Anda di halaman 1dari 8

Oklusi berasal dari kata occludere yang mempunyai arti mendekatkan dua

permukaan yang berhadapan sampai kedua permukaan tersebut saling berkontak.


Secara teoritis, oklusi didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi yang saling
berhadapan secara langsung (tanpa perantara) dalam suatu hubungan-hubungan
biologis yang dinamis antara semua komponen sistem stomatognatik terhadap
permukaan gigi-geligi yang berkontak dalam keadaan berfungsi. Berdasarkan hal
tersebut, maka dapat diketahui bahwa oklusi bukanlah merupakan suatu proses statik
yang hanya dapat diketahui bila seseorang menutup mulut sampai gigi-geliginya
dalam keadaan kontak. Tetapi, kita harus pula memahami bahwa selain faktor gigi-
geligi masih ada faktor lain yang ikut terlibat dalam proses tersebut. Beberapa ahli
menyatakan bahwa oklusi dibentuk oleh suatu sistem struktur yang terintegrasi antar
sistem otot-otot mastikasi dan sistem neuromuskuler, sendi temporomandibular
(STM) dan gigi-geligi.

Oklusi antara gigi-gigi rahang atas dan bawah dapat terjadi oleh karena
aktifitas otot-otot kunyah. Semua otot-otot mastikasi atau kunyah berfungsi pada
semua pergerakan mandibula, baik untuk fase kontraksi maupun relaksasi. Adapun
otot-otot yang berperan di dalam proses mastikasi adalah : M. Temporalis (elevator),
M. Masseter (elevator), M. Disgastric (ant.Belly) (depressor), M. Pterygoideus
Eksternus (depressor), M Pterygoedeus Internus (elevator), M. Mylohyoideus
(depressor), M. Geniohyoid (depressor).
Adanya otot-otot mastikasi tersebut yang di dalam kerjanya yang kompleks
akan menyebabkan timbulnya daya tarikan pada rahang atas maupun bawah, sehingga
pada kasus-kasus trauma yang menyebebkan terjadinya fraktur di daerah sepertiga
wajah maupun mandibula, maka dengan segera akan terjadi tarikan pada fragmen-
fragmenyang mengalami fraktur, sehingga maloklusi dapat terjadi.

Beberapa otot yang dalam kerjanya dapat menimbulkan daya tarikan pada
mandibula dan maksila adalah : M. Maseter, M. Temporalis, M Pterygoideus
eksternus, M. Pterygoideus internus, M. Genioglossus, M. Geneiohyoid, M.
Mylohioid dan M. Digastricus.
Beberapa jenis otot yang dalam kerjanya akan menyebabkan tarikan-tarikan di
beberapa daerah di rahang adalah : M. Stylopharyngeus, M Constrictor Pharyngis
Superior, Ligamentum Stylohyoid, M. Glassopharyngeus, M. Hyoglossus, M.
Genioglossus, M. Longitudinal inferior dan M. Geniohyoid.

Beberapa jenis otot yang dalam bekerjanya akan menyebabkan tarikan di


beberapa daerah rahang : M. Pterygoedeus eksternus, M. Masseter, M. Pterygoedeus
Internus, M. Mylohyoid dan M. Geniohyoid.
1. Konsep Dasar Oklusi
1.1. Oklusi Seimbang (Balanced Occlusion)
Oklusi dikatakan baik/benar, apabila hubungan kontak antara geligi pada
rahang bawah (RB) dan rahang atas (RA) memberikan tekanan yang seimbang pada
kedua sisi rahang, baik dalam keadaan sentrik maupun eksentrik. Konsep ini bertolak
dari pembuatan gigi tiruan lepasan yang memperhatikan adanya stabilitas. Keadaan
ini akan tercapai bila terdapat keseimbangan kontak gigi pada sisi kiri dan kanan.
Dalam kenyataannya, keadaan ini jarang ditemukan pada gigi-geligi asli. Walaupun
demikian fungsi kunyah tetap berlangsung baik.
1.2. Oklusi Morfologik (Morphologic Occlusion)
Oklusi dikatakan baik/benar dinilai melalui hubungan antara geligi pada
rahang bawah dan rahang atas pada saat gigi tersebut berkontak. Konsep ini menitik-
beratkan pada segi morfologiknya saja.
1.3. OklusiDinamik/Individual/Fungsional
(Dinamic/Individual/Functional Occlusion)
Konsep ini menyatakan bahwa efektifitas fungsional tak dapat ditentukan oleh
hubungan hirroglyphics (cusp, ridge, dan groove) saja, tetapi ada keserasian antara
komponen yang berperan dalam proses terjadinya kontak antara gigi-geligi tersebut.
Komponen tersebut adalah gigi-geligi dan jaringan pendukungnya; otot mastikasi,
sistem neuro-muskuler, dan sendi temporomandibular (STM). Bila semua struktur
tersebut berada dalam keadaan sehat dan mampu menjelaskan fungsinya dengan baik,
maka oklusi tersebut dikatakan normal.
2. Oklusi Gigi Geligi
Oklusi ideal dapat diperoleh apabila bentuk hirroglyphics (cusp, ridge, dan
groove) gigi-geligi ideal, tetapi hal ini akan sulit dicapai sebab dalam proses
pemakaiannya seringkali gigi-geligi tersebut telah mengalami berbagai perubahan.
Berbagai macam perubahan yang dapat terjadi adalah: (a) atrisi yaitu keausan gigi
yang disebabkan faktor fisiologi (misalnya gesekan antar gigi), (b) abrasi yaitu
keausan gigi yang disebabkan faktor mekanis (misalnya sikat gigi).
3. Oklusi Sentrik
Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi-geligi pada waktu
mandibula dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berada dalam posisi bilateral
simetris dalam fossanya. Sentris atau tidaknya posisi mandibula ini sangat ditentukan
oleh panduan yang diberikan oleh kontak antara gigi pada saat pertama berkontak.
Keadaan ini akan berubah bila terdapat gigi supra-posisi ataupun overhanging
restoration.
Oklusi gigi-geligi secara normal dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu (1)
Oklusi statik merupakan hubungan gigi-geligi rahang atas (RA) dan rahang bawah
(RB) dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi-geligi dalam keadaan
tidak berfungsi (statik), dan (2) Oklusi dinamik merupakan hubungan gigi-geligi
rahang atas (RA) dan rahang bawah (RB) pada saat orang melakukan gerakan
mandibula ke arah lateral (samping) ataupun ke depan (antero-posterior).
4. Oklusi Statik
Pada oklusi statik, hubungan cusp fungsional gigi-geligi posterior (premolar)
berada pada posisi cusp to marginal dan cusp fungsional pada posisi cusp to fossa.
Sedang pada hubungan gigi anterior dapat ditentukan jarak gigit (overjet) dan tinggi
gigit (overbite) dalam satuan milimeter (mm). Jarak gigit (overjet) adalah jarak
horisontal antara incisal gigi incisivus RA terhadap bidang labial gigi incisivus
pertama RB. Dan, tinggi gigit (overbite) adalah jarak vertikal antara incisal edge RB
sampai incisal edge RA.
5. Oklusi Dinamik
Oklusi dinamik, timbul akibat gerakan mandibula ke lateral, ke depan
(anterior), dan ke belakang (posterior). Oklusi yang terjadi pada pergerakan
mandibula ini sering disebut dengan artikulasi. Pada gerakan lateral akan ditemukan
sisi kerja (working side) yang ditunjukkan dengan adanya kontak antara cusp bukal
RA dan cusp molar RB; dan sisi keseimbangan (balancing side). Working side dalam
oklusi dinamik digunakan sebagai panduan oklusi (Occlusal guidance), bukan pada
balancing side.
Kontak gigi-geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Intercuspal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara gigi-geligi
dengan antagonisnya.
2. Retruded Contact Position (RCP), adalah kontak maksimal antara gigi-geligi
pada saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun RB masih
mampu bergerak secara terbatas ke lateral.
3. Protrusif Contact Position (PCP), adalah kontak gigi geligi pada saat RB
digerakkan ke anterior.
4. Working Side Contact Position (WSCP), adalah kontak gigi-geligi pada saat RB
digerakkan ke lateral.
Selain klasifikasi di atas, secara umum pola oklusi akibat gerakan RB dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Bilateral Balanced Occlusion, bila gigi-geligi posterior pada sisi kerja dan sisi
keseimbangan, keduanya dalam keadaan kontak.
2. Unilateral Balanced Occlusion, bila gigi-geligi posterior pada sisi kerja dan sisi
keseimbangan tidak kontak.
3. Mutually Balanced Occlusion, dijumpai kontak ringan/tidak ada kontak pada gi-
geligi anterior, sedang gigi posterior tidak kontak.
4. Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dapat dikelompokkan dalam klasifikasi di
atas.
6. Hubungan Mandibula Terhadap Maksila
Relasi sentrik (Centric relation) merupakan hubungan mandibula terhadap
maksila, yang menunjukkan posisi mandibula terletak 1-2 mm lebih ke belakang dari
oklusi sentris (mandibula terletak paling posterior dari maksila) atau kondili terletak
paling distal dari fossa glenoid, tetapi masih dimungkinkan adanya gerakan dalam
arah lateral. Pada keadaan kontak ini gigi geligi dalam keadaan Intercuspal Contact
Position (ICP) atau dapat dikatakan bahwa ICP berada pada posisi RCP.
6.1. Jarak Inter-Oklusal (Psycological Rest Position)
Jarak Inter-Oklusal (Psycological Rest Position) yaiu jarak antara oklusal
premolar RA dan RB dalam keadaan istirahat, rileks, dan posisi tegak lurus. Pada
keadaan ini otot-otot pengunyahan dalam keadaan istirahat, hal ini menunjukkan otot-
otot kelompok elevator dan depresor tonus dan kontraksinya dalam keadaan
seimbang, dan kondili dalam keadaan netral atau tidak tegang. Posisi ini dianggap
konstan untuk tiap individu.
DAFTAR PUSTAKA

Archer W H. 1975. Text Book of Oral and Maxillofacial Surgery 5th Ed. W.B.
America: Saunders Co

Bishara S.E. 2001.Text Bookof Orthodontics. America:WB.Saunders Co

Foster. 1997. Buku Ajar Ortodonsi edisi 3. Jakarta: EGC.

Ganong WF, 1983. Fisiologi Kedokteran Ed. 10. Jakarta: EGC.

Peterson L.G. 1998. Contemporary of Oral and Maxillofacial Surgery 3th ed.
America: Mosby

Proffit W.R. White R.P., Sarver D.M. 2003.Contemporary Treatment of Dentofacial


Deformity.America:Mosby.

Thompson, Hamish. 1992. Oklusi. Jakarta: EGC.

Thomson, Hamist. 1994. Oklusi ed.2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai