Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TUTORIAL SKENARIO 1 BLOK 6

“RESIN KOMPOSIT”

Dosen Pembimbing:
drg. Rima Permata Sari

Dosen Kuliah Pakar:


drg. Dewi Puspitasari, M.Si

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6

Eugenia Clairine 1911111120008


Muhammad Rizki Fadhil 1911111310039
Manik Ulya Arfiyanti 1911111220002
Melati Raihan Anidar 1911111120006
Muhammad Nabiel Taqiyuddin HAM 1911111310018
Nasrullah Safruddin 1911111110012
Novi Tiara Lestari 1911111320028
Nurfanza Muti Saputra 1911111210015
Rizqiqa Harini 1911111220012
Yasmina Aulia 1911111320023
Yenny Normayanti Juhro 1911111320006
Zakiah Husada Noor 1911111120002

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadiran Tuhan yang maha Esa atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “RESIN
KOMPOSIT” ini ditulis sehubungan dengan materi Tutorial Skenario 1 Blok 6 yang telah
dilaksanakan. Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing tutorial, drg. Rima
Permata Sari yang telah membantu pengerjaan makalah ini agar pembaca memahami tentang
resin komposit.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan kami berterima kasih
kepada dosen yang telah bersedia membantu dan kepada semua yang terlibat sehinggga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Namun, terlepas dari itu semua kami menyadari bahwa masih ada banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini, dan semakin baik ke depanya.
Akhir kata, kami dari kelompok 6 berharap semoga makalah ilmiah tentang resin
komposit ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca sekalian dan
dapat berguna bagi ilmu pengetahuan kita semua.

Banjarmasin, 14 Oktober 2020

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 1
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................................... 2
1.5 Identifikasi dan klarifikasi Istilah Asing ................................................................. 2
1.6 Identifikasi dan Analisis Masalah ........................................................................... 3
1.7 Problem Tree........................................................................................................... 4
1.8 Sasaran Belajar........................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 5
2.1 Definisi Resin Komposit ......................................................................................... 5
2.2 Komposisi Resin Komposit ..................................................................................... 5
2.3 Klasifikasi Resin Komposit ..................................................................................... 6
2.4 Sifat Mekanik Resin Komposit ................................................................................ 7
2.5 Sifat Fisik Resin Komposit ...................................................................................... 8
2.6 Sifat Kimia Resin Komposit .................................................................................... 9
2.7 Sifat Biologis Resin Komposit ............................................................................. 10
2.8 Proses Setting Resin Komposit .............................................................................. 10
2.9 Kelebihan Resin Komposit .................................................................................... 11
2.10 Kekurangan Resin Komposit ............................................................................... 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 13
3.2 Saran ..................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Resin komposit merupakan salah satu bahan tambalan sewarna gigi yang banyak
digunakan saat ini karena memiliki nilai estetis yang tinggi dibandingkan dengan bahan
tumpatan warna gigi yang lain. Bahan tersebut merupakan salah satu polimer yang mengeras
melalui polimerisasi. Istilah resin komposit dapat didefinisikan sebagai gabungan dua atau
lebih bahan yang berbeda dengan sifatsifat yang unggul sehingga akan menghasilkan sifat
yang lebih baik dari pada bahan itu sendiri (Anusavice, 2013). Komposisi resin komposit
terdiri atas filler (bahan pengisi) anorganik, matriks resin dan coupling agent.
Filler anorganik berperan terhadap kekuatan resin komposit. Matriks resin digunakan
untuk membentuk fisik resin komposit agar dapat diaplikasikan. Coupling agent berfungsi
untuk menyatukan filler dan matriks resin. Selain ketiga komponen tersebut, komposisi resin
komposit juga dapat ditambahkan dengan aktivator, inisiator, pigmen dan ultraviolet
absorben. Tambahan komponen tersebut dapat berfungsi saat proses polimerisasi dan warna
resin komposit sesuai dengan warna gigi (Anusavice, 2013). Penambahan komponen bahan
pengisi ke dalam matriks resin secara signifikan dapat meningkatkan sifat mekanis resin
komposit.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah, sebagai berikut:
a. Apa definisi dari resin komposit?
b. Apa saja komposisi yang terdapat pada resin komposit?
c. Bagaimana klasifikasi dari resin komposit?
d. Bagaimana sifat mekanis, fisik, kimia, dan biologis yang terkandung pada resin
komposit?
e. Bagaimana proses setting pada resin komposit?
f. Apa saja kelebihan dan kekurangan resin komposit?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka didapatkan tujuan
penulisan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui definisi resin komposit.
b. Untuk mengetahui komposisi resin komposit.
c. Untuk menjelaskan klasifikasi resin komposit.

1
2

d. Untuk menjelaskan sifat mekanis, fisik, kimia, dan biologis yang terkandung pada
resin komposit.
e. Untuk menjelaskan proses setting resin komposit.
f. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan resin komposit.

