Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1

UJI ANALGESIK RANGSANG FISIKA KIMIA DAN UJI SEDATIF

Nama : Amanda Ainur Rizma

No.Mhs : V3720004

Hari/Tgl. Praktikum : 13 Oktober 2021

Asisten Pembimbing : Alfinza Aulia Solikhin

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2021
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1

UJI ANALGESIK RANGSANG FISIKA KIMIA DAN UJI SEDATIF

I. TUJUAN
1. Mengetahui rangsang fisika dan kimia dengan menggunakan obat analgesik
parasetamol, ibuprofen, serta ketoprofen
2. Mengetahui efek rangsang sedatif setelah pemberian obat CTM

II. DASAR TEORI


Sedatif adalah senyawa yang menimbulkan sedasi, yaitu suatu keadaan terjadinya
penurunan kepekaan terhadap rangsangan dari luar karena ada penekanan sistem saraf
pusat yang ringan. Sedatif mengadakan potensial dengan obat analgesik dan obat penekan
sistem saraf pusat yang lain. Barbiturat dan benzodiazepin adalah subgrup sedatif-hipnotik
yang terpenting. Senyawa yang diduga berkhasiat sebagai sedatif adalah flavonoid (Fitrah,
dkk, 2017).
Sedatif merupakan substansi yang memiliki aktifitas yang memberikan efek
menenangkan, obat yang mengurangi gejala cemas, dengan sedikit atau tanpa efek terhadap
status mental atau motorik. Obat-obatan hipnotik sedatif adalah istilah untuk obat-obatan
yang mampu mendepresi sistem saraf pusat dan mampu memberikan efek terhadap
penderita insomnia (Makanaung, dkk, 2021).
Beda nyata serta korelasi peningkatan dosis dan lama pemberian terhadap efek
sedatif antar kelompok perlakuan diuji dengan metode uji Anova Two Way, Duncan dan
Pearson Correlations (Erjon, dkk, 2017)
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Timbangan (1 buah)
2. Sonde 1 cc (15 buah)
3. Batang pengaduk (1 buah)
4. Beaker glass (3 buah)
5. Mortir stamper (1 buah)
6. Spidol (1 buah)
7. Hotplate (1 buah)
B. Bahan
1. CMC - Na (qs)
2. Aquadest (qs)
3. Paracetamol syrup (2,125 mL)
4. Ibuprofen syrup (3,2 mL)
5. Ketoprofen tablet (5 tablet)
6. CTM (4,5 tablet)
7. Corn Oil (22,5 ml)
C. Gambar Alat

(Ttimbangan) (Sonde 1 cc) (Batang pengaduk)


(Beaker glass) (Mortir stemper) (Spidol)

(Hotplate)

IV. CARA KERJA


A. Penyiapan Mencit

Mencit

Ditimbang dengan neraca analitik

BB Mencit

Ditandai ekornya dengan spidol

Paracetamol, ibuprofen, dan


ketoprofen

disiapkan

ketoprofen
ketoprofen

Dilarutkan dengan

CMC NA

Ditambahkan

aquadest

Dilakukan

Perhitungan dosis

Dilakukan

Perhitungan volume sonde

Dilakukan

Penyondean mencit

B. Uji Rangsang Fisika

Mencit yang sudah disonde

Ditunggu

15 menit

Dimasukkan

Beaker glass

Diletakkan

Hotplate suhu 50oC selama


30 detik
o
Hotplate suhu 50 C selama
30 detik

Diamati, dicatat

Jumlah loncatan

Diulangi pada

Menit ke 30 dan 45

C. Uji Rangsang Fisika

9 mencit

Dibagi menjadi 3 kelompok

Mencit kelompok 1

Disonde dengan parasetamol

Mencit kelompok 2

Disonde dengan ibuprofen

Mencit kelompok 3

Dijasikan objek normal tanpa obat

3 kelompok mencit

Ditunggu 5 menit

Mencit

Disonde dengan asam asetat sesuai dosis dan


ditunggu sampai mencit bereaksi
Reaksi mencit

Dihitung dan diamati selama 30 menit

hasil
D. Uji Sedatif

CTM 4,5 tablet

Digerus dan ditambahkan

22,5 ml corn oil

Dilarutkan ad homogen dan disonde

Sonde 0,6 ml; 0,625 ml dan 0,65 ml

Disondekan pada mencit

BB mencit 24 gram, 25 Dosis yang digunakan


gram dan 25 gram 1 mg, 2 mg, dan 4 mf
yang dikonfersu dalam
dosisi mencit dengan
Diamati perubahan BB 20 gram
reaksi mencit hingga
tertidur

