Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah “Pemulihan Sistem Pengunyahan”.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari bahwa tugas makalah ini masih memiliki banyak kekurangan baik
dari segi isi maupun penulisan. Untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan pembuatan makalah ke depannya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Banda Aceh, 17 April 2019

Penulis

Banda Aceh, 08 April 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata
Pengantar....................................................................................................................................1
Daftar Isi.....................................................................................................................................2

BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Skenario................................................................................................................................3
1.2 Learning Objective...............................................................................................................3

BAB II : KAJIAN PUSTAKA


2.1 Kelainan Sistem Pengunyahan ............................................................................................4
2.1.1 Etiologi.......................................................................................................................4
2.1.2 Gambaran Klinis .......................................................................................................6
2.1.3 Dampak dari Kelainan Sistem Pengunyahan………………...……………………..7
2.1.4 Pemeriksaan Kelainan Sistem Pengunyahan………………………..……………...8
2.1.4.1 Pemeriksaan Ekstraoral………...…………………………………………10
2.1.4.2. Pemeriksaan Intraoral…………………………..…………………………14
2.1.5 Perawatan……………..…………………………………………………………...17
2.1.5.1 Alat yang Digunakan……………………………………………………..17
2.2 Histofisiologis....................................................................................................................22
2.2.1 Proses Pergerakan Gigi karena Alat Orthodonti……………………………..........22
2.3 Macam-Macam Arah Pergerakan Gigi…………………………………………………..23
2.4 Pembahasan Kasus…………………………………………………………………….....24
2.4.1 Pemeriksaan…………………………………………………………………….....24
2.4.2 Penyebab………………………………………………………………………..…25
2.4.3 Diagnosis……………………………………………………………………….…25
2.4.4 Prognosis……………………………………………………………………….….26
2.4.5 Perawatan……………………………………………………………………….…26
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Skenario
Bapak S mengantar anaknya L (perempuan usia 16 tahun) ke klinik dokter gigi dengan
tujuan ingin memperbaiki tampilan wajah anaknya yang cekung dan terlihat gigi depan
atas lebih ke dalam dibanding gigi bawah ketika tersenyum. Bapak S juga mengeluhkan
bahwa seringkali melihat anaknya mengigit bibir atas. Pada pemeriksaan klinis L terlihat
relasi molar kelas I, relasi kaninus kelas I, crowding anterior rahang atas dengan gigi 21
palatoversi dan gigi 24 berputar ke palatal. Pada pemeriksaan ekstraoral profil cekung,
overjet negative, dan wajah L terlihat pendek. Bapak S sangat khawatir terhadap L,
karena waktu kecil profil anaknya baik-baik saja. Bapak S juga bertanya perawatan yang
bisa dilakukan dan jenis alat yang digunakan untuk menggerakkan gigi.

1.2 Learning Objective


1. Kelainan Sistem Pengunyahan
1.1 Etiologi
1.2 Gambaran Klinis
1.3 Dampak dari Kelainan Sistem Pengunyahan
1.4 Pemeriksaan
1.4.1 Ekstraoral
1.4.2 Instraoral
1.5 Perawatan
1.5.1 Alat yang Digunakan
2. Histofisiologis
2.1 Proses Pergerakan Gigi karena Alat Orthodonti
3. Macam-Macam Arah Pergerakan Gigi
4. Pembahasan Kasus
4.1. Pemeriksaan
4.2. Diagnosis
4.3. Prognosis
4.4. Perawatan

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kelainan Sistem Pengunyahan


2.1.1 Etiologi
2.2 Keadaan oklusal
Pola kontak oklusal gigi memiliki pengaruh signifikan terhadap aktivitas otot
pengunyahan. Hal ini menunjukkan bahwa memiliki kontak yang sedikit tinggi di antara gigi
dapat menyebabkan nyeri otot pengunyahan pada beberapa individu.
Kelainan sistem pengunyahan dapat disebabkan oleh hiperaktivitas otot dimana
beberapa penelitian mengungkapkan hubungan positif antara faktor oklusal dan gejala
pengunyahan, sementara yang lain tidak menunjukkan hubungan. Umumnya hiperaktivitas
otot berkaitan dengan kegiatan sistem pengunyahan, yang tidak berhubungan dengan
aktivitas fungsional.
Kegiatan sistem pengunyahan dapat dibagi menjadi dua jenis: fungsional
(mengunyah, berbicara, dan menelan) dan parafungsional (bruxing, clenching, dan kebiasaan
oral lainnya). Beberapa kegiatan ini mungkin bertanggung jawab untuk menciptakan gejala
TMD. Kegiatan fungsional adalah aktivitas otot yang sangat terkontrol yang memungkinkan
sistem pengunyahan untuk melakukan fungsi yang diperlukan dengan kerusakan minimal
pada struktur apa pun. Sedangkan kegiatan parafungsional sendiri merupakan aktivias di luar
fungsi pada umumnya.
Intinya, kondisi oklusal yang baik sangat penting untuk fungsi otot yang sehat selama
mengunyah, menelan, berbicara, dan postur mandibula. Gangguan pada kondisi oklusal dapat
menyebabkan peningkatan tonus otot (ko-kontraksi) dan gejala TMD.

2.3 Trauma
Tentunya trauma pada struktur wajah dapat menyebabkan gangguan fungsional dalam
system pengunyahan. Trauma sendiri terbagi ke dalam dua jenis umum, yaitu :
a) Macrotrauma, Kekuatan medadak yang dapat menyebabkan perubahan structural,
seperti pukulan langsung ke wajah.
b) Microtrauma, Setiap kekuatan kecil yang berulang kali diterapkan pada struktur
selama periode waktu yang lama, misalnya bruxism.

