Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Amalgam

2.1.1. Definisi amalgam.


Kata "amalgam" berasal dari bahasa Arab "almalgham"dan bahasa
Yunani "malagma," yang merujuk pada substansi atau massa.. Amalgam
adalah campuran dari dua atau beberapa logam, salah satunya adalah
merkuri. Dental amalgam dihasilkan dengan mencampur Merkuri(Hg)
dengan partikel padat beberapa logam seperti Perak(Ag), Timah(Sn),
Tembaga(Cu), dan kadangkala Zink(Zn), Palladium(Pd), Indium(In), dan
Selenium. Menurut American Dental Association (ADA) amalgam adalah
logam campuran dari Merkuri, Perak, Timah dan Tembaga serta logam
lainnya untuk meningkatkan sifat fisik dan mekanikal. 2,3,9,10

2.1.2 Klasifikasi amalgam.


A. Berdasarkan bentuk partikel
1. Lathe-cut
Hingga tahun 1960, komposisi kimia dan mikrostruktur dari
amalgam alloy yang tersedia pada dasarnya sama dengan system yang
sangat sukses yang diselidiki oleh G.V Black (Black, 1895). Alloy
konvensional digunakan oleh dokter gigi sebagai tambalan, yang mana lathe
cut dari bentukan batang logam. 8
Sebuah Alloy komersial berkembang menjadi campuran dari ukuran
partikel yang berbeda-beda daripada sistem unimodel untuk
mengomptimalkan efisiensi

5
pemakaian. Panjang dari partikel alloy lathe-cut berkisar antara 60 sampai
120 m, ketebalan 10-70 m dan ketebalan 10-35 m. Alloy konvensional
mengandung 66% sampai 73% Perak, 25-29% Timah dan 6% Tembaga.
Zink mungkin dapat ditemukan sampai 2% dan Merkuri 3%.4,5
Kelebihannya adalah mudah mencapai kontak proximal karena
ketahanan alloy lathe-cut terhadap tekanan kondensasi baik.
Kekurangannya, sulit dikondensasi ke area yang sulit diakses, karena
membutuhkan tekanan kondensasi yang baik, laju pengerasan lebih lambat
dibanding spherical, kasar saat di carving,burnishing, dan polishing.11

2. Spherical
Diperkenalkan sejak tahun 1960, umumnya ukuran partikel 40-50
m atau kurang, amalgam spherical memerlukan sedikit merkuri dan
mengurangi tekanan kondensasi. Kelebihan alloy berbentuk spherical
adalah mudah dikondensasi ke area yang sulit untuk di akses karena tidak
memerlukan tekanan kondensasi yang besar, dapat mengeras dengan cepat,
dan lebih halus saat di carving, burnishing, dan polishing. Kekurangan :
sulit mencapai bagian kontak interproximal.4,8,11

B. Berdasarkan kandungan Tembaga (Cu)8


1. Low copper amalgam
Alloy ini mengandung kurang dari 6% tembaga. Komposisi dasarnya
adalah sebagai berikut : Ag ( Perak ) 69,4%; Sn ( Timah ) 26,2%; Cu (
Tembaga) 3,6%; Zn ( Zink ) 0,8%
.

2. High copper amalgam


Alloy ini mengandung 12% -30% tembaga. Komposisi dasarnya
adalah sebagai berikut :Ag ( Perak ) 60%; Sn ( Timah ) 27%; Cu (Tembaga)
13%; Zn ( Zink) 0%.

C. Berdasarkan kandungan Zink8

6
1. Amalgam yang mengandung zink (1%)
2. Amalgam yang tidak mengandung zink (0,2%-1%)

2.1.3 Fungsi unsur-unsur dalam amalgam.


Fungsi unsur-unsur kandungan bahan restorasi tersebut adalah sebagai
berikut :4,8,12
1. Perak
a) Meningkatkan strength
b) Meningkatkan setting expansion
2. Timah
a) Mengurangi strength dan hardness
b) Mengurangi ekspansi
c) Meningkatkan setting time
3. Tembaga
a) Meningkatkan strength dan hardness
b) Menghambat pembentukan fase gamma 2
c) Mengurangi tarnish dan korosi
d) Mengurangi terjadinya pengerutan dan kebocoran tepi

