Anda di halaman 1dari 15

OKLUSI SENTRIES DAN OKLUSI AKTIF

TUGAS MAKALAH
Dosen Pengajar : Asriawal, S, Si, M.Mkes

Nama : Azka Syadza


Kelas : D-4 Terapi Gigi (1B)
NIM : PO714261231052

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


KATA PENGATAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Pujisyukur saya ucapkan atas kehadirat Allah Swt yang mana telah melimpahkan
rahnmat serta hidayah-NYA, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
”Oklusi Sentries dan Oklusi Aktif” tepat pada waktunya, dan salawat serta salam juga
selalu tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam
kebodohan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti
yang kita rasakan pada saat sekarang ini.

Dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah ikut berpartisifasi dalam penyusunan makalah ini. Didalam penyusunan
makalah ini saya menyadari masih banyak sekali kekurangan, untuk itu kritik dan saran
yang bersifat membangun dari rekan-rekan sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Wa’salamu alaikum Wr.Wb

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGATAR ..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3Tujuan Penelitian .............................................................................................................. 1
BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2
2.1 Pengentian Oklusi ............................................................................................................ 2
2.2 Perkembangan Oklusi pada gigi ...................................................................................... 2
2.3 Macam-Macam Oklusi..................................................................................................... 6
2.4 Perbedaan Oklusi Sentries dan Oklusi Aktif .................................................................... 7
2.5 Kelainan atau Maloklusi pada Oklusi gigi ....................................................................... 7
BAB 3 PENUTUP ..................................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 9
3.2 Saran ................................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 10

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Definisi oklusi yang paling sederhana adalah cara maksila dan mandibula berartikulasi. Pada
kenyataannya oklusi gigi merupakan hubungan yang lebih kompleks karena melibatkan gigi
morfologinya, struktur skeletal, sendi temporomandibular dan pergerakan rahang fungsional.
Karena semua ini membutuhkan koordinasi neuromuskularoklusi juga melibatkan
pemahaman pada sistem neuromuscular.

Sejak lahir hingga dewasa dan setelahnya, oklusi gigi terus berubah secara signifikan.
Perubahan drastis ini terjadi pada tahap gigi campuran dan pada beberapa waktu perubahan
ini tidak terlalu terlihat (contohnya adalah setelah erupsi lengkap dari gigi permanen antara
gigi dewasa awal dan akhir). Penting bagi klinisi untuk mengerti dan mengenali tahapan
perkembangan yang normalnya terjadi pada gigi geligi untuk dapat mendiagnosis adanya
perkembangan abnormal.

Maloklusi dapat didefinisikan sebagai deviasi dari kondisi ideal yang dapat mengganggu
estetik dan fungsional. Maloklusi telah dideskripsikan dalam berbagai cara, mulai dari
klasifikasi khusus untuk indeks kebutuhan dan hasil perawatan. Angle mengklasifikasikan
oklusi berdasarkan hubungan molar dan klasifikasi ini menjadi klasifikasi maloklusi yang
paling dikenali secara internasional.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Oklusi
2. Perkembangan Oklusi pada gigi?
3. Macam-macam Oklusi
4. Perbedaan Oklusi Sentries dan Oklusi Aktif
5. Kelainan atau Maloklusi pada Oklusi gigi
1.3Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dan Memahami Pengertian Etika
2. Mengetahui dan Memahami perkembangan Oklusi pada gigi
3. Mengetahui dan Memahami Macam-Macam Oklusi
4. Mengetahui Perbedaan Oklusi Sentries dan Oklusi Aktif
5. Mengetahui dan Memahami kelainan atau Maloklusi bisa terjadi

1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengentian Oklusi
Menurut Kamus Kedokteran Gigi, oklusi merupakan setiap kontak antara gigi-geligi dari
lengkung yang berlawanan dan biasanya mengacu pada permukaan oklusal, serta hubungan
statis antara gigi atas dan gigi bawah selama interkuspasi (pertemuan tonjol gigi atas dan
bawah secara maksimal). Oklusi ideal yaitu keadaan beroklusinya setiap gigi, kecuali
insisivus sentral bawah dan molar tiga atas, beroklusi dengan dua gigi di lengkung
antagonisnya dan didasarkan pada bentuk gigi yang tidak mengalami keausan. Sedangkan
oklusi normal yaitu oklusi yang memenuhi persyaratan fungsi dan estetis walau disertai
adanya ketidakteraturan pada gigi secara individu. Terjadi jika gigi atas dan bawah tersusun
dengan baik dan tonjol gigi posterior pas kedudukannya dengan gigi bawah antagonisnya
(Harty, F.J, Ogston, R, 2012).
Oklusi gigi dibicarakan dalam dua judul berikut: (1) oklusi statis yang mengacu pada gerak
fungsional pada posisi dimana gigi- gigi atas dan bawah saling berkontak, (2) Oklusi
fungsional mengacu pada gerak fungsional dari mandibula dan karena itu, gigi geligi bawah
berkontak dengan gigi-geligi atas.

2.2 Perkembangan Oklusi pada gigi


Oklusi gigi atau interdigitasi gigi – gigi maksila dan mandibula bergantung pada proses
perkembangan dalam tiga dimensi yang melibatkan basis kranial, rahang, dan erupsi gigi.
Proses tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor genetik maupun fungsional.13 Menurut Ranly,
perkembangan oklusi gigi manusia dapat dibagi menjadi 6 periode, yaitu : 14
1. Periode dari lahir sampai geligi sulung lengkap
a. Gum pads
Saat lahir lengkung gigi rahang atas berbentuk tapal kuda sedangkan lengkung rahang bawah
berbentuk U-shape yang lebih luas. Selaput lendir rahang atas dan bawah menebal pada bayi
yang baru lahir untuk membentuk gum pads yang menutupi prosesus alveolar yang
mengandung gigi sulung.
Lengkung alveolar berkembang menjadi dua bagian yang jelas, yaitu bagian labio-bukal dan
bagian lingual. Bagian labio-bukal berdiferensiasi terlebih dahulu dan tumbuh lebih cepat.
Lengkung alveolar terbagi oleh lekuk transversal menjadi sepuluh segmen, masing – masing
sesuai dengan gigi sulung dibawahnya dan mula – mula bersifat papillomatous. Bagian
lingual berdiferensiasi kemudian, bagian – bagian ini dipisahkan oleh lekuk dental dan lekuk
gingival di sebelah lingualnya. Variasi dalam hubungan gum pads saat lahir tidak dapat
digunakan untuk memprediksi hubungan rahang di masa depan

2
b. Periode gigi sulung
Periode ini dimulai sekitar 6 – 8 bulan setelah lahir saat gigi sulung pertama erupsi dan
ditandai dengan pertumbuhan kedua rahang yang cepat. Pertumbuhan ini menentukan
tersedianya cukup ruang pada kedua rahang sehingga gigi sulung dapat erupsi tanpa adanya
crowding.14,15
Setelah usia satu tahun, perkembangan kedua rahang beserta prosesus alveolaris pada regio
anterior terbatas, sedangkan di regio posterior berlanjut terus. Perluasan berlanjut ke dorsal ke
arah regio molar untuk memberikan tempat pada gigi molar yang akan erupsi kemudian.
Oklusi disegmen posterior pertama kali terbentuk sekitar usia 16 bulan, pada saat gigi molar
sulung pertama mencapai kontak oklusal.13
2. Periode intertransisional pertama
Periode ini merupakan fase antara erupsi gigi sulung lengkap dan munculnya gigi permanen
pertama yang ditandai oleh sedikit perubahan intraoral. Urutan erupsi gigi sulung pada
periode memiliki ciri khas sebagai berikut :
1) Erupsi gigi insisif sentral sulung rahang bawah
2) Erupsi gigi insisif sentral sulung rahang atas
3) Gigi insisif lateralis sulung rahang atas
4) Gigi insisif lateralis sulung rahang bawah
5) Gigi molar pertama sulung rahang atas dan bawah
6) Gigi kaninus sulung rahang atas dan bawah
7) Diakhiri oleh erupsinya gigi molar kedua sulung rahang bawah
diikuti dengan erupsinya gigi molar kedua sulung rahang atas.