4
2.4 Stres Emosional
Pusat – pusat emosional otak memiliki perngaruh terhadap pada fungsi otot, yaitu
hipotalamus, sistem retikuler, khususnya limbic yang bertanggung jawab terhadap keadaan
emosi seseorang.
Pada dasarnya ada dua jenis mekanisme pelepasan stres. Yang pertama adalah
eksternal dan diwakili oleh kegiatan seperti berteriak, mengutuk, memukul, atau melempar
benda. Meskipun kegiatan ini umum dan hampir merupakan respons alami terhadap stres.
Mekanisme kedua adalah stres dilepaskan dengan mekanisme internal, di mana orang
melepaskan stres secara internal dan mengembangkan gangguan psikofisiologis seperti
sindrom iritasi usus, hipertensi, aritmia jantung tertentu, asma, atau peningkatan tonisitas
kepala dan otot leher. Peningkatan stres ini tidak hanya meningkatkan tonsisitas otot kepala
dan leher tetapi juga dapat meningkatkan aktivitas otot non-fungsional, seperti bruxism dan
clencing.
Stres emosional juga dapat memengaruhi aktivitas atau nada simpatik individu.
Sistem saraf otonom terus-menerus memonitor dan mengatur berbagai sistem bawah sadar
yang mempertahankan homeostasis. Salah satu fungsi sistem saraf otonom adalah mengatur
aliran darah di dalam tubuh. Sistem saraf simpatik berhubungan erat dengan refleks fight-or-
flight yang diaktifkan oleh stresor. Oleh karena itu dengan adanya tekanan aliran darah
kapiler di jaringan luar menyempit, memungkinkan peningkatan aliran darah ke struktur
muskuloskeletal dan organ internal yang lebih penting. Hasilnya adalah pendinginan kulit
seperti tangan. Aktivitas yang berkepanjangan dari sistem saraf simpatis dapat memengaruhi
jaringan-jaringan tertentu seperti otot. Telah disarankan bahwa aktivitas simpatik dapat
meningkatkan tonus otot, sehingga menghasilkan kondisi otot yang menyakitkan. Aktivitas
atau nada simpatis yang meningkat karenanya mewakili faktor etiologis yang dapat
memengaruhi gejala TMD.

2.5 Input Nyeri Dalam


Input nyeri dalam dapat merangsang batang otak secara terpusat, menghasilkan otot
yang dikenal sebagai ko-kontraksi pelindung. Ini merupakan cara normal tubuh merespon
cedera. Misanya pasien yang mengalami sakit pada rahangnya wajar jika pembukaan
muluntnya terbatas.

5
2.6 Aktivitas parafungsional
Aktivitas parafungsional merupakan aktivitas di luar aktivitas fungsional. Aktivitas ini
dapat menimbulkan hiperaktivitas otot. Beberapa tidak melibatkan kontak gigi atau
pergerakan rahang tetapi hanya mewakili peningkatan kontraksi tonus statis otot. Contoh dari
aktivitas ini adalah Bruxism.

2.1.2 Gambaran Klinis

A. Tongue Thrust

1. Proklinasi Gigi Anterior


2. Open Bite Anterior
3. Bimaxilarry Protrusion
4. Open Bite Posterior pada Lateral Tongue Thrust
5. Crossbite Posterior

B. Mouth Breathing

1. Wajah yang panjang dan sempit


2. Bibir atas yang lemah dan pendek
3. Hidung yang sempit
4. Wajah tanpa ekspresi dan wajah kosong
5. Marginal gingivitis anterior akibat perdarahan gingiva
6. Open bite anterior

C. Bruxism

1. Terdapat keausan pada oklusal gigi


2. Fraktur gigi dan restorasi
3. Kegoyangan gigi
4. Hipertrofi otot mastikasi
5. Nyeri otot ketika bangun pagi
6. Nyeri tmj dan ketidaknyamanan

D. Thumb Sucking

1. Anterior Open Bite

6
2. Overjet Meningkat
3. Inklinasi Ke lingual gigi I Rb dan inklinasi ke labial I RA
4. Posterior Open Bite
5. Speech Defect

2.1.3 Dampak dari Kelainan Sistem Pengunyahan


1. Masalah estetika
Penampilan fisik termasuk gigi merupakan aspek yang sangat penting
untuk menumbuhkan kepercayaan diri seseorang. Gigi dengan susunan
yang rapi dan senyum yang menawan akan memberikan efek yang positif
terhadap tingkat sosial sedangkan gigi yang tidak teratur dan protrusi akan
memberikan efek negatif.
2. Resiko terhadap karies
Untuk kasus karies dan penyakit periodontal yang ringan maloklusi bukan
merupakan penyebab langsung yang utama karena penyebab utama karies
dan penyakit periodontal adalah plak. Keadaan gigi yang berjejal dapat
menyebabkan pembersihan gigi kurang adekuat sehingga dapat
menyebabkan karies dan penyakit periodontal.
3. Gangguan Psikologis
Dampak psikologis akibat maloklusi membuat penderita merasa rendah
diri, susah untuk beradaptasi, mengalami gangguan emosi, tidak percaya
diri, tidak nyaman dalam interaksi sosial, kurang bahagia dan kerap
membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Hal tersebut akan
mempengaruhi perkembangan diri seseorang terutama pada masa remaja,
dimana seseorang sedang mencari jati dirinya.
4. Resiko terhadap trauma
Gigi-gigi insisif yang terlalu protrusi yang parah memiliki resiko tinggi
terhadap injuri khususnya selama bermain atau terjatuh karena kecelakaan
5. Abnormalitas Fungsi
Kelainan bentuk dan struktur organ bicara yang sering terlihat pada
kelainan lidah dan palatum (langit-langit) yang memengaruhi ketelitian,
rentang, dan kecepatan gerakan lidah yang mengakibatkan kesulitan bicara
l, t, d, n, s, z, dan kesalahan dalam proses penelanan. Kelainan ini sering
terjadi karena adanya kebiasaan buruk, seperti mengisap jari, bernapas
7
melalui mulut, menggigit bibir, menggigit pensil dan kuku, atau adanya
tonsil dan adenoid yang memengaruhi gerakan lidah.
6. Temporomandibular Disease
Istilah gangguan sendi temporomandibular (temporomandibular joint;
TMJ) secara salah untuk menggambarkan keadaan sendi sendiri bukan
merupakan sumber utama disfungsi. Gangguan musculoskeletal,
dibandingkan dengan penyakit sendi, lebih sering merupakan sumber
gejala dan keluhan di rahang atau daerah pembiasan di kepala dan leher.
Keluhan ini dapat berupa nyeri di wajah, leher, bahu, dan punggung; nyeri
kepala; ketidakmampuan menemukan posisi istirahat bagi rahang;
kesulitan membuka mulut; dan nyeri pada pengunyahan.

