Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah “Pemulihan Sistem Pengunyahan”.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari bahwa tugas makalah ini masih memiliki banyak kekurangan baik
dari segi isi maupun penulisan. Untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan pembuatan makalah ke depannya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar....................................................................................................................................1
Daftar Isi.....................................................................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Skenario................................................................................................................................3
1.2 Learning Objective...............................................................................................................3
1.1 Skenario
Bapak S mengantar anaknya L (perempuan usia 16 tahun) ke klinik dokter gigi dengan
tujuan ingin memperbaiki tampilan wajah anaknya yang cekung dan terlihat gigi depan
atas lebih ke dalam dibanding gigi bawah ketika tersenyum. Bapak S juga mengeluhkan
bahwa seringkali melihat anaknya mengigit bibir atas. Pada pemeriksaan klinis L terlihat
relasi molar kelas I, relasi kaninus kelas I, crowding anterior rahang atas dengan gigi 21
palatoversi dan gigi 24 berputar ke palatal. Pada pemeriksaan ekstraoral profil cekung,
overjet negative, dan wajah L terlihat pendek. Bapak S sangat khawatir terhadap L,
karena waktu kecil profil anaknya baik-baik saja. Bapak S juga bertanya perawatan yang
bisa dilakukan dan jenis alat yang digunakan untuk menggerakkan gigi.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.3 Trauma
Tentunya trauma pada struktur wajah dapat menyebabkan gangguan fungsional dalam
system pengunyahan. Trauma sendiri terbagi ke dalam dua jenis umum, yaitu :
a) Macrotrauma, Kekuatan medadak yang dapat menyebabkan perubahan structural,
seperti pukulan langsung ke wajah.
b) Microtrauma, Setiap kekuatan kecil yang berulang kali diterapkan pada struktur
selama periode waktu yang lama, misalnya bruxism.
4
2.4 Stres Emosional
Pusat – pusat emosional otak memiliki perngaruh terhadap pada fungsi otot, yaitu
hipotalamus, sistem retikuler, khususnya limbic yang bertanggung jawab terhadap keadaan
emosi seseorang.
Pada dasarnya ada dua jenis mekanisme pelepasan stres. Yang pertama adalah
eksternal dan diwakili oleh kegiatan seperti berteriak, mengutuk, memukul, atau melempar
benda. Meskipun kegiatan ini umum dan hampir merupakan respons alami terhadap stres.
Mekanisme kedua adalah stres dilepaskan dengan mekanisme internal, di mana orang
melepaskan stres secara internal dan mengembangkan gangguan psikofisiologis seperti
sindrom iritasi usus, hipertensi, aritmia jantung tertentu, asma, atau peningkatan tonisitas
kepala dan otot leher. Peningkatan stres ini tidak hanya meningkatkan tonsisitas otot kepala
dan leher tetapi juga dapat meningkatkan aktivitas otot non-fungsional, seperti bruxism dan
clencing.
Stres emosional juga dapat memengaruhi aktivitas atau nada simpatik individu.
Sistem saraf otonom terus-menerus memonitor dan mengatur berbagai sistem bawah sadar
yang mempertahankan homeostasis. Salah satu fungsi sistem saraf otonom adalah mengatur
aliran darah di dalam tubuh. Sistem saraf simpatik berhubungan erat dengan refleks fight-or-
flight yang diaktifkan oleh stresor. Oleh karena itu dengan adanya tekanan aliran darah
kapiler di jaringan luar menyempit, memungkinkan peningkatan aliran darah ke struktur
muskuloskeletal dan organ internal yang lebih penting. Hasilnya adalah pendinginan kulit
seperti tangan. Aktivitas yang berkepanjangan dari sistem saraf simpatis dapat memengaruhi
jaringan-jaringan tertentu seperti otot. Telah disarankan bahwa aktivitas simpatik dapat
meningkatkan tonus otot, sehingga menghasilkan kondisi otot yang menyakitkan. Aktivitas
atau nada simpatis yang meningkat karenanya mewakili faktor etiologis yang dapat
memengaruhi gejala TMD.
5
2.6 Aktivitas parafungsional
Aktivitas parafungsional merupakan aktivitas di luar aktivitas fungsional. Aktivitas ini
dapat menimbulkan hiperaktivitas otot. Beberapa tidak melibatkan kontak gigi atau
pergerakan rahang tetapi hanya mewakili peningkatan kontraksi tonus statis otot. Contoh dari
aktivitas ini adalah Bruxism.
