KATA PENGANTAR
Terima kasih kami ucapkan kepada fasilitator dan dosen-dosen kami sekalian
atas bimbingan nya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik. Kami
berharap agar makalah ini bisa bermanfaat di kemudian hari.
Mudah-mudahan makalah sederhana yang telah berhasil kami susun ini bisa
dengan mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami
meminta maaf bilamana terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan.
Serta tak lupa kami juga berharap adanya masukan serta kritikan yang membangun
dari para dokter sekalian demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Gigi merupakan bagian dari tubuh yang sangat dibutuhkan oleh manusia, sebab
tanpa adanya gigi manusia akan mengalami kesulitan dalam mengunyah, berbicara
dan estetika. Walapun gigi merupakan hal yang kecil namun jika terserang penyakit
maka seluruh tubuh akan ikut sakit dan kegiatan sehari-hari akan terganggu, kali ini
kami akan membahas mengenai penyakit yang terjadi pada gigi dalam lingkup
endodontik.
Seorang dokter gigi akan menjumpai kasus-kasus endodontik dan untuk bisa
melakukan perawatan, pemeriksaan radiograf merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan. Selain pemeriksaan radiograf, tentu juga sangat diperlukan pemeriksaan
klinis ekstra oral dan intra oral untuk melakukan penegakan diagnosis kasus-kasus
endodontik.
iii
l. Bagaimana penatalaksanaan penyakit pulpa dan periapikal(
anestesi,prosedur,pertimbangan dokter pada pasien yang hipertensi dan
penyakit sistemik lainnya)?
m. Apa yang dimaksud kasus darurat endodontik?
n. Kasus apa saja yang termasuk kasus darurat endodontik?
o. Bagaimana penanganan dalam kasus darurat endodontik?
iv
BAB II
PEMBAHASAN
Nyeri adalah rasa tidak nyaman yang terlokalisasi atau rasa sakit
akibat stimulasi yang tidak pernah berakhir (Dorlands Medical Dictionary).
Menurut IAPS (International Association Study of pain) adalah rangsangan
sensorik atau bentuk pengalaman emosional, sensasional subjektif dan tidak
menyenangkan yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan
(pulpa atau periapikal yang dapat berubah menjadi akut atau kronis).
1
tidak mampu menghilangkan iritan yang merusak jaringan pulpa
paling banter hanya menyetop atau merperlambat penyebaran
infeksi dari kerusakan jaringannya.
2
1.4 Klasifikasi Nyeri 3,5,6
• Berdasarkan kekuatan
Nyeri cepat dan tajam: dirasakan dalam waktu 0,1 detik yang
dihantarkan melalu serabut saraf A-delta dengan diameter 1-6
mikrometer dan bermyelin, lokasi nyerinya jelas dan seperti menusuk.
Nyeri lambat dan tumpul: dirasakan dalam waktu 1 detik melalui serabut
saraf C dengan diameter kurang dari 1 mikrometer dan tidak bermyelin,
lokasi nyerinya menyebar terasa berdenyut lambat dan tumpul.
Dimulai dari invasi awal iritan lalu sistem imun bawaan yang terdapat
dalam pulpa diaktifkan kemudia bereaksi terhadapt antigen, namun apabila
3
sistem imun bawaan tidak mampu mengatasi antigen tersebut maka sistem imun
adaptif akan diaktifkan yaitu antibodi spesifik, lalu sel dendritik sebagai pengatur
utama sistem kekebalan tubuh akan tersebar melalui pulpa normal yang akan
merangsang limfosit T, lalu limfosit T akan menginisiasi dan menyebarkan
respon penyembuhan sehingga menurunkan atau meredakan nyeri.
b. Pulpitis Reversibel
• Gejala Klinis: Rasa tidak nyaman (seperti rasa linu) akan segera
hilang bila penyebabnya dihilangkan. Respon dari pulpa berupa
rasa yang menusuk yang singkat. Faktor penyebabnya adalah
karies, dentin yang terekspos, perawatan gigi terakhir, restorasi
yang rusak.
