“RESIN KOMPOSIT”
Dosen Pembimbing:
drg. Rima Permata Sari
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
d. Untuk menjelaskan sifat mekanis, fisik, kimia, dan biologis yang terkandung pada
resin komposit.
e. Untuk menjelaskan proses setting resin komposit.
f. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan resin komposit.
i. Diameter tensile
Jawab: suatu ukuran/gaya tarik yg disebabkan dari tekanan/regangan.
5
6
sering digunakan yaitu organosilanes (3-metoks iprofil trimetoksi silane), zirconates dan
titanates (Sulastri S, 2017)
d. Aktivator
Bahan lain untuk stabilitas warna dan mencegah polimerisasi dini (Sulastri S, 2017).
e. Pigmen
Pigmen untuk membentuk oksidasi yang memberikan variasi pada shade resin
komposit. / modifier optic Isinya Stain dan opacifiers yang berfungsi mengubah dan
memodifikasi warna visual (shading) dan translusensi bahan komposit (Anusavice KJ, 2003).
f. Inhibitor dan stabilizer
Mencegah terjadinya propagasi yang terlalu dini saat pemanjangan polimer. Stabilizer
berupa UV absorber untuk menstabilkan perubahan warna. Contoh: BHT (BZzuthylates
Hydroxytoluene) dan MEHQ (Anusavice KJ, 2003).
kemampuan suatu restorasi untuk menahan gaya fleksural saat sedang berfungsi di
dalam mulut. Resin komposit flowable memiliki tekanan fleksural dan kompresi 50%
lebih rendah dibandingkan dengan resin komposit packable dan resin komposit hybrid
lainnya, hal ini dikarenakan volume bahan pengisi resin komposit flowable (Murdiyanto
D, et al., 2019)
a. Diametral Tensile Test
Merupakan metode alternatif untuk mengukur kekuatan tarik material. Metode uji ini
dapat diterapkan pada meterial rapuh (brittle). Tetapi material rapuh (brittle) harus diuji
dengan hati- hati karena setiap konsentrasi stress dalam spesimen dapat menyebabkan fraktur.
RUMUS: Tensile stress = 2 F/πdt.
b. Flexural Strength
Flexural strength adalah uji kekuatan suatu batang yang didukung di setiap ujung
batang tersebut di bawah beban statis. Flexural strength juga merupakan kemampuan material
untuk melengkung sebelum patah. Uji ini adalah pengukuran kolektif dari tensile,
compressive, dan shear stress secara bersamaan. RUMUS: σ = 3PL/4wt2
c. Shear Strength
Shear strength adalah stress maksimum suatu material dapat bertahan sebelum gagal
pada pemberian beban secara metode shear (geser). Metode uji shear strength suatu material
disebut punch method atau pushout method. Distribusi stress pada metode ini tidak murni
shear dan hasil sering berbeda karena perbedaan dimensi spesimen, geometri permukaan,
komposisi dan persiapan, serta prosedur uji mekanik. Rumus dari uji ini ialah : F/πdh.
d. Compressive Strength
Merupakan kemampuan suatu bahan untuk menahan beban kekuatan tekan.
Compressive Strength juga bermanfaat untuk membandingkan dental amalgam, resin
komposit, dan semen serta untuk menentukan mutu material lain seperti gipsum, bahan tanam,
dan material cetak. Compressive Strength yang dimiliki oleh resin komposit sebesar 277 MPa
(Mc. Cabe, et al., 2007).
Adhesi, perlekatan resin komposit dengan gigi, retensi yang didapat dari porositas
permukaan gigi setelah dietsa dan perlekatan dari permukaan gigi dengan resin komposit
Kekuatan dan keausan, resin komposit mempunyai kekuatan tensil kompresif lebih besar
daripada resin akrilik. Daya tahan terhadap fraktur cukup bagus . bagus untuk penumpatan
klas IV meskipun komposit resin mudah aus (Yuliati A, et al. 2015).
posterior. Resin komposit jenis ini dikembangkan dengan konsep teknologi nano yang
biasanya digunakan untuk membentuk suatu produk yang dimensi komponen komponen
kritisnya adalah sekitar 0,1 hingga 100 nanometer. Teknologi nano secara teori digunakan
untuk membuat suatu produk baru yang lebih ringan dan lebih kuat (Basri MHC, et al., 2017).
