Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH MAHASISWA

SEMESTER IV
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

BLOK BIOMATERIAL II
MODUL 2. Direct Esthetic Restorative Material

DISUSUN OLEH :
1. Nadya Septi Putri 20150710076
2. Adi Pudjianto Nathanto Utomo 20160710002
3. Amanda Citra Sugianto 20160710009
4. Barliantari Rizki Namora Harahap 20160710018
5. Ela Amelia 20160710037
6. Gita Saftiarini 20160710046
7. Ivan Andrian 20160710055
8. Melinda 20160710064
9. Prischa Amelia Firgiyantoro 20160710074
10. Sheila Annisa Ramadhani 20160710083
11. Vanya Nicoline Jonathan 20160710092

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat
menyusun serta menyelesaikan makalah mahasiswa “Direct Esthetic Restorative Material” ini dengan
baik dan tepat waktu. Kami menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Namun kami
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Secara khusus kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Henu drg., Sp. KG selaku fasilitator DKK kelompok 8


2. Sularsih drg., M.Kes selaku Penanggung Jawab Modul “Direct Esthetic Restorative Material”
3. Puguh Bayu Prabowo drg., M.Kes selaku narasumber modul
4. Widyasari p, drg., M.kes PhD selaku narasumber modul
5. Aprilia, drg., SpKG selaku narasumber modul

Kami mengetahui akan adanya keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, maka kritik dan
saran yang membangun dapat kami terima demi kesempurnaan makalah ini. Untuk itu kami ucapkan
terima kasih.

Surabaya, 5 April 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................... 1


Daftar Isi ............................................................................................................................. 2
A. Topik Modul ........................................................................................................... 4
B. Pendahuluan .......................................................................................................... 4
C. Pemicu 1 ............................................................................................................... 4
D. Terminologi Pemicu 1 ........................................................................................... 4
E. Identifikasi Masalah Pemicu 1 .............................................................................. 5
F. Rumusan Masalah Pemicu 1 ................................................................................. 5
G. Hipotesis Pemicu 1 ................................................................................................ 6
H. Pemicu 2 ................................................................................................................ 6
I. Terminologi Pemicu 2 ............................................................................................ 6
J. Identifikasi Masalah Pemicu 2 ............................................................................... 7
K. Rumusan Masalah Pemicu 2 ................................................................................. 7
L. Hipotesis Masalah Pemicu 2 .................................................................................. 7
M. Peta Konsep .......................................................................................................... 9
N. Learning Issue ....................................................................................................... 10
O. Pembahasan Learning Issue ................................................................................. 10
1. Pengertian dan penjelasan klasifikasi karies............................................................ 10
a. Klasifikasi menurut G.V. Black............................................................................. 10
b. Klasifikasi karies menurut G.J. Mount & W.R. Hume........................................... 11
c. Klasifikasi karies berdasarkan kedalamannya...................................................... 11
2. Pulpitis reversible dan alasan kasus diatas didiagnosis
sebagai pulpitis reversible........................................................................................ 12
3. Pengertian dari bahan direct esthetic restorative..................................................... 13
4. Persyaratan bahan direct esthetic yang baik............................................................ 13
5. Macam bahan direct esthetic restorative di bidang kedokteran gigi.......................... 13
6. Penjelasan masing-masing dari bahan direct esthetic restorative........................... 14
a. Komposit.............................................................................................................. 14
b. Kompomer........................................................................................................... 18
c. GIC....................................................................................................................... 19
d. Hybrid ionomer..................................................................................................... 20
7. Pilihan bahan restorasi yang tepat pada kasus dan alasannya............................ 21
P. Kesimpulan ............................................................................................................ 22
2
Q. Daftar Pustaka ....................................................................................................... 22

3
A. Topik Modul
Direct Esthetic Restorative Material

B. Pendahuluan

Bahan restorasi yang memiliki nilai estetis yang tinggi merupakan keinginan masyarakat saat ini.
Penggunaan resin komposit sebagai bahan restorasi di bidang kedokteran gigi semakin meningkat.
Bahan restorasi ini menjadi pilihan karena memiliki warna yang hampir mirip dengan warna gigi asli dan
kekuatan yang baik karena dapat berikatan dengan gigi secara mikro mekanis. Keunggulan lainnya
adalah dalam penggunaan resin komposit, preparasi kavitas tidak mengurangi banyak jaringan gigi
yang sehat. Sehingga resin komposit banyak digunakan dalam berbagai perawatan, salah satunya
untuk merestorasi gigi permanen. Material pengisi resin komposit dengan ukuran kecil dan halus
dapat memperbaiki sifat fisik, terutama daya tahan terhadap abrasi dan dapat mengurangi kekerasan
permukaan resin komposit.

C. PEMICU 1
Judul: Karies gigi anterior
Nining adalah seorang penyiar televisi berusia 23 tahun, datang ke RSGM ingin
memperbaiki gigi depan kanan atas yang patah. Anamnesis pasien ingin giginya ditambal dengan
bahan sewarna gigi dalam satu kali kunjungan. Pasien mengeluh gigi tersebut sakit apabila
digunakan minum dingin. Pemeriksaan klinis : gigi 11 karies media, palpasi dan perkusi (-), vitalitas
(+). Diagnosis: pulpitis reversible. Dokter gigi menentukan rencana perawatan berdasarkan
klasifikasi karies dan diagnosis serta menggunakan bahan restorasi direct esthetic yang sesuai
untuk kasus tersebut.

4
D. Terminologi Pemicu 1 :
1. Gigi anterior : gigi bagian depan yang meliputi incisive dan caninus.
2. Bahan sewarna gigi : bahan restorasi yang memiliki warna estetik dan translusen yang bagus.
3. Gigi 11 : gigi incisive satu kanan atas.
4. Karies media : karies dengan tebal dentin yang cukup tebal.
5. Tes palpasi : tes untuk menentukan adanya proses inflamasi yang sampai periapikal dengan
interpretasi belum sampai inflamasi, dilakukan dengan menyentuh jari telunjuk disepanjang
mukosa melapisi apikal regio gigi.
6. Tes perkusi : tes untuk mengetahui inflamasi pada ligamen periodontal dengan cara mengetuk
oklusal bukal atau labial dengan tangkai kaca mulut dengan interpretasi inflamasi belum sampai
ligamen periodontal.
7. Tes vitalitas : tes untuk mengetahui gigi masih vital atau tidak.
8. Pulpitis reversible : peradangan pada daerah pulpa gigi yang masih vital tanpa ada keluhan
spontan. Jika penyebabnya dihilangkan, inflamasi hilang dan pulpa kembali normal.

E. Identifikasi Masalah Pemicu 1


1. Nining adalah seorang penyiar televisi berusia 23 tahun, datang ke RSGM ingin memperbaiki
gigi depan kanan atas yang patah.
2. Anamnesis pasien ingin giginya ditambal dengan bahan sewarna gigi.
3. Pasien ingin dirawat satu kali kunjungan.
4. Pasien mengeluh gigi tersebut sakit apabila digunakan minum dingin.
5. Pemeriksaan klinis : gigi 11 karies media, palpasi dan perkusi (-), vitalitas (+). Diagnosis:
pulpitis reversible.
6. Dokter gigi menentukan rencana perawatan berdasarkan klasifikasi karies dan diagnosis serta
menggunakan bahan restorasi direct esthetic yang sesuai untuk kasus tersebut.

F. Rumusan Masalah Pemicu 1


1. Mengapa pasien ingin memperbaiki gigi depan kanan atas yang patah?
2. Mengapa pasien ingin giginya ditambal dengan bahan sewarna gigi?
3. Bahan restorasi apa yang dapat digunakan dalam satu kali kunjungan?
4. Mengapa pasien mengeluh gigi tersebut sakit apabila digunakan minum dingin?
5. Mengapa pasien didiagnosis pulpitis reversible?
6. Apakah bahan restorative yang tepat pada kasus?

5
G. Hipotesis Pemicu 1
1. Pasien ingin memperbaiki gigi depan kanan atas yang patah karena gigi yang patah adalah gigi
anterior sehingga secara estetik tidak bagus.
2. Pasien ingin giginya ditambal dengan bahan sewarna gigi karena gigi anterior mengutamakan
estetik sewarna gigi.
3. Bahan restorasi yang dapat digunakan dalam satu kali kunjungan adalah direct ethetic
restorative material.
4. Pasien mengeluh gigi tersebut sakit apabila digunakan minum dingin karena adanya
rangsangan thermal yang dapat mengubah tekanan hidrodinamik pada tubuli dentin yang
disalurkan oleh free nerve ending ke jarigan pulpa sehingga menimbulkan rasa nyeri dan tes
vitalitas (+)
5. Pasien didiagnosis pulpitis reversible karena dari anmnesis pasien sakit ketika minum dingin
palpasi dan perkusi (-), dan vitalitas (+).
6. Bahan restorative yanng tepat pada kasus adalah bahan komposit micro-hybrid dan nano-filler.

H. PEMICU 2
Dokter gigi merencanakan menggunakan bahan restorasi direct esthetic yaitu resin komposit.
Jenis bahan komposit yang dipilih memiliki estetik bagus, ketahanan sifat fisik dan memiliki sifat
mekanis yang baik. Penentuan bahan restorasi direct esthetic didasarkan pada pertimbangan
klasifikasi, komposisi, sifat, dan karakteristik bahan, cara manipulasi serta indikasi penggunaan.

I. Terminologi Pemicu 2
1. Bahan resin komposit : bahan yang tersusun dari tiga komponen utama, yaitu matriks resin,
partikel bahan pengisi anorganik, dan coupling agent.
2. Estetik yang bagus : penampilan gigi geligi yang meliputi warna dan bentuk gigi yang bersifat
individual dan subjektif.
3. Ketahanan sifat fisik : sifat suatu bahan yang didasarkan pada termodinamika, mekanik optik,
kelistrikan, radiasi, dan struktur atom.
4. Sifat mekanis : sifat suatu bahan yang didasarkan pada hukum – hukum mekanik yang meliputi
tegangan, regangan, toughness, dan resilient.
5. Klasifikasi bahan : pengelompokan bahan berdasarkan pada kriteria tertentu.
6. Sifat dan karakeristik bahan : sifat fisik, mekanik, kimiawi, dan biologi yang menjadi ciri – ciri
suatu bahan.
7. Cara manipulasi bahan : suatu proses penggunaan suatu bahan sesuai aturan tertentu
(instruksi pabrik).
6
8. Indikasi penggunaan : kriteria penggunaan sutau bahan pada kondisi tertentu.

