Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1

PERCOBAAN VIII

OBAT – OBAT OTONOM

(SIMPATOMIMETIKA)

DISUSUN OLEH:
NAMA : Ciarolin Wulandari
KELAS : Reguler 2A
NIM : PO.71.39.1.20.002

DOSEN PEMBIMBING:
1. DEWI MARLINA, S.F., Apt., M.Kes
2. ADE AGUSTIANINGSIH, , S.Farm, Apt

Paraf Nilai

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG


JURUSAN FARMASI
TAHUN AJARAN 2022/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
taufik dan hidayah-Nyalah, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Farmakologi 1 Percobaan IX yang berjudul “Efek Obat Analgetik Terhadap Hewan Uji” ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Farmakologi 1 Tahun 2021. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang efek obat Analgetik pada hewan uji mencit.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dewi Marlina, S.F., Apt., M.Kes dan Ibu
Ade Agustianingsih, S.Farm., Apt selaku Dosen Farmakologi 1 yang telah memberikan tugas
ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang luas. Kami juga
mengucapkan terima kasih atas bantuannya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum ini.
Kami menyadari, laporan yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami berharap kritik dan saran dari rekan-rekan sebagai masukan bagi kami untuk
kedepannya lebih baik.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Palembang, 24 November 2021

Carolin Wulandari
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang Praktikum............................................................................................
B. Maksud dan Tujuan Praktikum....................................................................................
C. Prinsip Praktikum...........................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................
BAB III METODE KERJA................................................................................................
A. Alat yang digunakan.......................................................................................................
B. Bahan yang digunakan...................................................................................................
C. Pelaksanaan Praktikum..................................................................................................
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN...............................................
A. Hasil Pengamatan............................................................................................................
B. Pembahasan.....................................................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................
A. Kesimpulan ................................................................................................................................
B. Saran...........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
LAMPIRAN..........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktikum


Sistem saraf otonom merupakan sistem saraf eferen (motorik) yang mempersarafi
organ - organ dalam seperti otot-otot polos, otot jantung, dan berbagai kelenjar. Sistem
ini melakukan fungsi kontrol, semisal: kontrol tekanan darah, motilitas gastrointestinal,
sekresi gastrointestinal, pengosongan kandung kemih, proses berkeringat, suhu tubuh,
dan beberapa fungsi lain. Karakteristik utama SSO adalah kemampuan memengaruhi
yang sangat cepat (misal: dalam beberapa detik saja denyut jantung dapat meningkat
hampir dua kali semula, demikian juga dengan tekanan darah dalam belasan detik,
berkeringat yang dapat terlihat setelah dipicu dalam beberapa detik, juga pengosongan
kandung kemih). Obat otonom adalah obat yang bekerja pada berbagai bagaian susunan
saraf otonom, mulai dari sel saraf sampai dengan sel efektor. Banyak obat dapat
mempengaruhi organ otonom, tetapi obat otonom mempengaruhinya secara spesifik dan
bekerja pada dosis kecil. Obat-obat otonom bekerja mempengaruhi penerusan impuls
dalam susunan saraf otonom dengan jalan mengganggu sintesa, penimbunan,
pembebasan atau penguraian neurohormon tersebut dan khasiatnya atas reseptor spesifik.
Obat simpatomimetik ini dapat digolongkan sesuai dengan cara kerja dan
spectrum dari reseptor yang diaktifkan. Beberapa dari obat ini seperti,
norepinephire, epinephrine!, dapat bereaksi langsung, yaitu berinteraksi dan
mengaktifkan adrenoreseptor. Sebagian lagi bekerja tidak langsung, dimana
kerjanya sangat tergantung pada pelepasan katekolamine endogen saja.

