Oklusi
DOSEN PEMBIMBING :
Kelas Tutorial 8
DISUSUN OLEH :
2019
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tutorial 2 ini dengan judul “Oklusi”.
Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas laporan mata kuliah
fungsi sistem stomatognasi. Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
bantuan yang telah diberikan secara langsung maupun tidak langsung selama penyusun
menyusun makalah ini. Rasa terima kasih ini disampaikan khususnya kepada :
1. Dr. drg. Didin Erma Indahyani, M.Kes dosen pengampu Mata Kuliah Blok 6 yaitu
fungsi sistem stomatognasi yang telah memberikan bimbingan dan dorongan dalam
penyusunan laporan tutorial 2 ini.
2. Orang tua dan seluruh anggota kelas tutorial 8 yang telah bekerja sama dalam
menyusun laporan tutorial ini serta memberikan kritik, saran, dan masukan untuk
penyelesaian laporan ini.
Penyusun sadar bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, untuk itu penyusun
berharap kritik dan saran yang membangun untuk dapat menyempurnakan laporan ini.Terakhir
penyusun berharap laporan tutorial 2 blok fungsi stomatognasi dengan tema “Oklusi” ini dapat
memberikan pengetahuan yang bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
Oklusi
(Dr.drg. Tecky Indriana, M.Kes)
Oklusi adalah hubungan kontak antara gigi geligi bawah dengan gigi geligi atas
waktu mulut ditutup. Oklusi dikatakan normal, jika susunan gigi dalam
lengkung gigi teratur baik, serta terdapat hubungan yang harmonis antara gigi
atas dengan gigi bawah, hubungan seimbang antara gigi dan tulang rahang
terhadap tulang tengkorak dan otot di sekitaraya, serta ada keseimbangan
fungsional sehingga memberikan estetika yang baik. Oklusi dari gigi geligi
bukanlah suatu keadaan yang statis, karena mandibula dapat bergerak dalam
berbagai posisi yang disebut sebagai keadaan yang dinamik.
Kontak antara gigi geligi yang saling berhadapan secara langsung/ tanpa
perantara dalam suatu hubungan biologisyang dinamis antara semua komponen
stomatognasi
Oklusi adalah gerakan mutup ke atas sedangankan klusi adalah gerakan menutup
sehiingga dapat diartikan bahwa gerakan mandibula menutup ke atas kontak
tanpa adanya perantara dengan cups palatal bertemu dengan fosa mandibula
Sebagai hubungan yang harmonis antara gigi geligi rahang atas dengan rahang
bawah dan memilik bidang inklinasi oklusal yang dapat mencegah pergeseran
gigi geligi dari posisinya saaat kedua rahang menutup.
Keadaan statis: ketika keadan tertutup dan keadaan tidak bergerak. Pada
keadddan statis ini ada overjet,overbite,dan deepbite. Jika ada kelainan akan
terjadi openbite.
Rumusan masalah
3. ada 4 jenis
Relasi sentrik
Relasi eksentrik: gerakan selain sentrik seperti protusi retrusi dan ke arah lateral.
Bisa dilihat dengan arah pandang frontal, horizontal dan sagital. Relasi sentrik dapat
berubah jika terjadi ketidak kesimbangan yang menyebabkan nyeri pada fossa
akibat posisi kondilus mandibula yang berubah
Oklusi dinamik
RCP: kontak maksimal antara gigi geligi pada saat mandibula berada lebih posterior
dari ICP. Namun rahang bawah masih bisa bergerak terbatas ke arah lateral.
WSCP: kontak gigi geligi saat RB digerakan ke lateral. Pada saat gigi geligi
digerakan ker lateral sisi samping disebut B.SCP
4.
1. bilateral occklusion: dijumpai bila gigi geliigi posterior pada sisi kerja dan sisi
keseimbangan keduanya dalam keaadan kontak:
Ada 3 tipe
Ideal: posisi gigi teratata dalam lengkung gigi sehingga dapat berfungsi dengan
haronmis. Bisa deperoleh jika cup ridge dan groove gigi geligi ideal namun sangat
sulit di capai karena pada proses penggunaanya sering kali gigi geligi tersebut
mengalami berbagai perubahan yaitu atrisi (keausan gigi akibat faktor fisiologi
misalnya gesekan antara gigi geligi) abrasi dan abfraksi.
