DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Puji dan syukur kami kirmkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat membuat dan menyelesaikan laporan
pendahuluan kami yang berjudul “PEMERIKSAAN SENSORIK MOTORIK,
REFLEKS”. Pada laporan pendahuluan ini kami tampilkan hasil diskusi kami, kami
juga mengambil beberapa kesimpulan dari hasil diskusi yang kami lakukan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
dalam pelaksanaan maupun proses penyelesaian laporan pendahuluan ini. Laporan
pendahuluan ini kami harapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi
para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses
pembelajaran. Namun, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan maupun pembahasan dalam makalah ini, sehingga belum begitu sempurna.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut sehingga laporan pendahuluan
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Sistem motorik, sensorik dan reflek merupakan suatu sistem kompleks yang
saling berhubungan. Sistem motorik bermanifestasi dalam gerakan otot,sistem
sensoris menempatkan manusia berhubungan dengan sekitarnya (sensasi).
Sedangkan refleks merupakan jawaban involuntar dari rangsangan. Untuk
menggerakkan otot yang tidak hanya melibatkan sistem motorik saja tetapi juga
sistem sensorik dan reflek, misal ketika seseorang menginjak batu yang runcing
atau perasaan yang tidak nyaman lainnya seperti memegang atau mengangkat
secangkir kopi yang sangat panas. Maka informasi tersebut dikirim ke otak,
kemudian otak mengirim pesan ke otot tentang bagaimana otot tersebut merespon.
Perpindahan / pertukaran infomasi semacam ini melibatkan terutama dua jalur
syaraf yang kompleks yaitu jalur sensoris ke otak dan jalur motorik ke otot, selain
itu suatu gerakan reflek juga dapat terjadi. Dengan kata lain dapat di katakan bahwa
masukan dari sistem sensorik memainkan peranan dalam mengontrol fungsi
motorik melalui koneksi-koneksi didalam korteks sensori motoris atau jaras-jaras
serebelum, sebaliknya impuls dari korteks sensoris motorik melaui jaras descenden
mempengaruhi fungsi neuron sensorik dalam sumsum tulang, batang otak,
thalamus.
1.3 Anamnesa
inspeksi
palpasi perkusi
Auskultasi
a. INSPEKSI
- Bentuk
Perhatikan adanya deformitas.
- Ukuran
Perhatikan apakah panjang bagian tubuh sebelah kiri sama dengan
yang kanan. Orang dewasa yang mengalami lumpuh sejak masa
kanak-kanak, ukuran ekstremitas yang lumpuh lebih pendek
daripada yang sehat. Kemudian perhatikan besar (isi) kontur
(bentuk) otot. Adakah atrofi atau hipertrofi. Perhatikan kontur
(bentuk) otot. Pada atrofi besar otot berkurang dan bentuknya
berubah. Kelumpuhan jenis perifer disertai oleh hipotrofi atau
atrofi.
- Gerakan abnormal yangtidak terkendali
Di antara gerakan abnormal yang tidak terkendali yang kita ialah:
tremor, khorea, atetose, distonia, balismus, spasme, fasikulasi, dan
miokloni.
- Tremor
Tremor ialah serentetan gerakan involunter, agak ritmis, merupakan
getaran, yang timbul karena berkontraksinya otot-otot yang
berlawanan secara bergantian. la dapat melibatkan satu atau lebih
bagian tubuh. Jenis tremor yang perlu kita kenal ialah: tremor
normal atau fisiologis; tremor halus (disebut juga tremor toksik)
dan tremor kasar.
- Khorea
Pada khorea gerak otot berlangsung cepat, sekonyong-konyong,
aritmik dan kasar yang dapat melibatkan satu ekstremitas, separuh
badan atau seluruh badan.