J. Identifikasi Masalah Pemicu 2


1. Dokter gigi merencanakan menggunakan bahan restorasi direct esthetic yaitu resin komposit.
2. Jenis bahan komposit yang dipilih memiliki estetik bagus.
3. Ketahanan sifat fisik baik.
4. Memiliki sifat mekanis yang baik.
5. Penentuan bahan restorasi direct esthetic didasarkan pada pertimbangan klasifikasi, komposisi,
sifat, dan karakteristik bahan, cara manipulasi serta indikasi penggunaan.

K. Rumusan Masalah Pemicu 2


1. Mengapa dokter gigi merencanakan menggunakan bahan restorasi direct esthetic yaitu resin
komposit ?
2. Apa jenis bahan komposit yang memiliki estetik yang bagus?
3. Bahan restorasi yang bagaimanakah yang memiliki sifat fisik yang baik?
4. Bahan restorasi yang bagaimanakah yang memiliki sifat mekanik yang baik?
5. Mengapa penentuan bahan restorasi direct esthetic didasarkan pada pertimbangan klasifikasi,
komposisi, sifat, dan karakteristik bahan, cara manipulasi serta indikasi penggunaan?

L. Hipotesis Pemicu 2
1. Dokter gigi merencanakan menggunakan bahan restorasi direct esthetic yaitu resin komposit
karena bahan komposit memliki estetik yang bagus, ketahanan yang baik, dan menyerupai
enamel atau warna sesungguhnya, dan sifat mekanik yang baik.
2. Jenis bahan komposit yang memiliki estetik yang bagus adalah bahan komposit micro-hybrid
dan nano-filler.
3. Bahan restorasi yang memiliki sifat fisik yang baik adalah bahan restorasi yang jika dipoles
memliki warna menyerupai enamel atau warna sesungguhnya dan sifat mekanik yang baik.
4. Bahan restorasi yang memiliki sifat mekanik yang baik adalah bahan restorasi yang memiliki
sifat kekuatan meliputi flexural strength dan compressive strength yang baik sehingga memiliki
kemampuan menahan daya kunyah.
5. Penentuan bahan restorasi direct esthetic didasarkan pada pertimbangan klasifikasi, komposisi,
sifat, dan karakteristik bahan, cara manipulasi serta indikasi penggunaan dengan dasar
pertimbangan klasifikasi, komposisi, sifat dan karakteristik, cara manipulasi serta indikasi
penggunaan bahan, maka dapat ditentukan jenis bahan restorasi yang tepat untuk setiap

7
kasus, tepat indikasi, dan benar cara penggunaannya. Bahan restorasi yang tepat dengan
komposisi yang berbeda memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda pula.

8
M. Peta Konsep

Anamnesis : pasien ingin giginya


ditambal dengan bahan sewarna gigi
dalam satu kali kunjungan, gigi sakit
bila digunakan minum dingin.

Pemeriksaan klinis gigi 11: karies


media, palpasi dan perkusi (-), Klasifikasi karies
vitalitas (+)

Diagnosis gigi 11 :
pulpitis reversible

Rencana perawatan : restorasi direct esthetic

Bahan direct esthetic restorative Persyaratan

GIC Komposit Hybrid ionomer Kopomer

 Komposisi
Pertimbangan pemilihan bahan komposit
 Macam
 Sifat dan karakteristik
 Cara manipulasi
 Indikasi penggunaan

 Estetik bagus
 Sifat fisik dan sifat
Komposit micro-hybrid dan nano-filler
mekanis yang baik
 Compressive strength dan
flexural strength yang baik

9
N. Learning Issue
1. Apakah pengertian dan penjelasan klasifikasi karies?
a. Apa klasifikasi menurut G.V. Black?
b. Apa klasifikasi karies menurut G.J. Mount & W.R. Hume?
c. Apa klasifikasi karies berdasarkan kedalamannya?
2. Apakah yang dimaksud dengan pulpitis reversible dan mengapa kasus diatas didiagnosis
sebagai pulpitis reversible?
3. Apakah pengertian dari bahan direct esthetic restorative?
4. Apakah persyaratan bahan direct esthetic yang baik?
5. Apa saja macam bahan direct esthetic restorative di bidang kedokteran gigi?
6. Jelaskan masing-masing dari bahan direct esthetic restorative! (komposisi, sifat dan
karakteristik, indikasi, dan cara manipulasi)
e. Apa komposisi, sifat dan karakteristik, indikasi, dan cara manipulasi Komposit?
f. Apa komposisi, sifat dan karakteristik, indikasi, dan cara manipulasi Kompomer?
g. Apa komposisi, sifat dan karakteristik, indikasi, dan cara manipulasi GIC?
h. Apa komposisi, sifat dan karakteristik, indikasi, dan cara manipulasi Hybrid ionomer?
7. Apakah pilihan bahan restorasi yang tepat pada kasus dan apa alasannya?