2.1.4 Pemeriksaan
Tujuan penilaian ortodontik adalah untuk mengumpulkan informasi
tentang pasien untuk menghasilkan diagnosis ortodontik yang akurat.
Informasi ini dikumpulkan dengan mengambil riwayat lengkap, melakukan
pemeriksaan klinis, dan mengumpulkan catatan yang sesuai. Penilaian
menghasilkan kumpulan data yang mengidentifikasi daftar masalah ortodontik
pasien dengan dasar diagnosis ortodontik. Masalah ortodontik pasien ada yang
patologis yaitu berhubungan dengan penyakit dan ada masalah perkembangan
yang faktor-faktornya terkait dengan maloklusi.
Informasi yang harus dikumpulkan selama proses pengambilan riwayat
adalah keluhan pasien, riwayat medis dengan mengidentifikasi segala aspek
yang dapat mempengaruhi perawatan ortodontik, riwayat gigi meliputi trauma,
perawatan gigi sebelumnya atau yang sedang berlangsung, masalah TMJ,
masalah gigi bawaan yang diketahui (misalnya Hipodontia), perawatan
ortodontik sebelumnya, kebiasaan dengan perincian kebiasaan menggigit
benda atau kebiasaan lain yang melibatkan gigi geligi, status pertumbuhan
fisik dengan mengidentifikasi apakah pertumbuhan sudah lengkap/masih
berlangsung dapat mempengaruhi waktu dan sifat perawatan di masa depan,
motivasi pasien atau orang tua, dan faktor sosial-perilaku yang dapat
mempengaruhi kemampuan pasie untuk menyelesaikan perawatan.Pertama
kali yaitu riwayat gigi pasien. Riwayat gigi yang perlu diidentifikasi yaitu
tentang pengalaman gigi mereka sebelumnya. Yang akan memberi gambaran
8
tentang sikap mereka terhadap kesehatan gigi, perawatan apa yang telah
mereka jalani sebelumnya dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi
kepatuhan mereka terhadap perawatan ortodontik. Khususnya penting
menentukan masalah gigi yang sedang berlangsung, riwayat masalah sendi
rahang, dan riwayat trauma pada gigi. Mungkin juga ada riwayat kelainan
bawaan yang relevan, dimana yang mempengaruhi pertumbuhan gigi
(misalnya hipodontia) dan perawatan ortodonti sebelumnya.
Kedua, ditanyai mengenai kebiasaan pasien. Kebiasaan sebelumnya
atau yang sedang berlangsung yang melibatkan pertumbuhan gigi. Yang
paling penting adalah kebiasaan menghisap benda dan dokter perlu
mengetahui durasi dan sifat kebiasaan itu. Kebiasaan lain seperti menggigit
kuku dapat meningkatkan risiko resorpsi akar. Ketiga yaitu status
pertumbuhan fisik. Penting dalam beberapa kasus (lebih berhasil pada mereka
yang masih dalam pertumbuhan). Dalam beberapa kasus lain, rencana
perawatan yang paling baik dilakukan ketika pertumbuhan sudah lengkap
(misal remaja dengan maloklusi kelas III). Pasien atau orang tuanya ditanyai
pertanyaan utnuk menentukan apakah mereka masih dalam masa
pertumbuhan. Keempat yaitu motivasi dan ekspektasi (harapan). Dalam
perawatan ortondontik yang sedang berlangsung, membutuhkan banyak
partisipasi aktif dan kerjasama dari pasien. Betapapun mahirnya dokter gigi,
perawatan tidak akan berhasil kecuali pasien cukup termotivasi untuk
mematuhi semua aspek perawatan. Jika seorang pasien tidak termotivasi
secara memadai, maka perawatan tidak boleh dilakukan. Peran dokter gigi
adalah menasihati pasien dengan hati-hati untuk menjelaskan apa yang bisa
dan tidak bisa dicapai dalam perawatan. Jika harapan pasien tidak realistis,
maka perawatan tidak dapat dilakukan. Faktor perilaku sosial juga dilihat.
Kepatuhan selama perawatan dipengaruhi oleh kemampuan pasien untuk
datang setiap janji temu dan setiap alasan praktis/sosial yang mungkin
membuat ini tidak mungkin harus diidentifikasi. Kemampuan pasien untuk
mematuhi perawatan daoat dipengaruhi oleh beberapa masalah perilaku.

Pemeriksaan Klinis dalam Tiga Dimensi


Pemeriksaan bertujuan untuk mengidentifikasi masalah-masalah
patologis dan perkembangan dan menentukan catatan diganostik (jika ada).
9
Aspek penilaian ortofontik yang berhubungan dengan tiga bidang. Pada
bidang anteroposterior, pemeriksaan ekstraoralnya adalah hubungan maksila
ke mandibular (kelas I, Kelas II, dan kelas III. Adapun pemeriksaan
intraoralnya adalah klasifikasi insisif, overjet, hubungan kaninus, hubungan
molar, dan crossbite anterior. Pada bidang vertikal, pemeriksaan ektraoralnya
adalah sepertiga wajah dan sudut batas bawah mandibular ke maksila.
Sedangkan pemeriksaan intraoralnya adalah pemeriksaan overbite dan
openbite anterior atau open bite lateral. Pada bidang transversal, pemeriksaan
ektraoralnya adalah simetris wajah dan pemeriksaan intraoralnya adalah
centerlines dan crossbite posterior.