Mencit tidur

Dibalikkan secara melintang


dan dihitung

Waktu mencit tidur hingga


terbangun

dicatat

Hasil
V. HASIL PERCOBAAN
a. Bobot Mencit
NO BB
Mencit
(gram)
1 25
2 25
3 24
4 29
5 26
6 24
7 26
8 26
9 27
10 25
11 26
12 28
13 28
14 26
15 25
16 25
17 26
18 27
19 26
b. Hasil Perhitungan dosis
Nama Obat BB Dosis
Paracetamol 24 gr 2,184 mg/20gBB
25 gr 2,275 mg/20gBB
26 gr 2,366 mg/20gBB
29 gr 2,639 mg/20gBB
Ibuprofen 24 gr 43,68 mg/20gBB
25 gr 45,5 mg/20gBB
26 gr 47,32 mg/20gBB
27 gr 49,14 mg/20gBB
Ketoprofen 25 gr 11,375 mg/20gBB
26 gr 11,83 mg/20gBB
28 gr 12,74 mg/20gBB

c. Hasil Volume Sonde mencit


BB Mencit (gram) Volume sonde
24 gr 0,6 mL/20gBB
25 gr 0,625 mL/20gBB
26 gr 0,65 mL/20gBB
27 gr 0,675 mL/20gBB
28 gr 0,7 mL/20gBB
29 gr 0,725 mL/20gBB
d. Jumlah Lompatan Mencit pada Uji rangsang fisika
1. Kontrol Negatif
Mencit BB (gram) T15 T30 T45 Jumlah
1 25 18 13 25 56
2 26 16 2 13 31
3 27 9 6 43 58
4 26 22 3 26 51
Rata-rata total 49

2. Parasetamol
Mencit BB (gram) T15 T30 T45 Jumlah
1 25 7 15 29 51
2 25 6 21 19 46
3 24 6 16 13 35
4 29 15 7 10 32
5 26 17 19 22 58
Rata-rata total 44,4

3. Ibuprofen
Mencit BB (gram) T15 T30 T45 Jumlah
1 24 13 5 15 33
2 26 3 12 20 35
3 26 2 6 3 11
4 27 0 3 2 5
5 25 4 3 10 17
Rata-rata total 20,2
4. Ketoprofen
Mencit BB (gram) T15 T30 T45 Jumlah
1 26 8 32 3 43
2 26 17 16 0 33
3 28 31 30 10 71
4 26 17 9 0 26
5 25 20 16 9 45
Rata-rata total 43,6

e. Hasil perhitungan % analgesik pada uji rangsang fisika


Nama Obat Persen (%) Analgesik
Paracetamol -16,23%
Ibuprofen 47,12%
Ketoprofen 11,02%

f. Jumlah Geliat mencit pada uji rangsang kimia


1. Parasetamol

Mencit T30 T60 T90 Jumlah

I 2 2 0 4

II 15 5 3 23

III 0 0 0 0

Rata-rata total 9
2. Ibuprofen

Mencit T30 T60 T90 Jumlah

I 0 0 0 0

II 3 3 2 8

III 77 40 25 142

Rata-rata total 50

3. Kontrol Negatif

Mencit T30 T60 T90 Jumlah

I 60 45 50 155

II 20 15 20 55

III 50 40 50 140

Rata-rata total 116,66

g. Hasil perhitungan % analgesik pada uji rangsang kimia (dibuat tabel)


Nama Obat Persen (%) Analgesik
Paracetamol 92,29%
Ibuprofen 57,14%

h. Waktu Perubahan Perilaku Uji Sedatif

Dosis CTM 1 mg 2 mg 4 mg

Volume Sonde I CTM 0,2 mL 0,4 mL 0,6 mL

Mencit 1 1 jam 15 menit 1 jam 16 menit 1 jam 9 menit

Mencit 2 1 jam 17 menit 1 jam 14 menit 1 jam 8 menit

Mencit 3 1 jam 16 menit 1 jam 25 menit 1 jam 1 jam 11


menit
Dosis CTM 1 mg 2 mg 4 mg

Volume Sonde II CTM 0,2 mL 0,4 mL 0,6 mL

Mencit 1 17 menit 28 menit 25 menit

Mencit 2 30 menit 12 menit 26 menit

Mencit 3 35 menit 10 menit 10 menit

i. Hasil SPSS jumlah loncatan (uji normalitas, homogenisitas, anova)


1. Hasil SPSS Jumlah Loncatan Kontrol Negatif

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Jumlah Lompatan .119 12 .200* .933 12 .413

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variances
Jumlah Lompatan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.974 2 9 .414

ANOVA
Jumlah Lompatan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 861.167 2 430.583 6.255 .020