O. Jawaban Learning Issue


1. Klasifikasi karies
a. Menurut G.V. Black
Klasifikasi karies menurut Black adalah sebagai berikut (Fejerskov & Kidd, 2008):
a. Klas I: Karies terjadi pada pit dan fissure dari semua gigi, meskipun lebih
ditujukan pada gigi posterior.
b. Klas II: Karies yang terdapat pada permukaan aproksimal ggi posterior dapat
mengenai permukaan mesial dan distal atau hanya salah satunya sehingga
dapat digolongkan menjadi kavitas MO (Mesio Oklusal atau MOD)
c. Klas III: Lesi Klas lll hanya mengenai gigi anterior. Lesi ini dapat teradi pada
permukaan mesial distal dari insisivus atau kaninus, lesi ini terjadi dibawah
kontak dan bentuk kavitasnya bulat dan kecil.
d. Klas IV: Kavitas ini adalah kelanjutan dari kavitas Klas III. Lesi pada permukaan
proksimal gigi anterior yang telah meluas sampai ke sudut insisal. Jika karies ini
gusi abrasi hebat dapat melemahkan sudut insisal dan menyebabkan terjadinya
fraktur

10
e. Klas V: Kavitas gingival adalah kavitas pada pemukaan yang halus. Biasanya
kavitas ini tejadi lada daerah cervical. Terlepas dari etiologinya baik karies,
abrasi, atau erosi, tipe lesi ini disebut juga karies Klas V. Dapat terjadi pada
permukaan facial maupun lingual, namun lesi ini lebih dominan timbul pada
pemukaan yang menghadap bibir dan pipi daripada lidah. Kavitas ini bisa
mengenai sementum selain email.
f. Klas VI: Tipe kavitas ini terjadi pada cusp gigi posterior dan incisal edge gigi
insisivus anterior. Pembentukan yang tidak sempurna pada cusp atau incisal
edge seringkali membuat daerah rentan terhadap karies.

b. Menurut G.J. Mount dan W.R. Hume


Ada beberapa klasifikasi kavitas/restorasi dalam bidang kedokteran gigi. Menurut G.J
Mount dan Hume, karies dapat diklasifikasikan berdasarkan site (lokasi) dan size
(ukuran). Berdasarkan lokasinya yaitu (Mount dan Hume, 2005):
1. Site 1 : pada daerah pit dan fissure,
2. Site 2 : pada area kontak gigi proksimal,
3. Site 3 yaitu pada daerah servikal.
Berdasarkan ukurannya yaitu (Mount dan Hume, 2005): :
1. Size 0 merupakan lesin dini hanya berupa spot berwarna putih
2. Size 1 ukuran kavitasnya minimal mengenai lapisan email dan keterlibatan
dentin yang minimal,
3. Size 2 ukuran kavitasnya sedang, karies mengenai dentin,
4. Size 3 ukuran kavitas besar dengan keterlibatan dentin yang telah
mendekati pulpa, dan
5. Size 4 ukuran kavitas luas dengan mengenai pulpa dan melibatkan cusp/
sudut insisal.

c. Menurut kedalamannya
Berdasarkan kedalamannya yaitu (Fejerskov dan Kidd, 2008):
a) Karies Superficial : karies yang hanya mengenai bagian enamel.
Biasanya pasien belum terasa sakit.
b) Karies Media : karies yang mengenai enamel dan sebagian dentin (
sepertiga tebal dentin).
c) Karies Profunda : karies yang mengenai enamel sampai dengan
tinggal selapis tipis dentin yang menutupi ruang pulpa/ sampai.
11
Karies Profunda dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a) Karies Profunda Tertutup : karies sampai dentin dan dentin masih ada
selapis tipis.
b) Karies Profunda Terbuka : karies yang sudah menembus ke atap
pulpa(perforasi).

2. Pulpitis reversible
Pulpitis reversible adalah inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya telah
dihilangkan,inflamasinya akan pulih kembali dan pulpa akan kembali normal. Pulpitis
reversible dapat ditimbulkan oleh stimuli ringanatau yang berjalan sebentar seperti karies
insipien, erosi servikal atau atrisi oklusal, sebagian prosedur operatif, kuretasi periodontium
yang dalam, dan fraktur enamel yang menyebabkan terbukanya dentin. Biasanya pulpitis
reversible tidak menimbulkan gejala (asimtomatik), akan tetapi jika ada, gejala biasanya
timbul dari suatu pola tertentu.
Cara praktis untuk mendiagnosa pulpitis reversibel adalah:
 Anamnesa: ditemukan rasa sakit / nyeri sebentar, dan hilang setelah rangsangan
dihilangkan
 Gejala Subyektif: ditemukan lokasi nyeri lokal (setempat), rasa linu timbul bila ada
rangsangan, durasi nyeri sebentar.
 Gejala Obyektif: kariesnya tidak dalam (hanya mengenai enamel, kadang-kadang
mencapai selapis tipis dentin), perkusi,tekanan tidak sakit.
 Tes vitalitas : gigi masih vital
 Terapi: jika karies media dapat langsung dilakukan penumpatan, tetapi jika karies
porfunda perlu pulp capping terlebihdahulu, apabila 1 minggu kemudian tidak ada
keluhan dapat langsung dilakukan penumpatan (Tarigan, 2000).