Sifat fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman digunakan
pada gigi anterior. Resin komposit resisten terhadap perubahan warna karena oksidasi. Tensile
dan compressive strength resin komposit lebih rendah dari amalgam. Pada aspek klinis setting
komposit ini terjadi selama 30-6- detik sedikitnta waktu yang diperhatikan diperlukan untuk
penyinaran (Fajerskov O, 2008).
TEC pada komposit memiliki TEC lebih besar dibanding lapisan gigi lainnya.
Hybrid 25–38 × 10–6/°C Microfilled 55–68 × 10–6/°C dan Conductivitas thermal :
bagaimana panas akan ditransfer selama restorasi. Material yg baik memiliki Conductivitas
termal yang rendah untuk mengurangi kelebihan panas pada pulpa. Hybrid 25–30 × 10–4
cal/sec/cm2 (°C/cm) Microfilled 12–15 × 10–4 cal/sec/cm2 (°C/cm) (Manappalil & John J,
2016).
d. Higroskopi
Berarti kemampuan suatu zat untuk menarik molekul air dari linkungan sekitarnya
baik melalui penyerapan atau adosorpsi.
e. Kelarutan
Massa dilepaskan ke dalam air seiring waktu.
f. Energi Permukaan
Sama seperti tegangan permukaan tetapi dinyatakan dalam mJ/m2
g. Tegangan permukaan
Pengukuran energi kohesif yang ada di antarmuka; cairan/udara. Energi ini merupakan
hasil molekul pada permukaan zat cair yang mengalami ketidakseimbangan tarikan
antar molekul. Ini memiliki satuan mN/m.
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Resin komposit adalah
bahan restorasi berbasis resin yang dikembangkan dari bahan sebelumnya yaitu semen silikat
dan resin akrilik dan bahan restorasi ini banyak digunakan di kedokteran gigi modern dalam
hal merestorasi karies, abrasi enamel dan juga untuk estetika karena memiliki kesesuaian yang
bagus dengan gigi. Komponen resin komposit terdiri atas matriks, filler (bahan pengisi)
anorganik dan coupling agent, selain ketiga komponen tersebut, terdapat komponen tambahan
yaitu aktivator, pigmen, inisiator dan ultraviolet absorben. Klasifikasi resin komposit
berdasarkan viskositas yakni resin komposit packable dan resin komposit flowable.
Klasifikasi berdasarkan ukuran partikel filler yakni resin komposit makrofiller, resin komposit
midifillers, resin komposit minifillers, resin komposit mikrofiller, resin komposit hybrid dan
resin komposit nanofiller. Klasifikasi berdasarkan polimerisasi yakni resin komposit
diaktivasi kimia, resin komposit diaktivasi oleh sinar, dan resin komposit dual-cured. Sifat
mekanik resin komposit yakni diametral tensile test, flexural strength, shear strength, dan
compressive strength. Sifat fisik yang baik terutama dalam hasil pemolesan maupun kekuatan,
memiliki nilai estetik yang baik, dan TEC pada komposit memiliki TEC lebih besar dibanding
lapisan gigi lainnya. Sifat kimia resin komposit yakni galvanis, ternis, korosi, higroskopi,
kelarutan, energi permukaan, dan tegangan permukaan. Sifat bilogis resin komposit berkaitan
dengan toksisitas dari reaksi sensitivitas jaringan yang berkaitan baik secara lokal maupun
sistemik. Proses polimerasi yakni aktivasi, inisiasi, propagasi, dan terminasi. Kelebihan dan
kekurangan resin komposit salah satunya adalah penghantar panas yang rendah dan dapat
mengalami erosi.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan kepada para pembaca untuk
mengenal atau mempelajari lebih dalam lagi mengenai komposisi, kalsifikasi, sifat, proses
setting, kelebihan dan kekurangan dari resin komposit.