1.4 Manfaat Penulisan


Berdasarkan tujuan penulisan yang telah diuraikan di atas maka didapatkan manfaat
penulisan sebagai berikut:
a. Bagi penulis
Manfaat makalah bagi penulis adalah dapat meningkatkan keterampilan dalam
mengorganisasi dan menyajikan data dan fakta secara jelas dan sistematis, dan dapat terlatih
menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil sarinya, dan
mengembangkannya ke tingkat pemikiran yang lebih matang.
b. Bagi pembaca
Manfaat penulisan makalah ini bagi pembaca adalah dapat dijadikan sebagai sumber
referensi, informasi, dan dapat menambah wawasan untuk pembaca makalah ini mengenai
resin komposit di kedokteran gigi.

1.5 Identifikasi dan klarifikasi Istilah Asing


a. Universal Testing machine
Jawab : Pengukur kekuatan material.
b. Brittle
Jawab: mudah rapuh.
c. Mylar Strip
Jawab: Sebuah plastic berbentuk persegi panjang yang digunakkan untuk mengukur
kontur gigi/ garis permukaan gigi.
d. Kompresi
Jawab: Suatu proses pemampatan gas/udara.
e. Vicker hardness tester
Jawab : Alat untuk menguji kekerasan suatu permukaan.
f. Light Curing Unit
Jawab: Alat yang mengeluarkan sinar untuk melakukan bleaching.
g. Intensitas
Jawab: Jumlah/ tingkatan/ banyak, suatu jumlah benda/suatu yang dinyatakan dalam
suatu nilai atau angka.
h. Shade
Jawab: Jawab: Jenis-jenis warna, ukuran.
3

i. Diameter tensile
Jawab: suatu ukuran/gaya tarik yg disebabkan dari tekanan/regangan.

1.6 Identifikasi dan Analisis Masalah


1. Apa bahan tumpatan yang dimaksud dalam skenario tersebut?
Jawab : Resin komposit.
2.Mengapa material yang dimaksud tersebut perlu menggunakan light curing unit dan
bagaimana cara penggunaan light curing unit stelah material tsb digunakan?
Jawab: Agar membantu merekatkan material scra kimiawi, karena LCU berfungsi
mengeraskan permukaan resin komposit dengan cara memberikan sinar pada bahan
tumpatan yang berada pada gigi yang ingin ditumpat dengan durasi sesuai intruksi pabrik.
Dengan LCU didekatkan/ menempel pda permukaan resin komposit.
3. Apa saja material tumpatan yang sewarna dengan gigi?
Jawab : Resin komposit.
4. Apa sifat bahan material yang terdapat pada skenario tersebut?
Jawab : brittle (mudah rapuh),banyak variasi warna, fisik, kimia dan mekanik,
mempunyai sifat resisten thd perubahan warna, tidak toksik bagi tubuh, mudah
mengkerut.
5. Mengapa material tersebut bersifat brittle?
Jawab : daya ketahanan material yang kurang kuat dan menambah daya estetika karena
memiliki warna yang serupa dengan gigi.
6. Apa kelebihan dan kekurangan bahan tumpatan tsb?
Jawab : nilai estetika, daya tahan 6-9 thn (+) dan sifat brittle (-), (-) material tumpatan
akan menyusut stelah disinar dgn LCU, (+) warrnanya serupa dgn gigi dan tidak toksik
(+), (+) kekuatan mekaniknya bagus krn berisi filler dan matriks organik serta daya
kunyahnya kuat, (-)warnanya mudah berubah.
7. Selain untuk tumpatan apa saja kegunaan material yang dimaksud dalam scenario?
Jawab: estetika, menempelkan bracket.
8. Apakah alat lain selain vicker hardness untk menguji tumpatan dalam scenario?
Jawab : knoop hardness, Universal material testing machine model LRX .
9. Apa saja Komposisi dari bahan tumpatan yang dimaksud dalam skenario?
Jawab : Resin matriks, partikel pengisi, material organic, bahan pengikat, dan filler,
kopling agent, deaktivator dan stabillitator, bahan pewarna dan inhibitor.
10. Disebut apa alat yang digunakkan untuk mengukur warna material tersebut?
Jawab : chromameter (vita easy shade).
11. Apa makna dari shade warna A2, A3 dsb?
Jawab : tingkatan warna untuk membedakan 1 wrna dg wrna lainnya.
4

1.7 Topic Tree

1.8 Sasaran Belajar


1. Definisi resin komposit.
2. Komposisi dari resin komposit .
3. Klasifikasi dari resin komposisit.
4. Sifat mekanik dari resin komposit.
5. Sifat fisik dari resin komposit.
6. Sifat kimia dari resin komposit.
7. Sifat biologis dari resin komposit.
8. Proses setting dari resin komposit.
9. Kelebihan dari resin komposit.
10. Kekurangan dari resin komposit.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Resin Komposit