3
Pada periode ini terdapat dua bentuk susunan gigi sulung yaitu gigi – gigi dengan celah
(diastemata) disebut tipe I dan tanpa celah disebut tipe II yang biasanya terjadi pada daerah
anterior. Celah yang terdapat di antara gigi insisif lateral sulung dan kaninus sulung atas serta
celah yang terdapat di antara gigi kaninus sulung dan molar pertama sulung bawah disebut
celah primata atau celah antropoid.
Terdapat sedikit sekali perubahan lengkung gigi dari gigi sulung lengkap sampai gigi
permanen pertama erupsi, yaitu usia 2,5 tahun sampai 6 tahun. Hal ini berlaku baik untuk
posisi gigi individual maupun untuk hubungan sagital dan transversal antara kedua lengkung
gigi.

3. Periode transisional pertama


Fase ini ditandai oleh erupsi molar pertama permanen, tanggalnya insisif sulung, serta erupsi
dan munculnya insisif permanen. Pada periode ini, pergantian gigi pertama dimulai sekitar
usia 6 tahun dan selesai dalam waktu dua tahun. Kontak permukaan distal molar kedua
sulung rahang atas dan rahang bawah sangat mempengaruhi lokasi dan hubungan molar
pertama permanen. Permukaan distal dari molar kedua sulung menuntun molar pertama
permanen ke dalam lengkung gigi. Hubungan mesiodistal antara permukaan distal molar
kedua sulung rahang atas ataupun bawah dapat dikalsifikasikan menjadi tiga tipe yaitu flush
terminal plane, mesial step terminal palne, dan distal step terminal plane.

Dalam beberapa bulan setelah erupsi molar pertama permanen, insisif sentral atas permanen
erupsi beberapa bulan kemudian, diikuti oleh insisif lateral bawah permanen. Insisif lateral
atas permanen merupakan gigi yang erupsinya paling akhir dalam periode transisi pertama
ini.

4
4. Periode intertransisional kedua
Fase ini dikenal dengan fase yang stabil dan dimulai dari bererupsinya gigi – gigi insisif
permanen secara penuh sampai gigi – gigi posterior mulai berganti, serta berlangsung kira –
kira satu setengah tahun.
Gigi molar dan kaninus desidui terdapat diantara gigi insisif permanen dan molar pertama
permanen. Gigi kaninus rahang atas masih bertumbuh di sebelah lateral hidung, sementara
akar kaninus rahang bawah terletak dekat tepi mandibula. Gigi premolar terletak pada
bifurkasi yang akan diganti, dan terdapat bukti resorpsi pada akar distal. Gigi permanen
pengganti posterior berkembang di sebelah distal gigi sulung yang akan digantikannya,
terutama di lengkung rahang bawah. Pengantian posterior ini dimungkinkan oleh adanya
perbedaan ukuran antara mahkota gigi sulung dan gigi penggantinya, yang dikenal sebagai
ruang leeway.

5. Periode transisional kedua


Fase ini ditandai dengan tanggalnya molar dan kaninus sulung, erupsi gigi premolar dan
kaninus permanen, serta erupsi gigi molar kedua permanen. Pergantian ini berlangsung pada
usia 10 sampai 12 tahun.
Terdapat perbedaan ukuran mesiodistal mahkota gigi kaninus sulung dan molar sulung
dengan gigi kaninus permanen dan premolar yang disebut dengan ruang leeway. Besar ruang
leeway pada lengkung rahang atas 1,8 mm (0,9 mm pada tiap sisi) dan 3,4 mm (1,7 mm di
setiap sisi) pada lengkung rahang bawah. Ruang berlebih ini digunakan oleh molar pertama
permanen untuk membentuk hubungan kelas satu melalui pergeseran mesial.