2.1.4.1 Pemeriksaan Ekstraoral


Apresiasi terhadap pola kerangka yang mendasari pasien dan jaringan
lunak di atasnya akan membantu mengidentifikasi etiologi maloklusi. Tujuan
utama dari semua perawatan ortodontok adalah memperoleh senyum yang
estetik. Perlu pemahaman tentang hubungan antara gigi dan bibir serta
penilaian senyum estetik dalam penilaian ortodontik. Pasien perlu diperiksa
dalam tampilan depan dan profil wajah. Penilaian akurat yang mewakili
hubungan kerangka yang sebenarnya berada di posisi “Natural Head Position”.
Pasien harus duduk tegak di kursi dan diminta untuk fokus pada sesuatu di
kejauhan.
Kunci dalam pemeriksaan ekstraoral adalah pemahaman tentang
proporsi wajah normal dan mengenali pasien yang menyimpang dari
hubungan normal. Pasien dinilai secara ekstraoral pada tampilan depan dengan
menilai di bidang vertikal dan transversal. Sedangkan tampilan profil dinilai
pada bidang anteroposterior dan vertikal. Penilaian estetika senyum, jaringan
lunak bibir dan lidah, dan pemeriksaan sendi temporomandibula juga harus
dilakukan. Penilaian anteroposterior bertujuan untuk menilai hubungan antara
bagian-bagian rahang atas yang memegang gigi dan mandibular satu sama
lain, dan juga hubungannya dengan basis cranii. Hubungan anteroposterior
dapat dinilai dengan tiga cara :
~ Menilai hubungan bibir dengan garis vertikal yang dikenal sebagai nol
meridian, turun dari nasion jaringan lunak. Menggunakan nol meridian untuk
memperkirakan hubungan anteroposterior. Nol meridian adalah garis vertikal
10
sejati yang dijatuhkan dari nasion jaringan lunak. Dalam hubungan Kelas I
(seperti yang ditunjukkan di sini) bibir atas terletak pada atau sedikit di depan
garis ini dan titik dagu terletak sedikit di belakangnya.
~ Meraba bagian anterior maksila pada titik A dan mandibula pada titik B.
Palpasi bagian anterior rahang atas pada titik A dan mandibula pada titik B
untuk menentukan hubungan anteroposterior kerangka yang mendasarinya.
Dalam hubungan kerangka (Kelas I) yang normal, seperti yang ditunjukkan di
sini, rahang atas terletak 2-4 mm di depan yang lebih rendah. Dalam Kelas II
rahang bawah akan > 4 mm di belakang rahang atas. Dalam Kelas III rahang
bawah <2 mm di belakang atas (dalam kasus Kelas III yang lebih parah rahang
bawah mungkin di depan atas).
~ Menilai konvekitas wajah dengan menentukan sudut antara sepertiga tengah
dan bawah wajah dalam profil.
Hubungan anteroposterior rahang juga dapat dinilai menggunakan
kecembungan wajah. Dinilai dari sudut antara wajah atas (glabella ke
subnasale) dan wajah bawah (subnasale ke pogonion). Nilai rata-rata adalah
12 ° ± 4 °. (A) Seorang pasien dengan profil cembung dengan sudut
peningkatan cembung wajah menunjukkan pola kerangka Kelas II. (B)
Seorang pasien dengan profil lebih lurus dengan sudut normal cembung wajah
menunjukkan pola kerangka Kelas I. (c) Seorang pasien dengan profil cekung
yang menunjukkan pola kerangka Kelas III.

Penilaian vertikal wajah dapat dilakukan dengan dua cara :


- Menggunakan aturan pertiga
- Mengukur sudut batas bawah mandibular ke maksila
Wajah dapat dibagi menjadi 1/3 sama: garis rambut ke glabella antara alis
(dahi), glabella ke subnasale (tengah ketiga), dan subnasale ke bagian
bawah dagu (1/3 bawah). 1/3 bagian bawah dapat dibagi lagi menjadi 3
bagian, dengan bibir atas terletak di 1/3 bagian atas dan bibir bawah
terletak di bagian atas 2/3 bagian bawah.
Wajah dapat dibagi menjadi tiga. Pada wajah dengan proporsi normal,
setiap sepertiga ukurannya kira-kira sama. Perbedaan apapun dalam
pertiga ini mungkin menunjukkan ketidakharmonisan wajah pada bidang
vertikal. Sepertiga bagian wajah yaitu bibir atas terletak sepertiga atas dan
11
bibir bawah terletak di sepertiga bagian bawah. Penilaian bentuk
menentukan hubungan vertikal dengan menilai sudut batas bawah
mandibula dan maksila dengan menempatkan jari atau gagang dental
instrument di sepanjang batas bawah mandibula, yang memberi indikasi
sudut bidang mandibula klinis.
Sudut bidang mandibula dapat diperkirakan secara klinis dengan melihat
titik kontak garis-garis berpotongan yang dibuat oleh batas bawah
mandibula (berwarna biru) dan Bidang Horizontal Frankfort (berwarna
merah). Frankfort Plane sebenarnya diukur pada cephalogram lateral
(antara porion dan orbital), tetapi dapat diperkirakan secara klinis dengan
palpasi batas bawah orbit. Sudut dianggap normal jika dua garis
berpotongan di occiput. Dalam hal ini garis-garis berpotongan anterior
dengan occiput, yang konsisten dengan peningkatan sudut, menunjukkan
peningkatan proporsi vertikal. Jika garis berpotongan posterior dengan
occiput, maka sudut akan menurun, menunjukkan proporsi vertikal
berkurang.
Penilaian transversal atau proporsi melintang dari wajah sebaiknya
diperiksa dari tampilan depan, tetapi juga dengan melihat ke bawah pada
wajah, dengan berdiri di belakang dan di atas pasien. Tidak ada wajah
yang benar-benar simetris, tetapi asimetri yang signifikan harus
diperhatikan. Nasion jaringan lunak, bagian tengah bibir atas pada batas
vermilion dan titik dagu semua harus sejajar. Wajah juga data dibagi
menjadi perlima, dengan setiap bagian kira-kira sama dengan lebar mata.
Pemeriksaan transversal wajah harus dilakukan dari depan, dan dari atas
pasien (dengan berdiri di belakang dan di atas pasien). (a) Pasien memiliki
wajah simetris, dengan garis tengah wajah menunjukkan keselarasan
nasion jaringan lunak, bagian tengah bibir atas pada batas vermillion dan
titik dagu. (B) Pasien yang sama dilihat dari belakang, mengkonfirmasi
simetri. (c, d) Seorang pasien dengan asimetri mandibula yang ditandai di
sebelah kanan.
Dalam wajah dengan proporsi transversal normal, wajah dapat dibagi
menjadi sekitar lima bagian yang sama - masing-masing selebar mata.

12
Sebagian besar pasien mencari perawatan ortodontik untuk meningkatkan
senyumnya, penting untuk mengenali berbagai komponen senyum yang
akan meningkatkan estetika. Senyum yang normal :
o Seluruh tinggi gigi I atas harus terlihat pada saat tersenyum penuh,
dengan hanya gingiva interproksimal yang terlihat. Garis senyum
ini biasanya 1-2 mm lebih tinggi pada wanita
o Gigi I atas harus dekat, tetapi tidak menyentuh bibir bawah
o Margin gingiva gigi anterior penting jika terlihat dalam senyuman.
Margin dari gigi I1 dan C harus kira-kira sejajar dengan gigi I2
terletak 1 mm lebih insisial daripada gigi C dan gigi I1.
o Lebar senyum harus sedemikian rupa sehingga buccal coridors
harus terlihat, tetapi minimal.
Buccal corridors adalah ruang antara sudut mulut dan permukaan
bukal gigi yang terlihat paling distal
o Harus ada pengaturan gigi yang simetris
o Garis tengah gigi atas harus bertepatan dengan pertengahan muka

Pemeriksaan Jaringan Lunak

Selain menilai estetika senyum, pemeriksaan jaringan lunak akan


menilai bibir dan lidah. Fitur bibir menilai lip competence, kepenuhan
bibir, sudut nasolabial, dan metode untuk mencapai anterior seal. Bibir
dapat menjadi kompeten (yaitu bertemu bersama saat istirahat), berpotensi
kompeten (posisi gigi I mencegah lip seal yang nyaman untuk diperoleh),
atau inkompeten (memerlukan aktivitas otot yang cukup besar untuk
mendapatkan lip seal). Inkompeten bibir umum terjadi pada anak-anak
remaja, tetapi meningkat seiring pertambahan usia karena pertumbuhan
vertikal jaringan lunak.

Kemampuan untuk mencapai kompetensi bibir sangat penting untuk


mengurangi overjet kasus kelas II divisi 1, karena stabiitas kasus
ditingkatkan jika posisi gigi I atas berada di bawah kendali bibir kompeten
pada akhir perawatan. Bibir protusi memang berbeda antara kelompo etnis
yang berbeda dengan pasien asal Afro-Karibia yang lebih protrusif
daripada yang berasal dari Kaukasia. Penggunaan garis estetika Rickett (E-

13
line) memberi panduan untuk penonjolan bibir yang sesuai di wajah. Sudut
nasolabial terbentuk antara pangkal hidung dan bibir atas dan harus 90-
110o. Dapat dipengaruhi oleh bentuk hidung, tetapi juga menggantungkan
bibir atas. Penutupan bibir atas dapat dipengaruhi oleh dukungan gigi I
atas. Jika bentuk bibirnya normal, sudut nasolabial yang tinggi
mengindikasikan bibir retrusif, sedangakn sudut nasolabial yang rendah
dapat mengindikasikan bibir protrusif.

Penilaian lidah menentukan metode dimana pasien mencapai anterior


seal saat menelan dan posisi lidah saat istirahat. Pada beberapa pasien
dengan bibir inkompeten, lidah mendorong ke depan untuk kontak bibir
membentuk anterior seal. Biasanya adaptif dengan maloklusi yang
mendasarinya, sehingga ketika perawatan selesai dan kompetensi bibir
normal dicapai, dorongan lidah berhenti. Dorongan lidah endogen
cenderung bagaimana proklinasi gigi I atas dan bawah, openbite anterior,
bibir yang berhubungan, dan lidah cenderung duduk berada diantara gigi I
saat istirahat.

Pemeriksaan TMJ mencatat adanya tanda-tanda patologi pada TMJ dan


otot pengunyahan selama penilaian ortodontik. Setiap kelunakan, bunyi
klik, krepitasi dan locking harus dicatat. Merekam rentang gerakan dan
pembukaan maksimum TMJ terkait dengan maloklusi disembuhkan
dengan perawatan ortodontik. Jika tanda-tanda atau gejala terdeteksi, harus
dicatat dan mungkin perlu merujuk pasien ke spesialis sebelum memulai
perawatan ortodontik.

2.1.4.2 Pemeriksaan Intraoral

Dilakukan untuk menilai :


o tahap perkembangan gigi, dengan memetakan gigi yang ada
o jaringan lunak dan periodonsium patologi
o kesehatan gigi secara keseluruhan, termasuk mengidentifikasi
karies dan restorasi
o posisi gigi di dalam setiap lengkung dan diantara lengkung

14
a. Penilaian Kesehatan Mulut

Setiap patologi perlu dirawat dan distabilkan sebelum perawatan


ortodontik dapat dilakukan. Setiap masalah mukogingiva atau masalah
periodontal perlu dicatat dengan cermat. Adapun yang perlu dideteksi
antara lain adalah karies, area hipomineralisasi, efek dari trauma
sebelumnya, keausan gigi, gigi dengan ukuran atau bentuk tidak normal,
restorasi yang ada (yang dapat mengubah cara berikatan dengan gigi),
serta menentukan pilihan ekstraksi jika diperlukan ruang.

b. Penilaian masing-masing lengkung gigi


Setiap lengkungan dinilai secara individual untuk melihat crowding
(spasi) dengan menjelaskan jumlah crowding yang ada :
0-4 mm : crowding ringan
4-8 mm : crowding sedang
> 8 mm : crowding berat
Diikuti dengan penyelarasan gigi, termasuk pemindahan atau rotasi
gigi, kecenderungan segmen labial (proklinasi, tegak, retroklinasi),
angulasi gigi kaninus (mesial, tegak, atau distal) karena ini mempengaruhi
penilaian anchorage (penjangkaran), bentuk dan simetri lengkung, serta
kedalaman Kurva Spee.
c. Penilaian lengkung pada oklusi
Hubungan gigi seri meliputi klasifikasi gigi insisif, overjet (crossbite
anterior/anteroposterior), overbite (open bite / vertikal), dan garis tengah
(transversal), kemudian dilanjutkan dengan penilaian hubungan bukal,
hubungan kaninus dan molar (anteroposterior) meliputi open bite lateral
(vertikal) dan crossbite bukal (transversal). Overjet diukur dari permukaan
labial gigi insisivus yang paling menonjol hingga permukaan labial gigi
insisivus mandibula. Biasanya 2-4 mm. Jika gigi insisivus bawah terletak
anterior ke gigi insisivus atas disebut overjet negatif. Overbite yang
mengukur seberapa banyak gigi geligi insisivus maksila tumpang tindih
terhadap gigi insisivus mandibular secara vertikal. Ada tiga fitur yang
perlu diperhatikan saat menilai overbite :
o Jumlah tumpang tindih (overlap)

15
o Apakah gigi bawah bersentuhan dengan gigi yang berlawanan atau
jaringan lunak (overbite lengkap) atau jika gigi geligi tidah
menyentuh apapun (overbite tidak lengkap)
o Apakah ada kerusakan jaringan lunak yang disebabkan traumatis

Centrelines yaitu garis tengah yang idealnya harus bertepatan satu


sama lain dan dengan garis tengah wajah. Penilaian selanjutnya adalah
hubungan kaninus, hubungan molar. Crossbite adalah perbedaan dalam
hubungan bukolingual pada gigi atas dan bawah. Dapat dijelaskan oleh
lokasi (anterior atau posterior) dan sifat crossbite. Crossbite bukal
dimana cusp bukal gigi bawah beroklusi secara bukal dengan cusp
bukal gigi atas. Crossbite lingual dimana cusp bukal gigi bawah
beroklusi secara lingual ke cusp lingual pada gigi atas. Sangat penting
dicatat apakah ada perpindahan mandibula pada penutupan saat ada
crossbite. Crossbite dapat dilihat saat pasien mencoba menutup
bersama, mungkin ada kontak premature pada gigi yang menyebabkan
mandibula bergerak ke kiri atau ke kanan, dan atau ke anterior ke
posisi baru untuk memungkinkan interkuspal maksimum gigi.
Akibatnya, akan ada perbedaan antara posisi kontak yang retrusi dan
posisi intercuspal.