4. Zink
a) Zink berperan sebagai penghambat oksidasi selama dalam
proses pembuatan, sehingga dapat mencegah oksidasi dari
unsur-unsur yang penting seperti perak, tembaga, maupun
timah.
b) Zink dapat menyebabkan ekspansi yang tertunda pada low
copper
5. Palladium
a) Mengurangi korosi
6. Indium
a) Meningkatkan strength
b) Mengurangi jumlah pemakaian merkuri
c) Mengurangi terjadinya kerusakan marginal

7
2.1.4. Manipulasi amalgam.
Pemanipulasian amalgam dilakukan dengan cara mencampurkan
alloy amalgam dengan merkuri. Rasio bubuk alloy amalgam dengan
merkuri yang biasa digunakan adalah 1:1 dengan persentase merkuri
bervariasi dari 43% sampai 54%. Pada alloy spherical, rasio bubuk : cairan
biasanya lebih kecil, dengan kandungan merkuri sekitar 45%.4,5
Proses selanjutnya adalah triturasi, yaitu pengadukan bubuk dengan
cairan yang dapat dilakukan secara manual menggunakan mortar dan pastel
maupun secara mekanis menggunakan amalgamator dan kapsul. Hasil dari
proses triturasi adalah didapatnya suatu massa plastis yang disebut
amalgam. 4,5
Setelah triturasi, amalgam dimasukkan ke dalam kavitas
menggunakan amalgam carrier dan dilanjutkan dengan kondensasi yaitu
memberikan tekanan yang besar menggunakan amalgam stopper agar dapat
berkontak rapat dengan dinding kavitas. Kondensasi yang baik perlu
dilakukan untuk membuang kelebihan merkuri, karena merkuri yang
berlebihan dapat melemahkan struktur amalgam dan menyebabkan porositas
pada amalgam. 4,5

Gambar 2.1: Hasil triturasi amalgam. I. Undermixed. II. Normal. III.


Overmixed. Sumber: Craig RG, Powers JM. Restorative dental
material. 11th ed. 2002. Mosby. p.306

2.1.5 Reaksi pengerasan amalgam.

8
1. Amalgam Konvensional (low copper)4,7
Selama proses triturasi, merkuri berdifusi ke alloy membentuk
berbagai senyawa, terutama perak-merkuri dan timah-merkuri senyawa.
Senyawa perak merkuri Ag2Hg, dan dikenal sebagai fase gamma satu
(y1), dan senyawa timah-raksa adalah Sn7Hg dan dikenal sebagai fase
gamma dua (2). Prosesnya dapat digambarkan seperti ini :
Ag3Sn + Hg Ag3Sn + Ag2Hg3 + Sn7Hg
1 2

Fase Sn7Hg (2) adalah hasil reaksi yang tidak dikehendaki


karena dianggap meningkakan korosi dan melemahkan kekuatan.
Persentase Ag2Hg3 (1) yaitu sekitar 54% sampai 56%. Persentase
Ag3Sn () dan Sn7Hg (2) adalah 27% sampai 35% dan 11% sampai
13%.

2. Amalgam high copper4,7


Perbedaan utama antara low dan high copper amalgam tidak
hanya dalam hal persentase tembaga tetapi efeknya dalam reaksi
amalgam. Tembaga ini disajikan baik sebagai bagian dari alloy Ag-
Sn, maupun ditambahkan (admixed) sebagai partikel terpisah dari
Ag-Sn. Pada kedua penyajian ini, jika alloy bereaksi dengan Hg
maka akan terbentuk hasil reaksi Cu-Sn ( fase eta ()) dan bukan
gamma 2. Prosesnya dapat digambarkan seperti ini :
Ag3Sn+Ag-Cu+HgAg3Sn+AgCu+Ag2Hg3+Cu6Sn5
1

2.2. Strength pada amalgam

2.2.1 Pengertian strength pada amalgam.


Semua bahan restorasi memerlukan kekuatan yang cukup untuk
menghindari terjadinya fraktur. Jika desain amalgam cukup baik, kegagalan

9
relatif dapat dihindari, sulit menemukan faktor apa yang menyebabkan
terjadinya kegagalan.