Within Groups 619.500 9 68.833
Total 1480.667 11
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Jumlah Lompatan
Tukey HSD

(I) Mencit (J) Mencit Mean Std. Error Sig. 95% Confidence
Difference (I-J) Interval

Lower Bound Upper


Bound

mencit t30 10.250 5.867 .241 -6.13 26.63


mencit t15
mencit t45 -10.500 5.867 .227 -26.88 5.88
mencit t15 -10.250 5.867 .241 -26.63 6.13
mencit t30
mencit t45 -20.750* 5.867 .016 -37.13 -4.37
mencit t15 10.500 5.867 .227 -5.88 26.88
mencit t45
mencit t30 20.750* 5.867 .016 4.37 37.13

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

2. Hasil SPSS Jumlah Loncatan Uji Parasetamol Mencit


Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Jumlah lompatan .143 15 .200* .943 15 .419

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variances
Jumlah lompatan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.506 2 12 .615
ANOVA
Jumlah lompatan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 181.200 2 90.600 2.388 .134


Within Groups 455.200 12 37.933
Total 636.400 14

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Jumlah lompatan
Tukey HSD

(I) Mencit (J) Mencit Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Difference (I-J) Lower Bound Upper
Bound

mencit t30 -5.400 3.895 .378 -15.79 4.99


mencit t15
mencit t45 -8.400 3.895 .120 -18.79 1.99
mencit t15 5.400 3.895 .378 -4.99 15.79
mencit t30
mencit t45 -3.000 3.895 .728 -13.39 7.39
mencit t15 8.400 3.895 .120 -1.99 18.79
mencit t45
mencit t30 3.000 3.895 .728 -7.39 13.39

3. Hasil SPSS Jumlah Loncatan Uji Ibuprofen Mencit


Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Jumlah lompatan .217 15 .057 .863 15 .027

a. Lilliefors Significance Correction

POST HOC TEST


Multiple Comparisons
Dependent Variable: Jumlah lompatan
Tukey HSD

(I) Mencit (J) Mencit Mean Std. Error Sig. 95% Confidence
Difference (I-J) Interval

Lower Bound Upper


Bound

mencit t30 -1.400 3.624 .922 -11.07 8.27


mencit t15
mencit t45 -5.600 3.624 .306 -15.27 4.07
mencit t15 1.400 3.624 .922 -8.27 11.07
mencit t30
mencit t45 -4.200 3.624 .498 -13.87 5.47
mencit t15 5.600 3.624 .306 -4.07 15.27
mencit t45
mencit t30 4.200 3.624 .498 -5.47 13.87

Test of Homogeneity of Variances


Jumlah lompatan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.570 2 12 .248

Ranks

Mencit N Mean Rank

mencit t15 5 6.00

mencit t30 5 8.40


Jumlah lompatan
mencit t45 5 9.60

Total 15

Test Statisticsa,b

Jumlah
lompatan

Chi-Square 1.714
Df 2
Asymp. Sig. .425

a. Kruskal Wallis Test


b. Grouping Variable: Mencit

4. Hasil SPSS Jumlah Loncatan Uji Ketoprofen


Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Jumlah lompatan .156 15 .200* .925 15 .231

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variances
Jumlah lompatan

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.622 2 12 .114

ANOVA
Jumlah lompatan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1076.133 2 538.067 7.193 .009


Within Groups 897.600 12 74.800
Total 1973.733 14

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Jumlah lompatan
Tukey HSD

(I) Mencit (J) Mencit Mean Std. Error Sig. 95% Confidence
Difference (I-J) Interval

Lower Bound Upper


Bound

mencit t30 -6.000 5.470 .534 -20.59 8.59


mencit t15
mencit t45 14.200 5.470 .057 -.39 28.79
mencit t15 6.000 5.470 .534 -8.59 20.59
mencit t30
mencit t45 20.200* 5.470 .008 5.61 34.79
mencit t15 -14.200 5.470 .057 -28.79 .39
mencit t45
mencit t30 -20.200* 5.470 .008 -34.79 -5.61

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.


j. Hasil SPSS jumlah geliat (uji normalitas, homogenisitas, anova)
1. Hasil Spss Jumlah Geliat Kontrol Negatif

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Geliat .209 9 .200* .869 9 .120

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variances
Geliat

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.188 2 6 .833

ANOVA
Geliat

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 155.556 2 77.778 .235 .797


Within Groups 1983.333 6 330.556
Total 2138.889 8

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Geliat
Tukey HSD

(I) Mencit (J) Mencit Mean Std. Error Sig. 95% Confidence
Difference (I-J) Interval

Lower Bound Upper


Bound

mencit t60 10.000 14.845 .787 -35.55 55.55


mencit t30
mencit 60 3.333 14.845 .973 -42.21 48.88
mencit t30 -10.000 14.845 .787 -55.55 35.55
mencit t60
mencit 60 -6.667 14.845 .897 -52.21 38.88
mencit t30 -3.333 14.845 .973 -48.88 42.21
mencit 60
mencit t60 6.667 14.845 .897 -38.88 52.21
2. Hasil Spss Jumlah Geliat Mencit dengan Parasetamol
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Geliat .278 9 .044 .679 9 .001

a. Lilliefors Significance Correction


Test of Homogeneity of Variances
Geliat

Levene Statistic df1 df2 Sig.