Resin komposit adalah salah satu bahan restorasi yang digunakan untuk
mengembalikan bentuk dan fungsi gigi, karena memiliki estetik yang baik, kemampuan bahan
untuk berikatan dengan struktur jaringan keras gigi, dan warnanya yang menyerupai dengan
gigi asli. Kegunaan utama resin komposit adalah bahan restorasi gigi anterior maupun
posterior (Noviyani A, et al., 2018).
Resin komposit merupakan tumpatan sewarna gigi yang merupakan gabungan atau
kombinasi dari dua atau lebih bahan kimia yang berbeda dengan sifat-sifat unggul atau lebih
baik daripada bahan itu sendiri. Bahan ini sudah lama digunakan di kedokteran gigi sejak
tahun 1940 dan telah mengalami perkembangan pesat. Bahan ini terdiri dari tiga komponen
utama yaitu komponen organik (resin) yang membentuk matriks, bahan pengisi (filler)
anorganik dan bahan interfasial untuk menyatukan resin dan filler. filler yang disebut
coupling agent. Jadi, resin komposit dapat digunakan untuk pengganti struktur gigi yang
hilang atau untuk memodifikasi warna dan kontur gigi sehingga meningkatkan estetik fasial
(Anusavice KJ, 2003).

2.2 Komponen Resin Komposit


Resin komposit terdiri atas matriks, filler (bahan pengisi) anorganik dan coupling
agent. Selain ketiga komponen tersebut, terdapat komponen tambahan yaitu aktivator,
pigmen, inisiator dan ultraviolet absorben (Nugroho DA, et al., 2020).
a. Matriks organik
Matriks organic berisi BIS-GMA & UDMA(20-40%) didasarkan pada campuran
monomer dimethacrylate aromatik/alifatik seperti bis-GMA dan UDMA. Matriks organik
berguna untuk membuat ikatan yang saling silang, membuat struktur polimer yang kuat, kaku
dan tahan lama (Anusavice KJ, 2003).
b. Filler
Filler merupakan bahan pengisi yg berisi silikon dioksida, silikat boron&alumunium
lithiumSilane Coupling Agent. Filler berfungsi untuk reinforcement, mengurangi penyusutan,
mengurangi ekspansi dan kontraksi termal, mengontrol viskositas, penurunan penyerapan, dan
memberikan radiopacity (ytterbium fluoride, barium, stronsium, zirconium, zinc glasses) SCA
(Anusavice KJ, 2003).
c. Coupling agent (bahan pengikat)
Tujuan untuk mengikat partikel pengisi anorganik dengan resin matriks yang
berfungsi untuk meningkatkan sifat fisik dan mekanis resin. Contoh bahan pengikat yang

5
6

sering digunakan yaitu organosilanes (3-metoks iprofil trimetoksi silane), zirconates dan
titanates (Sulastri S, 2017)
d. Aktivator
Bahan lain untuk stabilitas warna dan mencegah polimerisasi dini (Sulastri S, 2017).
e. Pigmen
Pigmen untuk membentuk oksidasi yang memberikan variasi pada shade resin
komposit. / modifier optic Isinya Stain dan opacifiers yang berfungsi mengubah dan
memodifikasi warna visual (shading) dan translusensi bahan komposit (Anusavice KJ, 2003).
f. Inhibitor dan stabilizer
Mencegah terjadinya propagasi yang terlalu dini saat pemanjangan polimer. Stabilizer
berupa UV absorber untuk menstabilkan perubahan warna. Contoh: BHT (BZzuthylates
Hydroxytoluene) dan MEHQ (Anusavice KJ, 2003).

2.3 Klasifikasi Resin Komposit


2.3.1 Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Filler
Berdasarkan bahan pengisi utamanya (filler), resin komposit dapat diklasifikasikan
menjadi tiga jenis yaitu resin komposit konvensional (makrofil), resin komposit berbahan
pengisi partikel kecil (mikrofil), resin komposit hibrid, dan resin komposit nanofil.
a. Resin komposit konvensional mempunyai ukuran bahan partikel pengisi relatif besar
yaitu rata-rata 8-12 μm dan banyaknya bahan pengisi umumnya 70-80% berat
atau 60-65% volume. Besarnya bahan partikel pengisi pada resin komposit ini
menjadikan permukaannya kasar dan lebih tahan terhadap abrasi. Permukaan
yang kasar pada resin juga menjadi kekurangannya yakni cenderung dapat
berubah warna.
b. Resin komposit hibrid merupakan resin komposit kombinasi antara resin
komposit konvensional (makrofil) dengan partikel kecil (mikrofil)yang mempunyai
ukuran partikel filler sebesar 0,6-1,0 μm. Resin komposit ini mempunyai tingkat
kekuatan dan kehalusan yang cukup baik sehingga dapat diindikasikan untuk
restorasi gigi anterior maupun posterior. Resin komposit hibrid juga dapat
mengalami perubahan warna seperti resin komposit konvensional.
c. Resin komposit nanofil mempunyai ukuran partikel filler yang sangat kecil yaitu
sekitar 0,005-0,01 μm sehingga kekuatan dan ketahanan hasil poles yang
dihasilkan sangat baik. Partikel nano yang kecil menjadikan resin komposit
nanofil dapat mengurangi polymerization shrinkage dan mengurangi adanya
microfissure pada tepi email yang berperan pada marginal leakage, dan perubahan
warna (Widyastuti, et al., 2017).
7