2.2.2. Macam-macam strength pada amalgam.


1. Compressive strength
Compressive strength merupakan sesuatu yang berguna untuk
membandingkan material yang umumnya lemah terhadap regangan seperti
amalgam, semen, dan resin komposit. Ketahanan terhadap gaya kompresi
adalah kekuatan yang paling menguntungkan karakteristik amalgam. Karena
amalgam terkuat di kompresi dan jauh lebih lemah pada regangan dan
pergeseran.5,6
Compressive strength dipertimbangkan sebagai indikator penting
karena compressive strength yang tinggi dibutuhkan untuk menahan tekanan
pengunyahan, karena tekanan yang diberikan selama proses pengunyahan
lebih banyak berupa tekanan kompresif. Bila suatu benda ditempatkan di
bawah beban yang cenderung menekan atau memendekkannya, ketahanan
internal terhadap beban tersebut disebut tekanan kompresi. Compressive
strength setelah tujuh hari tertinggi untuk amalgam high copper.
Compressive strength amalgam setelah tujuh hari adalah 350MPa.2,4,13

Tabel 2.1. Sifat mekanik beberapa tipe amalgam

Sumber: Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. Sturdevants art &
science of operative dentistry. 4th ed. 2002. Mosby. p.157

2. Tensile strength
Tensile strength terjadi jika, terjadi fraktur pada bahan yang diberi
kekuatan yang saling menjauh satu sama lain. Meskipun tegangan utama

10
yang terjadi selama pengunyahan adalah tekanan kompresif, namun tekanan
lain juga terjadi. Dan ketika kekuatan tersebut mempengaruhi suatu
tegangan tarik (tensile stress) , fraktur akan mungkin terjadi. Amalgam
mempunyai tensile strength yang lebih kecil dari compressive strength-nya.
Tensile strength amalgam adalah sekitar 1/8 ( 12,5 %) dari compressive
strength-nya.4,13

3. Flexural (transverse) strength


Nilai ini sering disamakan dengan modulus of rupture, karena
amalgam adalah bahan yang rapuh. Amalgam dapat menahan perubahan
bentuk selama uji transversal strength. Flexural (transverse) strength dapat
diartikan sebagai kekuatan untuk menahan beban transversal yang terjadi
selama pengunyahan. Flexural strength pada low copper amalgam adalah
sekitar 120-130 MPa, sedangkan pada high copper adalah sekitar 90-
110MPa.4

Gambar 2.2 : Beberapa macam arah dari beban yang diberikan. A.


uniaxial loading dari silinder. B. uniaxial loading dari restorasi MO
amalgam. Sumber: Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ.
Sturdevants art & science of operative dentistry. 4th ed. 2002.
Mosby. p.141

11
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas amalgam.
1. Perbandingan Merkuri dan alloy
Jumlah merkuri dan alloy yang akan digunakan disebut sebagai rasio
merkuri : alloy, yang menunjukkan berat merkuri dan alloy yang akan
digunakan untuk suatu teknik tertentu. Misalnya, rasio merkuri : alloy 4 :5,
kadang-kadang dalam instruksi pabrik telah dicantumkan persentasi berat air
raksa yang harus digunakan di dalam campuran. Perbandingan yang
dianjurkan berbeda-beda sesuai dengan perbedaan komposisi alloy, ukuran
partikel, bentuk partikel, dan suhu yang digunakan.Terlepas dari angka
perbandingannya adalah hal yang sangat penting pada teknik air raksa
minimal. Jika kandungan merkuri agak rendah, campuran amalgamnya bisa
kering dan kasar serta tidak ada cukup matriks untuk mengikat keseluruhan
massa. Penggunaan merkuri yang terlalu sedikit akan melemahkan kekuatan
amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi, sama seperti penggunaan
merkuri yang terlalu banyak, daya tahan terhadap korosinya juga
menurun.2,5

2. Triturasi
Tujuan dari triturasi adalah amalgamasi yang benar dari merkuri dan
alloy. Waktu triturasi yang pendek (undertrituration) ataupun yang panjang
(overtrituration) akan mengurangi compressive dan tensile strength karena
ada kekosongan dan karena tidak terbentuknya fase 1 sehingga partikel-
partikel amalgam tidak berikatan seluruhnya. Amalgam yang overtriturasi
mempunyai konsistensi yang kental dan kekuatan yang lemah karena
pembantukan fase 1 yang berlebihan.4,5

