OBOT-OBAT OTONOM
(SIMPATOMIMETIKA)
Disusun Oleh :
Nama : Salsyabila Wonika
NIM : PO.71.39.1.20.075
Kelas : Reguler II B
Dosen Pengampu:
Dewi Marlina, S.F., Apt., M.Kes
Ade Agustianingsih, S.Farm, Apt.
JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nyalah, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan pratikum
yang berjudul “Obat-Obat Otonom (Simpatomimetika)”. Penyusunan laporan pratikum ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi 1.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah Farmakologi 1 yang telah memberikan tugas terhadap kami. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman rekan belajar.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa laporan pratikum ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu, saya
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan dikemudian hari.
Demikianlah laporan pratikum ini saya buat, atas perhatian serta kritik dan sarannya,
saya ucapkan terima kasih
Salsyabila Wonika
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan.............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................3
2.1 Saraf Otonom....................................................................................................3
2.2 Saraf Simpatis...................................................................................................4
2.3 Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf Otonom pada Mata.................................8
2.4 Obat Sistem Saraf Otonom...............................................................................9
2.5 Obat Adrenergik...............................................................................................10
BAB III METODE PRATIKUM.....................................................................................13
3.1 Alat dan Bahan..................................................................................................13
3.2 Hewan yang Digunakan....................................................................................13
3.3 Pembuatan Bahan Penelitian............................................................................13
3.4 Prosedur percobaan...........................................................................................13
3.5 Pelaporan..........................................................................................................13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................15
4.1 Hasil Pengamatan.............................................................................................15
4.2 Pembahasan......................................................................................................15
BAB III PENUTUP............................................................................................................17
5.1 Kesimpulan..........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................18
LAMPIRAN.......................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
1
Secara umum dapat dikatakan bahwa system simpatis dan parasimpatis memperlihatkan
fungsi antagonis. Bila yang satu menghambat suatu fungsi maka yang lain memacu fungsi
tersebut. Contoh midriasis terjadi dibawah pengaruh saraf simpatis dan miosis dibawah
pengaruh parasimpatis.
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan diatas, maka praktikkan berkeinginan
untuk menguji efek farmakologi beberapa obat pada sistem saraf simpatis hewan uji untuk
mengetahui efek timbul yang terjadi setelah pemberian obat.
Ganglion lainnya (simpatis) berhubungan dengan rangkaian dua ganglionbesar, ini bersama
serabutnya membentuk pleksus-pleksus simpatis:
a. Pleksus kardio, terletak dekat dasar jantung serta mengarahkan cabangnya ke daerah
tersebut dan paru-paru.
b. Pleksus seliaka, terletak di sebelah belakang lambung dan mempersarafi organ-organ
dalam rongga abdomen.
d. Pleksus mesentrikus (pleksus higratrikus), terletak depan sakrum dan mencapai organ-
organ dalam pelvis. Sistem simpatis ini terdiri dari serangkaian urat kembar yang
bermuatan ganglion, urat-urat ini bergerak dari dasar tengkorak yang terletak di depan
koksi sebagai ganglion koksi. Ganglion-ganglion itu berpasangan dan disebarkan dari
derah-daerah pengikut: daerah leher tiga pasang ganglion servikal, daerah dada 11
pasang ganglion torakal, daerah pinggang empat pasang ganglion lumbal, daerah pelvis
empat pasang ganglion sakral, dan di depan koksi satu pasang ganglion koksigis.
Orde neuron pertama akan bersinaps pada area yang disebut dengan Ciliospinal center of
Budge-Waller. Orde neuron kedua berasal dari medula spinalis menuju ganglion servikal
tengah medial dan inferior dan berakhir di ganglion servikal superior. Orde neuron ketiga
berasal dari ganglion servikal superior menuju nervus siliari panjang akan mempersarafi otot
dilator menyebabkan midriasis. Serabut saraf menuju nervus okulomotor bagian superior
mempersarafi otot tarsal superior yang akan menyebabkan retraksi palpebral dan pelebaran
fisura palpebra.
3.4 Pelaporan
Tabel Pengamatan Efek obat Simpatomimetika pada Kelinci
Mata Kelinci
Denyut
Kelinci Kanan Kanan (Disinari) Kiri Kiri (Disinari)
Jantung
Horizontal Vertikal Horizontal Vertikal Horizontal Vertikal Horizontal Vertikal
Keadaan
Normal
2 Tetes
Efedrin Mata
Kanan
2 Tetes
Epinefrin
Mata Kiri
2 Tetes
Prostigmin
Mata Kanan
2 Tets Efedrin
Mata Kiri
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Pada pratikum ini dilakukan pengujian efek obat simpatomimetika terhadap mata
hewan uji menggunakan kelinci albino. Aktifitas sistem saraf simpatis terjadi pada tubuh jika
dihadapkan dalam keadaan yang mengancam dan disebut respon fight and flight. Stimulasi
sistem saraf simpatis akan menyebabkan peningkatan denyut jantung, peningkatan frekuensi
nafas, vasokontriksi pembuluh darah tepi, dilatasi pupil, penurunan aktivitas sistem
pencernaan dan sistem traktus urinanius.
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Sistem saraf simpatik adalah sistem saraf otonom yang bekerja di luar kesadaran tubuh
(tidak sadar). Aktifitas sistem saraf simpatis terjadi pada tubuh jika dihadapkan dalam
keadaan yang mengancam dan disebut respon fight and flight. Stimulasi sistem saraf simpatis
akan menyebabkan peningkatan denyut jantung, peningkatan frekuensi nafas, vasokontriksi
pembuluh darah tepi, dilatasi pupil, penurunan aktivitas sistem pencernaan dan sistem traktus
urinanius.
Setelah melakukan praktikum dengan melakukan pengujian efek simpatis pada kelinci
albino yaitu pada bagian mata dengan menggunakan obat Postigmin dan
diperoleh data perbandingan diameter pada masing-masing pupil mata kanan dan kiri. Dan
diamati perubahan yang terjadi, dapat disimpulkan bahwa pemberian beberapa obat tersebut
dapat mempengaruhi kerja saraf otonom terutama pada bagian mata kelinci yang
menyebabkan pupil membesar ataupun mengecil serta meningkatkan denyut jantung pada
kelinci karena efek sistem saraf simpatis.
DAFTAR PUSTAKA
Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks H. Ganong’s review of medical physiology.
Edisi ke-23. USA: McGraw Hill; 2010. hlm. 129-139, 261- 266.
Bartlett JD, Jaanus SD. Pharmacology of ocular drugs. Dalam: Clinical ocular pharmacology.
Edisi ke-5. California: Elsevier; 2008. hlm. 113- 121, 125-137.
Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Neuro-ophthalmology anatomy. Dalam: Neuro-
ophthalmology. 2016. hlm.55-58.
Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Ocular Pharmacotherapeutics. Dalam: Fundamentals and
Principles of Ophthalmology. 2016. hlm. 307-321.
Hall JE. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. Ed 13. USA: Elsevier. 2016.
Hlm.773-80.
Katzung BG. Obat otonom. Dalam: Farmakologi klinik dasar. Edisi ke12. Jakarta: EGC;
2012. hlm. 87-184.
Marlina, Dewi, dan Ade Agustianingsih. 2021. Modul Pratikum Farmakologi I. Poltekkes
Kemenkes Palembang.
Miller NR, Walsh FB, Hoyt WF. Anatomy and physiology of the autonomic nervous system.
Dalam: Walsh and Hoyt's clinical neuroophthalmology. Edisi ke-6. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; . hlm. 650-797.
Remington LA. Autonomic innervation of oculars structures. Dalam: Clinical anatomy of the
visual system. Edisi ke-2. USA: Elsevier Health Sciences; 2005. hlm. 254-262.
Skuta GL CL, Weiss JS. Basic and Clinical Science Course: Neuroophthalmology. Section 5.
American Academy of Ophthalmology, editor. San Fransisco: European Board of
Ophthalmology Subcomittee. 2017-2018. Hlm. 79-85.
Snell RS. Clinical neuroanatomy. Ed 7. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2010.
Hlm. 397-412. 3.
LAMPIRAN
Penimbangan Kelinci
Lampiran
Proses Pengukuran Pupil Mata Kelinci
SOAL
1. Apakah setelah dibieri pilokarpin sudah miosis maksimal ?
Setelah kelinci diberi pilokarpin pada kedua mata kelinci mengalami pengecilan pupil sebesar 1mm dari keadaan
normal baik disinari maupun tidak disinari, kecuali pada mata kiri secara vertikal tidak disinari mengalami
pengecilan pupil sebesar 2mm.