Sentrik: posisi kontak maksimal gigi geligi pada saat mandibula pada posisi sentrik
yaitu pada saat kedual kondil berada pada posisi bilateral dan simetri dan paling
posterior di fossanya
Normal: adalah hubunagn gigi geligi di rahang yang sama dan gigi pada gigi pada
rahang yang berlawanan dimana gigi geligi pada kotak sebesar besarnya dan
kondilus mandibula berada di fosa glenoida yang berlawanan statis(dianterior ada
overjet dan pverbite) dan dinamik
5. gen :Penting untuk menentukan ukuran rahanng
Lingkungan : tekstur makanan , terjadi pada pre natal( diet ibu hamil dan post
natal(cedera pada sendi TMJ)
ICP bilateral
RCP unilateral
PCP mutually
PEMBAHASAN
B. Komponen Oklusi
1) TMJ
3) Otot Temporalis
6) Jaringan periodontal
C. Syarat Oklusi
1) Hubungan yang tepat dari gigi molar pertama permanen pada bidang sagital.
2) Angulasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang transversal.
3) Inklinasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang sagital.
4) Tidak adanya rotasi gigi-gigi individual.
5) Kontak yang akurat dari gigi-gigi individual dalam masing-masing
lengkung gigi, tanpa diastema maupun berjejal.
6) Bidang oklusal yang datar atau sedikit melengkung.
Relasi maksila dan mandibula dapat dilihat dalam dua arah yaitu secara
vertikal dan secara horizontal. Secara vertikal relasi maksila dan mandibula dapat
dibagi menjadi Dimensi Vertikal Istirahat (RVD) dan Dimensi Vertikal Oklusi
(OVD). Sedangkan secara horizontal dapat dibagi menjadi Relasi Sentrik dan
Relasi Eksentrik.
A. Relasi Vertikal
Faktor faktor yang mempengaruhi dimensi vertikal adalah seperti gigi yang
masih ada dan otot pasien, dimana gigi berefungsi sebagai vertikal stop yang alami,
dan otot biasanya berperan dalam proses membuka dan menutup dari kedua rahang
itu sendiri, perubahan dari dimensi vertikal, dapat berupa penambahan maupun
pengurangan dari dimensi vertikal tersebut, dan masing masingnya dapat
menimbulkan masalah tersendiri.
Pada umumnya, terdapat dua jenis dimensi vertikal yang dapat diukur, yaitu
dimensi vertikal oklusal, DVO (occlusal vertical dimension) dan dimensi vertikal
fisiologis, DVF (rest vertical dimension). DVO adalah jarak vertikal rahang saat
gigi-geligi beroklusi. Sedangkan DVF adalah jarak vertikal saat otot-otot pembuka
dan penutup mandibula dalam kondisi istirahat pada tonic contraction, di mana gigi-
geligi tidak saling berkontak.Oleh karena itu, DVF selalu lebih besar daripada DVO
Selisih antara DVF dengan DVO disebut freeway space atau interocclusal gap atau
interocclusal clearance. Besar rata-rata freeway space yang dianggap normal adalah
2sampai 4 mm.
Dalam menentukan ukuran dimensi vertikal istirahat (DVF) ada beberapa cara,
yaitu :
a. Pengukuran wajah setelah melakukan gerakan menelan atau membasahi bibir
- Instruksikan pasien untuk rileks
- Tentukan 2 titik acuan pada ujung hidung dan ujung dagu pasien.
- Intruksikan pasien untuk melakukan gerakan fungsional seperti menelan atau
membasahi bibir.
- Instruksikan pasien untuk merilekskan bahunya agar otot supra dan infrahyoid
ikut rileks
- Ketika pasien telah menelan atau membasahi bibirnya, maka mandibular akan
berada pada posisi istirahat fisiologis sebelum bergeser ke posisi habitual rest,
ukur secepatnya ketika mandibular masih berada pada posisi istirahat fisiologis.