6.458 2 6 .032

Ranks

Mencit N Mean Rank

mencit t30 3 5.67

mencit t60 3 5.33


Geliat
mencit 60 3 4.00

Total 9

Test Statisticsa,b

Geliat

Chi-Square .685
Df 2

Asymp. Sig. .710

a. Kruskal Wallis Test


b. Grouping Variable:
Mencit
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Geliat
Tukey HSD

(I) Mencit (J) Mencit Mean Std. Error Sig. 95% Confidence
Difference (I-J) Interval

Lower Bound Upper


Bound

mencit t60 3.333 4.101 .709 -9.25 15.92


mencit t30
mencit 60 4.667 4.101 .528 -7.92 17.25
mencit t30 -3.333 4.101 .709 -15.92 9.25
mencit t60
mencit 60 1.333 4.101 .944 -11.25 13.92
mencit t30 -4.667 4.101 .528 -17.25 7.92
mencit 60
mencit t60 -1.333 4.101 .944 -13.92 11.25

3. Hasil Spss Jumlah Geliat Mencit dengan Ibuprofen


Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Geliat .363 9 .001 .707 9 .002

a. Lilliefors Significance Correction


Test of Homogeneity of Variances
Geliat

Levene Statistic df1 df2 Sig.

4.281 2 6 .070
Ranks

Mencit N Mean Rank

mencit t30 3 5.50

mencit t60 3 5.17


Geliat
mencit 60 3 4.33

Total 9

Test Statisticsa,b

Geliat

Chi-Square .301
Df 2
Asymp. Sig. .860

a. Kruskal Wallis Test


b. Grouping Variable:
Mencit
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Geliat
Tukey HSD

(I) Mencit (J) Mencit Mean Std. Error Sig. 95% Confidence
Difference (I-J) Interval

Lower Bound Upper


Bound

mencit t60 12.333 23.998 .868 -61.30 85.97


mencit t30
mencit 60 17.667 23.998 .752 -55.97 91.30
mencit t30 -12.333 23.998 .868 -85.97 61.30
mencit t60
mencit 60 5.333 23.998 .973 -68.30 78.97
mencit t30 -17.667 23.998 .752 -91.30 55.97
mencit 60
mencit t60 -5.333 23.998 .973 -78.97 68.30
k. Hasil SPSS waktu perubahan perilaku pada uji sedatif (uji normalitasnya)
Hasil SPSS mencit dengan CTM
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

