Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Amalgam


Amalgam adalah paduan (campuran unsur logam) merkuri dan satu atau lebih
logam lainnya. Amalgam gigi diproduksi dengan mencampurkan merkuri cair dengan
partikel padat dari paduan yang sebagian besar mengandung perak, timah, dan
tembaga. Seng dan paladium juga dapat ditemukan dalam jumlah kecil. Penting untuk
membedakan antara amalgam gigi dan paduan amalgam, yang terakhir adalah
campuran kecil yang diproduksi dan dipasarkan secara komersial, partikel spheroid,
atau kombinasi keduanya, yang cocok untuk dicampur dengan merkuri cair untuk
menghasilkan amalgam gigi melalui reaksi kimia (Sakaguchi, 2018).

2.2 Komposisi Amalgam

Adapun fungsi dari setiap konstituen di atas adalah:


Perak
Perak berfungsi sebagai elemen utama dalam reaksi, memutihkan paduan,
mengurangi creep, meningkatkan kekuatan, meningkatkan perluasan pada
pengaturan, meningkatkan ketahanan terhadap noda pada amalgam yang dihasilkan.
Timah
Timah berfungsi untuk mengontrol reaksi antar perak dan merkuri,
mengurangi kekuatan dan kekerasan, mengurangi ketahanan terhadap noda dan
korosi. Oleh karena itu kandungan timah harus dikendalikan. Tanpa timah reaksi
antara perak dan merkuri reaksinya akan lebih cepat dan perluasan pengaturan tidak
dapat diterima.
Tembaga
Tembaga berfungsi untuk meningkatkan kekerasan dan kekuatan dan
meningkatkan perluasan pengaturan .
Seng
Seng dalam jumlah kecil tidak mempengaruhi reaksi pengaturan atau sifat
amalgam. Seng bertindak sebagai pemulung atau pengoksidasi selama pembuatan
sehingga mencegah oksidasi elemen penting seperti perak, tembaga, dan timah.
Okisdasi unsur-unsur ini akan mempengaruhi sifat panduan dan amalgam. Panduan
tanpa seng lebih rapuh dan amalgam menyebabkan ekspansi tertunda jika campuran
amalgam terkontaminasi dengan uap air selama manipulasi.

2.3 Sifat Amalgam


1. Perubahan Dimensi
Sejumlah kecil kontraksi terjadi pada setengah jam pertama setelah triturasi karena
merkuri berdifusi kedalam perak dan timah sehingga campuran ini larut didalam
merkuri. Setelah itu, ekspansi terjadi karena proses kristalisasi pada fase baru.
Menurut ADA no.1 perubahan dimensional terbatas pada 20 mikron/cm yang diukur
antara 5 menit sampai 24 jam setelah triturasi.
1. Kekuatan
Kekuatan amalgam berkembang dengan lambat. Memerlukan waktu 24 jam untuk
mencapai maksimum. Pada jam pertama, hanya 40%-60% dari kekuatan kompresif
maksimal yang dicapai
2. Korosi
Restorasi amalgam menghasilkan tarnis dan korosi selama periode waktu tertentu.
Meskipun korosi mengakibatkan berkurangnya kekuatan restorasi sekitar 50% dalam
waktu 5 tahun, fakta yang menguntungkan dari korosi adalah bahwa hal ini dapat
memperkuat marginpreparasi dan memperkuat amalgam itu sendiri
3. Biokompatibilitas
Meskipun terdapat perdebatan yang hebat tentang toksisitas merkuri, tetapi jika
penggunaannya secara hati-hati, maka amalgam akan menjadi material yang
biokompatibel.
4. Konduktivitas
Termal Karena memiliki konduktivitas termal yang baik, amalgam dapat
menghantarkan perubahan temperatur secara langsung ke pulpa. Maka, amalgam
harus dihindari dari pulpa jika tanpa pelindung pulpa yang baik.
5. Koofisien
Ekspansi Termal Koofisien ekspansi termal ini tiga kali lebih besar dibandingkan
dentin. Perbedaan yang besar ini dapat menyebabkan mikroleakage.
6. Mikroleakage pada Amalgam
Mikroleakage terjadi ketika adanya celah yang besar yaitu 2 sampai 20 mikron antara
amalgam dan struktur gigi.
2.4 Jenis-Jenis Amalgam
Jenis- jenis amalgam ini dibedakan berdasarkan:
1. Kandungan copper
a) Low copper alloy terdiri dari 6% berat tembaga.
b) High copper alloy, terdapat tembaga sebesar 6-30%.
2. Kandungan zinc
a) Alloy yang mengandung zink : terdapat zink sekitar 0,01-1%
b) Alloy yang bebas zink : terdapat zink sekitar < 0,01%
3. Ada atau tidaknya y2 phase
4. Berdasarkan ada atau tidaknya logam mulia
a) Binary alloys : terdapat 2 logam, seperti perak dan timah
b) Ternary alloys : terdapat 3 logam, yaitu perak, timak dan tembaga
c) Quartenary alloys : terdapat 4 logam, seperti perak, timah, tembaga
dan zink.
5. Bentuk dan ukuran partikel
a) Irregular : bentuk partikel irregular, baik berbentuk kumparan atau
shaving
b) Spherical : bentuk partikel ini spherical dengan permukaan yang halus
c) Spheroidal : bentuk partikel ini spheroidal dengan permukaan yang
tidak beraturan