2.3.2 Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Manipulasi


Resin komposit packable/condensable/packable composite merupakan resin komposit
yang mengandung muatan filler yang lebih tinggi dan ukuran filler yang beraneka ragam,
sehingga memiliki kemampuan menyerupai kemampuan handling dan kondensasi amalgam,
sehingga dapat membentuk kontak proksimal dengan baik. Resin komposit flowable,
kandungan filler dan matriks berbeda dengan resin komposit packable sehingga menentukan
viskositas material (Nurhapsari A, et al., 2018).
a. Komposit Macrofiller/komposit konvensional: Jenis komposit yang tertua. Segi
kekuatan bagus kelemahannya permukaannya kasar. Ukuran partikel pengisi 8-12
μm/lebih. Bahan pengisinya biasanya quartz.
b. Komposit Microfiller: Bahan pengisi yang digunakan silika koloidal. Volume partikel
pengisi 35- 50% berat matriks. Memiliki permukaan halus, cepat aus mudah terjadi
cracking(retak pada restorasi).
c. Komposit Small Particle Filler : Ukuran partikel pengisi 1-5 μm, Volume bahan
pengisi 80-85% berat matriks. Memiliki kekuatan yang baik, sebaiknya digunakan
untuk tumpatan gigi posterior.
d. Komposit Hybrid : Partikel pengisi merupakan gabungan dari makro dan mikrofiller.
Memiliki ukuran partikel 0,6 -1 μm. Volume pengisi 75-80% berat matriks segi
kekuatan bagus
e. Komposit Mikrohybrid Partikel pengisi gabungan dari Mikrohybrid dan Small Particle
Filler, kekuatan lebih bagus dari pada hybrid. Komposit Mikrohybrid Partikel pengisi
gabungan dari Mikrohybrid dan Small Particle Filler, kekuatan lebih bagus dari pada
hybrid. Diindikasikan untuk tambalan gigi posterior dengan karies yang besar.

2.3.2 Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Karakteristik Aliran


Resin komposit berdasarkan karakteristik alirannya dapat diklasifikasikan
yaitu resin komposit packable dan resin komposit flowable. Resin komposit flowable
memiliki filler rendahdan viskositas rendah. Viskositas yang rendah dihasilkan dari
penambahan TEDGMA sehingga resin menjadi lebih encer. Filler yang rendah
menyebabkan tingginya polimerisasi shrinkage dan rendahnya terhadap daya tahan
kekuatan. Kekuatan mengacu pada kemampuan restorasi. Komposit Nanohybrid.
Partikel pengisi memiliki ukuran yang terkecil yaitu = 0,02 -0,07 μm. Segi kekuatan dan
estetika terbagus diantara komposit yang lainnya. Memiliki derajat translucent yang
bermacam-macam (Sulastri S, 2017).

2.4 Sifat Mekanik Resin Komposit


Sifat bahan agar menahan beban yang ada tanpa mengalami patah atau berubah
bentuk secara berlebihan, salah satu kekuatan yaitu kekuatan fleksural yang merupakan
8

kemampuan suatu restorasi untuk menahan gaya fleksural saat sedang berfungsi di
dalam mulut. Resin komposit flowable memiliki tekanan fleksural dan kompresi 50%
lebih rendah dibandingkan dengan resin komposit packable dan resin komposit hybrid
lainnya, hal ini dikarenakan volume bahan pengisi resin komposit flowable (Murdiyanto
D, et al., 2019)
a. Diametral Tensile Test
Merupakan metode alternatif untuk mengukur kekuatan tarik material. Metode uji ini
dapat diterapkan pada meterial rapuh (brittle). Tetapi material rapuh (brittle) harus diuji
dengan hati- hati karena setiap konsentrasi stress dalam spesimen dapat menyebabkan fraktur.
RUMUS: Tensile stress = 2 F/πdt.
b. Flexural Strength
Flexural strength adalah uji kekuatan suatu batang yang didukung di setiap ujung
batang tersebut di bawah beban statis. Flexural strength juga merupakan kemampuan material
untuk melengkung sebelum patah. Uji ini adalah pengukuran kolektif dari tensile,
compressive, dan shear stress secara bersamaan. RUMUS: σ = 3PL/4wt2
c. Shear Strength
Shear strength adalah stress maksimum suatu material dapat bertahan sebelum gagal
pada pemberian beban secara metode shear (geser). Metode uji shear strength suatu material
disebut punch method atau pushout method. Distribusi stress pada metode ini tidak murni
shear dan hasil sering berbeda karena perbedaan dimensi spesimen, geometri permukaan,
komposisi dan persiapan, serta prosedur uji mekanik. Rumus dari uji ini ialah : F/πdh.
d. Compressive Strength
Merupakan kemampuan suatu bahan untuk menahan beban kekuatan tekan.
Compressive Strength juga bermanfaat untuk membandingkan dental amalgam, resin
komposit, dan semen serta untuk menentukan mutu material lain seperti gipsum, bahan tanam,
dan material cetak. Compressive Strength yang dimiliki oleh resin komposit sebesar 277 MPa
(Mc. Cabe, et al., 2007).
Adhesi, perlekatan resin komposit dengan gigi, retensi yang didapat dari porositas
permukaan gigi setelah dietsa dan perlekatan dari permukaan gigi dengan resin komposit
Kekuatan dan keausan, resin komposit mempunyai kekuatan tensil kompresif lebih besar
daripada resin akrilik. Daya tahan terhadap fraktur cukup bagus . bagus untuk penumpatan
klas IV meskipun komposit resin mudah aus (Yuliati A, et al. 2015).

