Anda di halaman 1dari 9

NAMA : LILY OKTARIZA

NMP : 1910070110037

AMALGAM

Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa logam (alloy) yang salah satunya

adalah merkuri. Kata amalgam juga didefenisikan untuk menggambarkan kombinasi atau

campuran dari beberapa bahan seperti merkuri, perak, timah, tembaga, dan lainnya. Dental

amalgam sendiri adalah kombinasi alloy dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut

amalgamasi. Ketika powder alloy dan liquid merkuri dicampur, terjadi suatu reaksi kimia yang

menghasilkan dental amalgam yang berbentuk bahan restorasi keras dengan warna perak abu–

abu (Baum 1997).

Amalgam memiliki sifat-sifat fisis yaitu perubahan dimensi dan memiliki kekuatan untuk
menahan tekanan pengunyahan. Alloy yang digunakan bersama dengan merkuri untuk keperluan
kedokteran gigi biasanya disebut dengan dental amalgam alloy. Merkuri dicampur dengan bubuk
alloy membentuk suatu bahan plastis yang kemudian dimasukkan ke dalam kavitas gigi yang
telah dipreparasi. Amalgam sebagai bahan tumpatan lebih kuat dari semua jenis bahan tumpatan
untuk gigi posterior lainnya. Pemanipulasian amalgam terdiri dari mixing, triturasi, kondensasi,
triming dan karving serta polishing yang dapat mempengaruhi sifat-sifat fisisnya seperti tekanan
kondensasi yang tinggi menghasilkan kekuatan yang lebih besar.

Jenis Amalgam

Amalgam dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis, yaitu :

a. Berdasarkan jumlah metal alloy, yaitu:


 Alloy binary, contohnya : silver-tin

 Alloy tertinary, contohnya : silver-tin-copper

 Alloy quartenary, contohnya : silver-tin-copper-indium

b. Berdasarkan ukuran alloy, yaitu:

 Microcut, dengan ukuran 10 – 30 μm.

 Macrocut, dengan ukuran lebih besar dari 30 μm.

c. Berdasarkan bentuk partikel alloy, yaitu:

 Alloy lathe-cut

Alloy ini memiliki bentuk yang tidak teratur.

 Alloy spherical

Alloy spherical dibentuk melalui proses atomisasi. Dimana cairan alloy

diatomisasi menjadi tetesan logam yang berbentuk bulat kecil. Alloy ini tidak

berbentuk bulat sempurna tetapi dapat juga berbentuk persegi, tergantung pada

teknik atomisasi dan pemadatan yang digunakan (Baum 1997).

 Alloy Spheroidal

Alloy spheroidal juga dibentuk melaui proses atomisasi.

d. Berdasarkan kandungan tembaga

Kandungan tembaga pada amalgam berguna untuk meningkatkan kekuatan (strength),

kekerasan (hardness), dan ekspansi saat pengerasan. Pembagian amalgam berdasarkan

kandungan tembaga yaitu:

 Alloy rendah Copper (Low Copper Alloy)

Low copper alloy ini mengandung silver (68-70%), tin (26-27%), copper (4-5%),

zinc (0-1%).
 Alloy tinggi copper (High Copper Alloy)

High copper alloy mengandung silver (40-70%), tin (22-30%), copper (13-30%),

zinc (0-1%). Alloy ini dapat diklasifikasikan sebagai :

a) Admixed/dispersi/blended alloys.

Alloy ini merupakan campuran spherical alloy dengan lathe-cut alloy dengan

komposisi yang berbeda yaitu high copper spherical alloy dengan low copper

lathe-cut alloy. Komposisi seluruhnya terdiri atas silver (69%), tin (17%), copper

(13%), zinc (1%).

b) Single composisition atau unicomposition alloys

Tiap partikel dari alloy ini memiliki komposisi yang sama. Komposisi seluruhnya

terdiri atas silver (40-60%), tin (22-30%), copper (13-30%), zinc (0-4%).

e. Berdasarkan kandungan zinc

 Alloy mengandung seng: mengandung lebih dari 0.01% zinc.