3. Kondensasi
Tujuan kondensasi adalah memadatkan alloy ke dalam kavitas yang
sudah dipreparasi sehingga tercapai kepadatan yang maksimal, dengan

12
cukup merkuri yang tetinggal untuk menjamin kelanjutan tahap matriks di
antara partikel-partikel alloy yang ada. Tekanan kondensasi berpengaruh
terhadap kekuatan amalgam. Kekuatan yang diberikan selama kondensasi
adalah sekitar 1-50 N dan hal ini tergantung pada bentuk dan ukuran partikel
alloy. Tekanan kondensasi yang lebih besar dianjurkan untuk
meminimalkan porositas dan mengeluarkan kelebihan merkuri dari lathecut
amalgam.5

4. Efek laju pengerasan amalgam


Amalgam tidak memperoleh kekuatan secepat yang kita inginkan,
sebagai contoh, pada akhir menit ke-20, compressive strength hanya 6%
dari kekuatan sesudah 1 minggu. Spesifikasi ADA menyebutkan
compressive strength minimal adalah 80 MPa pada 1 jam. compressive
strength 1 jam dari amalgam komposisi tunggal yang kandungan
tembaganya tinggi sangat besar. Setelah 8 jam, amalgam umumnya sudah
mempunyai 70% dari kekuatan totalnya.4,5
A. Sifat Fisik Amalgam
1. Creep
Creep adalah sifat viskoelastik yang menjelaskan perubahan dimensi
secara bertahap yang terjadi ketika material diberi tekanan atau beban.
Untuk tumpatan amalgam, tekanan mengunyah yang berulang dapat
menyebabkan creep. ANSI ADA specification no.1 menganjurkan agar
creep kurang dari 3%. Amalgam yang rendah tembaga lebih rentan
mengalami kerusakan di bagian tepi, dibandingkan dengan amalgam yang
tinggi kandungan tembaga. (Craig, 2000)
Amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi mempunyai nilai
creep yang jauh lebih rendah, beberapa bahkan kurang dari 0,1%. Tidak ada
data yang menunjukkan bahwa mengurangi nilai creep 1% akan dapat
mempengaruhi kerusakan tepi. (Marek, 1992)
Secara umum besarnya creep yang terjadi adalah sebagai berikut :
Creep alloy konvensional > creep blonded alloy > creep alloy komposisi
tunggal. (Combe, 1992)

13
Kekurangan; Amalgam yang memiliki tingkat creep tinggi akan
mengalami kerusakan marginal dan mengakibatkan menurunnya nilai
estetik. (Williams, 1979)

Solusi;

1. Meminimalkan fase gamma 2 saat setting


2. penambahan palladium dan indium

(McCabe, 2008)

2. Stabilitas Dimensional
Idealnya amalgam harus mengeras tanpa terjadi perubahan pada
dimensinya dan kemudian tetap stabil. Meskipun demikian ada beberapa
faktor yang mempengaruhi dimensi awal pada saat pengerasan dan stabilitas
dimensional jangka panjang.
1) Perubahan dimensional
Amalgam dapat memuai dan menyusut tergantung pada cara
manipulasinya idealnya perubahan dimensi kecil saja. Kontraksi nya yang
hebat dapat menyebabkan terbentuknya kebocoran mikro dan karies
sekunder. Ekspansi yang berlebihan dapat menimbulkan tekanan pada pulpa
dan kepekaan paska operasi. Protrusi dari restorasi juga dapat diakibatkan
oleh ekspansi yang berlebihan.
Perubahan dimensional dari amalgam tergantung pada seberapa
banyak amalgam tertekan pada saat pengerasan dan kapan pengukuran
dimulai. Spesifikasi ADA No.1 menyebutkan bahwa amlgam dapa
berkontraksi atau berekspansi lebih dari 20 m/cm, diukur pada 30c , 5
menit dan 24 jam sesudah dimulainya trituasi dengan alat yang
keakuratannya tidak sampai 0,5m.
(Anusavice, 2004)

Amalgam dapat meregang dan berkontraksi tergantung saat


manipulasinya. Idealnya perubahan dimensi amalgam terjadi pada skala

14
kecil. Beberapa kontraksi dapat mengakibatkan kebocoran mikro dan
sekunder karies. (Phillips, 1981)

Beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi perubahan dimensi


adalah :