2.5 Sifat Fisik Resin Komposit


Saat ini telah dikembangkan suatu bahan restorasi resin komposit yang memiliki sifat
fisik yang baik terutama dalam hasil pemolesan maupun kekuatan, yaitu resin komposit
nanofiller. Resin komposit nanofiller merupakan bahan restorasi universal yang diaktivasi
oleh visible-light yang dirancang untuk keperluan restorasi gigi anterior maupun gigi
9

posterior. Resin komposit jenis ini dikembangkan dengan konsep teknologi nano yang
biasanya digunakan untuk membentuk suatu produk yang dimensi komponen komponen
kritisnya adalah sekitar 0,1 hingga 100 nanometer. Teknologi nano secara teori digunakan
untuk membuat suatu produk baru yang lebih ringan dan lebih kuat (Basri MHC, et al., 2017).
Sifat fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman digunakan
pada gigi anterior. Resin komposit resisten terhadap perubahan warna karena oksidasi. Tensile
dan compressive strength resin komposit lebih rendah dari amalgam. Pada aspek klinis setting
komposit ini terjadi selama 30-6- detik sedikitnta waktu yang diperhatikan diperlukan untuk
penyinaran (Fajerskov O, 2008).
TEC pada komposit memiliki TEC lebih besar dibanding lapisan gigi lainnya.
Hybrid 25–38 × 10–6/°C Microfilled 55–68 × 10–6/°C dan Conductivitas thermal :
bagaimana panas akan ditransfer selama restorasi. Material yg baik memiliki Conductivitas
termal yang rendah untuk mengurangi kelebihan panas pada pulpa. Hybrid 25–30 × 10–4
cal/sec/cm2 (°C/cm) Microfilled 12–15 × 10–4 cal/sec/cm2 (°C/cm) (Manappalil & John J,
2016).

2.6 Sifat Kimia Resin Komposit


Resin komposit menjadi padat bila berpolimerisasi. Inti molekul yang terbentuk dalam
polimerisasi dapat berbentuk apapun, tetapi gugus metakrilat (monomer) ditemukan pada
ujung-ujung rantai/ percabangan. Resin digambarkan sebagai suatu ester aromatic dari
monomer metakrilat yg tersintesa dari resin epoksi (etilen glikol dari Bis-fenol A) dan metal
metakrilat. Bis-GMA mempunyai struktur sentral yg kaku (2 cincin) dan 2 gugus OH. Bis-
GMA murni menjadi sangat kental. Maka ditambahkan suatu dimetakrilat berviskositas
rendah seperti trietilen glikol dimetilkrilat (TEDGMA). Sifat-sifat kimia dari resin komposit
sebagai berikut (Van Noort R, 2013; Soeprapto A, 2017; Yuliati A & Harijanto E, 2015;
Anusavice, et al., 2013)
a. Galvanis
Timbulnya arus elektrokimia dari suatu logam ke logam yang lain dalam suatu cairan.
b. Tarnis
Kerusakan logam karena reaksi kimia atau elektro kimia disentrasi meral karena reaksi
dengan lingkungan.
c. Korosi
Korosi adalah proses elektrokimia dan bergantung pada kemampun menghantarkan
arus listrik, aik mealui electron bebas dalam logam atau melalui ion dalam larutan.
Korosi terjadi karena logam dan campurannya digunakan tidak dalam keadaan energi
terendah (secara termodinamika keadaan paling stabil.
10

d. Higroskopi
Berarti kemampuan suatu zat untuk menarik molekul air dari linkungan sekitarnya
baik melalui penyerapan atau adosorpsi.
e. Kelarutan
Massa dilepaskan ke dalam air seiring waktu.
f. Energi Permukaan
Sama seperti tegangan permukaan tetapi dinyatakan dalam mJ/m2
g. Tegangan permukaan
Pengukuran energi kohesif yang ada di antarmuka; cairan/udara. Energi ini merupakan
hasil molekul pada permukaan zat cair yang mengalami ketidakseimbangan tarikan
antar molekul. Ini memiliki satuan mN/m.