Fotografi Ortodontik

Empat ekstraoral (posisi kepala natural) :

o Frontal wajah penuh saat istirahat


o Frontal wajah penuh saat tersenyum
o Tampilan wajah ¾
o Profil wajah

Lima intraoral :
o Oklusi frontal
o Oklusi bukal (kiri dan kanan)
o Tampilan oklusal lengkungan atas dan bawah

16
Radiografi Dalam Penilaian Ortodontik

o Dental Panoramic Topograph (DPT)


o Cephalometric Lateral Skull Radiograph
o Upper Occlusal Radiograph

Ketika mempertimbangkan perawatan ortodontik interseptif atau aktif,


radiografi dapat memberi informasi tambahan tentang :

o Ada atau tidak adanya gigi


o Tahap perkembangan gigi dewasa
o Akar morfologi gigi
o Adanya gigi ektopik atau gigi supernumerary
o Adanya penyakit gigi
o Hubungan gigi dengan basis dental-skeletal, dan hubungannya
dengan basis kranial.

2.2 Perawatan
2.2.2 Alat yang Digunakan
Removable Appliances
Keuntungannya saat menggunakan alat ini yaitu :
- Dibuat di laboratorium, sehingga kesalahan akan berkurang
- Dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien, missal untuk pasien yang tidak
nyaman saat adanya “wire” pada giginya
- Efektif untuk koreksi minor occlusal problem, seperti crossbite.

Kelemahannya saat menggunakan alat ini yaitu :

- Hasil pengobatan sangat bergantung. Pada kepatuhan pasien, karena hasil


sangat bergantung jika alat digunakan.
- Sulit untuk mendapatkan 2 titik kontak pada gigi. Jika alat ini digunakan
pada anak-anak maka ini adalah fase pertama, fixed appliance di fase ke-2.
Jika untuk orang dewasa bisa menggunakan perekat komposit / bracket.

17
Functional Appliances untuk Memodifikasi Pertumbuhan

Functional appliances ini digunakan untuk modifikasi pertumbuhan dimana


saat :

- Pasien Kelas II --- dengan cara memajukan mandibula ke depan


- Pasien Kelas III --- memutar mendibula ke bawah (downward)
- Bite block anterior untuk pasien wajah pendek / deep bite
- Bite block posterior untuk pasien wajah Panjang / open bite.

Functional appliances ada 4 yang berguna untuk modifikasi pertumbuhan


yaitu :

1. Passive tooth borne


Tidak memiliki kekuatan intrinsic – menghasilkan kapasitas dari pegas /
sekrup dan hanya bergantung pada peregangan jaringan lunak dan aktivitas
otot untuk menghasilkan efek perawatan.
Contoh : bionator, twin block, herbst appliance
- Bionator : merupakan removable appliance, menghilangkan sebagian besar
aktivitas, termasuk posterior facet / acrylic occlusal stop untuk mengontrol
jumlah atau arah erupsi gigi.
- Twin block : merupakan removable appliance yang dapat di fixed-kan.
Terdiri dari plat maxilla dan plat mandibula dengan clasp yang memandu
mandibula ke depan saat pasien menutup rahang. Plat maxilla sering
ditambahkan headgear dan sekrup ekspansi untuk meningkatkan lebar
rahang posterior.
- Herbst appliance : fixed applianceyang dibuat removable. Pada gambar 3,
fixed functional appliance. Penggunaan pin dan tube apparatus untuk hold
mandibula dan compatible dengan adanya fixed appliance pada gigi
anterior (bisa menggunakan bonded / removable splint). Pada pasien ini
tube apparatus dan pin ditempelkan pada gigi molar to steel crown yang
lebih kokoh atau kuat dibanding molar band dan dan perpanjangan dari
crown bawah yang melekat pada premolar mandibula.
2. Active Tooth Borne
Modifikasi dari activator dan bionator terdiri dari sekrup ekspansi atau
spring untuk pergerakan gigi. Menghasilkan gerakan gigi untuk menggantikan

18
modifikasi pertumbuhan rahang dengan gerakan gigi kamuflase, penggunaan
dari alat ini sudah jarang dilakukan pada saat ini.
3. Tissue Borne
Salah satu contoh alat dari tissue borne yaitu frankel appliance / functional
regulator. Sebisa mungkin, kontak antara appliance dengan gigi dihindari. Alat
ini diletakkan di vestibulum, mengenai bibir dan pipi untuk jauh dari gigi. Ini
membuat arch expansion appliance menambah atau berpengaruh pada
pertumbuhan rahang karena arch cenderung mengembang ketika tekanan bibir
dan pipi dihilangkan. Pelindung bukal dan lip pad mengurangi tekanan pipi
dan bibir pada gigi geligi dan memberikan perluasan maxilla untuk pasien
Kelas II. Pad lingual untuk menentukan posisi mandibula.
4. Hybrid
Hybrid terdiri dari komponen functional appliance dan sering di combine
dengan perawatan asimetris rahang. Alat ini digunakan pada anak-anak
praremaja akhir dan selama percepatan pertumbuhan remaja.

Removable Appliances untuk Pergerakan Gigi pada Anak-Anak

Ada dua kategori dalam menggerakkan gigi dengan removable appliance pada
anak :

1. Arch expansion yang gigi bergerak untuk mengekspansi perimeter arch


(active plates for arch expansion)
Framework ada basis dengan sekrup / spring yang tertanam dan clasp yang
dilekatkan. Elemen aktifnya yaitu jackscrew. Skrew dapat mengontrol jumlah
gerakan, base plate-nya dibagi menjadi dua bagian. Aktivasi sekrup ini
menghasilkan gaya berat yang meluruh dengan cepat, alih-alih memberikan
gaya ringan tapi kontinu. Aktivasi sekrup yang terlalu cepat menghasilkan alat
yang semakin jauh dari gigi daripada arch gigi yang diekspansi seperti yang
diinginkan. Kekurangannya yaitu system force sangat berbeda dari yang ideal
untuk memindahkan gigi.
Contohnya yaitu “Schwarz plate” dapat digunakan di maxilla maupun
mandibula, digunakan untuk melebarkan gigi insisivus untuk mendapatkan
lebih banyak ruang untuk gigi crowding. Alat ini efektif untuk menghasilkan
gerakan gigi dalam jumlah kecil.

19
2. Reposisi gigi dengan arch. Removable appliance with spring untuk
pergerakan gigi. Spring menyentuh gigi pada satu titik untuk mengasilkan
gerakan tipping pada gigi anak-anak.

