WISTAR JANTAN
PROPOSAL SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi pada Fakultas Kedokteran Gigi (S-1)
dan mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
FAZLUR RAHMAN
NIM 101610101014
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Disharmoni oklusi merupakan suatu keadaan patplogis oklusi yang disebabkan oleh
beberapa faktor seperti kehilangan gigi, karies, atrisi, kelainan jaringan periodontal, bruksisme,
dan kebiasaan mengunyah satu sisi (Sato, Slavicek. 2008). Serangkaian kelainan disharmoni
oklusi ini dapat menyebabkan kelainan sistemik seperti penyakit kardiovaskuler, kelainan
pernafasan, perubahan nutrisi, diabetes, abnormalitas postur tubuh dan osteoporosis (Teixera
dkk., 2014).Disharmoni oklusi dapat mempengaruhi serangkaian proses homeostasis di dalam
tubuh, terutama pengaturan hormon kortikosteron dan metabolisme tulang (Hwank dkk., 2014).
Hal ini diduga pengenalan disharmoni oklusi sebagai stresor yang mempengaruhi fisiopsikologi
seseorang, dan merangsang aktivitas sistem hipopituitari aksis (Taga dkk., 2012). Manusia tidak
sadar jika dia terpapar stresor secara terus-menerus, maka dapat menimbulkan berbagai macam
masalah kesehatan yang salah satunya yaitu ketidakseimbangan kadar glukosa darah.
Peningkatan kadar glukosa darah dalam tubuh seseorang yang terus-menerus dapat menyebabkan
gangguan kesehatan seperti diabetes melitus (Hutomo, 2009).
Perubahan psikologis terjadi akibat ativitas dari dua sistem neuro endokrin yang
dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. Hipotalamus
merupakan bagian dari otak yang menjadi pusat stress karena fungsi gandanya dalam keadaan
darurat, yaitu mengaktivasi cabang simpatis dari sistem saraf otonom. Sistem simpatis juga
menstimulasi medula adrenal untuk melepaskan hormon epinefrin dan norepirefrin. Epinefrin
yang disekresi oleh medulla adrenal, merangsang pemecahan glikogen dalam otot. Kondisi
hipoglikemia menyebabkan suatu rangsangan saraf simpatis, sehingga terjadi kenaikan sekresi
epinefrin, akibatnya terjadi proses glikogenolisis.(Bender & Meyes, 2009). Hipotalamus juga
menyebabkan terjadinya peningkatan sekresi Corticotropin Releasing Factor (CRF). CRF akan
menyebabkan terjadinya peningkatan sekresi Adrenocorticotropic Hormone (ACTH). Hal ini
menyebabkan korteks adrenal mensekresikan glukokortikoid, yaitu kortisol di dalam darah yang
akan tersekresi pada keadaan stres (Mustofa, 2012).Glukokortikoid dapat meningkatkan proses
gluconeogenesis.(Guyton, 2007). Dari terjadinya proses glikogenolisis dan gluconeogenesis ini
sama-sama mempengaruhi terjadinya peningkatan kadar gula darah di dalam tubuh.