2.7 Sifat Biologis


Berkaitan dengan toksisitas dari reaksi sensitivitas jaringan yang berkaitan baik secara
lokal ( pulpa, periapical, gingiva, mukosa) maupun sistemik (daerah yang jauh dari aplikasi
material). Biokompatibilitas dapat dinyatakan secara umum materi ini harus diperlakukan
dengan hati-hati risiko potensial untuk komposit telah dibicarakan dalam perbandingannnya
dengan merkuri di daalam amalgam kedokkteran gigi. (Istikharoh, 2018)

2.8 Proses Setting Resin Komposit


Proses setting resin atau polimerisasi yaitu suatu konversi (perubahan) molekul
monomer menjadi polimer. Proses ini dapat terbagi menjadi 2 tahap besar yaitu fase pre
gelation dan fase post gelation. fase pre gelation merupakan fase dimana monomer masih
dapat bergerak dan terjadi pada 8-10 detik pertama penyinaran. Sedangkan fase post gelation
atau vitrification stage adalah fase resin komposit telah berubah menjadi keras namun masih
tetap berkontraksi. Biasanya post gelation ini terjadi 2 detik terakhir penyinaran. Penggunaan
penyinaran dalam proses polimerisasi, memiliki beberapa efek samping, salah satunya
terjadinya shrinkage pada resin komposit. Namun, tidak semua penyinaran mampu
menghasilkan shrinkage yang besar, hal ini juga dipengaruhi oleh jenis resin komposit(jumlah
dan ukuran filler) yang digunakan (Istikharoh, 2018).
Proses polomerisasi juga dapat terbagi menjadi 4 tahap, yaitu: (Yuliati A, 2015)
a. AKTIVASI: dekomposisi inisiator peroksida menggunakan aktivator thermal (panas),
kimia atau radiasi dengan panjang gelombang yang sesuai dengan inisiator
b. INISIASI: Reaksi polimerisasi dimulai ketika radikal terbentuk pada waktu aktivasi,
dan bereaksi dengan molekul monomer.
c. PROPAGASI: Bertambahnya panjang rantai dan berat molekul.
11

d. TERMINASI: Terputusnya rantai polimer/rantai polimer mati dan tidak dapat


bertambah lebih lanjut.

2.9 Kelebihan Resin Komposit


a. Warna yang dimiliki resin komposit mempunyai peran penting untuk mencapai tingkat
estetik yang maksimal. Syarat bahan restorasi yang estetik yaitu harus sesuai dengan
gigi asli baik dari warna, translusensi, maupun tekstur, dan dapat menjaga stabilitas
warna dalam jangka waktu yang lama (Widyastuti NH, 2017)
b. Penghantar panas yang rendah (Istikharoh, 2018).
c. Mempunyai setting time yang baik (Istikharoh, 2018).
d. Lebih baik dari segi estetik dari pada tumpatan amalgam maupun glass ionomer
(Sulastri S, 2017).
e. Bagus direkomendasikan untuk digunakan pada gigi anterior (Sulastri S, 2017).
f. Efisiensi waktu, tenaga, biaya, keamanan bahan tambalan dan mudah
pengaplikasiannya (Sulastri S, 2017).
g. Radiopak, mengevaluasi kontur, marginal adaptasi dan membedakan antara restorasi,
lesi karies dan struktur gigi sehat (Bakar, 2018).

2. 10 Kekurangan Resin Komposit


Resin komposit mempunyai kekurangan dijelaskan sebagai berikut:
a. Resin komposit dapat mengalami degradasi
Resin komposit dapat mengalami degradasi jika terpapar oleh jaringan dalam rongga
mulut. Degradasi resin komposit merupakan mekanisme yang komplek meliputi penyerapan
air dalam bahan dan beberapa fenomena, seperti suhu, mekanik, retak, perendaman,
komposisi matriks polimer, serta ukuran dan kandungan filler, sehingga degradasi matriks
resin menyebabkan sifat fisik resin komposit, seperti kekerasan, flexural strength dan modulus
elastisitas mengalami penurunan (Nurhapsari, 2018).
b. Resin komposit akan mengalami penurunan kekerasan permukaan
Resin komposit akan mengalami penurunan kekerasan permukaan akibat terkena
makanan dan minuman asam. Hal tersebut dikarenakan resin komposit yang memiliki ikatan
yang tidak stabil, sehingga akan mengalami degradasi matriks yang merupakana proses
terputusnya gugus metakrilat pada Bis-GMA apabila terpapar oleh pH rendah (asam)
(Nurhapsari, 2018).
c. Resin komposit dapat mengalami erosi
Resin komposit dapat mengalami erosi jika terpapar minuman berkarbonasi dan
minuman lainnya yang mengandung bahan asam, seperti jus jeruk dan kopi. Pengerosian pada
resin komposit maka akan meningkatkan kekasaran permukaan (meningkatkan luas
permukaan dan luas bidang penyerapan, dan daya absorbsi terhadap air otomatis meningkat),
12

menurunkan kekerasan, dan menurunkan kualitas estetiknya (Nurmalasari, 2015; Kafalia,


