Di susun oleh :
1. ANNISA AGUSTRIANA (KHGF20001)
2. WILLY JANUAR PRATAMA (KHGF20040)
KELAS : 1A
Dosen Pengampu :
Nurul, M.Farm., Apt.
Dani Sujana, M.Farm., Apt.
Table Pengamatan :
1.7. Pembahasan
Antelmintik atau obat cacing adalah obat yang digunakan untuk
memberantas cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Sebagian besar obat
cacing efektif terhadap satu macam kelompok cacing, sehingga diperlukan diagnosis
yang tepat sebelum menggunakan obat tertentu.
Pada praktikum ini, dilakukan pengamatan aktivitas antelmintik secara in
vitro dengan berbagai konsentrasi. Percobaan ini dilakukan tidak menggunakan
organisme yang terinfeksi, melainkan hanya dibuat keadaan lingkungan yang mirip
dengan keadaan aslinya atau tubuh. Pengamatan aktivitas yang dilakukan hanya
dilihat dari segi perubahan kerja saraf dan otot cacing.
Cacing yang digunakan pada praktikum ini ialah cacing tanah (Ascaris
Lumbricoides) yang dapat menginfeksi usus halus manusia. Percobaan dilakukan
dengan menggunakan obat antelmintik pyrantel pamoat dan piperazin sitrat dengan
penggunaan aquades sebagai pembanding. pirantel pamoat bekerja melumpuhkan
cacing dengan cara mendepolarisasi senyawa penghambat neuromuskuler dan
mengeluarkannya dari dalam tubuh. Sedangkan piperazin sitrat bekerja berdasarkan
peringatan penembusan impuls neuromuskuler dengan bekerja memblokade respon
otot cacing terhadap asetilkolin sehingga terjadi paralisis dan cacing dilumpuhkan
untuk kemudian mudah dikeluarkan dari tubuh oleh Gerakan peristaltic usus.
Pada praktikum ini, sediaan yang digunakan adalah combantrin sirup,
piperazin sitrat dan aquades diambil masing-masing sediaan 10 ml. dalam satu
cawan satu konsentrasi.
Cawan petri 1 dengan isi larutan uji pyrantel pamoat, dimasukkan 2 ekor
cacing. Kedua cacing tersebut mengalami paralisis pada menit ke 5 sampai menit ke
10. Lalu pada menit ke 15, kedua cacing tersebut mati. Cawan petri 2 dengan isi
larutan uji piperazin sitrat, dimasukkan 1 ekor cacing (cacing besar). Pada menit ke 5
sampai menit ke 20 cacing mengalami paralisis. Lalu pada menit ke 25, cacing
tersebut mati. Cawan petri 3 dengan isi cairan aquades sebagai indicator
pembanding, dimasukkan 1 ekor cacing berukuran kecil. Cacing ini tidak mengalami
paralisis maupun kematian. Cacing ini berperilaku normal dari menit awal sampai
menit terakhir.
Hal yang menyebabkan perbedaan waktu mati pada cacing didapat pada
larutan uji dan ukuran pada cacing tersebut. Karena pada cawan petri 1 kedua cacing
berukuran kecil dan larutan uji pyrantel pamoat yang keduanya cepat mati pada
menit ke 15. Sedangkan pada cawan petri 2 cacing dengan ukuran 2 kali lebih besar
dan dengan larutan uji piperazin sitrat tidak mudah mati atau perbandingan
waktunya lebih lambat dibanding dengan cacing yang terdapat pada cawan petri 1.
Pada cawan petri 3 dimasukkan ke dalam aquades, ia tidak mengalami paralisis
maupun kematian.
(Cawan Petri 1 Pirantel Pamoat) (Cawan Petri 2 Piperazin Sitrat) (Cawan Petri 3 Aquades)
1.8. Kesimpulan
Pada praktikum ini, digunakan 4 ekor cacing dengan penambahan obat
antelmintik yaitu pyrantel pamoat dan piperazin sitrat serta aquaades sebagai
pembanding. Mendapatkan hasil yang berbeda yaitu yang efektif adalah pyrantel
pamoat dengan cacing berukuran kecil dan piperazin sitrat cacing dengan ukuran
besar. Pada perlakuan uji, ukuran cacing yang berbeda maka hasilnya pun berbeda,
karena pada cacing yang berukuran besar mempunyai system imun yang baik
dibanding dengan cacing yang berukuran kecil, sehingga dapat bertahan lebih lama
pada saat diberikan larutan uji obat antelmintik tersebut.