1. komposisi alloy : semakin banyak jumlah silver dalam amalgam,


maka akan lebih besar pula expansi yang terjadi. Semakin besar
jumlah tin, maka kontraksi akan lebih besar.
2. rasio mercuri/alloy : makin banyak mercury, akan semakin besar
tingkat expansinya
3. ukuran partikel alloy : dengan berat yang sama, jika ukuran partikel
menyusut, maka total area permukaan alloy akan meningkat. Area
permukaan yang lebih besar akan menghasilkan mercury dengan
kecepatan difusi ke partikel yang lebih tinggi, saat triturasi. Hal ini
akan mengakibatkan kemungkinan kontraksi lebih tinggi saat tahap
pertengahan.
4. waktu triturasi : merupakan faktor paling penting. Secara umum,
semakin lama waktu triturasi, maka expansi akan lebih kecil.
5. tekanan kondensasi : jika amalgam tidak mengalami kondensasi
setelah triturasi, akan terjadi kontraksi dalam skala besar karena
tidak terganggunya difusi mercury ke alloy.

(Williams, 1979)

Kekurangan; Dapat menyebabkan kebocoran mikro dan sekunder karies

Solusi; Menggunakan cavity varnish yang mengandung larutan resin


alami atau sintetis dalam pelarut yang menguap misalkan eter dan harus
tahan air ( McCabe, 2008)

3. Difusi termal

Difusi termal amalgam adalah empat puluh kali lebih besar dari
dentin sedangkan koefisien ekspansi termal amalgam 3 kali lebih besar dari
dentin yang mengakibatkan mikroleakage dan sekunder karies.

15
Solusi; mengisolasi dan menyekat dasar cavitas dengan semen amalgam
(Koudi, 2007)

4. Abrasi

Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada


hilangnya sebuah substansi / zat, biasa disebut wear. Mastikasi melibatkan
pemberian tekanan pada tumpatan, yang mengakibatkan kerusakan dan
terbentuknya pecahan/puing amalgam. (Marke, 1992)

B. Sifat Mekanik Amalgam

1. Kekuatan

Dental amalgam mempunyai berbagai macam struktur, dan kekuatan


struktur tersebut tergantung dari sifat individu dan hubungannya antara satu
struktur dengan struktur yang lainnya.

Dental amalgam adalah material yang brittle/rapuh. Kekuatan


tensile amalgam lebih rendah dibanding kekuatan kompresif. Kekuatan
kompresif ini cukup baik untuk mempertahankan kekuatan amalgam, tetapi
rendahnya kekuatan tensile yang memperbesar kemungkinan terjadinya
fraktur/retakan.

Beberapa faktor yang mengontrol/mempengaruhi kekuatan


amalgam :

1. rasio mercury/alloy : jika mercury yang digunakan terlalu sedikit,


maka partikel alloy tidak akan terbasahi secara sempurna sehingga
bagian restorasi alloy tidak akan bereaksi dengan mercury,
menyisakan peningkatan lokal porositas dan membuat amalgam
menjadi lebih rapuh.
2. Komposisi alloy : komposisi tidak terlalu berpengaruh terhadap
kekuatan amalgam. Beberapa sumber mengatakan amalgam yang
tinggi copper dengan tipe dispersi lebih kuat dibanding alloy dengan
komposisi konvensional.

16
3. Ukuran dan bentuk partikel : kekuatan amalgam diperoleh dengan
ukuran partikel yang kecil, mendukung kecenderungan fine atau
microfine particles.
4. Porositas : sejumlah kecil porositas pada amalgam akan
mempengaruhi kekuatan. Porositas dapat dikurangi dengan triturasi
yang tepat, dan yang lebih penting adalah teknik triturasi yang baik.

