PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah populasi manusia yang
banyak. Hal ini terjadi karena meningkatnya produktifitas dalam setiap keluarga.
Seyogyanya hal ini dapat memberikan kontribusi bagi kekuatan Indonesia sendiri, yang para
generasi inilah nantinya akan mempengaruhi perkembangan negara. Akan tetapi di satu sisi
dengan bertambah banyaknya jumlah penduduk di Indonesia mengakibatkan beban
pemerintah dalam mengatur dan memberikan pelayanan yang baik berupa pendidikan,
lapangan pekerjaan, kesejahteraan bagi mereka tidak maksimal. Dengan keterbatasan ini
akan menimbulkan banyaknya tindak kriminalitas yang cenderung merusak moralitas.
Pada Tahun 1970 Pemerintah mulai memperkenalkan istilah Keluarga Berencana (KB)
yaitu gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi
kelahiran. Meski demikian, penerapan KB ini tidak bisa dengan mulus diterima karena
Indonesia sebagai Negara dengan penganut Agama Islam terbesar di Dunia selalu
menjadikan Alquran dan Hadis sebagai pandangan hidup.
Tidak diragukan lagi, bahwa tujuan pokok perkawinan ialah menjaga kelangsungan
hidup generasi manusia. Sedang kelangsungan jenis manusia ini hanya mungkin dapat
dilakukan dengan berlangsungnya keturunan. Islam sendiri sangat suka terhadap banyaknya
keturunan dan memberkati setiap anak, baik laki-laki ataupun perempuan. Namun dibalik
itu Islam juga memberi kemudahan kepada setiap muslim untuk mengatur keturunannya itu
apabila didorong oleh alasan kuat.
Agama Islam merupakan Rahmatal lil‘alamin, dengan adanya kemajuan teknologi dan
ilmu pengetahuan yang pesat di kalangan masyarakat Islam ini, Islam mengajukan untuk
tetap berpegang teguh pada Sumber Hukum Islam yaitu Alquran dan Hadis. Masyarakat
Islam sebagai suatu bagian yang tidak terpisahkan dari dunia, ia tidak dapat melepaskan diri
dari persoalan-persoalan yang menyangkut kedudukan hukum suatu persoalan. Persoalan-
persoalan baru yang status hukumnya sudah jelas dan tegas dinyatakan secara eksplisit
dalam Alquran dan Hadis, yang diyakini tidak akan menimbulkan pro dan kontra di kalangan
masyarakat Islam. Akan tetapi, bagi persoalan-persoalan yang belum jelas status hukumnya
dalam kedua sumber hukum Islam itu. Di sinilah ijtihad berperan untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan hukum yang baru tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut :
1. Apa itu Keluarga Berencana atau Family Planning?
2. Bagaimana dasar hukum KB dalam pandangan Islam?
3. Bagaimana pandangan ulama tentang KB?
4. Apa saja alat kontrasepsi KB dan hukum mengunakan alat konstrasepsi tersebut?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam pembahasan ini diantaranya
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa makna dari Keluarga Berencana atau Family Planning.
2. Untuk mengetahui hukum mengikuti program KB dalam pandangan Islam.
3. Untuk mengetahui bagaimana saja pandangan dari para ulama tentang KB.
4. Untuk alat-alat kontrasepsi apa saja yang digunakan dalam program KB dan
mengetahui hukum menggunakan alat kontrasepsi.
BAB II PEMBAHASAN
PANDANGAN ULAMA TENTANG KB DAN ALAT KONTRASEPSI
(STERILISASI DAN IUD)
A. Pengertian KB
Program keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri
untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
diinginkan, mengatur jarak interval kehamilan, merencanakan waktu kelahiran yang tepat
dalam kaitanya dengan umur istri, serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Pengertian keluarga di sini adalah suatu kesatuan sosial terkecil di dalam masyarakat
yang diikat oleh jalinan perkawinan yang sah yang lazim disebut dengan keluarga inti atau
nuclear family, yang terdiri dari suami istri dan anakanak, dan bukan extended family atau
keluarga besar yang mencakup keluarga lain terdekat. KB dalam istilah inggris disebut
dengan family planning atau birth control ada juga yang menyebutnya dengan planning
parenthood. Sedangkan padanan Arabnya disebut, النسل تحديدatau juga disebut النسل تنظيمatau
النسل تقليلMenurut WHO (World Health Organization).
Dalam istilah arab KB juga memiliki arti yang sama dengan tanzhim alnasl, yaitu
pengaturan keturunan atau kelahiran. Bukan tahdid al-nasl, birth control, atau pembatasan
kelahiran. Menurut Syaltut, jika program Keluarga Berencana (KB) itu dimaksudkan sebagai
usaha pembatasan anak dalam jumlah tertentu, misalnya hanya 3 (tiga) anak untuk setiap
keluarga dalam segala situasi dan kondisi tanpa terkecuali, maka hal tersebut bertentangan
dengan syariat islam, alam dan hikmah Allah menciptakan manusia agar berkembang biak
dan dapat memanfaatkan karunia Allah untuk kesejahteraan hidupnya.