- Atetose
b. PALPASI
Palpasi adalah melakukan tindakan meraba dengan satu atau dua tangan atau
jari tangan. Palpasi merupakan usaha untuk menegaskan apa yang dilihat, disamping
untuk menemukan yang tidak terlihat
Palpasi membedakan :
tekstur : dengan ujung jari (satu atau lebih), kasar, lembut, nodul
kaku otot
kontraktur
inflamasi
tulang)
Arteri dorsalis pedis terasa pada pertengahan antara mata kaki dan basis
jari-jari. Ini tepat sebelah lateral tendon muskulus ekstensor hallucis
longus yang terlihat apabila penderita mengadakan dorso fleksi ibu jari
kakinya. Kadang- kadang arteri dorsalis pedis dibentuk oleh ramus
perforate arteri peronea, jika demikian akan didapati pada posisi yang
lebih ke lateral. Pulsus dorsalis pedis terletak menyilang arkus dorsum
pedis.
Arteri tibialis anterior dapat terasa pada bagian lateral tendo muskuli
extensor halucis longus pertengahan antara maleoli. Mintalah penderita
agar menggerakkan ekstrimitasnya dalam jangkauan yang normal.
Rasakan pulsus radialis, ulnaris, brakialis dan aksilaris. Arteri radialis dan
ulnaris dapat diraba sebelah medial prosesus stiroideus radii et ulnae, masing –
masing pada permukaan volar pergelangan tangan. Palpasi arteri radialis dapat
dipalpasi untuk mengetahui kesimetrisan pulsasi. Jika keduanya teraba dan normal,
tidak perlu dinilai arteri brakialis kecuali untuk menentukan letak stetoskop untuk
sfigmomanometer.
Arteri brakialis terasa pada sebelah medial bagian sepertiga tengah lengan
atas dan pada bagian tengah fossa ante cubiti.Arteri aksilaris terasa paling baik pada
apeks aksila dengan lengan abduksi 900 pada bahu. Rasakanlah telapak tangan dan
perhatikan suhu serta kelembapannya. Mintalah pada penderita untuk menggerakkan
lengannya dalam jangkauan yang normal termasuk pergelangan tangan, sendi siku
dan sendi bahu.
BAB II
Sistem motorik adalah suatu system yang mengontrol atau yang mengatur
hal ikhwal yang berkaitan dengan otot skeletal yang terdiri dari unsur saraf dan
muscular.
Otot
SUSUNAN SOMATO MOTORIK
Rangsangan saraf yang disalurkan melalui saraf disebut Impuls. Impuls ini
disampaikan ke otot untuk menghasilkan gerakan gerakan otot disebut impuls
motorik. Semua neuron di korteks serebri yang menyalurkan impuls motorik ke inti
motorik di LMN tergolong dalam UMN.
UMN ini disusun oleh
Susunan pyramidal
Melibatkan otot otot distal lebih sering dari pada otot proksimal
Lebih banyak mempengaruhi fungsi anggota gerak atas dari pada anggota
gerak bawah.
Terutama mengelola motor unit yang kecil secara kontralateral.
2.1.3 SUSUNAN EKSTRAPYRAMIDAL
Lingkaran yang disusun oleh jaras jaras penghubung berbagai inti melewati
korteks piramidalis (area 4 ) , area 6, oliva inferior, inti inti pontis, korteks
serebelli, nucleus dentatus, nucleus rubber, nucleus ventrolateralis talami,
korteks pyramidalis & ekstrapiramidalis.
Peranan sirkuit ini memberikan FEEDBACK kepada korteks pyramidalis
& ekstrapiramidalis yang berasal dari korteks serebellum.
Gangguan feedback lintasan ini timbul :
Ataksia
Dismetria
Merupakan lintasan bagi impuls yang dicetuskan di area 8 & area 4S untuk
diolah secara berturut-turut oleh nucleus kaudatus, globus palidus & nucleus
ventrolateralis talami. Hasil pengolahan ini dengan dicetuskan impuls oleh
nucleus ventrolateralis talami yang dipancarkannya ke korteks piramidalis &
ekstrapiramidalis (area 6).
o Khorea
o Atetosis
- Parese / paralysis
- Spastis, tonus meninggi & clonus (kaki & lutut)
- Hyper-refleksia
- Arefleksia
UMN LMN
Kekuatan Parese - Paralisis Parese – Paralisis
Tonus Meningkat /Spastik Menurun Flaccid
Clonus (+)
Refleks Fisiologis Menigkat Menurun – hilang
Refleks Patologi + -
Atropi Disuse Atropi (+)
2.2 PEMERIKSAAN FISIK / FISIK DIAGNOSTIK
spasmus otot
kontraktur otot.
Sedangkan nyeri tekan otot merupakan gejala miositis, jejas otot, keletihan
karena terlampau lama diam dalam sikap tertentu atau terlalu lama dalam keadaan
spasmus reflektorik, dll.
Nilai tonus otot pada berbagai posisi anggota gerak
Penderajatan tenaga otot antara yang normal dan subnormal adalah yang
paling sukar. Sedangkan penderajatan antara lumpuh total dan normal adalah yang
paling mudah. Dalam melakukan penderajatan dapat digunakan 4 metode yang
sedikit berbeda:
Pasien disuruh menahan usaha si pemeriksa untuk menggerakan salah
satu anggota geraknya.
Pasien diminta untuk menggerakan bagian anggota geraknya dan si
pemeriksa menahan gerakan yang akan dilaksanakan pasien itu.
Pasien diminta untuk melakukan gerakan kearah yang melawan gaya
tarik bumi (gravitasi bumi).
Gerakan-gerakan voluntary yang harus dinilai secara umum adalah sebagai berikut:
Jika hipotonia lengan pasien akan jatuh lunglai,tetapi jika tunus otot
meningkat maka lengan tidak langsung jatuh
Pada adanya paresis UMN ringan,lengan yang diangkat secara pasif
keatas bahu dan kemudian dijatuhkan,akan jatuh dalam posisi pronasi
Test tungkai bergoyang-goyang menurut wartenberg
Salah satu tungkai pasien dalam sikap lurus di angkat secara pasif
dengan tangan kanan pemeriksa
Tungkai tersebut di lepaskan dan tangan kiri pemeriksa siap untuk
menangkap tersebut secara pasif.
Jika terdapat hipotonia tungkai bawah langsung jatuh yang di susul
kemudian oleh tungkai atas.
Jika terdapat hipertonia,maka jatuhnya tungkai berlangsung lambat dan
sewaktu tungkai jatuh masih dalam keadaan lurus.
Pada umumnya kelumpuhan yang ringan sekali nampak pada pasien sebagai
gangguan ketangkasan,misalnya kesukaran menutup dan membuka kancing
baju,kesukaran menggantungkan pakaian,kesukaran memakai atau melepaskan
sandal,dll.Oleh karena itu sangat penting melakukan pemeriksaan tambahan
sebagai berikut:
Test pronasi ringan
Hal ini dapat lebih diperjelas jika kedua tungkai bawah ditekuk
hingga membentuk sudut 45 terhadap bidang landasan.
Posisi tersebut diatas dipertahankan dengan bantuan pemeriksa,
yang mana suatu saat bantuan tersebut dilepaskan sehingga tungkai
yang paretic ringan akan segera jatuh.
Test lutut jatuh menurut wartenberg
- Pada gangguan serebral tumit jatuh di paha ataupun disamping lutut dan
akhirnya tumit dijatuhkan diatas jari-jari kaki bukan diatas ibu jari
Tes ibu jari kaki-jari telunjuk
Pasien diminta untuk menyentuh ibu jari telunjuk pemeriksa dengan ibu jari
kakinya secara berulang-ulang.
Test untuk mengungkapkan Disdiadokhokinesia
Pasien diminta untuk mengaduksi pada bahu, fleksi pada siku dan supinasi
lengan bawah.
Siku difiksasi atau diletakkan pada meja periksa.
2. Pemeriksaan rasa
getar
Pemeriksaan rasa getar biasanya dilakukan dengan jalan menempatkan
garputala yang sedang bergetar pada ibu jari kaki,maleolus lateral dan medial
kaki,tibia,spina iliaka anteriorsuperior,sacrum,prosesus spinosus
vertebra,sternum,clavikula,prosesus stiloideus radius dan ulna dan jari-jari.
Gambar 17:pemeriksaan getar
3. Temperatur/suhu
Pemeriksaan temperatur lebih banyak menghabiskan waktu dan sulit.Oleh
sebab itu tidak merupakan pemeriksaan yang rutin seperti halnya modalitas
yang lain.Serat- serat untuk rasa temperature bersama-sama atau mengikuti
serat-serat untuk nyeri.Perubahan yang sedikit (lesi ringan) akan sulit
diketahui.Diperiksa dengan 2 gelas/botol berisi air panas dan dingin
(temperature bisa diubah- ubah/bervariasi).Dengan mata tertutup pasien diminta
membedakan botol /gelas tersebut setelah disentuh di bagian badannya.
Memeriksa dengan dua rangsangan tumpul pada dua titik di anggota gerak
secara serentak, bias memakai kompas atau calibrated dua point esthesiometer.
Pada anggota gerak atau biasanya diperiksa pada ujung jari. Orang normal bisa
membedakan dua rangsangan pada ujung jari bila jarak kedua rangsangan pada
ujung jari tersebut lebih besar dari 3 mm. Ketajaman menentukan dua
rangsangan tersebut sangat tergantung pada bagian tubuh yang diperiksa, yang
terpenting adalah membandingkan kedua sisi.
Memeriksa pada tangan, pasien mengenal sebuah benda yang ditempatkan pada
masing-masing tangan dan diminta merasakan dengan jari-jarinya.
Ketidakmampuan mengenal benda dengan rabaan dan mata ditutup disebut
sebagai tactile agnosia atau astereognosis. Syarat pemeriksaan sensasi
protopatik dan proprioseptik harus baik
Gambar 21:
pemeriksaan
stereognosis
Membedakan berat antara dua benda, sebaiknya diusahakan bentuk dan besar
benda kurang lebih sama dengan berat benda. Syarat pemeriksaan adalah rasa
gerak dan posisi sendi harus baik.
Refleks dalam timbul oleh regangan otot yang disebabkan oleh rangsangan,
dan sebagai jawabannya maka otot berkontraksi. Refleks dalam juga dinamai
refleks regang otot (muscle stretch reflex).
Refleks (organik)
Refleks maseter
Refleks periosteum radialis (C5-6,N.radialis)
Pergelangan kaki pasien dipegang dengan tujuan supaya kaki tetap pada
tempatnya.
Untuk menstimulasi digunakan kayu geretan atau benda yang agak runcing.
Goresan harus dilakukan perlahan agar tidak menimbulkan nyeri karena
dapat menimbulkan refleks menarik kaki (flight reflex).
Goresan dilakukan pada bagian lateral dari telapak kaki, mulai tumit menuju
pangkal jari.
Refleks babinski positif jika terjadi gerakan dorsofleksi ibu jari serta
pengembangan jari-jari kaki.
normal
Gambar 25 : Babinski
sign
Refleks Chaddock
Refleks Oppenheim
Refleks Gordon
Stimulasi dengan memencet betis secara keras
Refleks Schaeffer
Stimulasi dengan memencet tendon Achilles secara keras.
Refleks Gonda
Refleks Bing
Refleks Mendel-Becheterew
Mengetuk –ketuk kulit dorsum pedis yang menutupi os kuboid maka akan
timbul fleksi jari-jari kaki di sendi–sendi interphalangeal.
Refleks Hoffmann
Sikap tangan pasien dan tangan si pemeriksa seperti pada gambar berikut
Stimulus: goresan pada kuku jari tengah pasien dengan ujung kuku ibu
jari si pemeriksa.
Respons: jari telunjuk terutama ibu jari dan jari-jari lainnya berfleksi
sejenak tiap kali kuku jari tengah pasien digores.
Gambar 34 :
Hoffmann reflex
Refleks Wartenberg
Sikap tangan pasien dan tangan si pemeriksa seperti pada gambar berikut
Refleks Leri
Gerakan reflektorik yang bangkit secara fisiologik pada bayi dan tidak
didapatkan pada anak-anak yang besar maupun orang dewasa. Fenomena ini
menandakan kemunduran fungsi susunan saraf pusat. Adapun refleks-refleks
yang menandakan proses regresi antara lain
Snout reflex
Respons: bibir atas dan bawah menjungur atau kontraksi otot –otot di
sekitar bibir atau di bawah hidung.
Refleks memegang
Refleks palmometal
Stimulus: goresan dengan ujung pensil atau ujung gagang palu refleks
terhadap kulit telapak tangan bagian tenar.
Respons: kontraksi M.mentalis dan orbikularis oris ipsilateral.
Sikap anggota gerak yang simetrik, santai dan tidak boleh tegang.
Adapun pemeriksaan refleks –refleks dalam yang akan dilakukan antara lain:
Sikap lengan bawah pasien setengah difleksikan di sendi siku dan sedikit
dipronasikan.
Tendon otot triseps diketuk.
Gambar 39 : triceps
reflex
Gambar 40 : patellar
reflex
Stimulasi berupa ketukan tepat pada tendon patela yang mana respon dari
pasien berupa tungkai bawah berekstensi.
Untuk mempermudah timbulnya refleksi tendon patela dan untuk
mengalihkan perhatian pasien , maka pasien disuruh untuk menarik kedua
tangan yang saling berkaitan pada jari-jarinya. Hal ini dikenal sebagai
jendrasic maneuver.
Gambar 41 : Achilles
reflex
Refleks maseter
Pasien diminta untuk sedikit membuka mulutnya dan selama membuka
mulut diminta untuk mengeluarkan suara 'aaaaaa'
Pemeriksa menempatkan jari telunjuk tangan kirinya di garis tengah dagu
dan dengan palu refleks dilakukan pengetukan dengan tangan kanan pada
jari telunjuk tangan kiri.
Jawaban yang diperoleh adalah kontraksi otot maseter dan temporalis
bagian depan yang menghasilkan penutupan mulut secara tiba-tiba.
Refleks ini hilang pada paralisis nuklearis dan infranuklearis N.trigeminus
dan meninggi pada lesi supranuklear N.trigeminus, terutama bila lesinya
bilateral.
Sikap lengan bawah pasien setengah difleksikan di sendi siku dan tangan
sedikit dipronasikan.
Periosteum ujung distal os radii diketuk
Refleks otot dinding perut ( bagian atas: T8-9, bagian tengah : T9-10, bagian
bawah : T11-12).
Pasien diminta berbaring telentang dengan kedua lengan lurus disamping
badan.
Memberi stimulasi berupa ketukan pada jari atau kayu penekan lidah yang
ditempatkan pada bagian atas, tengah, dan bawah dinding perut.
Responnya berupa otot dinding perut yang bersangkutan mengganjal.
Refleks kornea
Pasien diminta melirik ke atas atau ke samping, lalu di goreskan pada satu
sisi seutas kapas pada korneanya yang mana goresan tersebut
membangkitkan kedipan kelopak mata atas reflektorik secara bilateral.
Refleks bersin
Kulit dinding perut di gores dengan pensil, ujung gagang palu refleks atau
ujung kunci
Penggoresan dilakukan dari samping menuju ke garis tengah perut pada
setiap segmen, yaitu segmen epigastrik, supraumbilik, umbilik dan infra
umbilik.
Refleks kulit dinding perut hilang pada lesi piramidalis.
Refleks kremaster
Penggoresan dengan pensil, ujung gagang palu refleks atau ujung kunci
pada kulit paha bagian medial.
Responnya berupa elevasi testis ipsilateral.
Refleks ini menghilang pada lesi di segmen L.1-2, pada lansia, jika ada
hidrosel, varikosel, ataupun arkhitis dan epididimitis
Refleks gluteal
Dengan cara penggoresan atau ketukan pada kulit atau mukosa daerah
perianal.
Dengan cara penggoresan pada kulit telapak kaki yang mana responnya
pada orang sehat berupa plantarfleksi dan fleksi semua jari kaki .
Dikatakan responnya abnormal jika terjadi ekstensi serta pengembangan
jari-jari kaki dan elevasi ibu jari kaki.
Respon patologik ini merupakan salah satu tanda lesi di sistem piramidal.
DAFTAR PUSTAKA
Lumbangtobing, S.M. Prof. DR. Dr. 2004. NEUROLOGI Klinik Pemeriksaan Fisik Dan
Mental. Hal 88-145. Jakarta : FKUI
Sidharta, Priguana M.D, Ph.D. 1999. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Hal 393-
408. Jakarta : DIAN RAKYAT