• Radiografi: Tidak ada gambaran pulpa yang terekspos, tidak ada
pelebaran membran periodontal.
• Perawatan: Restorasi biasa tanpa perawatan endodontik.
c. Pulpitis Irreversibel
Pulpitis Irreversibel Simptomatik
4
Gigi didiagnosa sebagai pulpitis irreversible bila terdapat
gejala rasa sakit spontan atau berdenyut. Rasa sakit yang ditimbulkan
biasanya diperparah dengan perubahan temperature (khususnya
stimulus dingin), rasa sakitnya pun berlangsung cukup lama walaupun
penyebab rasa sakit telah dihilangkan. Rasa sakit yang timbul dapat
terasa menusuk atau tumpul, terlokalisasi ataupun menyebar.
d. Nekrosis Pulpa
Saat pulpa nekrosis (pulpa non vital), suplai darah ke pulpa
sudah tidak ada dan saraf pulpa pun tak berfungsi. Setelah pulpa
nekrosis, penyakit gigi menjadi asimptomatik sampai akhirnya akan
menimbulkan gejala yang ditimbulkan dari penyebaran penyakit ke
jaringan periradikular. Dengan pulpa nekrosis , gigi tidak akan respon
5
terhadap tes elektris dan tes dingin. Nekrosis pulpa dapat terjadi
sebagian atau keseluruhan dan dapat tidak meliputi seluruh akar pada
gigi dengan akar lebih dari satu, sehingga gejala yang ditimbulkan gigi
seringkali membingungkan, saat dilakukan tes vitalitas pulpa disalah
satu sisi responnya negative dan pada sisi akar lainnya responnya
dapat positif. Gigi ini dapat menimbulkan gejala seperti pulpitis
irreversibel simptomatik.
6
c. Periodontitis Apikalis Asimptomatik
Gigi dengan periodontitis apikalis asimptomatik umumnya
tidak memiliki gejala klinis. Gigi ini tidak respon terhadap tes vitalitas
pulpa, dan hasil radiografi terlihat gambaran radiolusen di apikalnya.
Gigi ini umumnya tidak sensitif terhadap tekanan menggigit tetapi
mungkin terasa berbeda pada pasien saat diperkusi.
1. Pulpa Normal
2. Pulpa Reversible
7
Pulpitis reversibel merupakan inflamasi pulpa yang tidak parah.
Jika penyebabnya dihilangkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa akan
kembali normal. Stimulus ringan seperti karies insipien, erosi servikal,
atau atrisi oklusal, email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka adalah
faktor yang dapat mengakibatkan pulpitis reversible.
Pulpitis reversibel biasanya asimptomatik. Aplikasi cairan dingin
dan panas, dapat menyebabkan nyeri sementara yang tajam. Jika stimulus
ini dihilangkan, nyeri akan segera hilang.
Gejala histopatologis ditemukan adanya hiperemi (inflamasi
sedang), terdapat dentin reparative, pembuluh darah melebar, ekstravasasi
cairan udema, dan adanya sel inflamasi. Gambaran radiografis normal.
Gambaran radiografis menunjukkan jaringan periodontal dan lamina dura
normal.
3. Pulpa Irreversible
8
atau berham-jam. Aplikasi stimulus eksternal seperti termal dapat
mengakibatkan nyeri berkepanjangan. Jika inflamasi hanya terbatas pada
jaringan pulpa dan tidak menjalar ke periapikal, respon gigi terhadap tes
palpasi dan perkusi berada dalam batas normal.
Secara klinis, pulpitis ireversibel dapat bersifat simptomatik dan
asimptomatik. Pulpitis ireversibel simtomatik merupakan salah satu jenis
pulpitis ireversibel yang ditandai dengan rasa nyeri spontan. Spontan
berarti bahwa stimulus tidak jelas. Nyeri spontan terus menerus dapat
dipengaruhi dari perubahan posisi tubuh. Pulpitis ireversibel simptomatik
yang tidak diobati dapat bertahan atau mereda jika terdapat sirkulasi untuk
eksudat inflamasi. Sedangkan pulpitis ireversibel asimptomatik
meruapakan tipe lain dari pulpitis ireversibel dimana eksudat inflamasi
dengan cepat dapat dihilangkan. Pulpitis ireversibel asimptomatik yang
berkembang biasanya desebabkan oleh paparan karies yang besar atau
trauma sebelumnya yang mengakibatkan rasa sakit dalam durasi yang
lama.