perubahan perilaku .204 9 .200* .921 9 .402

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

perubahan perilaku .203 9 .200* .904 9 .275

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui rangsang fisika dan kimia
dengan pemberian obat paracetamol, ibuprofen, dan ketoprofen. Serta uji sedatif
menggunakan chlorpheniramine maleat. Hewan uji yang digunakan adalah mencit putih
jantan dengan berat badan berkisar antara 25 - 29 gram. Tujuan pemilihan mencit jantan
daripada betina karena pada mencit betina mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu karena
siklus hormon, sedangkan kadar hormon esterogen pada mencit jantan relatif rendah yang
sehingga kemungkinan imunodepresi atau stessnya lebih rendah.
Pada uji parasetamol rangsang fisika dilakukan di mencit 1 - 5 dengan berat badan
25 g, 25 g, 24 g, 29 g. Kemudian disondekan dengan volume penyondean urut dari mencit
1 - 5 adalah 0,625 mL, 0,625 mL, 0,6 mL, 0,75 mL, 0,65 mL. Pada saat mencit sudah
disonde dengan parasetamol mencit diletakkan pada gelas beaker yang dipanaskan pada
hot plate 50 derajat selcius. Berdasarkan Guyton (1994) dalam Legoh dkk., (2021) reseptor
panas memiliki respon terhadap suhu 30 - 45 derajat selcius. Suhu diatas 45 derajat selcius
akan menyebabkan kerusakan jaringan akibat panas dan sensasinya berubah menjadi nyeri.
Pemaparan pada panas diatas hotplate ini dilakukan selama 30 detik dengan selang waktu
15 menit sebanayak 3 kali.
Setelah diuji menggunakan spss didapatkan bahwa data lompatan mencit T15, !30
dan T45 terdistribusi dengan normal dan homogen. Kemudian dilakukan analisis ANOVA
didapatkan signifikansi 0,134. Dari data yang ada dapat dilihat semakin bertambahnya
waktu lompatan yang dihasilkan semakin banyak atau sering hal ini menunjukkan bahwa
pemberian parasetamol tidak memberikan efek analgesik yang signifikan sehingga saat
dilakukan pengujian pada hot plate mencit masih merasakan nyeri.
Pada uji rangsang kimia tikus disonde menggunakan parasetamol sirup. Pada saat
mencit sudah disonde dengan paracetamol lalu dilakukan penyondean asam asetat 1%.
Asam asetat ini berfungsi untuk melihat apakah paracetamol memberi rangsang antinyeri.
Setelah disonde dengan asam asetat ditunggu geliatnya mulai dari menit ke 15 hingga menit
ke 45. Pada menit ke-15 mencit dengan BB 24 gram geliat sebanyak 6 kali, mencit dengan
BB 25 gram geliat sebanyak 13 kali, mencit dengan BB 26 gram geliat sebanyak 17 kali
dan mencit dengan BB 29 gram geliat sebanyak 15 kali. Pada menit ke - 30, mencit dengan
BB 24 gram geliat sebanyak 16 kali, mencit dengan BB 25 gram geliat sebanyak 36 kali,
mencit dengan BB 26 gram geliat sebanyak 19 kali, mencit dengan BB 29 gram geliat
sebanyak 7 kali. Pada menit ke-45, mencit dengan BB 24 gram geliat sebanyak 13 kali,
mencit dengan BB 25 gram geliat sebanyak 48 kali, mencit dengan BB 26 gram geliat
sebanyak 22 kali dan mencit dengan BB 29 gram geliat sebanyak 10 kali. Dari hasil geliat
berikut didapatkan rata rata total sebanyak 44,4 geliat dan didapatkan hasil %daya
analgetiknya sebesar 5,03%. Dapat dilihat dari hail setelah menit ke 45 setelah diinduksi
asam asetat geliat yang dihasilkan mencit semakin bertambah hal ini menunjukkan bahwa
parasetamol tidak dapat menghambat jumlah geliat pada mencit sehingga pada percobaan
ini masih belum memberikan efek analgesik yang signifikan.
Praktikum kali ini dilakukan dengan pemberian obat yaitu ibuprofen kepada hewan
uji yang dimana dalam praktikum ini menggunakan mencit. Sebelum digunakan untuk
pengujian, mencit terlebih dahulu adaptasikan selama satu minggu untuk mengetahui
apakah mencit tersebut sehat. Ibuprofen termasuk obat dalam golongan antiinflamasi
nonsteroid yang berkhasiat untuk mengurangi rasa nyeri, peradangan, serta demam
(Orlando dkk., 2015). Ibuprofen merupakan derivat asam fenil propionat yang merupakan
inhibitor non selektif cyclooxigenase (COX) yang dapat menghambat enzim COX 1 dan
COX 2. Enzim COX 2 bertanggung jawab untuk efek antiinflamasi NSAID, sedangkan
enzim COX 1 bertanggung jawab untuk toksisitas gastrointestinal (Mediansyah dan
Rahmanisa, 2017).
Ibuprofen merupakan suatu zat berupa serbuk putih yang agak larut dalam air (<1