3. Definisi bahan direct esthetic restorative


Bahan restorasi direct esthetic adalah bahan restorasi yang secara langsung dapat
diaplikasikan pada suatu kavitas pada rongga mulut dengan memperhatikan faktor estetik
dan karakteristik bahan antara lain meliputi wear resistance, flouride release, kekuatan dan
mudah manipulasi nya (Powers and Wahata, 2008).

4. Persyaratan bahan direct esthetic restorative


Persyaratan bahan restorasi Direct Esthetic yang baik adalah (Anusavice, 2004; Powers
dan Wataha, 2008):
12
1) Pertimbangan biologis, yaitu suatu bahan restorasi Direct Esthetic tidak boleh
mengiritasi pulpa dan gingiva, bersifat non-toksik, bersifat kariostatik, dan tidak larut
dalam saliva
2) Sifat mekanis, yaitu suatu bahan restorasi Direct Esthetic harus kuat menerima beban
pengunyahan, kekuatan dan modulus elastisitas hampir sama dengan enamel dan
dentin, dan tidak abrasi oleh pasta gigi/makanan
3) Estetika baik, terutama untuk gigi anterior, sewarna dengan gigi, translusensi, tidak
terjadi stain dalam jangka waktu yang lama
4) Koefisien ekspansi termal sama dengan enamel dan dentin
5) Mempunyai adhesi antara bahan restorasi dengan enamel dan dentin
6) Perubahan dimensi selama setting rendah
7) Mudah dilakukan polishing dan finishing
8) Bahan restorasi cukup radiopak sehingga kemungkinan adanya karies sekunder,
tumpatan yang overhanging, dan celah pada gigi karena adanya udara yang
terperangkap pada restorasi yang tidak lengkap dapat terdeteksi
9) Sifat rheology: memiliki working time yang cukup

5. Macam bahan direct esthetic restorative


Berikut ini macam-macam bahan restorasi Direct Esthetic (Powers dan Wataha, 2008):
1) Compomer
2) Glass ionomer
3) Hybrid ionomer
4) Komposit

6. Bahan direct esthetic restorative


a. Komposit
 KOMPOSISI :
Kandungan utama bahan komposit adalah matriks resin dan partikel pengisi.
Komposit didukung juga dengan bahan – bahan lain seperti coupling agents,
initiator, accelerator, dan pigmen. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Matriks resin adalah bahan plastis yang berperan menyatukan partikel
pengisi. Matriks resin yang sering digunakan pada material restorasi
komposit adalah Bis-GMA (bisfenol-a-glycidyl dimethacrylate), TEDGMA
(triethylene glycol dimethacrylate) dan UDMA (urethane dimethacrylate) .

13
Pada umumnya matriks resin mengandung Bis-GMA yang dikombinasikan
dengan TEDGMA atau UDMA untuk memperbaiki sifat kekentalannya.

2. Partikel pengisi
Adanya partikel pengisi di dalam matriks resin meningkatkan kekuatan
dari komposit . Selain itu penggunaan partikel pengisi dalam bahan
komposit dental memiliki beberapa kegunaan lain, di antaranya
menurunkan penyusutan saat polimerisasi, menurunkan pemuaian, dan
kontraksi akibat suhu serta menurunkan penyerapan air.
Beberapa jenis dental komposit menurut ukuran partikel pengisi
adalah macrofilled, microfilled, hibrid, microhybrid dan flowable composite.
- Komposit Macrofilled, merupakan generasi pertama dari resin
komposit, komposit ini menggunakan resin dengan partikel pengisi
yang berukuran 10 – 100μm. Partikel yang besar ini membuat
komposit sulit untuk dipoles sehingga permukaannya menjadi kasar.
Namun, karena partikel yang besar itu jugalah yang membuat
komposit ini lebih kuat dibandingkan dengan komposit lain.
- Komposit Microfilled, merupakan perbaikan dari
komposit macrofilled, komposit ini memiliki partikel pengisi berukuran
0.04 μm dengan volume partikel pengisi hanya 35 – 50% berat
matriks. Volume partikel yang sedikit ini kemudian membuat
komposit microfilled memiliki sifat lebih lemah dan lebih mudah
menyerap air dibandingkan dengan komposit lain.
- Komposit Small – Particle memiliki partikel pengisi berukuran 1-5 μm
dan volume partikel pengisi sekitar 80 – 85% berat matriks. Komposit
ini diindikasikan sebagai bahan restorasi pada gigi posterior karena
volume partikel pengisinya yang besar sehingga meningkatkan
kekuatan dari komposit ini.
- Komposit hibrid memiliki partikel pengisi yang merupakan
gabungan macrofiller dan microfiller yaitu berukuran 0.6 – 1 μm yang
memiliki volume 75 – 80% berat matriks, ukuran dan partikel pengisi
ini memberikan kekuatan dan hasil polesan yang memuaskan.
- Komposit mikrohibrid, secara umum hampir sama dengan tipe hibrid,
namun komposit ini mencampurkan partikel microfiller dan small -
particle . Komposit tipe ini lebih kuat dibanding tipe hibrid karena
14
ukuran dan volume partikel pengisinya lebih besar sehingga dapat
digunakan sebagai tumpatan posterior yang berukuran besar.
- Komposit flowable, memiliki volume partikel pengisi yang sedikit yaitu
sekitar 40% sehingga dapat mengalir bebas, karena itulah komposit ini
dapat langsung dimasukkan pada kavitas dengan
menggunakan syringe. Komposit ini biasa digunakan sebagai
material pit and fissure sealant.

3. Coupling Agent
Coupling agent adalah bahan pengikat untuk mengikat partikel pengisi
dengan matriks resin. Bahan yang digunakan sebagai coupling
agent adalah silane (γ – methacryloxypropyl trimethoxysilane) .

4. Inisiator dan Akselerator


Polimerisasi komposit didapat dengan aktivasi kimiawi atau dengan
sinar. Pada komposit dengan aktivasi kimiawi terdiri dari dua pasta. Salah
satu pasta mengandung amina dan yang lainnya mengandung peroksida,
amina bereaksi dengan peroksida organik untuk menghasilkan radikal
bebas yang melepaskan ikatan ganda karbon dan menyebabkan
polimerisasi.

5. Pigmen
Untuk memenuhi syarat estetik,resin komposit tersedia dalam
beberapa warna yang mirip dengan warna gigi. Untuk memberikan warna
tersebut, oksida anorganik seperti titanium dioksida dan alumunium
dioksida biasanya ditambahkan pada resin.

 SIFAT DAN KARAKTERISTIK :


Sifat maupun karakteristik dari komposit ditentukan oleh beberapa hal berikut
ini :
1. Material yang menjadi penyusun komposit
Karakteristik komposit ditentukan berdasarkan karakteristik material
penyusun menurut rule of mixture sehingga akan berbanding secara
proporsional.
2. Bentuk dan penyusunan struktural dari penyusun
15
Bentuk dan cara penyusunan komposit akan mempengaruhi karakteristik
komposit.
3. Interaksi antar penyusun
Bila terjadi interaksi antar penyusun akan meningkatkan sifat dari
komposit. Sifat-sifat mekanikal dan fiskal nya :
a) Bahan komposit mempunyai density yang jauh lebih rendah
berbanding dengan bahan konvensional.
b) Massa jenis rendah (ringan)
c) Lebih kuat dan lebih ringan
d) Perbandingan kekuatan dan berat yang menguntungkan
e) Lebih kuat (stiff), ulet (tough) dan tidak getas.
f) Koefisien pemuaian yang rendah
g) Tahan terhadap cuaca
h) Tahan terhadap korosi
i) Mudah diproses (dibentuk)
j) Lebih mudah disbanding metal
k) Biaya

 MANIPULASI
Tahapan manipulasi (Powers dan Wataha, 2008):
- Etsa Asam
a) Bahan phosphoric acid 34%-37% yang diaplikasikan ke enamel selama 20
detik
b) Memberikan ikatan mikromekanikal antara enamel dan resin
c) Tujuan: menambah kekasaran permukaan pada enamel, terjadi reaksi
asam basa yang menyebabkan matriks organic gigi bisa terlepas,
hilangnya enamel prism periphery. Dengan adanya kekasaran permukaan
enamel akan meningkatkan bonding dengan permukaan enamel karena
adanya proses micromechanical interlocking.
- Bonding system
a) Merupakan sistem perlekatan resin ke enamel. Bahan etsa dan bonding
adalah bahan yang memberikan perlekatan secara mikromekanikal yang
kuat antara resin dan enamel.
b) Komponen bahan bonding terdiri dari 3 komponen :

16
1. Dentin conditioner untuk memodifikasi smear layer pada dentin,
membuka tumuli dentin, terbentuknya lapisan dentin yang
demineralisasi. Komposisi : maleic acid, EDTA, oxalic acid,
phosphoric acid, dan nitric acid.
2. Coupling agents sebagai adhesive pada dentin bonding agents.
Bahan yang digunakan: HEMA, MEP-P, dan NPG-GMA.
3. Sealer untuk pembentkan resin tag pada dentin: campuran Bis
GMA dan HEMA.
Self etch adhesive bond
Primer dan bonding dalam satu larutan (one bottle system)

Manipulasi komposit berdasarkan cara polimerisasinya (Powers dan


Wataha, 2008):
1. Komposit aktivasi kimia (Self Cured)
- Terdiri dari 2 tube (pasta dan aktivator)
- Pencampuran dan perbandingan harus sesuai aturan pabrik
- Diaplikasikan setelah etsa dan bonding
- Hindari kontaminasi dan gelembung udara ketika pengadukan
- Menggunakan matriks strip untuk membentuk
2. Komposit dengan aktivasi sinar tampak (Light Cured)
- Satu tube
- Diaplikasikan setelah etching dan bonding
- Hindari kontaminan (saliva, air, dan kotoran)
- Hindari under curing yang dapat menimbulkan polimerisasi
tidak sempurna sehingga menyebabkan monomer sisa (iritasi
jaringan dan polimerisasi tidak sempurna)
- Lama, intensitas penyinaran, dan jarak harap diperhatikan

