Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM 8

ANALISIS EFEK ANTICACING (ANTELMINTIK)

Di susun oleh :
1. ANNISA AGUSTRIANA (KHGF20001)
2. WILLY JANUAR PRATAMA (KHGF20040)
KELAS : 1A
Dosen Pengampu :
Nurul, M.Farm., Apt.
Dani Sujana, M.Farm., Apt.

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA
GARUT
2021
1.1. Tujuan Praktikum
Pada praktikum ini, mahasiswa dapat melakukan uji eksperimen sederhana
untuk menguji aktivitas anticacing suatu bahan uji secara in vitro, serta dapat
menjelaskan perbedaan paralisis spastik dan flasid yang terjadi pada cacing setelah
kontak dengan anticacing.

1.2. Dasar Teori


Antelmintik atau obat cacing ialah obat yang digunakan untuk memberantas
atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Kebanyakan obat
cacing efektif terhadap satu macam cacing sehingga diperlukan diagnosis tepat
sebelum menunggunakan obat tertentu. Kebanyakan antelmintik diberikan secara
oral, pada saat makan atau sesudah makan. Beberapa senyawa antelmintik yang
lama, sudah tergeser oleh obat baru seperti Mebendazole, Piperazin, Levamisol,
Albendazole, Tiabendazole, dan sebagainya. Karena obat tersebut kurang
dimanfaatkan.
Antelmintik merupakan obat untuk mengurangi atau membunuh cacing
dalam tubuh manusia dan hewan. Dalam istilah ini termasuk semua zat yang bekerja
lokal menghalau cacing dari saluran cerna maupun obat-obat sistemik yang
membasmi cacing dari larvanya yang menghinggapi organ dan jaringan tubuh.
Obat-obat yang tidak diresorpsi lebih diutamakan untuk cacing didalam
rongga usus agar kadar setempat setinggi mungkin, lagi pula karena kebanyakan
antelmintika juga bersifat toksik pada tuan rumah. Sebaliknya, terhadap cacing yang
dapat menembus dinding usus dan menjalar ke jaringan dan organ lain, misalnya
cacing gelang, hendaknya digunakan obat sistemik yang justru diresorpsi baik
kedalam darah hingga bisa mecapai jaringan.
Terdapat tiga golongan cacing yang menyerang manusia yaitu matoda,
trematoda, dan cestoda. Sebagaimana penggunaan antibiotika, antelmintik
ditujukan pada target metabolic yang terdapat dalam parasit tetapi tidak
mempengaruhi atau berfungsi lain untuk pejamu.
Adapun macam-macam obat antelmitik yang dipakai pada praktikum ini
diantaranya sebagai berikut:
1. Piperazin Sitrat
Piperazin sitrat merupakan obat cacing yang pertama zat basa yang
sangat efektif terhadap Oxyrus, Ascaris lumbricoides dan E. vermicularis
berdasarkan perintangan penembusan impuls neuromuskuler dengan bekerja
memblokade respon otot cacing terhadap asetilkolin sehinggga terjadi
paralisis dan cacing dilumpuhkan untuk kemudian mudah dikeluarkan dari
tubuh oleh gerakan peristaltik usus.
2. Pirantel Pamoat
Pirantel pamoat adalah obat cacing yang banyak digunakan di
kalangan masyarakat saat ini. Mungkin karena cara penggunaannya yang
praktis, yaitu dosis tunggal, sehingga disukai banyak orang. Selain itu
khasiatnya pun cukup baik.
Pirantel pamoat dapat membasmi berbagai jenis cacing di usus.
Beberapa diantaranya adalah cacing tambang (Necator americanus dan
Ancylostoma duodenale), cacing gelang (Ascaris lumbrocoides), dan cacing
kremi (Enterobius vermicularis).
Mekanisme kerja Pirantel Pamoat melumpuhkan cacing dengan cara
mendepolarisasi senyawa penghambat neuromuskuler dan mengeluarkannya
dari dalam tubuh biasanya tanpa memerlukan pencahar.
HEWAN YANG DIGUNAKAN : Cacing Tanah.
Cacing Tanah adalah nama yang paling umum digunakan untuk
hewan dalam kelompok Oligochaeta, yang nama kelas dan subkelasnya
tergantung dari penemunya. Cacing ini tergolong dalam filum Annelida.
Nama ilmiah cacing tanah
Nama ilmiah : Lumbricina
Filum : Annelida
Kelas : Oligochaeta
Subkelas : Haplotaxida
Ordo : Megadrilacea
Subordo : Lumbrica+Moniligastrida
Kingdom : Animalia
Tingkatan takson : Subordo

1.3. Prinsip Percobaan


Pengujian aktivitas antelmintik dengan prinsip paralisis spastik dan paralisi
flasid.