(Williams, 1979)

Faktor-faktor berikut ini dapat mendorong terbentuknya suatu restorasi


amalgam yang tidak kuat:

1. Triturasi yang tidak sempurna (under-trituration)


2. Kandungan mercury yang terlalu besar
3. Terlalu kecil tekanan yang diberi sewaktu kondensasi
4. Kecepatan pengisian kavitet yang lamban
5. Korosi

(Combe, 1992)

Kekuatan tarik dari amalgam dengan kandungan tembaga yang


tinggi tidak jauh berbeda dengan amalgam yang memiliki kandungan
tembaga yang rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan
diantaranya.
1. Efek Triturasi. efek triturasi terhadap kekuatan tergantung pada jenis logam
campur amalgam, waktu triturasi, dan kecepatan amalgamator. Baik triturasi
yang kurang maupun yang berlebih akan dapat menurunkuan kekuatan dari
amalgam tradisional dan amalgam dengan tembaga yang tinggi
2. Efek Kandungan Merkuri. Faktor penting dalam mengontrol kekuatan
adalah kandungan merkuri dari restorasi tersebut. Merkuri dalam jumlah
yang cukup harus dicampur dengan logam campur untuk menutupi partikel-
partikel logam campur dan memungkinkan terjadinya amalgamasi yang
menyeluruh. Masing-masing partikel logam campur harus dibasahi oleh
merkuri: bila tidak, akan terbentuk adonan yang kering dan berbutir-butir.
Adonan semacam itu menghasilkan permukaan yang kasar dan berlubang-

17
lubang yang dapat menimbulkan korosi. Setiap kelebihan merkuri yang
tertinggal pada restorasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan dalam
jumlah yang cukup besar.
3. Efek kondensasi. Tekanan kondensasi, dan bentuk partikel logam campur,
semuanya mempengaruhi sifat amalgam. Jika digunakan teknik kondensasi
tipikal dan logam campur lathe-cut, makin besar tekanan kondensasi, makin
tinggi kekuatan kompresinya, terutama kekuatan awal (misalnya pada 1
jam). Teknik kondensasi yang baik akan memeras keluar merkuri dan
menghasilkan fraksi volume dari fase matriks yang lebih kecil. Tekanan
kondensasi yang tinggi diperlukan untuk mengurangi porositas dan
mengeluarkan merkuri dari amalgam lathe-cut. Sebaliknya, amalgam sferis
yang dimampatkan dengan tekanan ringan akan mempunyai kekuatan yang
baik.
4. Efek Porositas. Ruang kosong dan porus adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi kekuatan kompresi dari amalgam yang sudah mengeras.
5. Efek Laju Pengerasan Amalgam. Laju pengerasan amalgam penting
diperhatikan oleh dokter gigi. Karena pasien pada umumnya diperbolehkan
pulang dari praktik gigi dalam waktu 20 menit setelah triturasi
amalgam,pertanyaan yang penting diperhatikan di sini adalah apakah
amalgam sudah mempunyai kekuatan yang cukup untuk menjalankan
fungsinya. Ada kemungkinan bahwa persentase patahnya restorasi amalgam
yang tinggi. Amalgam tidak memperoleh kekuatan secepat yang kita
inginkan. Spesifikasi ADA menyebutkan kekuatan kompresi minimal
adalah 80 MPa pada 1 jam. Kekuatan kompresi 1 jam dari amalgam
komposisi tunggal yang kandungan tembaganya tinggi sangatlah besar.
(Anusavice, 2004)

Kelebihan;

Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain


yang pada umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena
faktor-faktor dalam mulut yang saling berinteraksi seperti gaya
kunyah dan cairan mulut.

18
C. Sifat Kimia Amalgam

1. Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik

Korosi galvanic atau bimetalik terjadi ketika dua atau lebih logam
berbeda atau alloy berkontak dalam larutan elektrolit , dalam hal ini adalah
air ludah . Besarnya arus galvanis dipengaruhi oleh lama / usia restorasi ,
perbedaan potensial korosi sebelum berkontak dan daerah permukaan.
Jarak yang cukup lebar / besar dihasilkan dan kontak elektrik dari
beberapa restorasi secara in vivo . Untuk restorasi amalgam amalgam ,
perbedaan potensial korosi sebelum berkontak mungkin akan berguna dalam
memprediksi besarnya arus galvanis, yang mana paling tidak perbedaan
keluarnya adalah 24 mV
Hubungan lama restorasi dengan besar arus galvanic berbanding
terbalik .artinya semakin lama usia restorasi amalgam dengan tumpatan
lainnya , semakin kecil arus galvanic yang dihasilkan.
(Sutouw, 2004)

Kekurangan; mengakibatkan rasa nyeri bila menimbulkan arus galvanis


bersama dengan tumpatan logam lain
Solusi; melepas tumpatan logam lain sebelum memakai tumpatan amalgam.