13
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice KJ. 2003. Phillip’s Science of Dental Material. 10th ed. W.B. Philadelphia:
Saunders Company.
Annusavice KJ. 2004. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi (Penerjemah:
Johan AB dan Susi P). Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Anusavice K. 2013. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Ed 10. EGC:
Jakarta.
Anusavice K., Shen C, Rawls H. 2013. Phillip’s Science of Dental Materials. 12th ed.
Missouri: Saunders.
Noviyani A, M. Y. Ichrom N., Puspitasari D. 2018. PERBANDINGAN JARAK
PENYINARAN DAN KETEBALAN BAHAN TERHADAP KUAT TARIK DIAMETRAL
RESIN KOMPOSIT TIPE BULK FILL. Dentin (Jurnal Kedokteran Gigi). 2(1): 68 – 72).
Bakar A. 2018. Kedokteran Gigi Klinis. 2 ed. Yogyakarta: Quantum Sinergis Media.
Basri MHC, Erlita I, Nahzi MYI. 2017. KEKASARAN PERMUKAAN RESIN
KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH PERENDAMAN ALAM AIR SUNGAI DAN AIR
PDAM. JURNAL KEDOKTERAN GIGI; 2: 101-106.
Istikharoh F. 2018. Dental Resin Komposit. Malang: UB Press.
Kafalia RF, Firdausy MD, Nurhapsari A. 2017. Pengaruh Jus Jeruk dan Minuman
Berkarbonasi terhadap Kekerasan Permukaan Resin Komposit. ODONTO: Dental Journal.
4(1): 38-43.
Lestari S. 2012. Efek Lama Penyinaran Terhadap Kebocoran Tepi Tumpatan Resin
Komposit Flowable. J.K.G Unej. 9(3): 110.
Manappalil, John J. 2016. Basic Dental Material 4th Edition. Panama City: Jaypee-
Highlight Medical Publishes Inc.
Mc. Cabe JF. 2007. Anderson’s. Applied Dental Materials. 9th Ed. London:Blackwell
Munksgaard.
Murdiyanto D, Pratiwi SG. 2019. PENGARUH PENAMBAHAN SERAT KAPAS
(Gossypium sp.) TERHADAP KEKUATAN FLEKSURAL RESIN KOMPOSIT
FLOWABLE. JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi). 2(1).
13
Nugroho DA, Aditia I. 2020. Perbedaan Kekuatan Geser antara Semen Resin
Nanosisal Komposit 60% Wt dan Semen Resin Nanofiller Komposit. Insisiva Dental Journal:
Majalah Kedokteran Gigi Insisiva. 9(1): 11-18.
Noor HW, Nabila AH. 2017. PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA ANTARA
RESIN KOMPOSIT KONVENSIONAL, HIBRID, DAN NANOFIL SETELAH
DIRENDAM DALAM OBAT KUMUR CHLORHEXIDINE GLUCONATE 0,2%. JIKG.
1(1): 52.
Nurhapsari A, Kusuma PRA. 2018. Penyerapan Air dan Kelarutan Resin Komposit
Tipe Microhybrid, Nanohybrid, Packable dalam Cairan Asam. ODONTO Dental Journal.
5(1): 67-75.
Nurmalasari A. 2015. Perbedaan Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nano Pada
Perendaman Teh Hitam dan Kopi. Jurnal Wiyata. 2(1): 48-53.
Sueprapto A. 2017. Buku Pedoman dan Tata Laksana Praktik Kedokteran Gigi.
Yogyakarta: STPI Bima Insani Mulia.
Sulastri S. 2017. Dental material. Ed 1. Indonesia: kementerian Kesehatan republik
Indonesia.
Van Noort R. 2013. Introduction to Dental Materials. 4th ed. China; Mosby Elsevier.
Widyastuti NH, Hermanegara NA. 2017. PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA
ANTARA RESIN KOMPOSIT KONVENSIONAL, HIBRID, DAN NANOFIL SETELAH
DIRENDAM DALAM OBAT KUMUR
Yuliati A, Harijanto E. 2015. Buku Ajar Ilmu Material Kedokteran Gigi. Surabaya:
Airlangga University Press.
13