Pada pemeriksaan histopatologis ditemukan adanya inflamasi
kronis dan akut pada pulpa, leukosit polimoronuklear, eksudat dan
limfosit. Radiografi mungkin menunjukkan penebalan ligament
periodontal, kadang-kadang menipisnya lamina dura.
4. Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa atau kematian jaringan pulpa adalah kondisi
irreversibel yang ditandai dengan dekstruksi jaringan pulpa.Nekrosis
pulpa dapat terjadi secara parsial maupun total. Etiologi primer dari
nekrosis pulpa adalah iritan akibat infeksi bakteri. Luasnya proses
nekrosis berkaitan langsungdengan besarnya invasi bakteri
TANDA KLINIS :
• Tidak ada nyeri
• Tes vitalitas pulpa : negatif
• Perbuahan warna pada gigi
9
RADIOGRAFI
• Penebalan Ligamen periodontal
• Radiolusen periapikal
2.3 Diagnosis6,7
10
Keadaan Klinis: Karies kedalaman D5, lesi Tooth Wear melibatkan dentin
dalam, fraktur yang melibatkan dentin dalam, gigi dengan bayangan garis
patahan (craze line) disertai riwayat trauma atau benturan, gigi dengan
restorasi yang bocor (coronal leakage) ataupun rusak.
Gambaran Radiografis: Karies mencapai dentin dalam, keadaan ruang
saluran akar normal, dan jaringan periapeks normal.
Tes Sensitivitas (Sensitivity Testing): Memberi respon normal.
Tes Perkusi dan Palpasi: Tidak peka.
11
Tes Palpasi: Tidak peka, namun perkusi boleh jadi peka
12
Tes Perkusi dan Palpasi: Tidak peka.
13
Keadaan Pulpa: Non vital. - Gambaran Radiografis: Penebalan ligament
periodontal melebar, lamina dura terputus, dan adanya lesi di periapeks
dengan berbatas jelas.
Sensitivity Testing: Memberi respon negative.
Tes Perkusi dan Palpasi: Boleh jadi peka, namun bisa juga tidak
14
Osteitis Memadat (Condensing Osteitis)
Keluhan Subjektif: Biasanya symptom-free.
Keadaan Klinis: Karies yang mencapai pulpa.
Gambaran Radiografis: Karies mencapai pulpa, atau pengisian saluran
akar yang tidak adekua. Terlihat pemadatan tulang (radiopak) berbatas
tidak jelas di periapeks.
Sensitivity Testing: Memberi respon negative.
Tes Perkusi dan Palpasi: Tidak peka.
2.4 Perawatan6,7
Pada kasus pulpa vital, jaringan pulpa yang terinflamasi atau debris
nekrosis dan iritan lainnya dihilangkan.Pada kasus nekrosis, dilakukan PSA
non vital. Pada kasus karena kesalahan prosedur, diberikan obat analgesic dan
anti inflamasi.
Periodontitis periapeks kronik : PSA non vital. Membuang iritan (pulpa
nekrotik) dan melakukan obturasi yang baik pada perawatan saluran akar
15
Abses periapeks akut : Drainase abses, pemberian obat, PSA non
vital.saluran sinus akan hilang spontan jika iritan dari ruang pulpa sudah
dibersihkan
Abses periapeks kronik : PSA non vital, atau PSA ulang (retreatment).
