Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

‘’MIDRATIK-MIOTIK”

Disusun oleh
Kelompok 2D Farmasi 2017:
Anida Yuana Muslim 11171020000079
Munasyifa Azizaturrahmah 11171020000085
Nurfadhilah Hasibuan 11171020000089
Erza Agustia 11171020000091
Citri Ayu Bleyzensky 11171020000092
Ikhtiar Inayahdin 11171020000096
Dosen pembimbing

Yardi, MSi, PhD, Apt

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

APRIL/2019
DAFTAR ISI

BAB I..........................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................4
BAB III.......................................................................................................................................................7
ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA.............................................................................................7
3.1 Alat dan Bahan..................................................................................................................................7
3.2 Prosedur Kerja..........................................................................................................................7
BAB IV.......................................................................................................................................................8
HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................................................................8
4.1 HASIL...............................................................................................................................................8
4.2 PEMBAHASAN................................................................................................................................9
BAB V.......................................................................................................................................................12
KESIMPULAN DAN LAMPIRAN..........................................................................................................12
5.1 KESIMPULAN...............................................................................................................................12
5.2 LAMPIRAN....................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Seiring berjalannya waktu semakin banyak orang-orang yang terkena atau terjangkit
suatu penyakit, hal ini bisa disebabkan karena pola hidup yang tidak sehat, maka berbagai
penyakit dapat muncul dan bukan hanya memberikan dampak buruk pada satu organ namun
bisa jadi juga memberikan dampak yang kurang baik pada organ tubuh yang lain. Penyakit-
penyakit tersebut biasanya memberikan dampak negative pada organ yang sensitif,
contohnya mata. Adapun penyakit yang memberika dampak buruk pada mata adalah,
glaucoma, dll. Glaucoma dapat menyebabkan kebutaan pada mata

Midriatik dan miotik adalah obat yang digunakan dalam dunia medis untuk mengatasi
pengecilan ataupun pembesaran pupil bola mata yang dikarenakan adanya dampak negative
suatu penyakit. Contohnya, Glaukoma adalah kerusakan saraf mata akibat meningkatnya
tekanan pada bola mata. Meningkatnya tekanan bola mata ini terjadi akibat gangguan pada
sistem aliran cairan mata. Seseorang yang menderita kondisi ini dapat merasakan gejala
berupa gangguan penglihatan, nyeri pada mata, hingga sakit kepala. Meningkatnya tekanan
pada bola mata ini lah yang akan membuat mata mengecil dan kesulitan untuk melihat. Maka
dari itu, di sinilah peranan midriatik yang akan memperbesar pupil mata.

Adapun peranan dari obat miotik adalah memperkecil pupil bola mata. Kedua peranan
dari obat ini sangat berguna bagi masyarakat yang membutuhkan sekaligus mengurangi
dampak buruk dari suatu penyakit.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana pengaruh obat miotik dan midriatik pada lebar pupil tikus?
 Bagaimana keadaan lebar pupil sebelum dan sesudah pemberian obat - obat miotik dan
midriatik?
 Bagaimana mekanisme kerja obat yang terpengaruh terhadap lebar pupil?

1.3 Tujuan
 Mengamati pengaruh obat-obat miotik dan midriatik pada lebar pupil kelinci.
 Membandingkan lebar pupil sebelum dan sesudah pemberian obat-obat miotik dan
midriatik.
 Menjelaskan mekanisme kerja obat-obat yang terpengaruh terhadap lebar pupil, antara
lain ephedrin, hematropin, pilocarpin dan prostigmin.
 Memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Farmakologi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus olehtiga lapisan, yaitu
sklera/kornea, koroid/badan siliaris/iris, dan retina.Struktur mata manusia berfungsi utama untuk
memfokuskan cahaya keretina. Semua komponen–komponen yang dilewati cahaya sebelum
sampai ke retina mayoritas berwarna gelap untuk meminimalisir pembentukan bayangan gelap
dari cahaya. Kornea dan lensa berguna untuk mengumpulkan cahaya yang akan difokuskan ke
retina, cahaya ini akan menyebabkan perubahan kimiawi pada sel fotosensitif di retina. Hal ini
akan merangsang impuls–impuls syaraf ini dan menjalarkannya ke otak. Midriatik adalah
golongan obat yang mempengaruhi dilatasi atau ukuran pupil bola mata dapat membesar
(midriasis) atau mengecil (miosis), obat-obat golongan ini contohnya atropine sulfat dan
pilokarpin HCL.