 INDIKASI
Indikasi dan kontraindikasi dalam penggunaan komposit yaitu sebagai
sealant pada restorasi resin preventif untuk mencegah terjadinya karies
pada daerah cekungan yang dalam dan sempit dan bahan tambalan
sewarna gigi yang banyak digunakan saat ini karena memiliki nilai estetis
yang tinggi dibandingkan dengan bahan tumpatan warna gigi yang lain.
Kontraindikasi penggunaan resin komposit yaitu tekanan pengunyahan
17
yang besar, pasien dengan insidensi karies tinggi, dan pasien yang
sensitivitas terhadap material komposit (Tulenan et al, 2014).

b. Kompomer
 KOMPOSISI
Kompomer terdiri dari monomer polyacid-modified, partikel silica glass yang
melepas fluor dan tidak mengandung air (Anusavice 2003).

 SIFAT DAN KARAKTERISTIK


Beberapa sifat dan karakteristik dari kompomer dibawah ini (Anusavice 2003) :
- Melepas fluoride lebih sedikit daripada GIC konvensional dan hybrid
ionomer
- Kekuatan bonding dengan struktur gigi hampir sama dengan GIC karena
penggunaan dentin bonding agent.
- Kekuatan lebih besar daripada GIC
- Microleakage nya lebih tinggi daripada GIC
- Dapat mengabsorbsi air dengan baik sehingga bentuk dapat berubah
- Sifat biologis hampir sama dengan GIC
- Estetika lebih baik daripada GIC dan hybrid ionomer

 MANIPULASI
Pada kompomer yang menggunakan sistem 1 pasta, struktur gigi
harus dietsa dulu sebelum aplikasi dentin bonding agent dan semen
kompomer. Finishing membutuhkan proses yang sama dengan resin komposit
(Anusavice 2003).

 INDIKASI
Indikasi kompomer adalah (Sakaguchi & Powers 2012) :
- Pada gigi sulung, untuk restorasi klas I dan II.
- Pada gigi permanen, untuk lesi cervical, karies klas III dan V serta pasien
dengan resiko karies sedang.

c. GIC/ Glass Ionomer Cement


 KOMPOSISI

18
Terdiri atas powder dan liquid. Powder pada bahan GIC yaitu calcium/
strontium fluoroaluminosilikat glass. Dimana ukuran dari partikel powder
bervariasi, yaitu 4-50µm. Hal ini disesuaikan dari penggunaannya. Untuk
partikel halus digunakan sebagai luting dan lining cement, sedangkan partikel
kasar untuk restorative material. Liquid pada GIC mengandung 50% aquous
solution of polyacrylic- itaconiv acid polycarboboacrylic acid copolymer yang
mengandung kira-kira 5% tartaric acid.

 SIFAT DAN KARAKTERISTIK


Sifat dan karakteristik bahan GIC adalah sebagai berikut:
- Lebih rentan fraktur dibandingkan dengan hybrid ionomer dan amalgam
- Lebih tidak retensi dibandingkan dengan resin komposit
- Dapat terjadi peningkatan fluorid release pada pertama kali aplikasi
tumpatan, kemudian akan menurun pada minggu pertama hingga akhirnya
stabil pada 2-3 bulan kemudian
- Memiliki Compressive strength 70-220 mpa
- Memiliki Flexura strength 8-40 mpa
- Mampu berikatan secara kimia ke permukaan struktur gigi.

 KLASIFIKASI DAN KEGUNAAN :


- Tipe I untuk bahan perekat
- Tipe II untuk bahan restorasi
- Tipe III untuk basis/ liner
- Tipe IV untuk fissure sealent
- Tipe V untuk orthodontic cements
- Tipe VI untuk Core build up
- Tipe VII untuk Fluoride Releasing
- Tipe VIII untuk atraumatic restorative technique
- Tipe IX untuk decidous teeth restorative

 CARA MANIPULASI
Kemasan bentuk liquid dan powder. Kemasan dalam bentuk kapsul. Cara
manipulasi adalah sebagai berikut (Powers dan Wataha, 2008):
a. Siapkan bahan dengan perbandingan yang benar sebelum pencampuran
dilakukan
19
b. Pencampuran dilakukan dengan cepat selama 30-40 detik sesuai aturan
pabrik dengan waktu setting kira-kira 4 menit
c. Campuran semen untuk luting adalah cair. Untuk cavity lining, campuran
semen harus lebih kental. Sedangkan untuk restorasi, campurannya putty
like dengan permukaan yang glossy. Permukaan gigi harus bebas saliva
tapi tidak dehidrasi. Permukaan restorasi harus bebas debris dan
kontaminasi. Restorasi margin dan permukaan filling harus dilindungi dari
saliva dengan vamish.
d. Pemulasan

d. Hybrid ionomer
 KOMPOSISI
Powder sama dengan kandungan glass ionomer. Liquid terdiri dari kandungan
monomer, polyacids dan air reaksi settingnya dengan polimerisasinya light
cured dan self cured (Powers dan Wataha, 2008).