2.5 Manipulasi Amalgam


Manipulasi Perbandingan alloy dan mercury Mercury, jumlah yang
dikehendaki dapat diperoleh dengan menimbang atau menggunakan suatu alat
(volume dispenser). Cara yang kedua tersebut lebih cepat. Alloy, dapat diukur
dengan: Menimbang, Menggunakan table alloy, terutama pada pencampuran secara
mekanis, Menggunakan amplop yang telah ditimbang lebih dahulu menggunakan
volume dispenser. Dua kekurangan volume dispenser untuk penggunaan ini ialah:
Sukar mengukur puder dalam satuan volume, karena berat bahan per volume
tergantung pada efisiensi susunan partikelnya dan alloy dapat lengket pada dinding
dispenser. Perbandingan takaran alloy/mercury sebesar 5/7 atau 5/8. Kelebihan
mercury mempermudah triturasi dan dapat diperoleh hasil campuran yang plastis.
Sebelum bahan dimasukkan ke dalam kavitas, kelebihan mercury diambil dengan
cara memeras dalam kain kasa. Minimal mercury techniques, mercury dan alloy
ditimbang dalam jumlah yang sama, tidak perlu dilakukan pemerasan mercury
sebelum dilakukan kondensasi, metode ini digunakan pada pencampuran secara
mekanis. Metode manapun yang dipergunakan, kelebihan mercury yang muncul di
permukaan selama pengisian kavitet harus diambil. (Sulastri, 2017)

Triturasi
Pencampuran manual dengan menggunakan mortar dan pastel yang terbuat
dari gelas. Permukaan dalam mortar agak kasar yang berguna untuk mempertinggi
frekuensi gesekan antara amalgam dan permukaan mortar. Teknik ini sudah jarang
digunakan lebih cepat menggunakan metode mekanis, karena risiko terhirup mercury
lebih kecil. (Sulastri, 2017)

Pencampuran secara mekanis


Alloy dan mercury dalam perbandingan yang tepat, dapat dicampur secara
mekanis di dalam kapsul baik dengan atau tanpa menggunakan pastel plastic atau
stainless steel. Harus dipergunakan pastel yang diameternya lebih kecil dari
kapsulnya, bila alloy berbentuk pil sehingga memudahkan menghancurkannya.
Amalgamator mekanis mempunyai pengatur waktu sehingga waktu pencampuran
yang tepat dapat terjamin serta dapat dilakukan berulang-ulang. Bahan untuk ini
tersedia dalam bentuk kapsul, masing-masing kapsul berisi alloy dalam berat yang
sudah diukur dan mercury dalam jumlah yang sebanding berada terpisah di bagian
tutupnya. Sekat pemisah harus dipecah sebelum kapsul dimasukkan pada
amalgamator mekanis. Pemilihan waktu triturasi adalah sangat penting.ini tergantung
pada tipe alloy yang digunakan serta kecepatan mencampur. Pada beberapa alloy
kaya cuprum tertentu perlu diawasi kondisi triturasi yang tepat. Beberapa produk
seperti ini membutuhkan energi yang besar pada pencampuran diperlukan untuk
menghancurkan pelapis oksida yang terbentuk pada partikel kaya kuprum.
Pengadukan selama 60 detik, apabila bahan tumpatan sudah mengkilat dan menempel
di dinding mortat berarti sudah homogeny, letakkan di dalam kain kasa peras
menggunakan pincet, apabila kelebihan mercuri akan ke luar lewat kain kasa tersebut.
(Sulastri, 2017)