1. Obat Midriatikum

Adalah obat yang digunakan untuk membesarkan pupil mata, Juga digunakan untuk
siklopegia (dengan melemahkan otot siliari)sehingga memungkinkan mata untuk fokus pada
obyek yang dekat. Obat midriatikum menggunakan tekanan pada efeknya denganmemblokade
inervasi dari pupil spingter dan otot siliari.

Obat untuk midriatikum bisa dari golongan obat simpatomimetik danantimuskarinik,


sedangkan obat untuk Siklopegia hanya obat darigolongan antimuskarinik.

Obat midriatikum-siklopegia :

 Atropine sulfat.
 Homatropine.
 Tropicamide.
 Atropin Sulfat
Atropin adalah senyawa berbentuk kristal putih,rasa sangat pahit,titik lebur 115° dan terdiri
dari amine antimuscarinic tersier. Atropin merupakanantagonis reseptor kolinergik yang diisolasi
dari Atropa belladona L, Daturastramonium L dan tanaman lain dari family Solanaceae. Atropin
merupakan agen preanestesi yang digolongkan sebagai antikolinergik atau parasimpatolitik.
Atropin sebagai prototip antimuskarinik mempunyai kerjamenghambat efek asetilkolin pada
syaraf postganglionik kolinergik dan ototpolos. Hambatan ini bersifat reversible dan dapat diatasi
dengan pemberianasetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian antikolinesterase.

Mekanisme kerja Atropine memblok aksi kolinomimetik pada reseptor muskarinik secara
reversible (tergantung jumlahnya) yaitu, hambatan olehatropine dalam dosis kecil dapat diatasi
oleh asetilkolin atau agonis muskarinik yang setara dalam dosis besar. Hal ini menunjukan
adanya kompetisi untuk memperebutkan tempat ikatan. Hasil ikatan pada reseptor muskarinik
adalah mencegah aksi seperti pelepasan IP3 dan hambatan adenilil siklase yang diakibatkan oleh
asetilkolin atau antagonis muskarinik lainnya. (Jay dan Kirana,2002). Atropin dapat
menimbulkan beberapa efek, misalnya pada susunan syaraf pusat, merangsang medulla
oblongata dan pusat lain di otak, menghilangkan tremor, perangsang respirasi akibat dilatasi
bronkus, pada dosis yang besar menyebabkan depresi nafas, eksitasi, halusinasi dan lebih lanjut
dapat menimbulkan depresi dan paralisa medulla oblongata. Efek atropin pada mata
menyebabkan midriasis dan siklopegia. Pada saluran nafas, atropin dapat mengurangi sekresi
hidung, mulut dan bronkus. Efek atropin pada sistem kardiovaskuler (jantung) bersifat bifasik
yaitu atropin tidak mempengaruhi pembuluh darah maupun tekanan darah secara langsung dan
menghambat vasodilatasi oleh asetilkolin. Pada saluran pencernaan, atropin sebagai
antispasmodik yaitu menghambat peristaltik usus dan lambung, sedangkan pada otot polos
atropin mendilatasi pada saluran perkencingan sehingga menyebabkan retensi urin. Stabilitas
Waktu paruh atropin sulfat dalam larutan tetes mata adalah 1 jam pada pH 6,8.