 KARAKTERISTIK
Flouride realeasenya lebih besar di bandingkan dengan compomer dan
komposit compressive strength lebih rendah di banding compomer dan
composit. Wear resistance dan modulus elastisitasnya lebih rendah di banding
compomer estetik lebih bagus di banding GIC tetapi kurang di bandingkan
komposit dan compomer (Powers dan Wataha, 2008).

 KEGUNAAN
Untuk restorasi daerah cervical, kelas II, IV., kelas II untuk anak-anak, teknik
sandwich untuk kelas I. Selain itu untuk pasien dengan resiko karies tinggi
(Powers dan Wataha, 2008).

 MANIPULASI
Sebelum diaplikasikan gigi diesta dengan asam polyacrilic, hybrid ionomer
tidak menggunakan bonding agent untuk bonding dengan dentinnya.
Manipulasinya sama dengan glass ionomer bedanya setting hybrid ionomer
segera setelah light cured dan dapat di polishing segera setelah aplikasi
(Powers dan Wataha, 2008).

20
7. Pilihan bahan direct esthetic restorative pada kasus
Bahan restorasi yang dipilih adalah komposit microhybrid atau nanofiller.
Alasannya adalah:
 Memiliki estetik yang bagus
 Ketahanan sifat fisis yang baik
 Jika di poles memiliki warna yang menyerupai enamel/ warna sesungguhnya dan
berjangka waktu yang lama
 Sifat mekanis (flexural strength dan compressive strength) yang baik
 Polymerization shrinkage rendah

Komposit microhybrid
Memiliki kandungan filler yang lebih besar dibandingkan kandungan matriks resinnya.
Semakin besar kandungan filler maka kekuatan mekanik (flexural strength dan
compressive strength) semakin besar. Semakin kecil kandungan matriks resinnya
maka semakin rendah polymerization shrinkagenya (Hervas-Garcia et al, 2006; Powers
dan Wataha, 2008)..

Komposit nanofiller
Berisi kombinasi yang unik antara nano partikel individual dan nano-cluster. Nano
partikel adalah partikel yang terpisah dan tidak berkelompok yang berukuran 20nm.
Nano-cluster terdiri dari partikel-pertikel dengan ukuran nano yang dengan mudah
berikatan membentuk kelompok partikel. Kelompok partikel ini bertindak sebagai unit
tunggal yang memungkinkan filler loading dan kekuatan yang tinggi pada komposit ini.
Kombinasi nano partikel - nano-cluster mengurangi jumlah ruang interstitial antar
partikel filler sehingga meningkatkan sifat fisis dan hasil poles, ketahanan poles yang
lebih baik dibandingkan komposit lainnya (Hervas-Garcia et al, 2006; Powers dan
Wataha, 2008).

P. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan klinis, dokter gigi mendiagnosis pasien
mengalami pulpitis reversible. Dokter gigi melakukan rencana perawatan direct esthetic restorative
yaitu resin komposit yang didasarkan pada pertimbangan klasifikasi, komposisi, sifat, dan
karakteristik bahan, cara manipulasi serta indikasi penggunaan. Pasien ingin ditambal dengan
bahan sewarna gigi agar estetik bagus sehingga dokter gigi memilih micro-hybrid dan nano-filler

21
karena memiliki estetik bagus, sifat fisik dan sifat mekanis yang baik, compressive strength dan
flexural strength yang baik.

Q. DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, K. J. (2003). ‘Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi’. Edisi 10. Jakarta: EGC.
Fejerskov, O. dan Kidd, E. (2008). ‘Dental Caries. The Disease and Its Clinical Management’, 2nd ed.
Oxford: Blackwell Munksgaard Ltd.
Hervas-Garcia A., Martinez-Lozano M.A., Cabanes-Vila J., Barjau-Escribano, A., dan Fos-Galve P.
(2006). ‘Composite resins. A review of the materials and clinical indications’. Med Oral Patol Oral
Cir Bucal. 11. E215-20. Available at: http://scielo.isciii.es/pdf/medicorpa/v11n2/en_23.pdf
Mount G.J. dan Hume W.R. (2005). ‘Preservation and Restoration of Tooth Structure’. 2nd ed. Mosby
Co.
Powers, J. M. dan Wataha J. C. (2008). ‘Dental Materials Properties and Manipulation’. 9th ed. Mosby
Co.
T a r i g a n , R . ( 2 0 0 0 ) . ‘Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti’). J a k a r t a : Widya Medika.
Tulenan, D.M., Wicaksono D.A., dan Soewantoro, J.S. (2014). ‘Gambaran Tumpatan Resin Komposit
pada Gigi Permanen di Poliklinik Gigi Rumkital Dr.Wahyu Slamet’. Jurnal e-GiGi (eG). 2(2).
Available at:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=262516&val=1000&title=GAMBARAN%20TUM
PATAN%20RESIN%20KOMPOSIT%20PADA%20GIGI%20PERMANEN%20DI%20POLIKLINIK%2
0GIGI%20RUMKITAL%20DR.%20WAHYU%20SLAMET

22

Anda mungkin juga menyukai