik kondensasi
tipikal dan logam campur lathe-cut, makin besar tekanan kondensasi, makin
tinggi kekuatan kompresinya, terutama kekuatan awal (misalnya pada 1
jam). Teknik kondensasi yang baik akan memeras keluar merkuri dan
menghasilkan fraksi volume dari fase matriks yang lebih kecil. Tekanan
kondensasi yang tinggi diperlukan untuk mengurangi porositas dan
mengeluarkan merkuri dari amalgam lathe-cut. Sebaliknya, amalgam sferis
yang dimampatkan dengan tekanan ringan akan mempunyai kekuatan yang
baik.
4. Efek Porositas. Ruang kosong dan porus adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi kekuatan kompresi dari amalgam yang sudah mengeras.
5. Efek Laju Pengerasan Amalgam. Laju pengerasan amalgam penting
diperhatikan oleh dokter gigi. Karena pasien pada umumnya diperbolehkan
pulang dari praktik gigi dalam waktu 20 menit setelah triturasi
amalgam,pertanyaan yang penting diperhatikan di sini adalah apakah
amalgam sudah mempunyai kekuatan yang cukup untuk menjalankan
fungsinya. Ada kemungkinan bahwa persentase patahnya restorasi amalgam
yang tinggi. Amalgam tidak memperoleh kekuatan secepat yang kita
inginkan. Spesifikasi ADA menyebutkan kekuatan kompresi minimal
adalah 80 MPa pada 1 jam. Kekuatan kompresi 1 jam dari amalgam
komposisi tunggal yang kandungan tembaganya tinggi sangatlah besar.
(Anusavice, 2004)
Kelebihan;
18
C. Sifat Kimia Amalgam
Korosi galvanic atau bimetalik terjadi ketika dua atau lebih logam
berbeda atau alloy berkontak dalam larutan elektrolit , dalam hal ini adalah
air ludah . Besarnya arus galvanis dipengaruhi oleh lama / usia restorasi ,
perbedaan potensial korosi sebelum berkontak dan daerah permukaan.
Jarak yang cukup lebar / besar dihasilkan dan kontak elektrik dari
beberapa restorasi secara in vivo . Untuk restorasi amalgam amalgam ,
perbedaan potensial korosi sebelum berkontak mungkin akan berguna dalam
memprediksi besarnya arus galvanis, yang mana paling tidak perbedaan
keluarnya adalah 24 mV
Hubungan lama restorasi dengan besar arus galvanic berbanding
terbalik .artinya semakin lama usia restorasi amalgam dengan tumpatan
lainnya , semakin kecil arus galvanic yang dihasilkan.
(Sutouw, 2004)
2) Korosi
Korosi adalah reaksi elektrokimiawi yang akan menghasilkan
degradasi struktur dan properti mekanis. Banyak korosi amalgam terjadi
pada bagian pits dan cervical. Korosi dapat mengurangi kekuatan tumpatan
sekitar 50%, serta memperpendek keawetan penggunaan. (Marke, 1992)
Solusi;
1. memoles tumpatan amalgam (McCabe, 2008)
2. meminimalkan timbulnya arus galvanis
3. tidak memakan makanan mengandung asam secara terus menerus.
19
3) Tarnish
Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta permukaan film
yang terlihat dapat menyebabkan tarnish. Penyebab discoloration yang
paling terkenal adalah campuran silver dan copper sulfida karena reaksi
dengan sulfur dalam makanan dan minuman.
(Marke, 1992)
Kekurangan; gigi terlihat lebih hitam
Solusi; tidak memakan makanan mengandung sulfur berlebih
2. Toksisitas
Sejak awal penggunaannya kemungkinan efek samping dari air raksa
sudah mulai dipertanyakan. Kadang-kadang masih ada dugaan bahwa
keracunan air raksa dari tambalan gigi adalah penyebab dari penyakit-
penyakit tertentu yang diagnosisnya tidak jelas dan ada bahaya bagi dokter
gigi atau asistennya. Ketika uap air raksa terhirup selama pengadukan
penempatan dan pembuangan.
20
Tidak diragukan bahwa air raksa merembes ke dalam struktur gigi.
Suatu analisis pada dentin dibawah tambalan amalgam mengungkapkan
adanya air raksa yang turut berperan dalam perubahan warna gigi.
Sejumlah air raksa dilepaskan pada saat pengunyahan tetepi
kemungkinan keracunan dari air raksa yang menembus gigi atau sensititasi
terhadap garam-garam air raksa yang larut dari permukaan amalgam sangat
jarang terjadi . kemungkinan pyang paling menonjol bagi asimilasi air raksa
dari amalgam gigi adalah melalui tahap uapnya.
(Anusavice, 2004)
Kekurangan;
Solusi;
1. Material yang mengandung raksa harus disimpan jauh dari sumber
panas.
2. menjamin adanya ventilasi yang baik pada pembedahan
3. pemiliha tipe lantai yang cocok
4. penyimpanan amalgam di bawah air atau larutan fiksatif kimia
5. jangan disentuh denga tangan
21
(McCabe, 2008)
6. menggunakan masker
7. memakai teknik hand condensor
8. ruang tidak berkarpet
22