NMP : 1910070110037
AMALGAM
Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang salah satunya
adalah merkuri. Kata amalgam juga didefenisikan untuk menggambarkan kombinasi atau
campuran dari beberapa bahan seperti merkuri, perak, timah, tembaga, dan lainnya. Dental
amalgam sendiri adalah kombinasi alloy dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut
amalgamasi. Ketika powder alloy dan liquid merkuri dicampur, terjadi suatu reaksi kimia yang
menghasilkan dental amalgam yang berbentuk bahan restorasi keras dengan warna perak abu–
Amalgam memiliki sifat-sifat fisis yaitu perubahan dimensi dan memiliki kekuatan untuk
menahan tekanan pengunyahan. Alloy yang digunakan bersama dengan merkuri untuk keperluan
kedokteran gigi biasanya disebut dengan dental amalgam alloy. Merkuri dicampur dengan bubuk
alloy membentuk suatu bahan plastis yang kemudian dimasukkan ke dalam kavitas gigi yang
telah dipreparasi. Amalgam sebagai bahan tumpatan lebih kuat dari semua jenis bahan tumpatan
untuk gigi posterior lainnya. Pemanipulasian amalgam terdiri dari mixing, triturasi, kondensasi,
triming dan karving serta polishing yang dapat mempengaruhi sifat-sifat fisisnya seperti tekanan
kondensasi yang tinggi menghasilkan kekuatan yang lebih besar.
Jenis Amalgam
Alloy lathe-cut
Alloy spherical
diatomisasi menjadi tetesan logam yang berbentuk bulat kecil. Alloy ini tidak
berbentuk bulat sempurna tetapi dapat juga berbentuk persegi, tergantung pada
Alloy Spheroidal
Low copper alloy ini mengandung silver (68-70%), tin (26-27%), copper (4-5%),
zinc (0-1%).
Alloy tinggi copper (High Copper Alloy)
High copper alloy mengandung silver (40-70%), tin (22-30%), copper (13-30%),
a) Admixed/dispersi/blended alloys.
Alloy ini merupakan campuran spherical alloy dengan lathe-cut alloy dengan
komposisi yang berbeda yaitu high copper spherical alloy dengan low copper
lathe-cut alloy. Komposisi seluruhnya terdiri atas silver (69%), tin (17%), copper
Tiap partikel dari alloy ini memiliki komposisi yang sama. Komposisi seluruhnya
terdiri atas silver (40-60%), tin (22-30%), copper (13-30%), zinc (0-4%).
b. Stabilitas Dimensional
Idealnya amalgam harus mengeras tanpa terjadi perubahan pada dimensinya dan
kemudian tetap stabil.
Beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi perubahan dimensi adalah:
1. Komposisi alloy : semakin banyak jumlah silver dalam amalgam, maka akan lebih
besar pula expansi yang terjadi. Semakin besar jumlah tin, maka kontraksi akan lebih
besar.
2. Rasio mercuri/alloy : makin banyak mercury, akan semakin besar tingkat expansinya
3.Ukuran partikel alloy : dengan berat yang sama, jika ukuran partikel menyusut, maka
total area permukaan alloy akan meningkat. Area permukaan yang lebih besar akan
menghasilkan mercury dengan kecepatan difusi ke partikel yang lebih tinggi, saat
triturasi. Hal ini akan mengakibatkan kemungkinan kontraksi lebih tinggi saat tahap
pertengahan.
4. Waktu triturasi : merupakan faktor paling penting. Secara umum, semakin lama waktu
triturasi, maka expansi akan lebih kecil.
5. Tekanan kondensasi : jika amalgam tidak mengalami kondensasi setelah triturasi, akan
terjadi kontraksi dalam skala besar karena tidak terganggunya difusi mercury ke alloy.
c. Difusi termal
Difusi termal amalgam adalah empat puluh kali lebih besar dari dentin sedangkan
koefisien ekspansi termal amalgam 3 kali lebih besar dari dentin yang mengakibatkan
mikroleakage dan sekunder karies.
Solusi; mengisolasi dan menyekat dasar cavitas dengan semen amalgam
d. Abrasi
Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya sebuah
substansi / zat, biasa disebutwear. Mastikasi melibatkan pemberian tekanan pada
tumpatan, yang mengakibatkan kerusakan dan terbentuknya pecahan/puing amalgam.
Faktor-faktor berikut ini dapat mendorong terbentuknya suatu restorasi amalgam yang
tidak kuat:
1. Triturasi yang tidak sempurna (under-trituration)
2. Kandungan mercury yang terlalu besar
3. Terlalu kecil tekanan yang diberi sewaktu kondensasi
4. Kecepatan pengisian kavitet yang lamban
5. Korosi
Kekuatan tarik dari amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi tidak jauh berbeda
dengan amalgam yang memiliki kandungan tembaga yang rendah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kekuatan diantaranya :
1. Efek Triturasi. Efek triturasi terhadap kekuatan tergantung pada jenis logam campur
amalgam, waktu triturasi, dan kecepatan amalgamator. Baik triturasi yang kurang
maupun yang berlebih akan dapat menurunkuan kekuatan dari amalgam tradisional dan
amalgam dengan tembaga yang tinggi
2.Efek Kandungan Merkuri. Faktor penting dalam mengontrol kekuatan adalah
kandungan merkuri dari restorasi tersebut. Merkuri dalam jumlah yang cukup harus
dicampur dengan logam campur untuk menutupi partikel-partikel logam campur dan
memungkinkan terjadinya amalgamasi yang menyeluruh. Masing-masing partikel logam
campur harus dibasahi oleh merkuri: bila tidak, akan terbentuk adonan yang kering dan
berbutir-butir. Adonan semacam itu menghasilkan permukaan yang kasar dan berlubang-
lubang yang dapat menimbulkan korosi. Setiap kelebihan merkuri yang tertinggal pada
restorasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan dalam jumlah yang cukup besar.
3.Efek kondensasi. Tekanan kondensasi, dan bentuk partikel logam campur, semuanya
mempengaruhi sifat amalgam. Jika digunakan teknik kondensasi tipikal dan logam
campurlathe- cut, makin besar tekanan kondensasi, makin tinggi kekuatan kompresinya,
terutama kekuatan awal (misalnya pada 1 jam). Teknik kondensasi yang baik akan
memeras keluar merkuri dan menghasilkan fraksi volume dari fase matriks yang lebih
kecil. Tekanan kondensasi yang tinggi diperlukan untuk mengurangi porositas dan
mengeluarkan merkuri dari amalgamlathe- cut. Sebaliknya, amalgam sferis yang
dimampatkan dengan tekanan ringan akan mempunyai kekuatan yang baik.
4.Efek Porositas. Ruang kosong dan porus adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
kekuatan kompresi dari amalgam yang sudah mengeras.
5.Efek Laju Pengerasan Amalgam. Laju pengerasan amalgam penting diperhatikan oleh
dokter gigi. Karena pasien pada umumnya diperbolehkan pulang dari praktik gigi dalam
waktu 20 menit setelah triturasi amalgam,pertanyaan yang penting diperhatikan di sini
adalah apakah amalgam sudah mempunyai kekuatan yang cukup untuk menjalankan
fungsinya. Ada kemungkinan bahwa persentase patahnya restorasi amalgam yang tinggi.
Amalgam tidak memperoleh kekuatan secepat yang kita inginkan. Spesifikasi ADA
menyebutkan kekuatan kompresi minimal adalah 80 MPa pada 1 jam. Kekuatan kompresi
1 jam dari amalgam komposisi tunggal yang kandungan tembaganya tinggi sangatlah
besar. (Anusavice, 2004)
2. Korosi
Korosi adalah reaksi elektrokimiawi yang akan menghasilkan degradasi struktur dan
properti mekanis. Banyak korosi amalgam terjadi pada bagian pits dan cervical. Korosi
dapat mengurangi kekuatan tumpatan sekitar 50%, serta memperpendek keawetan
penggunaan. (Marke, 1992)
Solusi;
1.memoles tumpatan amalgam
2. meminimalkan timbulnya arus galvanis
3. tidak memakan makanan mengandung asam secara terus menerus.
3. Tarnish
Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta permukaan film yang terlihat dapat
menyebabkan tarnish. Penyebab discoloration yang paling terkenal adalah campuran
silver dan copper sulfida karena reaksi dengan sulfur dalam makanan dan minuman.
2. Toksisitas
Air raksa merembes ke dalam struktur gigi. Suatu analisis pada dentin dibawah tambalan
amalgam mengungkapkan adanya air raksa yang turut berperan dalam perubahan warna
gigi.
b. Kekurangan Amalgam
Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi
dan juga mudah mengalami perubahan warna (tarnish) sehingga tidak dapat
diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan estetis sangat
diutamakan.
Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan
yang berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna
pada gigi sehingga tampak membayang kehitaman.
Pada beberapa sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang
terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah
penambalan pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif
terhadap rangsang panas atau dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak
berlangsung lama dan berangsur hilang setelah pasien dapat beradaptasi.
Hingga kini tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang
dikandungnya Pada negara-negara tertentu ada yang sudah memberlakukan
larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.
Adanya korosi berlebihan dapat menyebabkan peningkatan porositas,
penurunan integral marginal, berkurangnya kekuatan, dan pelepasan produk-
produk metal dalam lingkungan rongga mulut. Galvanic korosi jiga bisa dapat
terjadi yaitu korosi yang terjadi apabila amalgam berkontak dengan bahan
restorasi lainnya, misalnya emas, amalgam konvensional, alloy prostodonti,
dan lainnya.