Condensing osteitis : karena terjadinya disebabkan oleh kondisi pulpa
yang berbeda-beda perawatannnya juga akan bervariasi.50 % kasus
condensing osteitis sembuh setelah PSA berhasil
2. Anestesi
16
Pulpektomi adalah perawatan yang sangat menyakitkan bila dilakukan
tanpa anastesi yang tepat. Prosedur rutin yang harus dilakukan, yaitu
dengan anastesi infiltrasi dan blok regional. Akan tetapi kadang-kadang
anastesi pulpa gagal karena masih ditemukan jaringan yang masih sensitif
dan masih terasa nyeri bila disentuh, walaupun injeksi telah dilakukan
dengan benar.Komplikasi ini lebih umum ditemukan pada gigi posterior
rahang bawah daripada rahang atas.
Sangat penting untuk mendapatkan anestesi yang memadai pada nyeri
pulpa sebelum melakukan preparasi,blok alveolar inferior atau blok
mandibula yang biasanya digunakan secara rutin dengan rasa baal jaringan
lunak sekitar gigi yang akan dirawat tetapi tidak selalu menganastesi
jaringan pulpa yang terinflamasi.
Beberapa macam teknik anestesi tambahan,yaitu injeksi intraligamen,
injeksi intraoseus, infilterasi bukal mandibula, dan injeksi intrapulpa.
17
• Membran buccal mukosa dan jaringan di bawahnya hanya sampai
molar pertama
• Anterior 2/3 lidah, jaringan lunak lingual, dasar rongga mulut
Indikasi:
1. Perawatan pada lebih dari satu gigi mandibula dalam satu region
2. Apabila anestesi jaringan lunak bagian bukal (anterior foramen
mental) dibutuhkan
3.Apabila anestesi jaringan lunak lidah dibutuhkan
Kontraindikasi:
1. Infeksi atau inflamasi akut pada area yang akan diinjeksi (jarang)
2. Pasien yang suka menggigit bibir atau lidahnya misalnya anak kecil
atau pasien anak atau dewasa dengan cacat mental
Teknik:
18
• Larutan yang diperlukan dalam blok ini bervariasi dari 1,5 hingga 1,8 mL
b. Anastesi tambahan8,9
Teknik Tambahan :
19
keberhasilan hanya 58% yang berarti lebih sedikit dari injeksi intraosseous
dan intraligamen.
3. Teknik aseptic
Asepsis berkaitan dengan langkah-langkah yang dilakukan selama
operasi bedah untuk mencegah masuknya organisma mikro asing ke
daerah luka.
Dalam terapi endodontik, termasuk pulpektomi, sumber kontaminasi
bakteri pada ruang pulpa dapat berasal dari debris yang terinfeksi, saliva
dan eksudat gingival, dan instrumen yang tidak steril.
Asepsis yang tepat di endodontik tidak dapat dicapai tanpa
menggunakan rubber dam. Selain memberikan aseptik pada tempat
operasi, rubber dam mencegah instrumen terjatuh,yang dapat ditelan atau
terdorong ke dalam paru-paru.Rubber dam juga mencegah bocornya obat-
obatan yang digunakan selama tahap perawatan ke lingkungan mulut,
yang mengiritasi jaringan.
4. Atap kamar pulpa dibuang dengan menggunakan bur bundar steril
kemudian diperluas dengan bur fisure steril.
5. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavator.
6. Perdarahan yang terjadi setelah pembuangan jaringan pulpa dikendalikan
dengan menekankan cotton pellet steril yang telah dibasahi larutan saline
atau akuades selama 3 sampai dengan 5 menit.
7. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas
kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan
pulpa di saluran akar dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi
dan headstrom file.
20
8. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran
dan darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril
yang telah dibasahi dengan formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam
saluran akar selama 5 menit.
9. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal
dengan , menggunakan jarum lentulo.
10. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian .
11. Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida
eugenol atau seng fosfat.
12. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.
21
pertimbangan bagi para dokter gigi di dalam melakukan tindakan perawatan.
Pada saat dokter gigi sedang merawat pasien tersebut, ada banyak hal yang
harus diwaspadai oleh dokter gigi, seperti masalah dental dan jaringan lunak
rongga mulut yang mungkin meningkat pada pasien tersebut, serta tindakan
perawatan yang justru akan memperparah penyakit yang diderita oleh pasien.