A. Tongue Thrust
B. Mouth Breathing
C. Bruxism
D. Thumb Sucking
6
2. Overjet Meningkat
3. Inklinasi Ke lingual gigi I Rb dan inklinasi ke labial I RA
4. Posterior Open Bite
5. Speech Defect
2.1.4 Pemeriksaan
Tujuan penilaian ortodontik adalah untuk mengumpulkan informasi
tentang pasien untuk menghasilkan diagnosis ortodontik yang akurat.
Informasi ini dikumpulkan dengan mengambil riwayat lengkap, melakukan
pemeriksaan klinis, dan mengumpulkan catatan yang sesuai. Penilaian
menghasilkan kumpulan data yang mengidentifikasi daftar masalah ortodontik
pasien dengan dasar diagnosis ortodontik. Masalah ortodontik pasien ada yang
patologis yaitu berhubungan dengan penyakit dan ada masalah perkembangan
yang faktor-faktornya terkait dengan maloklusi.
Informasi yang harus dikumpulkan selama proses pengambilan riwayat
adalah keluhan pasien, riwayat medis dengan mengidentifikasi segala aspek
yang dapat mempengaruhi perawatan ortodontik, riwayat gigi meliputi trauma,
perawatan gigi sebelumnya atau yang sedang berlangsung, masalah TMJ,
masalah gigi bawaan yang diketahui (misalnya Hipodontia), perawatan
ortodontik sebelumnya, kebiasaan dengan perincian kebiasaan menggigit
benda atau kebiasaan lain yang melibatkan gigi geligi, status pertumbuhan
fisik dengan mengidentifikasi apakah pertumbuhan sudah lengkap/masih
berlangsung dapat mempengaruhi waktu dan sifat perawatan di masa depan,
motivasi pasien atau orang tua, dan faktor sosial-perilaku yang dapat
mempengaruhi kemampuan pasie untuk menyelesaikan perawatan.Pertama
kali yaitu riwayat gigi pasien. Riwayat gigi yang perlu diidentifikasi yaitu
tentang pengalaman gigi mereka sebelumnya. Yang akan memberi gambaran
8
tentang sikap mereka terhadap kesehatan gigi, perawatan apa yang telah
mereka jalani sebelumnya dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi
kepatuhan mereka terhadap perawatan ortodontik. Khususnya penting
menentukan masalah gigi yang sedang berlangsung, riwayat masalah sendi
rahang, dan riwayat trauma pada gigi. Mungkin juga ada riwayat kelainan
bawaan yang relevan, dimana yang mempengaruhi pertumbuhan gigi
(misalnya hipodontia) dan perawatan ortodonti sebelumnya.
Kedua, ditanyai mengenai kebiasaan pasien. Kebiasaan sebelumnya
atau yang sedang berlangsung yang melibatkan pertumbuhan gigi. Yang
paling penting adalah kebiasaan menghisap benda dan dokter perlu
mengetahui durasi dan sifat kebiasaan itu. Kebiasaan lain seperti menggigit
kuku dapat meningkatkan risiko resorpsi akar. Ketiga yaitu status
pertumbuhan fisik. Penting dalam beberapa kasus (lebih berhasil pada mereka
yang masih dalam pertumbuhan). Dalam beberapa kasus lain, rencana
perawatan yang paling baik dilakukan ketika pertumbuhan sudah lengkap
(misal remaja dengan maloklusi kelas III). Pasien atau orang tuanya ditanyai
pertanyaan utnuk menentukan apakah mereka masih dalam masa
pertumbuhan. Keempat yaitu motivasi dan ekspektasi (harapan). Dalam
perawatan ortondontik yang sedang berlangsung, membutuhkan banyak
partisipasi aktif dan kerjasama dari pasien. Betapapun mahirnya dokter gigi,
perawatan tidak akan berhasil kecuali pasien cukup termotivasi untuk
mematuhi semua aspek perawatan. Jika seorang pasien tidak termotivasi
secara memadai, maka perawatan tidak boleh dilakukan. Peran dokter gigi
adalah menasihati pasien dengan hati-hati untuk menjelaskan apa yang bisa
dan tidak bisa dicapai dalam perawatan. Jika harapan pasien tidak realistis,
maka perawatan tidak dapat dilakukan. Faktor perilaku sosial juga dilihat.
Kepatuhan selama perawatan dipengaruhi oleh kemampuan pasien untuk
datang setiap janji temu dan setiap alasan praktis/sosial yang mungkin
membuat ini tidak mungkin harus diidentifikasi. Kemampuan pasien untuk
mematuhi perawatan daoat dipengaruhi oleh beberapa masalah perilaku.