mg/mL) dan segera larut dalam pelarut organik seperti etanol, metanol aseton, dan
kloroform, sert sukar larut dalam etil asetat (Ditjen POM, 1995). Ibuprofen memiliki rumus
molekul C₁₃H₁₈O₂ dengan berat molekul 254,28 dan titik leleh 75℃ serta pKa sebesar 5,2
(Ningtyas dkk., 2015). Efek analgetik ditandai dengan adanya geliat mencit yang
disebabkan adanya sintesis prostaglandin yang merupakan penginduksi nyeri (Dzoyem et
al., 2017). Geliat mencit menunjukkan adanya respon nyeri yang melibatkan sel
peritoneum lokal dan dimediasi oleh jalur prostaglandin (Ribeiro et al., 2000). Geliat
mencit yang semakin banyak atau semakin sering menandakan prostaglandin yang
dihasilkan sudah cukup banyak sehingga nyeri yang dirasakan mencit semakin sakit pula
(Larasati & Sulistiani, 2020).
Ketoprofen atau Asam 2-(3-benzoilfenil) propionat merupakan salah satu golongan
obat anti inflamasi non steroid (AINS) dan digunakan secara luas pada pengobatan
penyakit inflamasi dan cedera muskuloskeletal, rheumatoid arthritis, osteoarthritis, dan
dismenore untuk meredakan nyeri sedang (Rangasamy dkk., 2018). Ketoprofen merupakan
obat golongan AINS turunan asam fenil alkanoat. Pada penggunaan oral, ketoprofen cepat
diabsorbsi dengan kadar puncak dicapai pada 0,5-2 jam, waktu paruh (T1/2) dan
eliminasinya pendek (1,5-4 jam) (Rahman dkk., 2011). Berdasarkan Farmakope Indonesia
Edisi VI, ketoprofen mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0%
C16H14O3, dihitung terhadap zat kering. Pemerian ketoprofen yaitu serbuk hablur putih
atau hampir putih dan tidak atau hampir tidak berbau. Ketoprofen mudah larut dalam
etanol, kloroform, dan eter; serta praktis tidak larut dalam air (Depkes RI, 2020).
Ketoprofen adalah inhibitor nonselektif COX-1 dan COX-2. Mekanisme kerja obat
antiinflamasi nonsteroid (AINS) untuk ketoprofen adalah seperti NSAID lainnya yaitu
menghasilkan efek analgesik dan anti-inflamasi dengan menghambat sintesis
prostaglandin. Enzim yang dihambat oleh AINS adalah enzim cyclo-oxygenase (COX).
Enzim COX ada dalam dua isoform yaitu COX-1 dan COX-2 dimana COX-1 bertanggung
jawab untuk sintesis prostaglandin yang penting untuk mempertahankan saluran GI, fungsi
ginjal, fungsi trombosit, dan fungsi fisiologis normal lainnya dan COX-2 bertanggung
jawab untuk nyeri, peradangan, dan demam (Mark, 2016). Uji ketoprofen rangsang fisika
dilakukan pada mencit 11 - 15 dengan berat badan 26g, 28g, 28g, 26g, dan 25g. Kemudian
disondekan dengan volume penyondean urut dari mencit 11 - 15 adalah 0,625 mL, 0,7 mL,
0,7 mL, 0,75 mL, 0,625 mL
Mencit yang sudah disonde, selanjutnya ditunggu selama 15 menit dimasukkan ke
dalam beaker glass. Kemudian beaker glass diletakkan di atas hotplate dengan suhu 50°C
selama 30 detik, lalu diamati dan dihitung jumlah lompatannya. Kemudian diulangi pada
menit ke-30 dan 45.
Setelah diuji menggunakan spss, data lompatan mencit T15, T30 dan T45
terdistribusi normal karena memiliki nilai signifikansi sebesar 0,178 yang berarti lebih dari
0,05 dan uji homogenitas memiliki nilai hasil signifikansi 0,114. Selanjutnya dilakukan
analisis ANOVA didapatkan signifikansi 0,011. Dari data yang ada dapat dilihat semakin
bertambahnya waktu lompatan yang dihasilkan lompatan bernilai fluktuatif dimana pada
T30 jumlah lompatan mencit lebih sering dibanding T15 dan pada T45 jumlah lompatan
mencit lebih sedikit dibanding T30. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ketoprofen
memberikan efek analgesik yang tidak signifikan karena nilai signifikansinya kurang dari
0,05 sehingga saat dilakukan pengujian pada hot plate beberapa mencit ada yang tidak
merasakan nyeri.
Parameter kualitatif yang diamati pada uji efek sedatif adalah ada tidaknya refleks
balik badan dan refleks kornea. Pada uji sedatif mencit seharusnya bisa membalikkan
badan, akan tetapi pada praktikum ini mencit tidak bisa membalikkan badan dikarenakan
penekanan sistem saraf pusat yang dapat menyebabkan suatu efek depresan, dimana akan
terjadi penurunan tonus otot atau relaksasi pada mencit. Adanya penurunan tonus otot
berakibat pada terganggunya gerak otot normal. Sehingga dapat terlihat hilangnya reflek
balik badan dan kornea pada mencit yang mengalami efek sedatif. (Hidayati, A. 2013).