Menurut Zuhairini dalam bukunya “Pendidikan Islam dalam Keluarga,” menjelaskan
bahwa keluarga adalah satu-satunya jamaah yang berdasarkan hubungan darah atau
hubungan perkawinan. Karena itu pengertian keluarga dalam arti sempit (pure family
system) adalah suatu bentuk masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-
anaknya. Sedangkan pengertian keluarga dalam arti luas (extended system) adalah meliputi
ayah, ibu, nenek, kakek, saudara atau kerabat-kerabat yang dekat.
KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasutri untuk mendapatkan objektif-
objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam
keluarga. Mahmud Syaltut mendefinisikan KB sebagai pengaturan dan penjarangan
kelahiran atau usaha mencegah kehamilan sementara atau bahkan untuk selama-lamanya
sehubungan dengan situasi dan kondisi tertentu, baik bagi keluarga yang bersangkutan
maupun untuk kepentingan masyarakat dan negara.
Jadi keluarga di sini adalah keluarga inti, dimana dalam istilah Jawa disebut dengan batih
atau dalam bahasa Inggris disebut nuclear family, yang terdiri dari suami, istri dan anak-
anaknya. Bukan extended family atau keluarga luas yang terdiri dari keluarga inti yang
ditambah dengan anggota keluarga dekat lain dari garis keturunan ayah atau ibu, saudara
sekandung maupun yang ada hubungan perkawinan seperti mertua atau ipar. Sedangkan
istilah berencana berasal dari kata “rencana” yang memperoleh awalan ber dan mempunyai
arti berencana, tersusun, terprogram, dan secara umum tambahan ber itu bermakna
dilakukan dengan sengaja.
Tubektomi pada wanita atau vasektomi pada pria ialah setiap tindakan (pengikatan atau
pemotongan) pada kedua saluran telur (tuba fallopi) wanita atau saluran vas deferens pria
yang mengakibatkan orang/ pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan
lagi. Kontrasepsi itu hanya dipakai untuk jangka panjang, walaupun kadang-kadang masih
dapat dipulihkan kembali atau reversibel.
- Hukum
Para ulama sepakat mengharamkannya karena selama ini yang terjadi adalah
pemandulan, meski ada keterangan medis bahwa penggunanya masih bisa dipulihkan.
Namun kenyataan lapangan menunjukkan bahwa para penggunanya memang tidak bisa lagi
memiliki keturunan selamanya. Pada titik inilah para ulama mengharamkannya.
a. Kesimpulan
KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasutri untuk mendapatkan objektif-
objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam
keluarga. Jadi keluarga di sini adalah keluarga inti, dimana dalam istilah Jawa disebut
dengan batih atau dalam bahasa Inggris disebut nuclear family, yang terdiri dari suami, istri
dan anak-anaknya.
Pada zaman Rasulullah SAW tidak ada seruan luas untuk ber-KB atau mencegah
kehamilan di tengah-tengah kaum muslimin. Tidak ada upaya dan usaha yang serius untuk
menjadikan al-‘azl sebagai amalan yang meluas dan tindakan yang populer di tengah-tengah
masyarakat
Pandangan ulama tentang KB sendiri, memberikan jawaban yang berbeda. Beberapa
ulama tidak membolehkan dengan alasan yang kuat berdasarkan dalil Alquran QS. Al-Isra’
ayat 31. Sebagian ulama membolehkan jika memang dalam keadaan yang membahayakan
nyawa seseorang. Hendaknya slogan Keluarga Berencana ini bisa tetap kita jalankan guna
menjaga keutuhan dalam keluarga.
Daftar Pustaka
Lusiana, Gina. 2019. “Keluarga Berencana Perspektif Ulama Hadis (Family Planning
Perspectives on Ulama Hadith)”. file:///C:/Users/62878/Downloads/10452-29000-1-PB.pdf.
Diakses 18 Maret 2021.
Sari, Email. 2018. “Keluarga Berencana Perspektif Ulama Hadis”.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/view/10452. Diakses 18 Maret 2021.
Abdussalam, M. Iqbal. 2020. “Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Tokoh NU
dan LDII Tentang Program Keluarga Berencana (KB)”.
http://repository.radenintan.ac.id/11957/1/PERPUS%20PUSAT.pdf. Diakses 19 Maret 2021.
Tjindarsari, Njimas Intan. 1981. “Sterilisasi Ditinjau Dari Hukum Islam”.
http://repository.unair.ac.id/12265/1/2.pdf. Diakses 18 Maret 2021.
Tarmizi, Erwandi. 2012. “Bolehkah Menggunakan Spiral IUD?”.
https://erwanditarmizi.com/blog/2012/07/29/bolehkah-mengunakan-spiral-iud/. Diakses 18
Maret 2021.
Suteja, Amar. 2012. “Pandangan Ulama tentang KB”.
http://amarsuteja.blogspot.com/. Diakses 18 Maret 2021.