12
Sebagian besar pasien mencari perawatan ortodontik untuk meningkatkan
senyumnya, penting untuk mengenali berbagai komponen senyum yang
akan meningkatkan estetika. Senyum yang normal :
o Seluruh tinggi gigi I atas harus terlihat pada saat tersenyum penuh,
dengan hanya gingiva interproksimal yang terlihat. Garis senyum
ini biasanya 1-2 mm lebih tinggi pada wanita
o Gigi I atas harus dekat, tetapi tidak menyentuh bibir bawah
o Margin gingiva gigi anterior penting jika terlihat dalam senyuman.
Margin dari gigi I1 dan C harus kira-kira sejajar dengan gigi I2
terletak 1 mm lebih insisial daripada gigi C dan gigi I1.
o Lebar senyum harus sedemikian rupa sehingga buccal coridors
harus terlihat, tetapi minimal.
Buccal corridors adalah ruang antara sudut mulut dan permukaan
bukal gigi yang terlihat paling distal
o Harus ada pengaturan gigi yang simetris
o Garis tengah gigi atas harus bertepatan dengan pertengahan muka
13
line) memberi panduan untuk penonjolan bibir yang sesuai di wajah. Sudut
nasolabial terbentuk antara pangkal hidung dan bibir atas dan harus 90-
110o. Dapat dipengaruhi oleh bentuk hidung, tetapi juga menggantungkan
bibir atas. Penutupan bibir atas dapat dipengaruhi oleh dukungan gigi I
atas. Jika bentuk bibirnya normal, sudut nasolabial yang tinggi
mengindikasikan bibir retrusif, sedangakn sudut nasolabial yang rendah
dapat mengindikasikan bibir protrusif.
14
a. Penilaian Kesehatan Mulut
15
o Apakah gigi bawah bersentuhan dengan gigi yang berlawanan atau
jaringan lunak (overbite lengkap) atau jika gigi geligi tidah
menyentuh apapun (overbite tidak lengkap)
o Apakah ada kerusakan jaringan lunak yang disebabkan traumatis
Fotografi Ortodontik
Lima intraoral :
o Oklusi frontal
o Oklusi bukal (kiri dan kanan)
o Tampilan oklusal lengkungan atas dan bawah
16
Radiografi Dalam Penilaian Ortodontik
2.2 Perawatan
2.2.2 Alat yang Digunakan
Removable Appliances
Keuntungannya saat menggunakan alat ini yaitu :
- Dibuat di laboratorium, sehingga kesalahan akan berkurang
- Dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien, missal untuk pasien yang tidak
nyaman saat adanya “wire” pada giginya
- Efektif untuk koreksi minor occlusal problem, seperti crossbite.
17
Functional Appliances untuk Memodifikasi Pertumbuhan
18
modifikasi pertumbuhan rahang dengan gerakan gigi kamuflase, penggunaan
dari alat ini sudah jarang dilakukan pada saat ini.
3. Tissue Borne
Salah satu contoh alat dari tissue borne yaitu frankel appliance / functional
regulator. Sebisa mungkin, kontak antara appliance dengan gigi dihindari. Alat
ini diletakkan di vestibulum, mengenai bibir dan pipi untuk jauh dari gigi. Ini
membuat arch expansion appliance menambah atau berpengaruh pada
pertumbuhan rahang karena arch cenderung mengembang ketika tekanan bibir
dan pipi dihilangkan. Pelindung bukal dan lip pad mengurangi tekanan pipi
dan bibir pada gigi geligi dan memberikan perluasan maxilla untuk pasien
Kelas II. Pad lingual untuk menentukan posisi mandibula.
4. Hybrid
Hybrid terdiri dari komponen functional appliance dan sering di combine
dengan perawatan asimetris rahang. Alat ini digunakan pada anak-anak
praremaja akhir dan selama percepatan pertumbuhan remaja.
Ada dua kategori dalam menggerakkan gigi dengan removable appliance pada
anak :
19
2. Reposisi gigi dengan arch. Removable appliance with spring untuk
pergerakan gigi. Spring menyentuh gigi pada satu titik untuk mengasilkan
gerakan tipping pada gigi anak-anak.
a. Komponen retentive
1. Adam clasp
Menggunakan wire stainless steel 0,7 mm yang digunakan pada gigi
Molar 1 dan juga bisa ditempatkan pada gigi premolar. Clasp ini melekat
di mesio-distal, bukal gigi. Adam clasp ini juga digunakan pada removable
appliance.
2. Southend Clasp
Menggunakan wire stainless steel 0,7 mm. digunakan untuk retensi
gigi anterior insisivus. Aktivasi dengan u-loop yang membawa clasp back
dalam undercut labial gigi.