VII. KESIMPULAN
Keimpulan dari percobaan ini diantaranya adalah :
1. Mencit adalah hewan yang secara fisiologi hampir menyerupai dengan manusia dan
hewan mamalia lainnya sehingga memungkinkan untuk dijadikan hewan percobaan.
2. Pada uji paracetamol rangsang fisika dilakukan penyondean pada 5 sampel mencit dan
terjadi geliat pada mencit, hasil geliat berikut didapatkan rata rata total sebanyak 44,4
geliat dan didapatkan hasil %daya analgetiknya sebesar 5,03%.
3. Pemberian Ibuprofen pada mencit, efek analgetik ditandai dengan adanya geliat mencit
yang disebabkan adanya sintesis prostaglandin yang merupakan penginduksi
4. Ketoprofen menghasilkan efek analgesik dan anti-inflamasi dengan menghambat
sintesis prostaglandin. Enzim yang dihambat oleh AINS adalah enzim cyclo-oxygenase
(COX).
5. Pada uji pemberian ketoprofren, data yang ada dapat dilihat semakin bertambahnya
waktu lompatan yang dihasilkan lompatan bernilai fluktuatif dimana pada T30 jumlah
lompatan mencit lebih sering dibanding T15. Dan pada T45 jumlah lompatan mencit
lebih sedikit dibanding T30, hal ini menunjukkan bahwa pemberian ketoprofen
memberikan efek analgesik yang tidak signifikan karena nilai signifikansinya kurang
dari 0,05 sehingga saat dilakukan pengujian pada hot plate beberapa mencit ada yang
tidak merasakan nyeri.
6. Pada uji sedatif mencit, pada praktikum ini mencit tidak bisa membalikkan badan
dikarenakan penekanan sistem saraf pusat yang dapat menyebabkan suatu efek
depresan, dimana akan terjadi penurunan tonus otot atau relaksasi pada mencit.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Depkes RI. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Dzoyem, J. P., McGaw, L. J., Kucte, V., & Bakowsky, U. 2017. Anti-inflammatory and
AntI-nociceptive Activities of African Medical Spices and Vegetables.. Pers
Academic, 239-270.
Erjon., Ningsih, P. W., dan Riknasari, Y. 2017. Efek Sedatif Ekstrak Etanol Umbi Wortel
(Daucus carota L.) Pada Mencit Putih Jantan Galur Swiss-Webster. Jurnal Ilmiah
Bakti Farmasi, II(2):17-26.
Fitrah, M., Syakri, S., Harnita. 2017. Uji Efektivitas Infus Sarang Semut (Myrmecodia
pendens) Terhadap Efek Sedasi Pada Mencit (Mus muscullus). JF FIK UINAM,
5(3):184-192.
Larasati, D., & Sulistiani, R. 2020. Kajian Efek Analgetik Dispersi Padat Ibuprofen-PEG
6000 Menggunakan Metode Writhing Test. Jurnal Kesehatan Madani Medika,
11(1): 35-43.
Legoh, D. I., Runtuwene, M. R., Yamlean, P. V. Y. 2021. Aktivitas Analgesik Ekstrak
Etanol Daun Soyogik (Saurauia bracteosa DC) Pada Tikus Putih jantan Galur
Wister. Pharmacon, 10(2): 868 – 872.
Lestari, D. A. D. 2021. Uji Efek Analgesik Infus Daun Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpa) Pada Mencit Jantan (Mus musculus L). Acta Holist Pharm, 3(1): 39 –
44.
Makanaung, E., Rorong, J. A., dan Suryanto, E. 2021. Analisi Fitokimia dan Uji Efek
Sedatid dari Ekstrak Etanol dan Beberapa Fraksi Daging Buah Pala (Myristica
Fragrans Houtt). Jurnal UNSRAT : Chem. Prog, 14(1):7-13.
Mark, G. dan Papich. 2016. Saunders Handbook of Veterinary Drugs (Fourth Edition).
Raleigh: Elsevier.
Rahman, L., Ismail, I., dan Wahyudin, E. 2011. Kapasitas Jerap Niosom terhadap
Ketoprofen dan Prediksi Penggunaan Transdermal. Majalah Farmasi Indonesia,
22(2): 85-91.
Rangasamy, B., Hemalatha, D., Shobana, C., Nataraj, B., dan Ramesh, M. 2018.
Developmental Toxicity and Biological Responses of Zebrafish (Danio rerio)
Exposed to Anti-Inflammatory Drug Ketoprofen. Chemosphere, 213: 423-433.
Riberio, R. A., Vale, M. L., Thomazzi, S. M., Paschoalato, A. B. P., Poole, S., Ferreira, S.
H., dan Cunha, F. Q. 2000. Involvement of residentt macrophages and mast cell in
the wriyhig nociceptive response induced by zumosan and acetic acid in mice.
European Journal of Pharmacology, 387(1): 111-118.
IX. LAMPIRAN
1. Abstrak Jurnal
2. Perhitungan Dosis, Volume Sonde, dan % Analgesik