Pada mandibula, keliling lengkung terlihat menjadi panjang dengan erupsinya gigi insisif dan
kaninus permanen. Setelah premolar kedua erupsi,keliling lengkung berkurang, bahkan lebih
pendek daripada jarak yang ada pada gigi sulung. Erupsi gigi molar kedua permanen juga
mengakibatkan pengurangan keliling lengkung akibat gaya tekan erupsi gigi molar kedua
permanen ke arah mesial. Gigi berjejal akan terlihat pada fase ini.

5
6. Periode gigi dewasa
Banyak klinikus berpendapat bahwa periode gigi dewasa ialah setelah tanggalnya gigi sulung
terakhir, namun sebenarnya gigi – gigi dianggap lengkap pada usia sekitar duapuluhan ketika
molar ketiga telah erupsi dan menyelesaikan perkembangan akarnya.
Jumlah normal gigi permanen adalah 32 buah, kadang berlebih, maupun tidak ada benihnya
sehingga jumlah gigi permanen berkurang. Gigi berlebih lebih sering terjadi pada rahang atas
dibandingkan rahang bawah dan ditemukan dua kali lebih banyak pada pria. Gigi berlebih
memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, dapat ditemukan gigi berlebih dengan ukuran
dan bentuk yang normal, lebih besar, atau lebih kecil dari ukuran normal.
Pertumbuhan tulang rahang terus berlanjut selama periode ini, menyediakann ruang untuk
molar ketiga. Namun dalam banyak kasus pertumbuhan dan perkembangan molar ketiga
tidak memadai sehingga gigi molar ketiga menjadi impaksi. Jika molar ketiga gagal bererupsi
dengan sempurna maka dapat menimbulkan tekanan ke mesial dan mengakibatkan tekanan
pada gigi permanen lain yang terdapat di sebelah mesial gigi tersebut. Pada beberapa kasus,
tekanan tersebut dapat menimbulkan resorpsi akar distal sampai menyebabkan tanggalnya
molar kedua.
Walaupun gigi – gigi telah tersusun dengan baik pada lengkungnya, namun terdapat
kecenderungan terjadinya perubahan susunan gigi dan oklusi pada gigi – geligi anterior
rahang bawah menjadi berjejal ringan dan bila pada awal susunan gigi – giginya telah
berjejal, dengan adanya perubahan ini akan terjadi tingkat perubahan susunan gigi berjejal
yang lebih parah dari keadaan sebelumnya.

2.3 Macam-Macam Oklusi


Oklusi dibagi menjadi 2 yang pertama adalah Oklusi ideal yaitu keadaan beroklusi semua
gigi kecuali insisif central bawah dan molar 3 atas, beroklusi dengan 2 gigi dari lengkung
anatagonisnya dan berdasarkan gigi yang tidak mengalami keausan.
Kedua adalah oklusi normal yaitu kondisi oklusi yang berfungsi harmonis dengan proses
untuk mempertahankan struktur penyangga gigi dan rahang yang berada dalam keadaan
sehat.
Oklusi normal dibagi menjadi 2 macam yang pertama adalah oklusi sentris yang merupakan
hubungan kontak antara gigi- gigi di rahang atas dan rahang bawah ketika mandibula dalam
keadaan relasi sentris(suatu hubungan mandibula dan maksiladimana kedua caput sendi
berada pada keadaan paling dorsal dalam fossa glenoid tanpa mengurangi kebebasan untuk
bergerak ke lateral)

6
Kedua adalah oklusi aktif merupakan hubungan kontak antara gigi - gigi di rahang atas dan di
rahang bawah ketika gigi - gigi rahang bawah mengadakan gerakan/geseran kedepan

2.4 Perbedaan Oklusi Sentries dan Oklusi Aktif


Oklusi sentris, yang merupakan hubungan kontak antara gigi-gigi di rahang atas dan rahang
bawah waktu mandibular dalam keadaan relasi sentris sedangkan

b. Oklusi aktif, merupakan hubungan kontak antara gigi-gigi di rahang atas dan rahang bawah
ketika gigi rahang bawah mengadakan gerakan atau pergeseran ke depan, ke belakang, ke kiri
dan ke kanan atau geseran lateral.