22
dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor
pembekuan darah. Atas dasar ini antikoagulan diperlukan untuk mencegah
terbentuk dan meluasnya trombus dan emboli.
23
gangguan factor pembekuan yang disintesis di hati dan risiko mengalami
trombositopenia akibat splenomegaly sekunder akibat hipertensi portal. Risiko
pendarahan yang berhubungan dengan penggunaan obat-obat antikoagulan dapat
dinilai preoperatif dengan melihat hasil laboratorium berupa prothrombin time
(PT) yang tercermin sebagai rasio INR. Nilai laboratorium ini mencerminkan
jalur koagulasi ekstrinsik, yang dipengaruhi oleh penyakit hati dan penggunaan
obat-obat antikoagulan. Nilai normal INR adalah 1,2-3,5. Adanya peningkatan
nilai INR menunjukkan potensi adanya penyakit hati. Selain itu, adanya gejala
klinis berupa asites, ikterus atau ensefalopati dikaitkan dengan peningkatan INR.
Hal serupa juga dapat menyebabkan perdarahan rongga mulut setelah tindakan
perawatan gigi. Oleh karena itu, seorang pasien sebelum menerima perawatan
gigi, harus melakukan pemeriksaan laboratorium berupa uji fungsi hati
(SGOT/SGPT), prothrombine time (PT), partial thromboplastin time (PTT),
jumlah trombosit, albumin dan kadar bilirubin.
Pasien yang datang ke tempat praktek gigi mungkin dengan kondisi yang
tidak terdiagnosis DM. Sebagai contoh adalah adanya periodontitis yang parah
dan cepat progresif yang terlihat tidak sesuai dengan umur pasien, riwayat
memiliki kebiasaan buruk, oral hygiene (OH) buruk, dan adanya faktor lokal yang
memperburuk seperti plak atau kalkulus. Pada beberapa pasien DM juga sering
dijumpai kelainan berupa pembesaran gingiva, gingiva mudah berdarah pada
pengerjaan dan adanya abses periodontal. Jika dokter gigi mencurigai adanya
penyakit DM pada pasien, maka pasien patut dianamnesis dengan baik untuk
mengetahui adanya riwayat polidipsia, poliuria, polyphagia, atau adanya
penurunan berat badan. Jika diduga ada riwayat keluarga yang DM, maka perlu
dilakukan evaluasi dan pemeriksaan laboratorium berupa kadar gula darah puasa
dan sesudah makan, uji urine, dan toleransi glukosa.
24
Seorang klinisi harus mengetahui nilai hemoglobin yang terikat dengan
glukosa (HbA1C). Uji ini akan memberikan gambaran mengenai kadar glukosa
selama 2-3 bulan. Jika nilainya kurang dari 8% menunjukkan kadar glukosa
secara relatif terkontrol baik. Jika nilai HbA1C lebih besar dari 10%
menunjukkan kadargula darah tidak terkontrol.
Hal lain yang menjadi kunci dalam pertimbangan perawatan gigi pada
pasien DM meliputi tindakan mengurangi stres, setting perawatan, penggunaan
antibiotik, modifikasi diet, membuat jadwal kunjungan, pemilihan obatobatan
serta penanganan emergensi.
Pasien DM dapat dirawat di klinik gigi secara rawat jalan. Pada pasien
DM yang tidak terkontrol, seringkali mengalami infeksi berat di daerah
oromaksilofasial, serta penyakit sistemik lainnya, dan perawatan gigi pada pasien
tersebut membutuhkan pengobatan jangka panjang serta diet yang terkontrol.
Penggunaan antibiotik sangat dibutuhkan untuk perawatan gigi pada pasien DM
khususnya jika tidak terkontrol. Antibiotik ini digunakan baik untuk mengatasi
infeksi akut maupun untuk tindakan profilaktik pada saat akan dilakukan tindakan
bedah.