 Alloy bebas seng: mengandung kurang dari 0.01% zinc.

Sifat Fisik Amalgam


a. Creep
Creep adalah sifat viskoelastik yang menjelaskan perubahan dimensi secara bertahap
yang terjadi ketika material diberi tekanan atau beban.
Kekurangan Amalgam yang memiliki tingkat creep tinggi akan mengalami kerusakan
marginal dan mengakibatkan menurunnya nilai estetik. (Williams, 1979)
Solusi;
1. Meminimalkan fase gamma 2 saat setting
2. penambahan palladium dan indium (McCabe, 2008)

b. Stabilitas Dimensional
Idealnya amalgam harus mengeras tanpa terjadi perubahan pada dimensinya dan
kemudian tetap stabil.
Beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi perubahan dimensi adalah:
1. Komposisi alloy : semakin banyak jumlah silver dalam amalgam, maka akan lebih
besar pula expansi yang terjadi. Semakin besar jumlah tin, maka kontraksi akan lebih
besar.
2. Rasio mercuri/alloy : makin banyak mercury, akan semakin besar tingkat expansinya
3.Ukuran partikel alloy : dengan berat yang sama, jika ukuran partikel menyusut, maka
total area permukaan alloy akan meningkat. Area permukaan yang lebih besar akan
menghasilkan mercury dengan kecepatan difusi ke partikel yang lebih tinggi, saat
triturasi. Hal ini akan mengakibatkan kemungkinan kontraksi lebih tinggi saat tahap
pertengahan.
4. Waktu triturasi : merupakan faktor paling penting. Secara umum, semakin lama waktu
triturasi, maka expansi akan lebih kecil.
5. Tekanan kondensasi : jika amalgam tidak mengalami kondensasi setelah triturasi, akan
terjadi kontraksi dalam skala besar karena tidak terganggunya difusi mercury ke alloy.

c. Difusi termal
Difusi termal amalgam adalah empat puluh kali lebih besar dari dentin sedangkan
koefisien ekspansi termal amalgam 3 kali lebih besar dari dentin yang mengakibatkan
mikroleakage dan sekunder karies.
Solusi; mengisolasi dan menyekat dasar cavitas dengan semen amalgam

d. Abrasi
Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya sebuah
substansi / zat, biasa disebutwear. Mastikasi melibatkan pemberian tekanan pada
tumpatan, yang mengakibatkan kerusakan dan terbentuknya pecahan/puing amalgam.

Sifat Mekanik Amalgam


1. Kekuatan
Dental amalgam mempunyai berbagai macam struktur, dan kekuatan struktur tersebut
tergantung dari sifat individu dan hubungannya antara satu struktur dengan struktur yang
lainnya. Beberapa faktor yang mengontrol/mempengaruhi kekuatan amalgam :
Rasio mercury/alloy : jika mercury yang digunakan terlalu sedikit, maka partikel alloy
tidak akan terbasahi secara sempurna sehingga bagian restorasi alloy tidak akan bereaksi
dengan mercury, menyisakan peningkatan lokal porositas dan membuat amalgam
menjadi lebih rapuh.
Komposisi alloy : komposisi tidak terlalu berpengaruh terhadap kekuatan amalgam.
Beberapa sumber mengatakan amalgam yang tinggi copper dengan tipe dispersi lebih
kuat dibanding alloy dengan komposisi konvensional.
Ukuran dan bentuk partikel : kekuatan amalgam diperoleh dengan ukuran partikel yang
kecil, mendukung kecenderungan fine atau microfine particles.
Porositas : sejumlah kecil porositas pada amalgam akan mempengaruhi kekuatan.
Porositas dapat dikurangi dengan triturasi yang tepat, dan yang lebih penting adalah
teknik triturasi yang baik.