3. Ball-ended Clasp
Alat ini ditempatkan diantara interproksimal undercut gigi dan
diaktifkan dengan menekuk “ball” kearah titik kontak.
4. Plint Clasp
Digunakan saat kombinasi antara removable dan fixed appliances.
Menggunakan 0,7 mm wire stainless steel dan diletakkan di undercut pada
band molar maxilla.
5. Labial Bow
Menggunakan 0,7 mm wire stainless steel, memberikan retensi dari
permukaan labial gigi insisivus. Labial bow diberikan flexibilitas dengan
memasukkan u-loop di tiap ujungnya yang memungkinkan aktivasi dengan
kompresi.
b. Komponen Aktif
Digunakan untuk menghasilkan gerakan gigi yang diinginkan.
1. Spring
Prinsip mekanis yang harus dipertimbangkan yaitu :
20
~ harus disampaikan pada sudut kanan ke sumbu Panjang gigi dan
melalui permukaan sejajar denganya.
~ sedekat mungkin dengan pusat resistensi untuk mengurangi rotasi
Oleh karena itu, gaya yang lebih kecil dapat diberikan dengan
menambah Panjang kawat atau menguangi diameternya. Namun,
akan membuat spring lebih mudah distorsi dan kerusakan. Spring
ini dibuat dari stainless steel, dengan diameter 0,5 mm yang
diaktifkan sekitar 3 mm, dan diameter 0,7 mm dan diaktifkan
sekitar 1 mm.
o Palatal Finger Spring
Menggunakan wire 0,5 mm atau 0,6 mm stainless steel.
Digunakan untuk menggerakkan gigi secara mesial / distal
sepanjang arch gigi. Penggabungan helix meningkatkan panjang
kawat dan transfer gaya lebih ringan, sementara guard wire akan
melindungi pegas dari distorsi.
o Buccal Canine Retractor
Spring ini menggunakan wire 0,7 mm stainless steel dan 0,5
mm stainless steel untuk digunakan sebagai sheathed. Berguna
untuk retraksi caninus maxilla yang di bukal. Namun, saat
diaktifkan secara mekanis sulit untuk menerapkan gaya langsung
ke permukaan mesial gigi.
o Z-Spring
Menggunakan wire dengan diameter 0,5 mm stainless steel.
Berguna untuk memindahkan satu / dua gigi secara labial. Cara
aktivasinya dengan menarik spring menjauh dari plat dengan sudut
45 derajat yang akan memindahkan alat menjauh dari palatum,
pentingnya dibuat retensi anterior yang baik.
o T-Spring
Menggunakan wire dengan diameter 0,5 mm stainless steel.
Digunakan untuk menggerakkan gigi secara labial ataupun bukal.
Aktivasi dengan menarik spring menjauh dari base plate.
21
o Coffin Spring
Menggunakan wire dengan diameter 1,25 mm stainless steel
dan diaktifkan dengan menarik kedua bagian alat secara manual /
meratakan spring dengan tangan sehingga menghasilkan gaya yang
tinggi.
o Active Labial Bow
Alat ini untuk mengurangi peningkatan overjet dengan
memiringkan gigi secara palatal jika segmen labial maxilla dicabut
dan diberi jarak. Normalnya alat ini menghasilkan sejumlah kecil
aktivasi dan dapat ditingkatkan dengan peningkatan jumlah kawat
dalam “bow” seperti Mills Bow atau dengan wire yang lebih ringan
seperti Roberts Retractor. Aktivasi Roberts Retractor dengan
diameter wire 0,5 mm dengan bagian bukal yang dilapisi tube
stainless steel, cara aktivasinya dengan cara menekuk lengan
vertical labial bow kearah palate dan memotong akrilik di belakang
insisivus maxilla untuk memungkinkan pergerakan palatal.
2. Skrew
Skrew dapat ditanam di dalam base plate. Cara
mengaktifkannya dengan cara memutar “key”, yang mana skrew
ini berfungsi efektif untuk mengoreksi crossbite posterior atau
untuk pergerakan distal dari segmen bukal, disuport dengan
headgear. Setiap seperempat putaran, skrew diaktifkan sekitar 0,2
mm karena itu harus dilakukan sekali atau dua kali dalam
seminggu.
2.2 Histofisiologis
2.2.1 Proses Pergerakan Gigi Karena Alat Orthodonti
Dalam melakukan perawatan ortodonti alat yang digunakan akan menghasilkan
kekuatan yang akan menghasilkan pergerakan gigi sesuai dengan yang
diinginkan. Dalam hal ini akan terjadi respon yang timbul akibat dari
pergerakan ini. Respon terjadi pada jaringan periodontal selaku jaringan yang
mendukung gigi. Diharapkan dalam pemasangan alat ortodonti ketika terjadi
tekanan pada jaringan periodontal, maka akan terjadi reaksi fisiologis yang akan
menghasilkan suatu respon pada jaringan periodontal.