B. Relasi Horizontal
Relasi Horizontal meliputi relasi sentrik dan relasi eksentrik. Relasi Sentrik,
Pengertian relasi vertikal : Jarak vertikal rahang atas dan rahang bawah yang dapat
memberikan ekspresi normal pada wajah seseorang. Relasi sentrik sangat penting
untuk kenyamanan gigi, periodonsium, otot penguyahan dan nervus yang
berasosiasi, banyak konsep dari oklusi berdasarkan dari ke harmonisan relasi
sentrik (Pantaleao, et all., 1993)
Menurut Gerard (2001), relasi sentrik merupakan lokasi akhir yang baik
untuk mengunyah dan nyaman posisi normal bagi semua orang yang memiliki sendi
rahang relatif sehat. Seth (2004) mengatakan bahwa kehilangan hubungan sentries,
dapat menyebabkan ketidakseimbangan otot dengan otot meningkat, overactivity
otot, kejang, dan nyeri akibat perubahan posisi condylar di fosa.
a) Konsep pertama :
b) Konsep kedua :
Cara Statik
2) Cara Fungsional
Kedua metode untuk mencatat relasi selasi sentrik diatas, masing-masing dapat
dilakukan secara intra-oral maupun extra-oral.
Goreskan ujung jarum pada meja pencatat yang dilapisi oleh karbon atau
malam dapat dipakai untuk menunjukkan posisi RB relative terhadap RA pada
bidang horizontal. Goresan ini berbentuk kira-kira seperti lengkung gothic sehingga
diberi nama Goresan Lengkung Gothic, atau dikenal pula sebagai goresan
bertbentuk ujung anak panah.
Untuk membuat goresan berbentuk anak panah atau goresan ujung jarum,
satu kondilus bergerak ke depan dan ke dalam saat mandibula bergerak ke lateral
dan kondilus yang lain berotasi dan bergerak ke arah yang berlawanan. Gerakan-
gerakan ini mendekati rotasi secara berganti-ganti sekeliling kedua kondilus.
Gerakan ini memotong garis yang terbentang ke suatu titik yang menunjukkan
posisi paling mundur dari kedua kondilus. Karena itu bila kedua kondilus sedang
beristirahat dalam posisinya yang paling mundur, ujung jarum pencatat akan
beristirahat pada puncak goresan yang terbentuk. Goresan ujung jarum pada
dasarnya adalah suatu gambaran tunggal dari posisi mandibula dan gerakan-
gerakannya pada bidanag horizontal.
a. Agar gigi posterior dapat mencapai hubungan antar tonjol yang sangat tepat
sehingga penyimpangan dalam mulut mudah dideteksi. Gigi dengan
kemiringan tonjol 30o dapat lebih efektif untuk memeriksa kecermatan
hubungan rahang dibandingkan gigi dengan kemiringan tonjol 20o atau 0o.
tonjol dengan kemiringan 30o memperbesar kemungkinan kesalahan oklusi.
b. Merupakan salah satu persyaratan fisiologis untuk memperoleh
kenyamanan stabilitas dan efisiensi di dalam rongga mulut.
c. Agar beberapa tahap prosedur restorasi gigi geligi dapat dipindahkan ke
laboratorium. Keakuratan pencatatan interoklusi tergantung dari metode
dan bahan yang dipakai
Relasi Eksentrik adalah relasi antara mandibula terhadap maksila yang selain relasi
sentrik, meliputi relasi protrutive (gerakan ke depan) dan relasi lateral (gerakan ke
samping).
Relasi protrutive adalah ketika kedua prosesus kondiloideus bergerak kedepan dan
ke bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi, akan tetapi pada kontak
meluncur.
Relasi Lateral adalah saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya
untukmendapat gerak pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan molar,
prosesus kondiloideus pada sisi tujuan arah mandibula yang bergerak akan ditahan
tetap pada posisi istirahat oleh serabut posterior muskulus temporalis.
2) Oklusi Ideal
a. Gigi geligi pada tiap lengkung rahang harus memiliki inklinasi mesiodistal
dan bukolingual yang ideal dan hubungan aproksimal gigi yang benar pada
setiap area kontak interdental.
1). Hubungan yang tepat dari gigi molar pertama permanen pada bidang sagital.
2). Angulasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang transversal.
3). Inklinasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang sagital.
a. Oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas (RA) dan
rahang bawah (RB) dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah
kunyah gigi-geligi dalam keadaan tidak berfungsi (statik). Pada oklusi
statik, hubungan cusp fungsional gigi geligi posterior (premolar) berada
pada posisi cuspto marginal ridge dan cusp fungsional gigi molar pada
posisi cusptofossa. Sedang pada hubungan gigi anterior dapat
ditentukan jarak gigit (overjet) dan tinggi gigit (overbite) dalam satuan
milimeter (mm). Jarak gigit (overjet) adalah jarak horizontal antara
incisaledge gigi incisivus RA terhadap bidang labial gigi insisivus
pertama RB. Dan tinggi gigit (overbite) adalah jarak vertikal antara
incisaledge RB sampai incisaledge RA.
Jarak gigit adalah jarak horizontal antara insisal gigi insisif pertama
RA terhadap bidang-labial gigi insisif pertama RB. Jarak gigit yang
dianggap normal adalah 2-3 mm.
Jarak gigit (overjet) adalah tumpang tindih horizontal dari gigi insisif
pertama rahang atas terhadap gigi insisif pertama rahang bawah. Jumlah
overjet diukur menggunakan probe secara horizontal.
Tumpang gigit (overbite) adalah tumpang tindih vertikal dari tepi
insisal (incisal edge) gigi insisif pertama RA terhadap tepi insisal gigi insisif
pertama RB. Overbite diukur menggunakan probe secara vertikal. Tumpang
gigit yang dianggap normal adalah 2-3 mm atau sekitar 20-30% dari tinggi
gigi insisif pertama RB.
2.3.2 Oklusi Berartikulasi Dinamik
2.3.2.1 Gerakan Mandibula
Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1) Intercuspal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara gigi
geligi dengan antagonisnya.
2) Retruded Contract Position (RCP), adalah kontak maksimal gigi geligi
pada saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun RB
masih mampu bergerak secara terbatas ke lateral.
3) Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior pada
saat RB digerakkan ke anterior.
4) Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada
saat RB digerakan ke lateral.
2.3.2.2 Pola Oklusi
A. Bilateral Balanced Occlusion
Sumber: Prakash, Vijay and Ruchi Gupta. 2017. Concise Prosthodontics. New Delhi:
Elsevier.
Posisi sentris dan eksentrik melibatkan oklusi secara simultan antara gigi
yang terletak di kedua sisi. Untuk bilateral balanced minimal, setidaknya ada tiga
titik kontak (dua posterior dan satu anterior) diperlukan. Balanced occlusion
bilateral dipengaruhi oleh artikulasi dan faktor yang berhubungan dengan pasien
(Yasemin, 2017).
a. Selama Gerakan Lateral
Pada working side, buccal cusp ridges bawah berkontak secara
artikulasi dengan puncak buccal karena bubungan puncak lingual bawah
berkontak dengan puncak lingual cusp ridges. Cusps rahang atas dan rahang
bawah saling bertemu dengan gaya angkat minimal atau perubahan dimensi
vertikal oklusal di working side selama gerakan ini.
Pada balancing side, puncak bukal yang lebih rendah dan pada oklusal
berkontak artikular dengan puncak cusps lingual dan oklusal nya. Ketinggian
pergerakan ini menyebabkan pemisahan antara balancing side yang berlawanan
yang ditentukan oleh ridge ke arah dalam diikuti oleh balancing side.
Pada segmen anterior, caninus bawah dan mesial cusp ridge meluncur di
sepanjang permukaan distal-lingual gigi caninus di working side dan melewati
antara canine dan cusp ridge bicuspid. Gigi insisivus lateral dan sentral yang bekerja
mempertahankan kontak, sedangkan pada balancing side kontak hilang.
b. Selama Gerakan Protrusif
Pada segmen anterior, tepi insisal gigi seri bawah dan gigi caninus
melakukan kontak artikular dengan insisiv lingual atas dan gigi taring. Pada
segmen posterior, punggung buccal dan lingual cusp mesial gigi bawah
membuat kontak artikular dengan buccal distal dan ridge cusp lingual gigi atas
(Thomson, 2016).
B. Unilateral Balanced Occlusion (Fungsi Kelompok)
1) Clyde Schuyler (1929) menganjurkan oklusi fungsi kelompok.