B. Tujuan Percobaan
Setelah menyelesaikan percobaan ini, mahasiswa dapat Mengamati efek beberapa
obat pada system saraf simpatis terutama pada mata.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan
Sistem saraf otonom merupakan saraf yang bekerjatanpa dikendalikan oleh
kesadaran umum namun dapat berjalan sesuai fungsinya. Sistem saraf ini berfungsi
mengendalikan dan memelihara organ-organ tubuh bagian dalam misalnya jantung,
saluran nafas, saluran cerna, kelenjar-kelenjar dan pembuluh darah. Obat-obat otonom
simpatomimtika terutama bekerja pada reseptor yang diperantarai syaraf simpatik.
Terutama golongan obat adrenergic karena efeknya mirip perangsangan syaraf adrenergik
atau efek neurotransmitter adrenergik. Syaraf simpatik terutama memberi respons
terhadap stimulus “ fight or flight”
Fungsi dari saraf simpatis adalah untuk mempersiapkan diri dalam keadaan darurat,
merespons situasi yang tidak menyenangkan dan penuh tekanan (stress), serta keadaan
ancaman dari luar. Oleh karena itu, dengan mduah efek dominansi simaptis adalah
adanya keadaan fight-or-flight. Dengan demikian, dapat dippeningkatan denyut jantung,
tekanan darah, pelebran pembuluh darah,erkirakaan apa efek yang ditimbulkan akibat
perangsangan simpatis, seperti peningkatan denyut dan kekuatan kontraksi jantung,
pemecahan glikogen, pelebaran pembuluh darah, pelebaran pupil, berkeringat, dan
penurunan sementara fungsi sistem pencernaan dan perkemihan. 1 Pengaruh aktivasi
sistem saraf simpatis terhadap kelenjar saliva adalah sekresi saliva yang kental dan kaya
akan lendir. Efek lengkap dapat dilihat di lembaran lampiran.
Secara umum dapat dikatakan bahwa system simpatis dan parasimpatis
memperlihatkan fungsi antagonis. Bila yang satu menghambat suatu fungsi maka yang
lain memacu fungsi tersebut. Contoh midriasis terjadi dibawah pengaruh saraf simpatis
dan miosis dibawah pengaruh parasimpatis.
Respon sel efektor pada peransangan saraf otonom.
Impuls Impuls
Organ efektor adrenergik/simpatis kolinergik/parasimpatik
Mata Midriasis Miosis
Jantung Denyut bertambah Denyut menurun
Vena Konstriksi, dilatasi -
Sekresi kel. Lbng Berkurang Bertambah
Alat kelamin Ejakulasi Ereksi
Kel. Keringat Sekresi local Sekresi umum
BAB III
METODE KERJA

A. Alat dan Bahan yang digunakan

 Alat yang digunakan

1. Penggaris Dengan Skala Milimeter


2. Pipet Tetes
3. Lampu Senter

 Bahan yang digunakan


1. Efedrin 0,036 %
2. Epinefrin 0,086 %
3. Prostigmin 0,023 %

 Hewan yang digunakan


1. Kelinci Albino
B. Pelaksanaan Praktikum / Cara Kerja

SIMPATOMETIKA

Digunakan satu kelinci / Kelompok

Di tetesi mata kanan 2 tetes Efedrin, 5 menit kemudian bandingkan


mata kanan dan kiri

Lalu mata kiri ditetesi 2 tetes Epinefrin dan 15 – 20 menit


kemudian, bandingkan. Tes terhadap lampu senter refleksi kornea.
Keadaan vasa darah pada konjuctiva

Setelah 20 menit, mata kanan ditetesi 2 tetes Prostigmin, catat

10 menit kemudian ditetesi mata kiri 2 tetes Efedrin, acatat

Dibuat data tabulasi ukuran diameter pupil mata yang


ditetesi masing – masing obat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Mata Kelinci (Pupil)


Denyut
N Dosis BB Jantung Kanan tidak Kanan disinari Kiri tidak disinari Kiri disinari
o disinari
vertika horizontal vertika horizonta vertika horizontal vertika horizontal
l l l l l
1 Sebelum 302 121 / 4 mm 4 mm 3 mm 3 mm 4 mm 5 mm 3 mm 4 mm
ditetesi (g) menit
2 Efedrin 140 / 5 mm 5 mm 4 mm 3 mm 4 mm 5 mm 3 mm 4 mm
(kanan) menit
3 Epinefrin 150 / 5 mm 5 mm 4 mm 4 mm 5 mm 5 mm 4 mm 4 mm
(kiri) menit
4 Prostigmin 137 / 4 mm 4 mm 3 mm 3 mm 4 mm 4 mm 3 mm 3 mm
(kanan) menit
5 Efedrin 142 / 4 mm 5 mm 4 mm 3 mm 5 mm 6 mm 4 mm 4 mm
(kiri) menit

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikkum yang telah kami lakukan mengenai “Obat-obat otonom
(Simpatomimetika)” dalam praktikkum ini kami menggunakan hewan coba kelima dengan
berat badan 302 gram.Obat yang digunakan adalah Efedrin, Epinefrin, dan prostigmin yang
diberikan dengan cara meneteskan ke mata hewan coba. Tujuan dari melakukan praktikkum
kali ini untuk mengukur diameter pupil mata hewan coba setelah diteteskan obat dan
memahami efek beberapa obat pada system saraf simpatis terutama pada mata. Pupil mata
yang diukur, yaitu bagian mata kanan dan kiri baik horizontal dan vertical dan dalam keadaan
yang disinari dan tidak disinari. Sebelum itu kelinci ditetesi obat, ukur terlebih dahulu denyut
jantung hewan coba dan ukur pupil matanya dalam keadaan normal.
Didapatkan hasil pengamatan, yaitu kelinci dengan berat 302 gram yang ditetesi 2 tetes
efedrin pada mata kanan, lalu dihitung denyut jantungnya didapatkan hasil 140/menit, setelah
5 menit diukur pupil matanya lalu bandingkan mata kanan dengan mata kiri, didapatkan hasil
pada saat mata hewan coba ditetesi efedrin mengalami pelebaran (midriasis) pada mata kanan
dan keadaan normal. Kemudian mata kiri ditetesi epinefrin 2 tetes, lalu dihitung denyut
jantungnya didapatkan hasil 150/menit setelah 15-20 menit diukur pupil matanya
dibandingkan mata kanan dengan mata kiri, didapatkan hasil bahwa ketika mata kiri ditetesi
epinefrin pupil mata menglami pelebaran juga (midriasis). Setelah itu mata kanan kanan
ditetesi dengan prostigmin 2 tetes, lalu hitung denyut jantungnya didapatkan hasil 137/menit,
setelah 20 menit diukur pupil matanya dibandingkan mata kanan dengan mata kiri ,
didapatkan hasil bahwa mata kanan yang ditetesi prostigmin mengalami pengecilan (miosis).
Lalu mata kiri ditetesi dengan efedrin 2 tetes, lalu dihitung denyut jantungnya, didapatkan
hasil 142/menit, setelah 10 menit diukur pupil matanya dibandingkan mata kanan dengan
mata kiri, didapatkan hasil mata kiri mengalami pelebaran kembali (midriasis).
Dari data tersebut dapat diketahuibahwa mekanisme kerja efedrin pada penetesan local
pada mata menimbulkan midriasis dan meningkatkan kecepatan denyut jantung, sama halnya
dengan epinefrin mekanismenya jika obat diteteskan pada mata, maka mata akan mengalami
midriasis dan denyut jantung meningkat. Sedangkan prostigmin menyebabkan mata
mengalami miosis dan menurunkan kecepatan denyut jantung. Midriasis adalah istilah medis
yang digunakan untuk menggambarkan adanya pelebaran pupil yang tidak normal.
Umumnya, pupil seseorang akan melebar ketika cahaya disekitarnya neredup. Pelebaran
tersebut dilakukan untuk menangkap lebih banyak cahaya oleh mata. Lawan dari midriasis
adalah miosis, yaitu kondisi mengalami kontraksi sehingga ukurannya mengecil, namun
bukan karena factor cahaya.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikkum yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa system
saraf otonom secara involunter mempengaruhi fungsi fisiologis pada mata. Sistem saraf
simpatis menyebabkan midriasis, retraksi palpebral superior, vasokonstriksi, dan berperan
dalam proses produksi humor akuos, contoh obat yang termasuk kedalam golongan ini adalah
efedrin dan epinefrin. Sistem saraf parasimpatis menyebabkan miosis, akomodasi lensa,
lakrimasi, vasodilatasi, dan mengatur tekanan intaokular melalui aliran darah mata, contoh
obat yang termasuk kedalam golongan ini adalah prostigmin.
DAFTAR PUSTAKA

Sufriyana, H., & Salim, H. M. (2017). Modul Praktikum Farmakologi.

Brunton, L.L., 2011. Goodman and Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics,
12thedition, USA: McGraw Hill Companies.

Katzung, B.G. & Trevor, A.J., 2015. Basic and Clinical Pharmacology, 13th edition, USA:
McGraw Hill Education.

Lullman, H., Mohr, K., Hein, L., & Bieger, D., 2004. Color Atlas of Pharmacology, 3
rd edition, New York: Thieme.

Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., Flower, R.J., & Henderson, G., 2012. Rang and Dale’s
Pharmacology, 7th edition, China: Elsevier.

Sulistia, G.G., 2017. Farmakologi dan Terapi, edisi 6. Departemen Farmakologi dan Terapi,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
LAMPIRAN

Diameter mata kelinci (pupil) sebelum ditetesi


Kanan tidak disinari Kanan disinari Kiri tidak disinari Kiri disinari
Vertikal horizontal vertikal horizontal vertikal horizontal vertikal horizontal
( 4 mm ) ( 4mm ) ( 3mm ) ( 3mm ) ( 4mm ) ( 5mm ) ( 3mm ) ( 4mm )

Diameter mata kelinci (pupil) ditetesi efedrin 2 tetes pada mata kanan

Kanan tidak disinari Kanan disinari


Vertikal horizontal vertikal horizontal
( 5mm ) ( 5mm ) ( 4mm ) ( 3mm )

Diameter mata kelinci (pupil) ditetesi Epineprin 2 tetes pada mata kiri
kiri tidak disinari kiri disinari
Vertikal horizontal vertikal horizontal
( 5mm ) ( 5mm ) ( 4mm ) ( 4mm )

Diameter mata kelinci (pupil) ditetesi prostigmin 2 tetes pada mata kanan

Kanan tidak disinari Kanan disinari


Vertikal horizontal vertikal horizontal
( 4mm ) ( 4mm ) ( 3mm ) ( 3mm )

Diameter mata kelinci (pupil) ditetesi Epedrin 2 tetes pada mata kiri setelah 10 menit
kiri tidak disinari kiri disinari
Vertikal horizontal vertikal horizontal
( 5mm ) ( 6mm ) ( 4mm ) ( 4mm )

Anda mungkin juga menyukai