22
Dalam penggunaan alat ortodonti akan menghasilkan pergerakan pada gigi.
Pergerakan gigi karena penggunaan alat ortodonti di bagi menjadi 3 fase, yaitu:
1. Fase inisiasi
Merupakan fase awal pergerakan gigi yang sangat cepat dan dapat diamati.
Perpindahan ini menyebabkan perpindahan gigi pada ruang periodontal dan
mungkin menekuk tulang alveolar sampai pada batas tertentu. Penelitian telah
menunjukkan bahwa kekuatan ringan maupun berat pada fase ini akan
menghasilkan perpindahan dengan jarak yang sama yaitu 0,4 mm – 0,9 mm dan
biasanya terjadi dalam waktu satu minggu.
2. Fase lag
Selama fase ini akan terjadi sedikit atau tidak ada pergerakan gigi dan fase ini
di karakteristikkan dengan pembentukan hialinisasi jaringan pada ligament
periodontal yang mana dapat meresorpsi sebelum perpindahan lebih lanjut
terjadi. Durasi fase ini tergantung pada sejumlah faktor yang bervariasi
termasuk kepadatan tlang alveolar, usia pasien dan luasnya jaringan yang
terhialinisasi.
3. Fase post lag
Setelah fase lag pergerakan gigi berlanjut dengan cepat zona hialinisasi
dipindahkan dan tulang mengalami resorpsi selama periode pasca log ini
osteoklas ditemukan dipermukaan yang luas daerah yang menghasilkan resopsi
langsung permukaan tulang yang menghadap ligament periodontal.
24
Pemeriksaan Klinis
Ekstraoral:
Intraoral:
Analisis Sefalometri
2.4.2 Penyebab
Etiologi maloklusi adalah multifaktorial. Untuk kasus ini, jika diperhatikan dari
anamnesis, ditemukan bahwa pasien memiliki kebiasaan menggigit bibir rahang
atas. Dari keluarga pasien ini tidak pernah ada riwayat profil cekung. Maka, bisa
diambil kesimpulan bahwa etiologi maloklusi pasien ini adalah oral bad habit
yaitu menggigit bibir rahang atas.
2.4.3 Diagnosis
Maloklusi kelas 1 tipe dental dengan malrelasi:
- Overjet negatif
- Crossbite anterior
- Rotasi gigi 24
- Palatoversi gigi 21
25
2.4.4 Prognosis
Prognosis pasien ditinjau dari kooperatif pasien selama mengikuti perawatan,
keadaan sosial ekonomi dan kemampuan pasien menjaga oral hygiene. Jika
ketiga poin ini dapat dipenuhi, maka prognosis pasien L adalah baik
2.4.5 Perawatan
Tahap pertama : Menghilangkan oral bad habit (menggigit bibir atas)
menggunakan lip bumper atau latihan otot
Tahap kedua : Menghilangkan crossbite anterior menggunakan mandibula
inclined bite plane
Tahap ketiga : Menghilangkan malreasi gigi, pemakaian Z spring untuk gigi
21 yang mengalami palatoversi dan pemberian gaya gigi
24 yang mengalami rotasi
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyabab adanya kelainan sistem pengunyahan disebabkan oleh multifaktoral dan
adanya kelainan dari system ini akan menghasilkan manifestasi oral yang berbeda
dari tiap-tiap penyebab kalainan dari sistem pengunyahan tersebut. Selain itu,
dampak yang dirasakan oleh pasien yang mengalami kelainan pada sistem
pengunyahannya pun berbeda diantaranya ada masalah estetika, resiko terhadap
karies dan trauma yang tinngi, gangguan psikologis, abnormalitas fungsi
pengunyahan, dan menyebabkan sakit pada temporomandibular.
Pemeriksaan yang tepat dapat menentukan diagnosis dan rencana perawatan yang
tepat bagi pasien tentunya diimbangi juga dengan kepatuhan pasien selama
perawatan. Perawatan orthodonti yang dilakukan oleh dokter gigi kepada pasien
haruslah juga mempertimbangkan aspek jaringan pendukung gigi, karena dalam
menggerakkan gigi terjadi serangkaian proses histofisiologis ligament periodontal
untuk mendapatkan berbagai macam gerakan gigi yang diinginkan.
27
DAFTAR PUSTAKA
28