2) Jenis oklusi ini terjadi dengan semua gigi yang hanya bersentuhan di
working side tanpa kontak di balancing side.
3) Oklusi ini telah sering diamati pada gigi-geligi alami.
H.L Beyron (1969) mencantumkan karakteristik jenis oklusi ini:
a. Sebuah gigi harus menerima tekanan sepanjang sumbu panjangnya.
b. Stres total harus didistribusikan di antara segmen gigi dalam gerakan
lateral.
c. Tidak ada gangguan yang terjadi dari penutupan ke posisi intersuspal.
d. Jaga kebersihan interoklusal yang tepat.
e. Kontak gigi dalam gerakan lateral tanpa gangguan (Prakash, 2017).
Sumber: Prakash, Vijay and Ruchi Gupta. 2017. Concise Prosthodontics. New Delhi:
Elsevier.
Gigi anterior berada dalam posisi yang tepat untuk menerima kekuatan
gerakan mandibula eksentrik. Secara umum, dapat dinyatakan bahwa gigi
posterior berfungsi paling efektif dalam menghentikan mandibula selama
penutupan, sedangkan gigi anterior berfungsi paling efektif dalam memandu
mandibula selama pergerakan eksentrik. Dengan adanya fungsi ini, menjadi
jelas bahwa gigi posterior perlu lebih berkontak daripada gigi anterior ketika
gigi-geligi dalam posisi intercuspal. Kondisi ini digambarkan sebagai mutually
protected occlusion (Okeson, 2013).
Faktor otot dilihat dari bentuk dan fungsi otot yang mengelilingi gigi dapat
memberikan pengaruh terhadap erupsi gigi. Faktor umum ketiga yang dapat
mempengaruhi perkembangan oklusi adalah hubungan ukuran mesiodistal gigi
dan ukuran rahang tempat terletaknya gigi tersebut. Bentuk dan ukuran
mesiodistal gigi berperan penting dalam menentukan ruang yang tersedia untuk
gigi. Gigi geligi harus memiliki cukup ruang dalam lengkung basal rahang agar
dapat erupsi tanpa berjejal atau bertumpuk (Santoro dkk, 2000).
(Novarini, 2016)
Menurut Raberin, lebar lengkung gigi adalah yang diukur dalam arah transversal
yang dikategorikan atas:
1). L33 yaitu jarak yang diukur antara puncak tonjol kaninus kiri ke kaninus kanan
(lebar interkaninus)
2). L66 yaitu jarak yang diukur antara puncak tonjol mesio-bukal molar pertama
permanen kiri ke molar pertama permanen kanan (lebar intermolar pertama)
3). L77 yaitu jarak yang diukur antara puncak tonjol disto-bukal molar kedua
permanen kanan ke molar kedua permanen kiri (lebar intermolar kedua).
Menurut Uysal, lebar lengkung gigi rahang bawah dapat diukur dari:
1). Lebar interkaninus rahang bawah, yaitu jarak antara puncak tonjol kaninus kiri
dan kanan rahang bawah.
2). Lebar interpremolar rahang bawah, yaitu jarak antara puncak tonjol premolar
pertama kiri dan kanan rahang bawah.
3). Lebar intermolar rahang bawah, yaitu jarak antara tepi groove bukal molar
pertama kiri dan kanan rahang bawah.
Thu dan Winn mengukur panjang lengkung anterior dengan menarik garis
tegak lurus dari bagian depan labial insisivus sentralis sampai terhubung dengan
garis yang ditarik dari titik terdalam fisur kedua premolar permanen pertama.
Gambar 5. Pengukuran panjang lengkung rahang maksila menurut Thu dan Winn
Menurut Raberin, panjang lengkung gigi adalah jarak yang diukur dalam arah
sagital yang dikategorikan atas:
1). L31 yaitu jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus
terhadap garis yang menghubungkan puncak tonjol kaninus kiri dan kanan
(kedalaman kaninus).
2). L61 yaitu jarak yang diukur dari pertengaham insisivus sentralis tegak lurus
terhadap garis yang menghubungkan puncak tonjol mesiobukal molar pertama
permanen kiri dan kanan (kedalaman molar pertama).