2017).
d. Pada saat polimerisasi, resin komposit dapat mengalami pengerutan dan penyusutan
pada matriksnya (Shrinkage) sekitar 2-7%
Shrinkage pada resin komposit dapat menyebabkan kebocoran tepi dan defleksi pada
tonjol gigi, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya karies sekunder, seinsitifitas pulpa, dan
perubahan warna. Pengerutan dan penyusutan ini dapat dikurangi dengan menambahkan
bahan bonding sebelum aplikasi restorasi resin komposit. Bahan bonding sendiri adalah bahan
yang berguna untuk menciptakan ikatan antara permukaan gigi dengan resin komposit dan
membentuk hybrid layer pada dentin (Nurhapsari, 2016).
e. Sifat brittle pada resin komposit dipengaruhi oleh ukuran fillernya.
Ukuran ini akan berdampak pada saat proses polimerisasi. Apabila pengikatan yang
terjadi antara permukaan gigi dengan resin komposit kecil, maka berarti kekuatan permukaan
pada resin komposit juga kecil. Hal inilah yang menyebabkannya memiliki sifat brittle
(Yuliati A, et al., 2015).
f. Respon alergi lebih tinggi dibanding amalgam, warna akan berubah pada waktu yang
lama (staining)
Cara mengatasi kekurangan resin komposit, cara pertama adalah dengan etsa asam yang
dapat diaplikasikan pada lapisan email maupun dentin. Etsa pada email dengan asam fosfat
85% pertama kali diperkenalkan oleh Buonocore pada tahun 1955. Etsa asam pada email akan
menghasilkan lubang-lubang mikro (microporosities) dimana resin berpenetrasi ke dalam
lubang mikro tersebut dan membentuk “resin tags” yang meningkatkan kekuatan perlekatan
struktur gigi dan resin komposit. Cara kedua untuk meningkatkan ikatan resin komposit
dengan struktur gigi adalah dengan penggunaan bahan adhesif. Sistem adhesif dikenal di
bidang ilmu kedokteran gigi tumpatan sebagai cara yang digunakan untuk memperoleh
kekuatan tarik perlekatan antara bahan tumpatan resin komposit dengan struktur gigi
(Annusavice KJ, 2004).
Terdapat beberapa pasien, setelah selesai prosedur perawatan dengan menggunakan
resin komposit, giginya menjadi sensitif. Hal ini disebabkan oleh adanya celah mikro yang
menyebabkan bakteri masuk dan merangsang internal stress. Sensitifitas tersebut dapat diatasi
dengan melakukan prosedur incremental, isolasi yang baik dan menggunakan basis pelindung
pulpa, terjadinya lesi sekunder, resin komposit dapat berubah warna saat pemakaian jangka
panjang biayanya relatif mahal, dapat terjadi keauasan permukaan oklusal yang signifkan,
sulit mengisi celah kavitas yang kecil, tidak dapat melekat dengan baik pada struktur gigi,
apabila tidak diberikan material adhesif etsa bonding sehingga memerlukan waktu yang cukup
panjang (Lestari, 2012; Istikharoh F, 2018).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Resin komposit adalah
bahan restorasi berbasis resin yang dikembangkan dari bahan sebelumnya yaitu semen silikat
dan resin akrilik dan bahan restorasi ini banyak digunakan di kedokteran gigi modern dalam
hal merestorasi karies, abrasi enamel dan juga untuk estetika karena memiliki kesesuaian yang
bagus dengan gigi. Komponen resin komposit terdiri atas matriks, filler (bahan pengisi)
anorganik dan coupling agent, selain ketiga komponen tersebut, terdapat komponen tambahan
yaitu aktivator, pigmen, inisiator dan ultraviolet absorben. Klasifikasi resin komposit
berdasarkan viskositas yakni resin komposit packable dan resin komposit flowable.
Klasifikasi berdasarkan ukuran partikel filler yakni resin komposit makrofiller, resin komposit
midifillers, resin komposit minifillers, resin komposit mikrofiller, resin komposit hybrid dan
resin komposit nanofiller. Klasifikasi berdasarkan polimerisasi yakni resin komposit
diaktivasi kimia, resin komposit diaktivasi oleh sinar, dan resin komposit dual-cured. Sifat
mekanik resin komposit yakni diametral tensile test, flexural strength, shear strength, dan
compressive strength. Sifat fisik yang baik terutama dalam hasil pemolesan maupun kekuatan,
memiliki nilai estetik yang baik, dan TEC pada komposit memiliki TEC lebih besar dibanding
lapisan gigi lainnya. Sifat kimia resin komposit yakni galvanis, ternis, korosi, higroskopi,
kelarutan, energi permukaan, dan tegangan permukaan. Sifat bilogis resin komposit berkaitan
dengan toksisitas dari reaksi sensitivitas jaringan yang berkaitan baik secara lokal maupun
sistemik. Proses polimerasi yakni aktivasi, inisiasi, propagasi, dan terminasi. Kelebihan dan
kekurangan resin komposit salah satunya adalah penghantar panas yang rendah dan dapat
mengalami erosi.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan kepada para pembaca untuk
mengenal atau mempelajari lebih dalam lagi mengenai komposisi, kalsifikasi, sifat, proses
setting, kelebihan dan kekurangan dari resin komposit.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice KJ. 2003. Phillip’s Science of Dental Material. 10th ed. W.B. Philadelphia:
Saunders Company.
Annusavice KJ. 2004. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi (Penerjemah:
Johan AB dan Susi P). Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Anusavice K. 2013. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Ed 10. EGC:
Jakarta.
Anusavice K., Shen C, Rawls H. 2013. Phillip’s Science of Dental Materials. 12th ed.
Missouri: Saunders.
Noviyani A, M. Y. Ichrom N., Puspitasari D. 2018. PERBANDINGAN JARAK
PENYINARAN DAN KETEBALAN BAHAN TERHADAP KUAT TARIK DIAMETRAL
RESIN KOMPOSIT TIPE BULK FILL. Dentin (Jurnal Kedokteran Gigi). 2(1): 68 – 72).
Bakar A. 2018. Kedokteran Gigi Klinis. 2 ed. Yogyakarta: Quantum Sinergis Media.
Basri MHC, Erlita I, Nahzi MYI. 2017. KEKASARAN PERMUKAAN RESIN
KOMPOSIT NANOFILLER SETELAH PERENDAMAN ALAM AIR SUNGAI DAN AIR
PDAM. JURNAL KEDOKTERAN GIGI; 2: 101-106.
Istikharoh F. 2018. Dental Resin Komposit. Malang: UB Press.
Kafalia RF, Firdausy MD, Nurhapsari A. 2017. Pengaruh Jus Jeruk dan Minuman
Berkarbonasi terhadap Kekerasan Permukaan Resin Komposit. ODONTO: Dental Journal.
4(1): 38-43.
Lestari S. 2012. Efek Lama Penyinaran Terhadap Kebocoran Tepi Tumpatan Resin
Komposit Flowable. J.K.G Unej. 9(3): 110.
Manappalil, John J. 2016. Basic Dental Material 4th Edition. Panama City: Jaypee-
Highlight Medical Publishes Inc.
Mc. Cabe JF. 2007. Anderson’s. Applied Dental Materials. 9th Ed. London:Blackwell
Munksgaard.
Murdiyanto D, Pratiwi SG. 2019. PENGARUH PENAMBAHAN SERAT KAPAS
(Gossypium sp.) TERHADAP KEKUATAN FLEKSURAL RESIN KOMPOSIT
FLOWABLE. JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi). 2(1).