Komponen Removable Appliance

a. Komponen retentive
1. Adam clasp
Menggunakan wire stainless steel 0,7 mm yang digunakan pada gigi
Molar 1 dan juga bisa ditempatkan pada gigi premolar. Clasp ini melekat
di mesio-distal, bukal gigi. Adam clasp ini juga digunakan pada removable
appliance.
2. Southend Clasp
Menggunakan wire stainless steel 0,7 mm. digunakan untuk retensi
gigi anterior insisivus. Aktivasi dengan u-loop yang membawa clasp back
dalam undercut labial gigi.
3. Ball-ended Clasp
Alat ini ditempatkan diantara interproksimal undercut gigi dan
diaktifkan dengan menekuk “ball” kearah titik kontak.
4. Plint Clasp
Digunakan saat kombinasi antara removable dan fixed appliances.
Menggunakan 0,7 mm wire stainless steel dan diletakkan di undercut pada
band molar maxilla.
5. Labial Bow
Menggunakan 0,7 mm wire stainless steel, memberikan retensi dari
permukaan labial gigi insisivus. Labial bow diberikan flexibilitas dengan
memasukkan u-loop di tiap ujungnya yang memungkinkan aktivasi dengan
kompresi.

b. Komponen Aktif
Digunakan untuk menghasilkan gerakan gigi yang diinginkan.
1. Spring
Prinsip mekanis yang harus dipertimbangkan yaitu :

20
~ harus disampaikan pada sudut kanan ke sumbu Panjang gigi dan
melalui permukaan sejajar denganya.
~ sedekat mungkin dengan pusat resistensi untuk mengurangi rotasi
Oleh karena itu, gaya yang lebih kecil dapat diberikan dengan
menambah Panjang kawat atau menguangi diameternya. Namun,
akan membuat spring lebih mudah distorsi dan kerusakan. Spring
ini dibuat dari stainless steel, dengan diameter 0,5 mm yang
diaktifkan sekitar 3 mm, dan diameter 0,7 mm dan diaktifkan
sekitar 1 mm.
o Palatal Finger Spring
Menggunakan wire 0,5 mm atau 0,6 mm stainless steel.
Digunakan untuk menggerakkan gigi secara mesial / distal
sepanjang arch gigi. Penggabungan helix meningkatkan panjang
kawat dan transfer gaya lebih ringan, sementara guard wire akan
melindungi pegas dari distorsi.
o Buccal Canine Retractor
Spring ini menggunakan wire 0,7 mm stainless steel dan 0,5
mm stainless steel untuk digunakan sebagai sheathed. Berguna
untuk retraksi caninus maxilla yang di bukal. Namun, saat
diaktifkan secara mekanis sulit untuk menerapkan gaya langsung
ke permukaan mesial gigi.
o Z-Spring
Menggunakan wire dengan diameter 0,5 mm stainless steel.
Berguna untuk memindahkan satu / dua gigi secara labial. Cara
aktivasinya dengan menarik spring menjauh dari plat dengan sudut
45 derajat yang akan memindahkan alat menjauh dari palatum,
pentingnya dibuat retensi anterior yang baik.

o T-Spring
Menggunakan wire dengan diameter 0,5 mm stainless steel.
Digunakan untuk menggerakkan gigi secara labial ataupun bukal.
Aktivasi dengan menarik spring menjauh dari base plate.

21
o Coffin Spring
Menggunakan wire dengan diameter 1,25 mm stainless steel
dan diaktifkan dengan menarik kedua bagian alat secara manual /
meratakan spring dengan tangan sehingga menghasilkan gaya yang
tinggi.
o Active Labial Bow
Alat ini untuk mengurangi peningkatan overjet dengan
memiringkan gigi secara palatal jika segmen labial maxilla dicabut
dan diberi jarak. Normalnya alat ini menghasilkan sejumlah kecil
aktivasi dan dapat ditingkatkan dengan peningkatan jumlah kawat
dalam “bow” seperti Mills Bow atau dengan wire yang lebih ringan
seperti Roberts Retractor. Aktivasi Roberts Retractor dengan
diameter wire 0,5 mm dengan bagian bukal yang dilapisi tube
stainless steel, cara aktivasinya dengan cara menekuk lengan
vertical labial bow kearah palate dan memotong akrilik di belakang
insisivus maxilla untuk memungkinkan pergerakan palatal.
2. Skrew
Skrew dapat ditanam di dalam base plate. Cara
mengaktifkannya dengan cara memutar “key”, yang mana skrew
ini berfungsi efektif untuk mengoreksi crossbite posterior atau
untuk pergerakan distal dari segmen bukal, disuport dengan
headgear. Setiap seperempat putaran, skrew diaktifkan sekitar 0,2
mm karena itu harus dilakukan sekali atau dua kali dalam
seminggu.

2.2 Histofisiologis
2.2.1 Proses Pergerakan Gigi Karena Alat Orthodonti
Dalam melakukan perawatan ortodonti alat yang digunakan akan menghasilkan
kekuatan yang akan menghasilkan pergerakan gigi sesuai dengan yang
diinginkan. Dalam hal ini akan terjadi respon yang timbul akibat dari
pergerakan ini. Respon terjadi pada jaringan periodontal selaku jaringan yang
mendukung gigi. Diharapkan dalam pemasangan alat ortodonti ketika terjadi
tekanan pada jaringan periodontal, maka akan terjadi reaksi fisiologis yang akan
menghasilkan suatu respon pada jaringan periodontal.
22
Dalam penggunaan alat ortodonti akan menghasilkan pergerakan pada gigi.
Pergerakan gigi karena penggunaan alat ortodonti di bagi menjadi 3 fase, yaitu:
1. Fase inisiasi
Merupakan fase awal pergerakan gigi yang sangat cepat dan dapat diamati.
Perpindahan ini menyebabkan perpindahan gigi pada ruang periodontal dan
mungkin menekuk tulang alveolar sampai pada batas tertentu. Penelitian telah
menunjukkan bahwa kekuatan ringan maupun berat pada fase ini akan
menghasilkan perpindahan dengan jarak yang sama yaitu 0,4 mm – 0,9 mm dan
biasanya terjadi dalam waktu satu minggu.
2. Fase lag
Selama fase ini akan terjadi sedikit atau tidak ada pergerakan gigi dan fase ini
di karakteristikkan dengan pembentukan hialinisasi jaringan pada ligament
periodontal yang mana dapat meresorpsi sebelum perpindahan lebih lanjut
terjadi. Durasi fase ini tergantung pada sejumlah faktor yang bervariasi
termasuk kepadatan tlang alveolar, usia pasien dan luasnya jaringan yang
terhialinisasi.
3. Fase post lag
Setelah fase lag pergerakan gigi berlanjut dengan cepat zona hialinisasi
dipindahkan dan tulang mengalami resorpsi selama periode pasca log ini
osteoklas ditemukan dipermukaan yang luas daerah yang menghasilkan resopsi
langsung permukaan tulang yang menghadap ligament periodontal.