1.4. Alat dan Bahan


1. Alat
- Cawan petri 3 buah
- Beaker glass 100 ml 3 buah
- Sarung tangan
- Pinset
- Batang pengaduk
- Thermometer
- Incubator
- Tisu
2. Bahan
- Pyrantel pamoat
- Piperazin sitrat
- Aquades
- Cacing tanah
1.5. Cara Kerja

siapkan larutan control


cacing diaktifkan Aquades & larutan uji
masing-masing 10 ml
dengan suhu 37°C (suhu yang berupa pirantel
ke 3 cawan petri
ruangan) pamoat dan piperazin
sitrat

untuk melihat apakah cacing


yang tidak bergerak sudah
masukkan cacing pada
mati atau hanya paralisis, amati cacing setiap 5
ke tiga cawan petri
pindahkan ke dalam air panas menit sekali
tersebut
50⁰c lalu amati
pergerakannya

1.6. Hasil Pengamatan

Table Pengamatan :

Nama Cacing Pengamata


Sediaan n
5 10 15 20 25
Pyrantel 1 Pf Pf M
pamoat
2 Pf Ps M
Piperazin 1 Ps Ps Ps Ps M
sitrat
Aquades 1 N N N N N
KET :
Pf = Paralisis Flasid
Ps = Paralisis Spastik
N = Normal
M = Mati

1.7. Pembahasan
Antelmintik atau obat cacing adalah obat yang digunakan untuk
memberantas cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Sebagian besar obat
cacing efektif terhadap satu macam kelompok cacing, sehingga diperlukan diagnosis
yang tepat sebelum menggunakan obat tertentu.
Pada praktikum ini, dilakukan pengamatan aktivitas antelmintik secara in
vitro dengan berbagai konsentrasi. Percobaan ini dilakukan tidak menggunakan
organisme yang terinfeksi, melainkan hanya dibuat keadaan lingkungan yang mirip
dengan keadaan aslinya atau tubuh. Pengamatan aktivitas yang dilakukan hanya
dilihat dari segi perubahan kerja saraf dan otot cacing.
Cacing yang digunakan pada praktikum ini ialah cacing tanah (Ascaris
Lumbricoides) yang dapat menginfeksi usus halus manusia. Percobaan dilakukan
dengan menggunakan obat antelmintik pyrantel pamoat dan piperazin sitrat dengan
penggunaan aquades sebagai pembanding. pirantel pamoat bekerja melumpuhkan
cacing dengan cara mendepolarisasi senyawa penghambat neuromuskuler dan
mengeluarkannya dari dalam tubuh. Sedangkan piperazin sitrat bekerja berdasarkan
peringatan penembusan impuls neuromuskuler dengan bekerja memblokade respon
otot cacing terhadap asetilkolin sehingga terjadi paralisis dan cacing dilumpuhkan
untuk kemudian mudah dikeluarkan dari tubuh oleh Gerakan peristaltic usus.
Pada praktikum ini, sediaan yang digunakan adalah combantrin sirup,
piperazin sitrat dan aquades diambil masing-masing sediaan 10 ml. dalam satu
cawan satu konsentrasi.
Cawan petri 1 dengan isi larutan uji pyrantel pamoat, dimasukkan 2 ekor
cacing. Kedua cacing tersebut mengalami paralisis pada menit ke 5 sampai menit ke
10. Lalu pada menit ke 15, kedua cacing tersebut mati. Cawan petri 2 dengan isi
larutan uji piperazin sitrat, dimasukkan 1 ekor cacing (cacing besar). Pada menit ke 5
sampai menit ke 20 cacing mengalami paralisis. Lalu pada menit ke 25, cacing
tersebut mati. Cawan petri 3 dengan isi cairan aquades sebagai indicator
pembanding, dimasukkan 1 ekor cacing berukuran kecil. Cacing ini tidak mengalami
paralisis maupun kematian. Cacing ini berperilaku normal dari menit awal sampai
menit terakhir.
Hal yang menyebabkan perbedaan waktu mati pada cacing didapat pada
larutan uji dan ukuran pada cacing tersebut. Karena pada cawan petri 1 kedua cacing
berukuran kecil dan larutan uji pyrantel pamoat yang keduanya cepat mati pada
menit ke 15. Sedangkan pada cawan petri 2 cacing dengan ukuran 2 kali lebih besar
dan dengan larutan uji piperazin sitrat tidak mudah mati atau perbandingan
waktunya lebih lambat dibanding dengan cacing yang terdapat pada cawan petri 1.
Pada cawan petri 3 dimasukkan ke dalam aquades, ia tidak mengalami paralisis
maupun kematian.

(Cawan Petri 1 Pirantel Pamoat) (Cawan Petri 2 Piperazin Sitrat) (Cawan Petri 3 Aquades)
1.8. Kesimpulan
Pada praktikum ini, digunakan 4 ekor cacing dengan penambahan obat
antelmintik yaitu pyrantel pamoat dan piperazin sitrat serta aquaades sebagai
pembanding. Mendapatkan hasil yang berbeda yaitu yang efektif adalah pyrantel
pamoat dengan cacing berukuran kecil dan piperazin sitrat cacing dengan ukuran
besar. Pada perlakuan uji, ukuran cacing yang berbeda maka hasilnya pun berbeda,
karena pada cacing yang berukuran besar mempunyai system imun yang baik
dibanding dengan cacing yang berukuran kecil, sehingga dapat bertahan lebih lama
pada saat diberikan larutan uji obat antelmintik tersebut.

1.9. Daftar Pustaka


Nurmansyah, A. 2019. Praktikum Farmakologi. Palembang. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Aisyiyah.

Anda mungkin juga menyukai