3). L71 yaitu jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus
terhadap garis yang menghubungkan puncak tonjol distobukal molar kedua
permanen kiri dan kanan (kedalaman molar kedua).
Menurut Poosti dan Jalali, panjang lengkung gigi diukur dari garis tegak
lurus titik kontak antara gigi insisivus sentral permanen ke garis yang
menghubungkan permukaan distal gigi molar pertama permanen.
Semua permukaan lengkung gigi sesuai dengan lekukan. Jika dilihat dari
aspek oklusal, setiap lengkung gigi berbentuk huruf U. Tepi insisal dan ujung cusp
bukal mengikuti garis melengkung di sekitar tepi luar dari lengkung gigi; ujung
cusp lingual gigi posterior mengikuti garis melengkung hampir sejajar dengan
ujung cusp bukal. Antara cusp bukal dan lingual adalah alur sulcular, yang berjalan
anteroposterior seluruh panjang gigi posterior.
Lengkung mandibula cekung, sementara dan lengkung rahang atas
cembung. Antara satu lengkungan dengan lengkungan dikompensasi oleh
lengkungan lain, maka disebut kurva kompensasi. Dari sisi lateral, penyusunan
morfologis ini disebut kurva Spee atau disut juga kurva kompensasi dimulai dari
kaninus hingga molar.
Secara fisiologis, terdapat kecenderungan alami bahwa kurva ini akan
semakin dalam pada masa pertumbuhan. Pertumbuhan RB ke arah bawah dan
depan terkadang berlangsung lebih cepat dan lama daripada RA. Jadi, selama masa
pertumbuhan, kedalaman kurva Spee masih akan berubah-ubah hingga kurva
menjadi relative stabil pada dewasa muda.
Perubahan Kurva Spee secara patologis dapat menyebabkan berbagai hal.
Perubahan ini terjadi pada beberapa situasi seperti adanya geligi yang rotasi, tipping
maupun ekstrusi. Melakukan rotasi terhadap gigi yang sudah mengalami perubahan
pada bidang oklusal dapat mengakibatkan terjadi gangguan gerak protrusive
posterior. Gangguan tersebut selanjutnya akan memulai terjadinya aktivitas
abnormal levator mandibula terutama otot masseter dan temporal yang selanjutnya
dapat menyebabkan keausan, fraktur rotasi dan disfungsi TMJ.
Tiga dimensi lengkung kurva pada gigi manusia, yaitu:
1) Kurva Spee (kurva anteroposterior dari bidang oklusal)
Graf Von Spee menggambarkan kelengkungan permukaan oklusal gigi dari
ujung caninus mandibula yang berjalan posterior mengikuti cusp bukal gigi
posterior mandibula. Kurva ini berada dalam bidang sagital saja. Efek dari Kurva
Spee ditentukan dengan membandingkan bidang tiap gigi dalam kurva dengan jalur
putaran condycle. Lebih menyimpang bidang tiap gigi dari arah jalur putaran
condycle, semakin besar tinggi puncak. Lebih sejajar bidang tiap gigi dari jalur
putaran condycle, semakin pendek tinggi puncak.
3) Kurva Monson
Gigi yang tersusun pada tulang rahang membentuk struktur lengkung yang
berbeda secara alami, dari segi ukuran maupun bentuk yang dipengaruhi oleh
bentuk tulang penyokong lengkung gigi, erupsi, dan kerusakan pada gigi. Garis
yang menghubungkan titik kontak antar gigi satu dengan gigi yang lain disebut
sebagai lengkung gigi.
3.2 Saran
Prakash, Vijay and Ruchi Gupta. 2017. Concise Prosthodontics. New Delhi:
Elsevier.
Singh G. Textbook of Orthodontics. 2nd ed. New Delhi: Jaypee; 2007. p.43-5, 53,
163-7, 179-201.
Thomson H. Occlusion. 2nd ed. Dalam: Sumawinata N, editor. Oklusi. 2nd ed.
Jakarta: EGC; 1994. hal. 1-3, 31.
Thomson, hamis. 2007. oklusi edisi 2. Jakarta ;EGC
Widyanto RM, Puspasari S. 2008. Piranti lunak untuk analisis bentuk lengkung gigi
dengan jaringan saraf tiruan. J Informatika, 1(9): 8-14.