13
Nugroho DA, Aditia I. 2020. Perbedaan Kekuatan Geser antara Semen Resin
Nanosisal Komposit 60% Wt dan Semen Resin Nanofiller Komposit. Insisiva Dental Journal:
Majalah Kedokteran Gigi Insisiva. 9(1): 11-18.
Noor HW, Nabila AH. 2017. PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA ANTARA
RESIN KOMPOSIT KONVENSIONAL, HIBRID, DAN NANOFIL SETELAH
DIRENDAM DALAM OBAT KUMUR CHLORHEXIDINE GLUCONATE 0,2%. JIKG.
1(1): 52.
Nurhapsari A, Kusuma PRA. 2018. Penyerapan Air dan Kelarutan Resin Komposit
Tipe Microhybrid, Nanohybrid, Packable dalam Cairan Asam. ODONTO Dental Journal.
5(1): 67-75.
Nurmalasari A. 2015. Perbedaan Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nano Pada
Perendaman Teh Hitam dan Kopi. Jurnal Wiyata. 2(1): 48-53.
Sueprapto A. 2017. Buku Pedoman dan Tata Laksana Praktik Kedokteran Gigi.
Yogyakarta: STPI Bima Insani Mulia.
Sulastri S. 2017. Dental material. Ed 1. Indonesia: kementerian Kesehatan republik
Indonesia.
Van Noort R. 2013. Introduction to Dental Materials. 4th ed. China; Mosby Elsevier.
Widyastuti NH, Hermanegara NA. 2017. PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA
ANTARA RESIN KOMPOSIT KONVENSIONAL, HIBRID, DAN NANOFIL SETELAH
DIRENDAM DALAM OBAT KUMUR
Yuliati A, Harijanto E. 2015. Buku Ajar Ilmu Material Kedokteran Gigi. Surabaya:
Airlangga University Press.

13

Anda mungkin juga menyukai