Kondensasi
Bahan yang telah dicampur kemudian dimasukkan ke dalam kavitas sebagian
demi sebagian sehingga: Setiap bagian teradaptasi dengan baik menggunakan alat
kondensor sesuai ukuran besar kavitasnya. Setiap kali amalgam dimasukkan lalu
diberi tekanan. Kelebihan bahan yang kaya mercury akan muncul ke permukaan
setiap kali dilakukan kondensasi. Bahan hendaknya dikondensasi sesegera mungkin
setelah pencampuran. Bila dibiarkan terlalu lama dan mulai set maka: Tidak bias
diperoleh adaptasi yang baik dengan dinding kavitas Tambalan yang diperoleh
kurang kuat (Sulastri, 2017)

Trimming dan Carving


Bila kavitas diisi terlalu banyak, maka bagian atas yang kaya mercury dapat
dibuang dan tambalan dibentuk sesuai dengan anatominya. (Sulastri, 2017)

Pemolesan
Amalgam konvensional baru dapat dipoles paling cepat 24 jam setelah
penambalan, yaitu setelah tambalan cukup kuat. Amalgam yang kaya cuprum lebih
cepat mendapatkan kekuatannya. (Sulastri, 2017). Beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah mercury bebas sebaiknya jangan dibiarkan terbuka di udara.
Bahaya ini juga bias timbul sewaktu triturasi, selama kondensasi, selama pemolesan
restorative juga waktu pengeluaran tambalan lama yang dilakukan dengan bur
kecepatan tinggi. Harus dicegah adanya mercury yang berkontak dengan kulit karena
bahan ini dapat diabsorbsi oleh kulit. Kelebihan mercury hendaknya jangan dibuang
ke dalam tong sampah, karena bahan ini dapat bereaksi dengan alloy rumah tangga
(seperti pipa air, pipa gas, dan lain-lain). Juga harus dicegah kontaminasi amalgam
oleh lembab. (Sulastri, 2017)

2.6 Kegunaan Amalgam


Amalgam dipakai untuk menambal bagian gigi setelah bagian gigi yang rusak
dihilangkan oleh dokter gigi dengan cara dibor. Amalgam terbuat dari jenis logam
seperti perak, timah putih, seng dan emas oleh karena itu, amalgam memiliki
kekuatan lebih  terhadap tekanan mastikasi yang tinggi, Mudah untuk diaplikasikan
kedalam kavitas, perubahan dimensi yang minimal, dan ketahanan terhadap aus.
Amalgam juga mudah didapat dan harganya terjangkau karena sudah dikenal sebagai
bahan restorasi selama lebih dari 170 tahun. Kandungan perak dalam logam campur
amalgam juga berfungsi untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan amalgam,
menurunkan creep, ekspansi, dan memperbesar reaktivitas logam campur (Solanki,
2012).

2.7 Kelebihan dan Kekurangan Amalgam


Kelebihan dari pemakaian amalgam itu sendiri yaitu sejauh ini amalgam
adalah material tumpatan yang paling kuat dibandingkan dengan material lain dalam
melawan tekanan kunyah, sehingga amalgam memiliki daya ketahanan dengan
jangka waktu yang sangat lama di dalam rongga mulut. Ketahanan material amalgam
dari keausan juga tinggu, tidak seperti bahan lain yang semakin lama akan mengalami
aus. Aus pada material tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti gaya kunyah
serta cairan yang berada di dalam rongga mulut faktor-faktor dalam mulut yang
saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut. Kemudian restorasi dengan
amalgam cukup murah serta dapat dikatakan lebih mudah dan tidak sesulit restorasi
dengan menggunakan resin komposit, tidak terlalu sensitif terhadap teknik,
mempertahankan bentuk anatomi, memiliki ketahanan yang cukup memadai terhadap
fraktur, mencegah kebocoran marginal setelah periode di dalam mulut, dapat
digunakan di area yang menahan tekanan, dan memiliki waktu yang relatif lama
(Sakaguchi, 2018).

Namun, terdapat beberapa kekurangan dari penggunaan amalgam yaitu warna


amalgam yang kontras dengan warna gigi mengakibatkan kurangnya nilai estetika.
Oleh karena itu, amalgam tidak disarankan pada indikasi gigi anterior atau gigi-gigi
yang memerlukan pertimbangan estetis. Kemudian, penggunaan amalgam dalam
waktu lama akan terdapat kasus dimana tepi tumpatan yang berbatasan dengan gigi
mengakibatkan perubahan warna kehitaman pada gigi. Selain itu, material amalgam
juga rentan terjadi korosi. Hal ini disebabkan, terdapat produk korosi yang
teridentifikasi pada amalgam gigi termasuk timah oksida, timah hidroksiklorida,
oksida tembaga, tembaga klorida, dan senyawa lain yang lebih kompleks.
Pembentukan oksida dan klorida tidaklah mengherankan mengingat amalgam
beroperasi di lingkungan yang mengandung larutan garam. Karena komposisi
kimianya yang berbeda, fase amalgam yang berbeda memiliki potensi korosi yang
berbeda. Selain itu, juga terdapat beberapa kasus dimana pasien mengalami alergi
terhadap logam-logam yang terkandung dalam amalgam tersebut. Selain itu, restorasi
amalgam agak rapuh, dapat mengalami aksi galvanik, dapat menunjukkan tingkat
kerusakan pada tepi gigi dan amalgam, dan tidak membantu mempertahankan
struktur gigi yang melemah. Terakhir, ada kekhawatiran peraturan tentang
pembuangan amalgam di air limbah. Terlepas dari kekurangan ini, amalgam gigi
memiliki sejarah panjang sebagai bahan restoratif yang hemat biaya dan berhasil
(Sakaguchi, 2018).

2.8 Alat dan Bahan


2.1 Bahan

a. Bubuk amalgam

b. Cairan merkuri

2.2 Alat

a. Mortar dan pastle amalgam


b. Kondenser amalgam

c. Kain kasa

d. Pistol amalgam

e. Cetakan model

f. Dispenser bubuk amalgam

g. Dispenser cairan merkuri

h. Stopwacth

2.3 Cara Kerja


3.3.1 Triturasi Secara Manual

a. Bubuk amalgam dikeluarkan dari dispenser sebanyak 1 kali tekanan (arah


tegak lurus) dimasukkan dalam mortar.

b. Cairan merkuri dikeluarkan dari dispenser sebanyak 1 kali tekanan (arah


tegak lurus) dimasukkan dalam mortar yang telah berisi bubuk amalgam.

c. Bubuk amalgam dan cairan diaduk dengan cara menekan pestle pada
dinding mortar (pentype trip) dengan gerakan memutar sampai homogen
selama 60 detik. Pada saat mulai pengadukan waktu dicatat.
d. Adonan yang telah diaduk di masukkan ke dalam kain kasa, kelebihan
merkuri dikeluarkan dengan cara memeras dalam kain kasa. Kain kasa
dijepit kuat dengan pinset kemudian kain kasa diputar dan digerakkan ke
atas, maka sisa merkuri akan keluar dari kasa. Pekerjaan ini dilakukan
beberapa kali sampai tidak ada sisa merkuri yang keluar dari kasa.

e. Adonan dari kain kasa diambil dengan amalgam pistol di masukkan dalam
cetakan model. Penempatan adonan amalgam dalam cetakan model sedikit
demi sedikit sambil dilakukan kondensasi menggunakan kondensor sampai
adonan padat. Pekerjaan ini dilakukan berulangulang sampai cetakan model
penuh.
f. Amalgam ditunggu sampai mengeras dan waktu yang diperlukan sampai
mengeras dicatat.
3.3.2 Triturasi Secara Mekanik
a. Sambungan listrik amalgamator disambungkan pada sumber listrik.
b. Bubuk amalgam dan merkuri dalam kapsul diletakkan ke tempat yang ada
di amalgamator.
c. Lama triturasi diatur sesuai aturan pabrik, kemudian tombol on dinyalakan.
d. Dilakukan, kemudian kapsul dalam amalgamator dibuka dan amalgam di
letakkan dalam kain kasa.
e. Adonan dari kain kasa diambil dengan amalgam pistol di masukkan dalam
cetakan model. Penempatan adonan amalgam dalam cetakan model sedikit
demi sedikit sambil dilakukan kondensasi menggunakan kondensor sampai
adonan padat. Pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang sampai cetakan model
penuh.
f. Polishing dilakukan minimal 24 jam setelah amalgam mengeras.
2.9 Hasil dan pembahasan
Dari percobaan diatas didapatkan hasil triturasi
No Teknik Triturasi Waktu (detik)

1. Manual 64,58
2. Mekanik < 64,58

Dari hasil dapat disimpulkan triturasi amalgam secara manual memerlukan


waktu yang lebih banyak daripada menggunakkan alat. Triturasi manual memerlukan
tenaga yang lebih karena mengukur jumlah perbandingan amalgam powder dan
merkuri serta pengadukan hingga menyatu sedangkan mekanik tidak memerlukan
banyak tenaga dan sudah diatur dengan perbandingan yang tepat. Setelah triturasi,
merkuri berlebih di campuran amalgam akan dihilangkan dengan cara diperas
menggunakkan kain kasa hingga tidak ada yang keluar lalu terlihat seperti adonan
padat dan adonan tersebut yang akan diletakkan pada gigi yang memiliki kavitas
dengan bantuan pistol amalgam.
Pada proses triturasi merkuri akan berdifusi ke partikel logam dan bereaksi
dengan partikel silver dan logam untuk membentuk campuran silver dan merkuri,
Ag2Hg3. Pada fase ini akan terbentuk matriks untuk menahan campuran amalgam
yang tidak bereaksi. Mulai terbentuk Kristal dan amalgam cenderung lembut dan
mudah dibentuk. Semakin lama semakin banyak Kristal yang terbentuk dan amalgam
akan mengeras dan kuat dan sulit dibentuk. Reaksi yang terjadi adalah (Sakaguchi
2018)
Ag3Sn + Ag-Cu (eutetik) + Hg → Ag2Hg3 + Cu6Sn5 + Ag3Sn (tidak bereaksi)
+ Ag-Cu yang tidak bereaksi (eutectik)
Homogenitas amalgam tergantung dari tekanan yang terjadi antara alu dan
lumpang. Tekanan yang berbedabeda dari operator menyebabkan kekuatan amalgam
yang berbeda homogenitasnya sehingga hasilnya kurang baik. Lain halnya dengan
cara mekanik yang tekanannya selalu sama sehingga menghasilkan amalgam yang
homogen. Kondensasi amalgam dilakukan agar dapat membentuk kontak proksimal
dengan baik (Wardalina 2016; Nurhapsari dan Kusuma 2018).
Daftar Pustaka

1. Anusavice K. 2013. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Ed 10.
Jakarta: EGC.
2. Craig RG, Powers J, Wataha JC. 2012. Dental Materials Properties and
Manipulation. 13th ed. Missouri: Mosby Elsevier.
3. Manappallil JJ. 2016. Basic Dental Material. 4th Ed. London: The Health
Sciences Publisher.
4. Nurhapsari a dan Kusuma ARP. 2018. Penyerapan Air Dan Kelarutan Resin
Komposit Tipe Microhybrid, Nanohybrid, Packable dalam Cairan Asam.
ODONTO Dental Journal; 5(1): 67-75.
5. Sakaguchi R, Ferracane J, Powers J. 2018. Craig’s Restorative Dental
Materials: 14th edition. Missouri: Elsevier
6. Solanki, Gaurav. 2012. Amalgam Restorasi An Overview. International
Journal of Biomedical Research. Vol. 2012: 08-14.
7. Sulastri S. 2017. Bahan Ajar Keperawatan Gigi : Dental Material. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
8. Wardalina GV. 2016. Bakteri resisten merkuri pada feses pasien tumpatan
amalgam di Poli Gigi Puskesmas Bahu Manado. Jurnal e-Biomedik (eBm);
4(2): 1-5.

Anda mungkin juga menyukai