2.5 Kelainan atau Maloklusi pada Oklusi gigi


Namun begitu oklusi gigi juga bisa mengalami kelainan atau maloklusi. Mengenai penyebab
terjadinya kelainan atau maloklusi, dia menyebut adanya beberapa faktor.
1. Faktor Genetik/Keturunan.
“Untuk oklusi gigi biasanya penyebabnya terjadi faktor genetik atau keturunan dari orang
tuanya. Itu salah satunya,” jelas dia.
2. Kebiasaan Menghisap Jempol.
Menurutnya pada anak-anak yang memiliki kebiasaan menghisap jempol juga berpotensi
memicu adanya maloklusi pada gigi.
3. Kehilangan Gigi.
Gigi yang rusak atau karena alasan lain, kemudian dicabut, namun tidak segera diganti.
Kondisi tersebut akhirnya akan memunculkan pergeseran di gigi-gigi lainnya, sehingga
terjadi maloklusi.
4. Perawatan Tidak Tepat.
Faktor lain maloklusi gigi adalah karena adanya ketidaktepatan dalam perawatan gigi.
Dimana ketika tidak segera diperbaiki, lama-lama juga akan terjadi maloklusi atau kehilangan
oklusi.
5. Kecelakaan.
Ada juga karena faktor kecelakaan, yang bisa menyebabkan gigi patah atau gigi rusak,
sehingga akhirnya terjadi maloklusi.
Dalam mendiagnosis maloklusi, perlu dilakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu.
Pemeriksaan tersebut untuk melihat atau memastikan kondisi gigi pada pasien. Kemudian
dilakukan foto rontgen. “Dari situ kita akan mendiagnosis apakah benar-benar kehilangan
oklusi gigi atau tidak,” lanjut dia. Hasil dari diagnosis tersebut juga akan berpengaruh pada
cara pengobatan atau pemulihannya. Sebab setelah dilakukan pemeriksaan secara fisik,

7
rontgen dan lainnya, baru dapat dipastikan bagaimana cara untuk mengobatinya. Ada
beberapa macam cara untuk mengobati atau menangani oklusi gigi.

8
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Oklusi adalah hubungan kontak antara gigi - gigi di rahang atas dengan gigi -gigi di rahang
bawah ketika mulut dalam keadaan tertutupOklusi dibagi menjadi 2 yang pertama adalah
Oklusi ideal dan oklusi normalKomponen pembentuk oklusi terdiri atas mandibula,
maksilaotot mastikasi seperti MMasseterMPterygoideus lateral, MPterygoideus medial dan
MDigastricuslalu Temporomandibular Joint (TMJ)struktur gigiligamen periodontal dan saraf
yang memperdarahi maksila dan mandibula.
Oklusi abnormal disebut sebagai maloklusi atau sering disebut juga hubungan rahang kelas II
dan III yang salah satu penyebabnya merupakan respirasi yang dilakukan melalui rongga
mulut dalam jangka waktu yang panjang.

3.2 Saran
Dalam menyusun makalah ini, kami menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kami akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas sehingga kami dapat memperbaiki makalah selanjutnya menjadi makalah
yang lebih baik lagi.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.trisakti.ac.id/usaktiana/digital/00000000000000106802/2021_TA_KG_0400
01700060_Bab-2-Tinjauan-pustaka.pdf
http://wayanardhana.staff.ugm.ac.id/pwpnt_orto2_diag.pdf
http://repository.unimus.ac.id/3860/4/15

10
11
12

Anda mungkin juga menyukai