2) Korosi
Korosi adalah reaksi elektrokimiawi yang akan menghasilkan
degradasi struktur dan properti mekanis. Banyak korosi amalgam terjadi
pada bagian pits dan cervical. Korosi dapat mengurangi kekuatan tumpatan
sekitar 50%, serta memperpendek keawetan penggunaan. (Marke, 1992)
Solusi;
1. memoles tumpatan amalgam (McCabe, 2008)
2. meminimalkan timbulnya arus galvanis
3. tidak memakan makanan mengandung asam secara terus menerus.

19
3) Tarnish
Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta permukaan film
yang terlihat dapat menyebabkan tarnish. Penyebab discoloration yang
paling terkenal adalah campuran silver dan copper sulfida karena reaksi
dengan sulfur dalam makanan dan minuman.
(Marke, 1992)
Kekurangan; gigi terlihat lebih hitam
Solusi; tidak memakan makanan mengandung sulfur berlebih

D. Sifat Biologi Amalgam


1. Alergi
Secara khas respon alergi mewakili antigen dengan reaksi antibodi
yang ditandai dengan rasa gatal, ruam, bersin, kesulitn bernafas,
pembengkakan, dan gejala lain. Dermaititis kontak atau reaksi hipersensitif
tipe 4 dari Commbs mewakili efek samping fisiologis yang paling mungkin
terjadi pada amalgam gigi, tetapi reaksi ini terjadi oleh kurang dari 1 % dari
populasi yang di rawat..(Anusavice, 2004)

Solusi; tidak menggunakan tumpatan amalgam (tumpatan jenis lain yang


dipakai)

2. Toksisitas
Sejak awal penggunaannya kemungkinan efek samping dari air raksa
sudah mulai dipertanyakan. Kadang-kadang masih ada dugaan bahwa
keracunan air raksa dari tambalan gigi adalah penyebab dari penyakit-
penyakit tertentu yang diagnosisnya tidak jelas dan ada bahaya bagi dokter
gigi atau asistennya. Ketika uap air raksa terhirup selama pengadukan
penempatan dan pembuangan.

20
Tidak diragukan bahwa air raksa merembes ke dalam struktur gigi.
Suatu analisis pada dentin dibawah tambalan amalgam mengungkapkan
adanya air raksa yang turut berperan dalam perubahan warna gigi.
Sejumlah air raksa dilepaskan pada saat pengunyahan tetepi
kemungkinan keracunan dari air raksa yang menembus gigi atau sensititasi
terhadap garam-garam air raksa yang larut dari permukaan amalgam sangat
jarang terjadi . kemungkinan pyang paling menonjol bagi asimilasi air raksa
dari amalgam gigi adalah melalui tahap uapnya.
(Anusavice, 2004)

Kekurangan;

Merkuri adalah elemen yang beracun, baik sebagai logam bebas


maupun unsur dari senyawa kimia. Raksa larut dalam lemak dan sewaktu-
waktu dapat terhirup oleh paru-paru yang mana akan teroksidasi menjasi Hg
2+
. Kemudian ia akan ditransportasikan dari paru-paru oleh sel darah merah
ke jaringan lain termasuk sistem saraf pusat. Merkuri dengan mudah
menjadi senyawa metil merkuri, melewati barrier darah-otak dan juga
plasenta kepada janin. Konsekuensinya, metilmerkuri dapat nerakumulasi di
otak dan berefek kepada bayi yang akan dilahirkan. (Nicholson, 2002)
Debu merkuri bisa dikeluarkan ke udara selama triturasi, kondensasi
atau pembuangan tunpatan amalgam yang telah lama. Tumpatan merkuri
dalam proses pembedahan dapat mengakibatkan kontaminasi udara dalam
jangka panjang (McCabe, 2008)

Solusi;
1. Material yang mengandung raksa harus disimpan jauh dari sumber
panas.
2. menjamin adanya ventilasi yang baik pada pembedahan
3. pemiliha tipe lantai yang cocok
4. penyimpanan amalgam di bawah air atau larutan fiksatif kimia
5. jangan disentuh denga tangan

21
(McCabe, 2008)
6. menggunakan masker
7. memakai teknik hand condensor
8. ruang tidak berkarpet

22

Anda mungkin juga menyukai