25
terbesar hipoglikemia akan terjadi sekitar 30-90 menit setelah menyuntik lispro
insulin, 2-3 jam setelah insulin reguler, dan 4-10 jam setelah Nph atau Lente
insulin. Bagi mereka yang menggunakan sulfonilurea oral, puncak aktivitas
insulin tergantung pada obat yang digunakan. Thiazolidinediones dan metformin
jarang menyebabkan hipoglikemia. Faktor utama yang perlu dipertimbangkan
dalam menentukan waktu perjanjian perawatan adalah aktivitas puncak insulin
dan jumlah glukosa yang diserap dari usus berikut asupan makanan terakhir.
Risiko terbesar akan terjadi pada pasien yang telah menggunakan insulin dalam
jumlah biasa atau menggunakan obat diabet oral tetapi mengurangi atau
menghilangkan makan pagi sebelum perawatan gigi, karena berisiko mengalami
hipoglikemia selama pemeriksaan gigi. Oleh karena itu pasien dianjurkan untuk
makan dengan diet normal dan membawa glucometer ke tempat praktek gigi.
Sebelum perawatan dimulai pasien dapat mengecek kadar gula darahnya. Jika
kadar gula darahnya lebih rendah dari normal, maka pasien dianjurkan untuk
mengkonsumsi sedikit karbohidrat sebelum perawatan untuk menghindari
terjadinya hipoglikemia.
26
Pertimbangan Dental Pasien GGK14
27
golongan coumarin (warfarin) atau heparin natrium. Karena Efek antikoagulan
heparin yang digunakan selama hemodialisis tidak akan menghasilkan efek sisa,
umumnya hanya 3-4 jam terakhir pasca pemberian. Perawatan gigi akan lebih
aman jika dilakukan 1 hari setelah hemodialisis, tidak ada risiko perdarahan yang
berkepanjangan, kondisi metabolik asam-basa dan kadar elektrolit yang abnormal
telah diatasi.
28
pencabutan gigi untuk mencegah terjadi perdarahan, melakukan penjahitan,
menggigit tampon selama 1-1 ½ jam, kompres dingin dengan menggunakan ice-
pack selama ½ jam selama 2 hari, diet lunak selama 48-72 jam, dan sebaiknya
menggunakan anestesi lokal tanpa menggunakan vasokonstriktor, sedangkan
untuk pasien anakanak atau pasien yang tidak kooperatif dapat dilakukan anestesi
umum di rumah sakit.
29
Hipertensi ringan 160 95
Hipertensi definitif 160-179 95-140
Sebelum melakukan tindakan invasif, perlu bagi dokter gigi untuk
mengukur tekanan darah pasien untuk mengidentifikasi apakah pasien menderita
hipertensi atau tidak.13 Pasien dengan tekanan darah normal (< 120 sistolik dan <
80 diastol) dan pasien pra-hipertensi (120-139/80-89 mmHg) dapat menerima
semua tindakan perawatan dental serta dapat diberikan anastesi lokal dengan
kandungan epineprin 1:100.000.
30
Posisikan pasien di posisi yang nyaman serta sirkulasi udara yang diterima
juga baik. Untuk melakukan tindakan anastesi, gunakan larutan anastesi yang
tidak mengandung adrenalin. Hindari kondisi stres pada pasien karena bisa
menstimulasi untuk terjadinya gangguan pernafasan saat perawatan sedang
dilakukan.
3.1. Definisi16
31
Nyeri yang berlangsung singkat dihasilkan oleh temperatur
yang ekstrem dan dengan makanan manis.
Rasa sakit biasanya berasal dari dentin.
Pada pemeriksaan radiologis : Tidak terdapat pelebaran
ligament .
Periodontal space.
Gambar diatas,terdapat
pulpitis reversible akut pada
gigi molar 2
32
Gambar diatas,terdapat
pulpitis irreversible akut
pada gigi premolar 1
33
Gambar diatas,terdapat
periodintitis apikalis akut pada
gigi molar 1
34
Gambar diatas,terdapat
abses periapikal akut pada
gigi kaninus
5.Fraktur Akar
Fraktur akar merupakan kombinasi kerusakan yag terjadi pada
dentin, sementum, pulpa, dan jaringan periodontium. Fraktur yang
terjadi diapikal dan di sepertiga tengah biasanya arahnya miring.
35
6. Nekrosis Pulpa
36
timbul bila membungkuk. Perawatan darurat yang lebih baik dikakukan
adalah pulpektomi daripada terapi paliatif untuk meringankan rasa sakit.
Teknik pulpektomi adalah sebagai berikut:
Anestesi gigi yang terserang, pasang isolator karet.
Buat jalan masuk ke dalam kamar pulpa, keluarkan pulpa dari kamar pulpa
dengan ekskavator atau kuret.
Lakukan irigasi dan debridemen di dalam kamar pulpa, temukan orifis saluran
akar dan saluran akar dieksplorasi dengan jarum Miller.
Tentukan panjang kerja dan jaringan pulpa diekstirpasi, kemudian lakukan
instrumentasi dengan menggunakan jarum rimer dan k (file) sesuai panjang
kerja.
Lakukan irigasi dengan larutan salin steril, larutan anetesi atau larutan natrium
hipokhlorit, kemudian keringkan saluran akar dengan paper point
(absorbentpoint ) steril.
Masukkan gulungan kapas kecil (cotton pellet) yang dibahasi bahan
pereda sakit, misalnya eugenol atau CMCP (camphorated monochloro
phenol) ke dalam kamar pulpa kemudian tutup kavitas dengan tambalan
sementara, misalnya cavit atau semen seng oksida eugenol, hindari trauma
oklusal.
Pasien diberi obat analgetik yang diminum apabila timbul rasa sakit.
Premedika atau medikasi pasca perawatan dengan antibiotik diindikasikan
bila kondisi pasien secara medis membahayakan atau bila toksisitas sistemik
timbul kemudian.
37
o Mengeringkan saluran akar
o Mengisi saluran akar dengan antibacterial dressing
o Menutup kavitas.
o Pemberian antibiotik dan analgesik dilakukan setelah
drainase/perawatan saluran akar.
5. Fraktur Akar
o Fraktur di bagian sepertiga apikal
Biasanya tidak ada tanda-tanda mobilitas pada akar dan gigi.
Dalam kebanyakan kasus, didapati segmen apikal tetap vital. Oleh karena
itu, tidak ada perawatan yang diperlukan dan gigi tersebut diobservasi.
Jika terdapat nekrosis pulpa pada fragmen apikal, pengeluaran fragmen
apikal menjadi indikasi.
38
Perawatan dipilih berdasarkan posisi garis fraktur, panjang segmen
akar yang tersisa dan kehadiran segmen koronal. Kemungkinan
penyembuhan dengan jaringan terkalsifikasi adalah paling rendah pada
fraktur di lokasi ini.
39
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keadaan darurat adalah masalah yang perlu diperhatikan pasien, dokter gigi
dan stafnya. Biasanya dikaitkan dengan nyeri atau pembengkakan dan memerlukan
penegakan diagnosis serta perawatan segera. Keadaan darurat ini disebabkan oleh
kelainan dalarn pulpa dan atau jaringan periradikuler. Keadaan darurat juga
mencakup cidera traumatic parali yang mengakibatkan luksasi, avulsi atau fraktur.
Berbagai frekuensi nyeri atau pembengkakan dapat terjadi pada pasien sebelum,
selama, atau sesudah perawatan saluran akar. Penyebabnya adalah iritan yang
menimbulkan inflamasi yang hebat di jaringan pulpa atau di jaringan periradikuler.
3.2 Saran
40
Daftar Pustaka
41
15. Sauvetre EJ, Diji CV. Cardiovascular Diseases and Periodontal Treatment.
In Periodontology and oral medicine, Free University of Brussels, Belgium;
Heart Views 2007; 8(3):100-05.
16. Walton, RE & Torabinejad, M. Principles and Practice of Endodontics,
2th ed. Philadelphia: Saunders Company; 2002
42