Mengetahui, Wonogiri, 07 November 2021


Asisten Praktikum Praktikan

(Alfinza Aulia Solikhin) (Amanda Ainur Rizma)


1. Abstrak Jurnal
2. Dosis Mencit (disesuaikan BB kalau BB sama hitung 1 aja)
Dosis umum untuk manusia BB 70 Kg
o Paracetamol = 10 mg
o Ibuprofen = 200 mg
o Ketoprofen = 50 mg

➔ Dosis Paracetamol untuk mencit umum BB 20 gram

= 10 mg x 70 kg x 0,0026
= 1,82 mg/ 20 gr BB mencit
1000 𝑔𝑔
= 1,82 mg x 20 𝑔𝑔
= 91 mg/Kg BB

• Mencit BB 24 gram
24 𝑔𝑔
= 20 𝑔𝑔 x 91 mg/Kg BB

= 109,2 mg/Kg BB
• Mencit BB 25 gram
25 𝑔𝑔
= 20 𝑔𝑔 x 91 mg/Kg BB

= 113,75 mg/Kg BB
• Mencit BB 26 gram
26 𝑔𝑔
= 20 𝑔𝑔 x 91 mg/Kg BB

= 118,3 mg/Kg BB
• Mencit BB 29 gram
29 𝑔𝑔
= 20 𝑔𝑔 x 91 mg/Kg BB

= 131,95 mg/Kg BB
➔ Dosis Ibuprofen untuk mencit BB 20 gram

= 200 mg x 70 kg x 0,0026
= 36,4 mg/ 20 gr BB mencit
1000 𝑔𝑔
= 36,4 mg x 20 𝑔𝑔

= 182 mg/Kg BB
• Mencit BB 24 gram
24 𝑔𝑔
= 20 𝑔𝑔 x 182 mg/Kg BB

= 218,4 mg/Kg BB
• Mencit BB 25 gram
25 𝑔𝑔
= x 182 mg/Kg BB
20 𝑔𝑔

= 227,5 mg/Kg BB
• Mencit BB 26 gram
26 𝑔𝑔
= 20 𝑔𝑔 x 182 mg/Kg BB

= 236,6 mg/Kg BB
• Mencit BB 27 gram
27 𝑔𝑔
= 20 𝑔𝑔 x 182 mg/Kg BB

= 245,7 mg/Kg BB

➔ Dosis Ketoprofen untuk mencit umum BB 20 gr


= 50 mg x 70 kg x 0,0026
= 9,1 mg/ 20 gr BB mencit
1000 𝑔𝑔
= 9,1 mg x 20 𝑔𝑔

= 455 mg/Kg BB
• Mencit BB 25 gram
25 𝑔𝑔
= 20 𝑔𝑔 x 455 mg/Kg BB

= 568,75 mg/Kg BB
• Mencit BB 27 gram
27 𝑔𝑔
= 20 𝑔𝑔 x 455 mg/Kg BB

= 614,25 mg/Kg BB
• Mencit BB 28 gram
28 𝑔𝑔
= 20 𝑔𝑔 x 455 mg/Kg BB

= 568,75 mg/Kg BB

3. Volume Sonde (disesuaikan BB kalau BB sama hitung 1 aja)


➔ Diketahui volume sonde untuk mencit umum BB 20 gram = 0,5 mL
- Mencit BB 24 gram
24 𝑔𝑔
= 20 𝑔𝑔 x 0,5 mL
= 0,6 mL
- Mencit BB 25 gram
25 𝑔𝑔
= 20 𝑔𝑔 x 0,5 mL
= 0,625 mL
- Mencit BB 26 gram
26 𝑔𝑔
= 20 𝑔𝑔 x 0,5 mL
= 0,65 mL
- Mencit BB 27 gram
27 𝑔𝑔
= 20 𝑔𝑔 x 0,5 mL
= 0,675 mL
- Mencit BB 28 gram
28 𝑔𝑔
= 20 𝑔𝑔 x 0,5 mL
= 0,7 mL
- Mencit BB 29 gram
29 𝑔𝑔
= 20 𝑔𝑔 x 0,5 mL
= 0,725 mL
4. %Analgesik
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐾𝑃
% 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑔𝑒𝑠𝑖𝑘 = 100 − ( 𝑥 100%)
𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐾𝑁
a. Uji Rangsang Fisika
- Parasetamol
44,4
%Daya analgesik = 100 − ( 𝑥 100%) = -16,23%
38,2

- Ibuprofen
20,2
%Daya analgesik = 100 − ( 𝑥 100%) = 47,12%
38,2

- Ketoprofen
43,6
%Daya analgesik = 100 − ( 𝑥 100%) = 11,02%
38,2

b. Uji Rangsang Kimia


- Parasetamol
9
%Daya analgesik = 100 − ( 𝑥 100%) = 92,29%
116,66

- Ibuprofen
50
%Daya analgesik = 100 − ( 𝑥 100%) = 57,14%
116,66

Anda mungkin juga menyukai