PERCOBAAN VIII
(SIMPATOMIMETIKA)
DISUSUN OLEH:
NAMA : Ciarolin Wulandari
KELAS : Reguler 2A
NIM : PO.71.39.1.20.002
DOSEN PEMBIMBING:
1. DEWI MARLINA, S.F., Apt., M.Kes
2. ADE AGUSTIANINGSIH, , S.Farm, Apt
Paraf Nilai
Carolin Wulandari
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang Praktikum............................................................................................
B. Maksud dan Tujuan Praktikum....................................................................................
C. Prinsip Praktikum...........................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................
BAB III METODE KERJA................................................................................................
A. Alat yang digunakan.......................................................................................................
B. Bahan yang digunakan...................................................................................................
C. Pelaksanaan Praktikum..................................................................................................
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN...............................................
A. Hasil Pengamatan............................................................................................................
B. Pembahasan.....................................................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................
A. Kesimpulan ................................................................................................................................
B. Saran...........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
LAMPIRAN..........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan Percobaan
Setelah menyelesaikan percobaan ini, mahasiswa dapat Mengamati efek beberapa
obat pada system saraf simpatis terutama pada mata.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Sistem saraf otonom merupakan saraf yang bekerjatanpa dikendalikan oleh
kesadaran umum namun dapat berjalan sesuai fungsinya. Sistem saraf ini berfungsi
mengendalikan dan memelihara organ-organ tubuh bagian dalam misalnya jantung,
saluran nafas, saluran cerna, kelenjar-kelenjar dan pembuluh darah. Obat-obat otonom
simpatomimtika terutama bekerja pada reseptor yang diperantarai syaraf simpatik.
Terutama golongan obat adrenergic karena efeknya mirip perangsangan syaraf adrenergik
atau efek neurotransmitter adrenergik. Syaraf simpatik terutama memberi respons
terhadap stimulus “ fight or flight”
Fungsi dari saraf simpatis adalah untuk mempersiapkan diri dalam keadaan darurat,
merespons situasi yang tidak menyenangkan dan penuh tekanan (stress), serta keadaan
ancaman dari luar. Oleh karena itu, dengan mduah efek dominansi simaptis adalah
adanya keadaan fight-or-flight. Dengan demikian, dapat dippeningkatan denyut jantung,
tekanan darah, pelebran pembuluh darah,erkirakaan apa efek yang ditimbulkan akibat
perangsangan simpatis, seperti peningkatan denyut dan kekuatan kontraksi jantung,
pemecahan glikogen, pelebaran pembuluh darah, pelebaran pupil, berkeringat, dan
penurunan sementara fungsi sistem pencernaan dan perkemihan. 1 Pengaruh aktivasi
sistem saraf simpatis terhadap kelenjar saliva adalah sekresi saliva yang kental dan kaya
akan lendir. Efek lengkap dapat dilihat di lembaran lampiran.
Secara umum dapat dikatakan bahwa system simpatis dan parasimpatis
memperlihatkan fungsi antagonis. Bila yang satu menghambat suatu fungsi maka yang
lain memacu fungsi tersebut. Contoh midriasis terjadi dibawah pengaruh saraf simpatis
dan miosis dibawah pengaruh parasimpatis.
Respon sel efektor pada peransangan saraf otonom.
Impuls Impuls
Organ efektor adrenergik/simpatis kolinergik/parasimpatik
Mata Midriasis Miosis
Jantung Denyut bertambah Denyut menurun
Vena Konstriksi, dilatasi -
Sekresi kel. Lbng Berkurang Bertambah
Alat kelamin Ejakulasi Ereksi
Kel. Keringat Sekresi local Sekresi umum
BAB III
METODE KERJA
SIMPATOMETIKA
A. Hasil Pengamatan
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikkum yang telah kami lakukan mengenai “Obat-obat otonom
(Simpatomimetika)” dalam praktikkum ini kami menggunakan hewan coba kelima dengan
berat badan 302 gram.Obat yang digunakan adalah Efedrin, Epinefrin, dan prostigmin yang
diberikan dengan cara meneteskan ke mata hewan coba. Tujuan dari melakukan praktikkum
kali ini untuk mengukur diameter pupil mata hewan coba setelah diteteskan obat dan
memahami efek beberapa obat pada system saraf simpatis terutama pada mata. Pupil mata
yang diukur, yaitu bagian mata kanan dan kiri baik horizontal dan vertical dan dalam keadaan
yang disinari dan tidak disinari. Sebelum itu kelinci ditetesi obat, ukur terlebih dahulu denyut
jantung hewan coba dan ukur pupil matanya dalam keadaan normal.
Didapatkan hasil pengamatan, yaitu kelinci dengan berat 302 gram yang ditetesi 2 tetes
efedrin pada mata kanan, lalu dihitung denyut jantungnya didapatkan hasil 140/menit, setelah
5 menit diukur pupil matanya lalu bandingkan mata kanan dengan mata kiri, didapatkan hasil
pada saat mata hewan coba ditetesi efedrin mengalami pelebaran (midriasis) pada mata kanan
dan keadaan normal. Kemudian mata kiri ditetesi epinefrin 2 tetes, lalu dihitung denyut
jantungnya didapatkan hasil 150/menit setelah 15-20 menit diukur pupil matanya
dibandingkan mata kanan dengan mata kiri, didapatkan hasil bahwa ketika mata kiri ditetesi
epinefrin pupil mata menglami pelebaran juga (midriasis). Setelah itu mata kanan kanan
ditetesi dengan prostigmin 2 tetes, lalu hitung denyut jantungnya didapatkan hasil 137/menit,
setelah 20 menit diukur pupil matanya dibandingkan mata kanan dengan mata kiri ,
didapatkan hasil bahwa mata kanan yang ditetesi prostigmin mengalami pengecilan (miosis).
Lalu mata kiri ditetesi dengan efedrin 2 tetes, lalu dihitung denyut jantungnya, didapatkan
hasil 142/menit, setelah 10 menit diukur pupil matanya dibandingkan mata kanan dengan
mata kiri, didapatkan hasil mata kiri mengalami pelebaran kembali (midriasis).
Dari data tersebut dapat diketahuibahwa mekanisme kerja efedrin pada penetesan local
pada mata menimbulkan midriasis dan meningkatkan kecepatan denyut jantung, sama halnya
dengan epinefrin mekanismenya jika obat diteteskan pada mata, maka mata akan mengalami
midriasis dan denyut jantung meningkat. Sedangkan prostigmin menyebabkan mata
mengalami miosis dan menurunkan kecepatan denyut jantung. Midriasis adalah istilah medis
yang digunakan untuk menggambarkan adanya pelebaran pupil yang tidak normal.
Umumnya, pupil seseorang akan melebar ketika cahaya disekitarnya neredup. Pelebaran
tersebut dilakukan untuk menangkap lebih banyak cahaya oleh mata. Lawan dari midriasis
adalah miosis, yaitu kondisi mengalami kontraksi sehingga ukurannya mengecil, namun
bukan karena factor cahaya.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikkum yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa system
saraf otonom secara involunter mempengaruhi fungsi fisiologis pada mata. Sistem saraf
simpatis menyebabkan midriasis, retraksi palpebral superior, vasokonstriksi, dan berperan
dalam proses produksi humor akuos, contoh obat yang termasuk kedalam golongan ini adalah
efedrin dan epinefrin. Sistem saraf parasimpatis menyebabkan miosis, akomodasi lensa,
lakrimasi, vasodilatasi, dan mengatur tekanan intaokular melalui aliran darah mata, contoh
obat yang termasuk kedalam golongan ini adalah prostigmin.
DAFTAR PUSTAKA
Brunton, L.L., 2011. Goodman and Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics,
12thedition, USA: McGraw Hill Companies.
Katzung, B.G. & Trevor, A.J., 2015. Basic and Clinical Pharmacology, 13th edition, USA:
McGraw Hill Education.
Lullman, H., Mohr, K., Hein, L., & Bieger, D., 2004. Color Atlas of Pharmacology, 3
rd edition, New York: Thieme.
Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., Flower, R.J., & Henderson, G., 2012. Rang and Dale’s
Pharmacology, 7th edition, China: Elsevier.
Sulistia, G.G., 2017. Farmakologi dan Terapi, edisi 6. Departemen Farmakologi dan Terapi,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
LAMPIRAN
Diameter mata kelinci (pupil) ditetesi efedrin 2 tetes pada mata kanan
Diameter mata kelinci (pupil) ditetesi Epineprin 2 tetes pada mata kiri
kiri tidak disinari kiri disinari
Vertikal horizontal vertikal horizontal
( 5mm ) ( 5mm ) ( 4mm ) ( 4mm )
Diameter mata kelinci (pupil) ditetesi prostigmin 2 tetes pada mata kanan
Diameter mata kelinci (pupil) ditetesi Epedrin 2 tetes pada mata kiri setelah 10 menit
kiri tidak disinari kiri disinari
Vertikal horizontal vertikal horizontal
( 5mm ) ( 6mm ) ( 4mm ) ( 4mm )