2. Obat Miotikum

Obat miotikum adalah obat yang menyebabkan miosis (konstriksi daripupil mata).
Bekerja dengan cara membuka sistem saluran di dalam mata, dimanasistem saluran tidak efektif
karena kontraksi atau kejang pada otot didalam mata yang dikenal dengan otot siliari. Contoh
penggunaan : Pengobatan glaukoma bertujuan untuk mengurangi tekanan di dalam mata dan
mencegah kerusakan lebihlanjut pada penglihatan.
Contoh obat :

 Betaxolol (penghambat beta adregenik)


 Pilokarpin (reseptor agonis muskarinik).
 Pilokarpin HCL

Pilokarpin HCl dibuat sedian tetes mata karena berfungsi sebagai miotik untuk pengobatan
glaucoma. Sediaan tetes mata merupakan sediaan dosis ganda sehingga diperlukan bahan
pengawet seperti Benzalkonium klorida Glaukoma adalah penyakit mata dimana terdapat
peninggian tekanan intraokuler, yang bila cukup lama dan tekanannya cukup tinggi dapat
menyebabkan kerusakan anatomis dan fungsional. Pilokarpin HCl merupakan bahan obat yang
khas digunakan pada mata (opthalmologika) dengan kerja penyempit pupil (miotika).

Pilokarpin merupakan obat kolinergik golongan alkaloid tumbuhan, yang bekerja pada
efektor muskarinik dan sedikit memperlihatkan sedikit efek nikotinik sehingga dapat merangsang
kerja kelenjar air mata dan dapat menimbulkan miosis dengan larutan 0,5 - 3%. Obat tetes mata
dengan zat aktif. Pilokarpin berkhasiat menyembuhkan glaukoma dan mata kering. Dosis
Pilokarpin yang paling umum digunakan untuk sediaan tetes mata adalah 1 – 4%.

Alkaloid pilokarpin terdapat pada daun tanaman amerika yaitu Pilocarpus jaborandi. Khasiat
utamanya adalah sebagai muskarin, dengan efek nikotin yang ringan sekali. Awalnya SSP
distimulasi, kemudian ditekan aktifitasnya. Penggunaan utama pilokarpin adalah sebagai
miotikum padaglaukoma. Efek miotisnya dalam tetes mata dimulai sesudah 10- 30 menit dan
bertahan 4- 8 jam . Toleransi dapat terjadi setelah digunakan untuk waktu yang lama, yang dapat
ditanggulangi dengan jalan menggunakan kolinergik lain selama beberapa waktu misalnya
karbachol atau neostigmin. Dosis obatini pada glaukoma adalah 2- 4 dd 1-2 tetes larutan 1- 2%
(klorida, nitrat).
BAB III

ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan


- Hewan Percobaan : Tikus
- Obat : Atropin Sulfat dan Pilokarpin HCl
- Alat : Penggaris dan senter

3.2 Prosedur Kerja

1. Alat dan bahan disiapkan


2. Diameter bola mata tikus diukur sebelum ditetesi obat
3. Mata kanan tikus ditetesi Atropin Sulfat
4. Amati perubahan yang terjadi pada pupil kanan menggunakan senter (akan membesar)
5. Mata kiri tikus ditetesi Pilokarpin HCl
6. Amati perubahan yang terjadi pada mata kiri menggunakan senter (akan mengecil)
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
Kelompok 1D

1. Midratik (Kanan) → Atropin Sulfat


Awal = 0,2cm → Akhir =0,4
2. Miosis (Kiri) → Pilokarpin
Awal = →0,3 → Akhir = 0,3
Kelompok 2D
1. Midratik (Kanan) → Atropin Sulfat
 Ukuran pupil bola mata membesar pada detik ke 2
2. Miosis (Kiri) → pilokarpin HCl
 Ukuran pupil mata mengecil pada detik ke 6
*Catatan : Besarnya pelebaran dan pengecilan pupil bola mata tidak dapat diukur karena
terjadi begitu cepat.

Kelompok 3D

1. Midriatik (kanan) → Atropin Sulfat

Awal = 0,5 cm Akhir = 0,2 setelah 3 menit

2.Miosis (kiri) → pilokarpin HCl

Awal = 0,15cm → Akhir = 0,08cm → Waktu 1 menit

Kelompok 4D

1. Midriatik (kanan) → Atropin sulfat


Awal = 0,2 cm → Akhir = 0,5 cm → Waktu 3 detik

2. Miosis (kiri) → pilokarpin HCl

Awal = 0,7cm → Akhir = 0,4 cm → Waktu 6 detik

4.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan miotika dan midriotika yang bertujuan
untuk mengetahui efek obat obat miotika dan midriotika. Terdapat 2 jenis obat tetes yang
digunakan, yaitu obat atropin Dan pilokarpin dengan hewan uji tikus. Dilakukan evaluasi awal
terhadap mata tikus yang meliputi lebar pupil (mm). Reflek pupil (+/-), Tikus setelah diteteskan
atropin mengalami miosis pada mata kanan, semakin lama pupilnya semakin mengecil. Hal ini di
sebabkan Karena pilokarpin merupakan obat kolinergik kerja langsung. Yaitu kerja obat ini
berikatan dengan reseptor kolinergik pada mata. Ikatan antara reseptor kolinergik pada mata
dengan atropin, menimbulkan kontraksi pada otot sfingter Iris.

Tikus setelah di berikan atropin mengalami midrasis. Semakin lama pupil mata semakin
membesar, punxaknya pada menit 15, atropin merupakan obat antikoligernik yang bekerja secara
antagonist kompetitif dengan asetokilin untuk berikan dengan kolinergik. Sebelumnya polikarpin
berikatan pada reseptor kolinergik pada mata, tetapi ikatannya revirsible sehingga setelah
diteteskan atropin. Pilokarpin trrlepas dari ikatannya Dan reseptor kolinergik dapat diduduki
atropin, atropin menyebabkan penurunan rangsangan simpatis sehingga terjadi midriasis yaitu
relaksasi dari otot sfingter Iris. Hal ini sesuai dengan literature dimana atropine sulfa bekerja
sebagai pembesar pupil bola mata

Pada percobaan, untuk dapat melihat antagonis obat, obat yang pertama diberikan pada
mata tikus adalah pilokarpin. Dalam suatu konsentrasi agonis tertentu, peningkatan konsentrasi
antagonis kompetitif secara progresif menghambat respon dari agonis, sedangkan konsentrasi-
konsentrasi antagonis yang tinggi akan mencegah respons secara keseluruhan. Sebaliknya
konsentrasi agonis yang lebih tinggi, yang cukup, dapat mengatasi efek dari pemberian
konsentrasi antagonis secara keseluruhan, yaitu Emax untuk agonis tetap sama pada setiap
konsentrasi antagonis tertentu. Karena antagonism bersifat kompetitif, keberadaan antagonis
meningkatkan konsentrasi agonisyang dibutuhkan untuk pemberian suatu tingkatan respon
tertentu, dan kemudian kurva konsentrasi-efek agonis bergeser ke kanan. Menurut
Katzungbeberapa antagonis reseptor mengikat reseptor dengan cara yang bersifatireversibel, atau
hampir ireversibel. Afinitas antagonis reseptor dapat demikian tinggi sehingga untuk tujuan
praktis, resptor tersebut tidak dapat lagi berikatan dengan agonis. Antagonis lain dalam
kelompok ini menghasilkan efek yang ireversibel karena setelah berikatan pada reseptor,
antagonis tersebut membentuk ikatan-ikatan kovalen dengannya. Setelah kedudukan reseptor-
reseptor pada proporsi yang besar oleh antagonis jenis ini, jumlah reseptor yangtidak diduduki
bisa sedemikian rendah sehingga agonis dengan konsentrasi tinggi tidak dapat mengatai
antagonisme yang ada, dan respons agonis yangmaksimal tidak dapat dicapai.Berdasarkan
percobaan didapat hasil bahwa pemberian tetes matapilokarpin sebanyak 2 tetes menghasilkan
efek miosis, yaitu mengecilnyadiameter pupil mata hewan percobaan (tikus). Hal ini adalah
sesuai denganteori, karena kerja pilokarpin sebagai obat golongan agonis muskarinik (agonis
kolinergik yang sifatnya menyerupai asetilkolin), yang dapat menurunkan kontraksi otot siliaris
dan tekanan intraokuler bola mata. Adapun pada obat miotik, yang memiliki efek untuk
mengecilkan bola mata

Pendapat Tan Hoan Tjay (2002), obat golongan kolinergik seperti pilokarpin dapat
menimbulkan penurunan kontraksi otot siliaris mata sehingga menimbulkan efek miosis dengan
cepat, serta merangsang sekresi kelenjar yang terikat pada kelenjar keringat, mata dan saliva. Hal
ini kemungkinan berkaitan dengan pengaruh rute pemberian (tetes mata) dan dosis obat yang
diberikan.Selain itu, pada pemberian tetes mata atropin dengan jumlah yang sama pada tikus,
segera terjadi efek yang berlawanan dengan pilokarpin, yaitu terjadi efek midriasis (dilatasi pupil
mata) sehingga diameter pupil mata tikusyang mengecil kembali membesar. Sementara tikus
kontrol yang hanya diberi pilokarpin tanpa pemberian atropin, pupil matanya tetap mengalami
miosis. Inisesuai dengan pendapat Mary J. Mycek, dkk (1997) bahwa kerja atropine adalah
menyekat semua aktivitas kolinergik mata.Pada pengujian refleks cahaya mata tikus, diperoleh
hasil bahwa setelah pemberian pilokarpin, refleks mata tikus terhadap cahaya menjadi lebih
cepatdaripada respon normal, hal ini sesuai dengan teori bahwa pilokarpinmenimbulkan miosis
dan menyebabkan peningkatan kepekaan mataterhadap cahaya. (Kemungkinan peningkatan
kepekaan disebabkan efek miosis, pengecilan diameter pupil menyebabkan pengurangan cahaya
yangdapat melewati pupil untuk sampai ke retina, sehingga untuk mengkompensasi hal ini, mata
meningkatkan kepekaannya terhadap cahaya).Namun pada pengujian refleks cahaya setelah
pemberian atropin, hasilyang diperoleh agak kurang sesuai dengan teori, dimana menurut
Mycek, kerja atropin adalah menyekat semua aktivitas kolinergik mata dan seharusnya mata
menjadi tidak bereaksi sama sekali terhadap cahaya (tidak ada kedipanmata). Namun dari
percobaan diperoleh bahwa tikus masih menunjukkanrefleks terhadap cahaya, walaupun refleks
menjadi lambat. Selama percobaanterlihat bahwa refleks mata tikus makin melambat seiring
waktu, dan kemudian
BAB V

KESIMPULAN DAN LAMPIRAN

5.1 KESIMPULAN
Midriatik adalah golongan obat yang mempengaruhi dilatasi atau ukuran pupil bola mata
dapat membesar (midriasis). Contoh obat golongan ini yaitu atropin sulfat. Sedangkan miotik
adalah golongan obat yang mempengaruhi kontraksi atau ukuran pupil bola mata dapat mengecil
(miosis). Contoh obat golongan ini yaitu pilokarpin hcl. Hasil praktikum yang telah dilakukan
sesuai dengan literatur. 

5.2 LAMPIRAN
Foto saat praktikum berlangsung:

Pembagian tugas:

Tiap kelompok masing-masing memiliki 1 tikus untuk diberikan obat atropin sulfat pada mata
sebelah kanan dan pilokarpin hcl pada mata sebelah kiri.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, Michael, dkk, (2005), (Pharmacotherapy: A PathophysiologicApproach), Sixth
Edition, McGraw-Hill Companies: United States ofAmerica, hal : 1.713 (e- book version of the
text).

Katzung, Bertram G, (2004), Basic & clinical pharmacology, 9th Edition,Lange Medical
Books/Mcgraw-Hill: New York, Hal : 6, 152 (e-book version of the text).

Universitas Indonesia. 2008. Farmakologi dan Terapi. Departemen Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia.

Kumar, Vinay, dkk, (2005), (Robbins and Cotran Pathologic Basis Of Disease),Seventh Edition,
Elsevier Inc: USA, hal 1486 (e-book version of thetext).

S.B, Zunilda, (1995), Pengantar Farmakologi dalam buku Farmakologi DanTerapi, Edisi
Keempat, Editor: S.G Ganiswara,Jakarta: FakutasKedokteran Universitas Indonesia, halaman 18-
19.

Tan, Hoan, Tjay., & Kirana R., (2002), Obat-Obat Penting, Edisi Kelima,Cetakan Kedua,
Jakarta: Gramedia, halaman 47.

Anda mungkin juga menyukai