Faktor-faktor berikut ini dapat mendorong terbentuknya suatu restorasi amalgam yang
tidak kuat:
1. Triturasi yang tidak sempurna (under-trituration)
2. Kandungan mercury yang terlalu besar
3. Terlalu kecil tekanan yang diberi sewaktu kondensasi
4. Kecepatan pengisian kavitet yang lamban
5. Korosi

Kekuatan tarik dari amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi tidak jauh berbeda
dengan amalgam yang memiliki kandungan tembaga yang rendah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kekuatan diantaranya :
1. Efek Triturasi. Efek triturasi terhadap kekuatan tergantung pada jenis logam campur
amalgam, waktu triturasi, dan kecepatan amalgamator. Baik triturasi yang kurang
maupun yang berlebih akan dapat menurunkuan kekuatan dari amalgam tradisional dan
amalgam dengan tembaga yang tinggi
2.Efek Kandungan Merkuri. Faktor penting dalam mengontrol kekuatan adalah
kandungan merkuri dari restorasi tersebut. Merkuri dalam jumlah yang cukup harus
dicampur dengan logam campur untuk menutupi partikel-partikel logam campur dan
memungkinkan terjadinya amalgamasi yang menyeluruh. Masing-masing partikel logam
campur harus dibasahi oleh merkuri: bila tidak, akan terbentuk adonan yang kering dan
berbutir-butir. Adonan semacam itu menghasilkan permukaan yang kasar dan berlubang-
lubang yang dapat menimbulkan korosi. Setiap kelebihan merkuri yang tertinggal pada
restorasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan dalam jumlah yang cukup besar.
3.Efek kondensasi. Tekanan kondensasi, dan bentuk partikel logam campur, semuanya
mempengaruhi sifat amalgam. Jika digunakan teknik kondensasi tipikal dan logam
campurlathe- cut, makin besar tekanan kondensasi, makin tinggi kekuatan kompresinya,
terutama kekuatan awal (misalnya pada 1 jam). Teknik kondensasi yang baik akan
memeras keluar merkuri dan menghasilkan fraksi volume dari fase matriks yang lebih
kecil. Tekanan kondensasi yang tinggi diperlukan untuk mengurangi porositas dan
mengeluarkan merkuri dari amalgamlathe- cut. Sebaliknya, amalgam sferis yang
dimampatkan dengan tekanan ringan akan mempunyai kekuatan yang baik.
4.Efek Porositas. Ruang kosong dan porus adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
kekuatan kompresi dari amalgam yang sudah mengeras.
5.Efek Laju Pengerasan Amalgam. Laju pengerasan amalgam penting diperhatikan oleh
dokter gigi. Karena pasien pada umumnya diperbolehkan pulang dari praktik gigi dalam
waktu 20 menit setelah triturasi amalgam,pertanyaan yang penting diperhatikan di sini
adalah apakah amalgam sudah mempunyai kekuatan yang cukup untuk menjalankan
fungsinya. Ada kemungkinan bahwa persentase patahnya restorasi amalgam yang tinggi.
Amalgam tidak memperoleh kekuatan secepat yang kita inginkan. Spesifikasi ADA
menyebutkan kekuatan kompresi minimal adalah 80 MPa pada 1 jam. Kekuatan kompresi
1 jam dari amalgam komposisi tunggal yang kandungan tembaganya tinggi sangatlah
besar. (Anusavice, 2004)

Sifat Kimia Amalgam


1. Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik
Korosi galvanic atau bimetalik terjadi ketika dua atau lebih logam berbeda atau alloy
berkontak dalam larutan elektrolit , dalam hal ini adalah air ludah . Besarnya arus
galvanis dipengaruhi oleh lama / usia restorasi , perbedaan potensial korosi sebelum
berkontak dan daerah permukaan.
Jarak yang cukup lebar / besar dihasilkan dan kontak elektrik dari beberapa restorasi
secara in vivo . Untuk restorasi amalgam– amalgam , perbedaan potensial korosi sebelum
berkontak mungkin akan berguna dalam memprediksi besarnya arus galvanis, yang mana
paling tidak perbedaan keluarnya adalah 24 mV
Hubungan lama restorasi dengan besar arus galvanic berbanding terbalik .artinya semakin
lama usia restorasi amalgam dengan tumpatan lainnya , semakin kecil arus galvanic yang
dihasilkan.

2. Korosi
Korosi adalah reaksi elektrokimiawi yang akan menghasilkan degradasi struktur dan
properti mekanis. Banyak korosi amalgam terjadi pada bagian pits dan cervical. Korosi
dapat mengurangi kekuatan tumpatan sekitar 50%, serta memperpendek keawetan
penggunaan. (Marke, 1992)
Solusi;
1.memoles tumpatan amalgam
2. meminimalkan timbulnya arus galvanis
3. tidak memakan makanan mengandung asam secara terus menerus.

3. Tarnish
Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta permukaan film yang terlihat dapat
menyebabkan tarnish. Penyebab discoloration yang paling terkenal adalah campuran
silver dan copper sulfida karena reaksi dengan sulfur dalam makanan dan minuman.

Sifat Biologi Amalgam


1. Alergi
Secara khas respon alergi mewakili antigen dengan reaksi antibodi yang ditandai dengan
rasa gatal, ruam, bersin, kesulitn bernafas, pembengkakan, dan gejala lain. Dermaititis
kontak atau reaksi hipersensitif tipe 4 dari Commbs mewakili efek samping fisiologis
yang paling mungkin terjadi pada amalgam gigi, tetapi reaksi ini terjadi oleh kurang dari
1 % dari populasi yang di rawat.(Anusavice, 2004)
Solusi; tidak menggunakan tumpatan amalgam (tumpatan jenis lain yang dipakai)

2. Toksisitas
Air raksa merembes ke dalam struktur gigi. Suatu analisis pada dentin dibawah tambalan
amalgam mengungkapkan adanya air raksa yang turut berperan dalam perubahan warna
gigi.

Kentungan dan kerugian dari amalgam


a. Keuntungan Amalgam
 Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat
dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah,
sehingga amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di
dalam mulut (pada beberapa penelitian dilaporkan amalgam bertahan hingga
lebih dari 15 tahun dengan kondisi yang baik) asalkan tahap-tahap
penambalan sesuai dengan prosedur.
 Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada
umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam
mulut yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.
 Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu
“technique sensitive” bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana
sedikit kesalahan dalam salah satu tahapannya akan sangat mempengaruhi
ketahanan dan kekuatan bahan tambal resin komposit.
 Biayanya relatif lebih rendah dan dapat disimpan lebih lama jika
dibandingkan dengan bahan restorasi lainnya.

b. Kekurangan Amalgam
 Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi
dan juga mudah mengalami perubahan warna (tarnish) sehingga tidak dapat
diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan estetis sangat
diutamakan.
 Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan
yang berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna
pada gigi sehingga tampak membayang kehitaman.
 Pada beberapa sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang
terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah
penambalan pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif
terhadap rangsang panas atau dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak
berlangsung lama dan berangsur hilang setelah pasien dapat beradaptasi.
 Hingga kini tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang
dikandungnya Pada negara-negara tertentu ada yang sudah memberlakukan
larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.
 Adanya korosi berlebihan dapat menyebabkan peningkatan porositas,
penurunan integral marginal, berkurangnya kekuatan, dan pelepasan produk-
produk metal dalam lingkungan rongga mulut. Galvanic korosi jiga bisa dapat
terjadi yaitu korosi yang terjadi apabila amalgam berkontak dengan bahan
restorasi lainnya, misalnya emas, amalgam konvensional, alloy prostodonti,
dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai