PEMBAHASAN
Triturasi
Pencampuran manual dengan menggunakan mortar dan pastel yang terbuat
dari gelas. Permukaan dalam mortar agak kasar yang berguna untuk mempertinggi
frekuensi gesekan antara amalgam dan permukaan mortar. Teknik ini sudah jarang
digunakan lebih cepat menggunakan metode mekanis, karena risiko terhirup mercury
lebih kecil. (Sulastri, 2017)
Kondensasi
Bahan yang telah dicampur kemudian dimasukkan ke dalam kavitas sebagian
demi sebagian sehingga: Setiap bagian teradaptasi dengan baik menggunakan alat
kondensor sesuai ukuran besar kavitasnya. Setiap kali amalgam dimasukkan lalu
diberi tekanan. Kelebihan bahan yang kaya mercury akan muncul ke permukaan
setiap kali dilakukan kondensasi. Bahan hendaknya dikondensasi sesegera mungkin
setelah pencampuran. Bila dibiarkan terlalu lama dan mulai set maka: Tidak bias
diperoleh adaptasi yang baik dengan dinding kavitas Tambalan yang diperoleh
kurang kuat (Sulastri, 2017)
Pemolesan
Amalgam konvensional baru dapat dipoles paling cepat 24 jam setelah
penambalan, yaitu setelah tambalan cukup kuat. Amalgam yang kaya cuprum lebih
cepat mendapatkan kekuatannya. (Sulastri, 2017). Beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah mercury bebas sebaiknya jangan dibiarkan terbuka di udara.
Bahaya ini juga bias timbul sewaktu triturasi, selama kondensasi, selama pemolesan
restorative juga waktu pengeluaran tambalan lama yang dilakukan dengan bur
kecepatan tinggi. Harus dicegah adanya mercury yang berkontak dengan kulit karena
bahan ini dapat diabsorbsi oleh kulit. Kelebihan mercury hendaknya jangan dibuang
ke dalam tong sampah, karena bahan ini dapat bereaksi dengan alloy rumah tangga
(seperti pipa air, pipa gas, dan lain-lain). Juga harus dicegah kontaminasi amalgam
oleh lembab. (Sulastri, 2017)
a. Bubuk amalgam
b. Cairan merkuri
2.2 Alat
c. Kain kasa
d. Pistol amalgam
e. Cetakan model
h. Stopwacth
c. Bubuk amalgam dan cairan diaduk dengan cara menekan pestle pada
dinding mortar (pentype trip) dengan gerakan memutar sampai homogen
selama 60 detik. Pada saat mulai pengadukan waktu dicatat.
d. Adonan yang telah diaduk di masukkan ke dalam kain kasa, kelebihan
merkuri dikeluarkan dengan cara memeras dalam kain kasa. Kain kasa
dijepit kuat dengan pinset kemudian kain kasa diputar dan digerakkan ke
atas, maka sisa merkuri akan keluar dari kasa. Pekerjaan ini dilakukan
beberapa kali sampai tidak ada sisa merkuri yang keluar dari kasa.
e. Adonan dari kain kasa diambil dengan amalgam pistol di masukkan dalam
cetakan model. Penempatan adonan amalgam dalam cetakan model sedikit
demi sedikit sambil dilakukan kondensasi menggunakan kondensor sampai
adonan padat. Pekerjaan ini dilakukan berulangulang sampai cetakan model
penuh.
f. Amalgam ditunggu sampai mengeras dan waktu yang diperlukan sampai
mengeras dicatat.
3.3.2 Triturasi Secara Mekanik
a. Sambungan listrik amalgamator disambungkan pada sumber listrik.
b. Bubuk amalgam dan merkuri dalam kapsul diletakkan ke tempat yang ada
di amalgamator.
c. Lama triturasi diatur sesuai aturan pabrik, kemudian tombol on dinyalakan.
d. Dilakukan, kemudian kapsul dalam amalgamator dibuka dan amalgam di
letakkan dalam kain kasa.
e. Adonan dari kain kasa diambil dengan amalgam pistol di masukkan dalam
cetakan model. Penempatan adonan amalgam dalam cetakan model sedikit
demi sedikit sambil dilakukan kondensasi menggunakan kondensor sampai
adonan padat. Pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang sampai cetakan model
penuh.
f. Polishing dilakukan minimal 24 jam setelah amalgam mengeras.
2.9 Hasil dan pembahasan
Dari percobaan diatas didapatkan hasil triturasi
No Teknik Triturasi Waktu (detik)
1. Manual 64,58
2. Mekanik < 64,58
1. Anusavice K. 2013. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Ed 10.
Jakarta: EGC.
2. Craig RG, Powers J, Wataha JC. 2012. Dental Materials Properties and
Manipulation. 13th ed. Missouri: Mosby Elsevier.
3. Manappallil JJ. 2016. Basic Dental Material. 4th Ed. London: The Health
Sciences Publisher.
4. Nurhapsari a dan Kusuma ARP. 2018. Penyerapan Air Dan Kelarutan Resin
Komposit Tipe Microhybrid, Nanohybrid, Packable dalam Cairan Asam.
ODONTO Dental Journal; 5(1): 67-75.
5. Sakaguchi R, Ferracane J, Powers J. 2018. Craig’s Restorative Dental
Materials: 14th edition. Missouri: Elsevier
6. Solanki, Gaurav. 2012. Amalgam Restorasi An Overview. International
Journal of Biomedical Research. Vol. 2012: 08-14.
7. Sulastri S. 2017. Bahan Ajar Keperawatan Gigi : Dental Material. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
8. Wardalina GV. 2016. Bakteri resisten merkuri pada feses pasien tumpatan
amalgam di Poli Gigi Puskesmas Bahu Manado. Jurnal e-Biomedik (eBm);
4(2): 1-5.