2.3 Macam-Macam Pergerakan Gigi


a. Tipping Movement
Merupakan gerak yang paling sederhana. Gaya dikenakan pada satu titik
mahkota gigi dan menyebabkan gigi tipping dari arah gaya. Pusat rotasi paling
sering terletak di 1/3 tengah akar. Gerak akar gigi berlawanan dengan arah gaya.
Gerakan ini membutuhkan gaya yang sedikit.
b. Rotasi Gigi
Gerak ini membutuhkan 2 gaya. Dengan 1 gaya berada di satu titik mahkota
untuk mencegah pergerakan ke bagian lain dan satu gaya lainya diletakkan di
mahkota / tempat lain dengan menerapkan arah gaya yang berlawanan. Dalam
gerakan ini jaringan periodontal diregangkan, rotasi ini menghasilkan gerakan ke
labial / lingual memutari sumbu gigi.
23
c. Bodily Movement (Translasi)
Akar dan mahkota gigi bergerak ke arah / searah dengan gaya, dengan posisi
baru bergerak pada jarak yang sama. Gaya yang diberikan di mahkota lebih besar
dari pergerakan gaya tipping.
d. Torque Movement
Gerakan diferensial dari satu bagian gigi secara fisik menahan setiap gerakan
bagian lain. Biasanya diterapkan “root torque” atau “apical torque”. Gerak ini
berkebalikan dengan gerak tipping. Apical torque menerapkan couple force pada
mahkota gigi, dan pada saat yang sama secara mekanis membatasi pergerakan
mahkota ke arah yang berlawanan. Gaya yang diterima akar lebih besar gaya pada
mahkota.
e. Vertical Movement
- Extrusion, yaitu bodily movement sepanjang sumbu gigi ke arah oklusal.
Gerak gigi dari soketnya tanpa banyak resorpsi tulang.
- Intrusion, melibatkan resorpsi tulang terutama di area apeks. Bodily
movement sepanjang sumbu gigi ke apex.
f. Multiple Movement
Menerapkan kekuatan untuk memindahkan sejumlah gigi secara bersamaan.
Gaya total yang diterapkan akan lebih besar dari gaya tiap giginya karena gaya
akan tersebar di beberapa gigi.

2.4 Pembahasan Kasus


2.4.1 Pemeriksaan
Nama :L
Umur : 16 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Keluhan : 1. Ingin memperbaiki tampilan wajah yang cekung
2. Gigi depan atas lebih ke dalam dibandingkan gigi
bawah ketika tersenyum

Anamnesis : 1. Pasien L profilnya baik-baik saja waktu kecil

2. L sering menggigit bibir rahang atas

24
Pemeriksaan Klinis

Ekstraoral:

- Bentuk Muka : Pendek


- Profil Wajah : Cekung
- Bibir

Intraoral:

- Relasi Molar : Klasifikasi 1 Angle


- Relasi Kaninus : Kelas 1
- Overjet : Negatif
- Palatoversi : gigi 21
- Torsiversi : gigi 24

Analisis model studi

Analisis foto muka

Analisis foto rontgen

Analisis Sefalometri

2.4.2 Penyebab
Etiologi maloklusi adalah multifaktorial. Untuk kasus ini, jika diperhatikan dari
anamnesis, ditemukan bahwa pasien memiliki kebiasaan menggigit bibir rahang
atas. Dari keluarga pasien ini tidak pernah ada riwayat profil cekung. Maka, bisa
diambil kesimpulan bahwa etiologi maloklusi pasien ini adalah oral bad habit
yaitu menggigit bibir rahang atas.
2.4.3 Diagnosis
Maloklusi kelas 1 tipe dental dengan malrelasi:
- Overjet negatif
- Crossbite anterior
- Rotasi gigi 24
- Palatoversi gigi 21

25
2.4.4 Prognosis
Prognosis pasien ditinjau dari kooperatif pasien selama mengikuti perawatan,
keadaan sosial ekonomi dan kemampuan pasien menjaga oral hygiene. Jika
ketiga poin ini dapat dipenuhi, maka prognosis pasien L adalah baik
2.4.5 Perawatan
Tahap pertama : Menghilangkan oral bad habit (menggigit bibir atas)
menggunakan lip bumper atau latihan otot
Tahap kedua : Menghilangkan crossbite anterior menggunakan mandibula
inclined bite plane
Tahap ketiga : Menghilangkan malreasi gigi, pemakaian Z spring untuk gigi
21 yang mengalami palatoversi dan pemberian gaya gigi
24 yang mengalami rotasi

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyabab adanya kelainan sistem pengunyahan disebabkan oleh multifaktoral dan
adanya kelainan dari system ini akan menghasilkan manifestasi oral yang berbeda
dari tiap-tiap penyebab kalainan dari sistem pengunyahan tersebut. Selain itu,
dampak yang dirasakan oleh pasien yang mengalami kelainan pada sistem
pengunyahannya pun berbeda diantaranya ada masalah estetika, resiko terhadap
karies dan trauma yang tinngi, gangguan psikologis, abnormalitas fungsi
pengunyahan, dan menyebabkan sakit pada temporomandibular.
Pemeriksaan yang tepat dapat menentukan diagnosis dan rencana perawatan yang
tepat bagi pasien tentunya diimbangi juga dengan kepatuhan pasien selama
perawatan. Perawatan orthodonti yang dilakukan oleh dokter gigi kepada pasien
haruslah juga mempertimbangkan aspek jaringan pendukung gigi, karena dalam
menggerakkan gigi terjadi serangkaian proses histofisiologis ligament periodontal
untuk mendapatkan berbagai macam gerakan gigi yang diinginkan.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Okeson, J.P. Management of Temporomandibular Disorder and Occlusion 7th ed.


Missouri, Mosby. 2013.
2. William R. Proffit. Contemporary Orthodontics 6th edition.
3. Mitchell, L. Introduction to Orthodontics 4th ed. Oxford University Press.
4. Balajhi. The Art of Othodontics. Jaypee

28

Anda mungkin juga menyukai