Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM KIMIA ANALIS

“KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS”

OLEH :
KELOMPOK 1
FARMASI LAB. C
ASISTEN: ADHE ERIKSTIADE BAHAR

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
SAMATA GOWA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan substansi

campuran menjadi komponen-komponennya, misalnya senyawa flavonoida

yang terdapat pada tahu, tempe, bubuk isoflavon memiliki banyak manfaat.

Beberapa kelabihan senyawa isoflavon yang potensial bagi kesehatan

manusia, diantaranya adalah sebagai antioksidan, antitumor / antikanker,

antikolestrol, antivirus, antialergi, dan dapat mencegah osteoporosis. Dan

semua kromatografi bekerja berdasarkan metode kromatografi. Kromatografi

telah didefinisikan terutama sebagai suatu proses pemisahan yang digunakan

untuk pemisahan campuran yang pada hakekatnya molekuler. Kromatografi

bergantung pada pembagian-ulang molekul-molekul campuran antara dua

fase atau lebih. Tipe-tipe kromatografi mencakup kromatografi adsorbs,

kromatografi partisi cairan, dan pertukaran ion. Sistem utama yang digunakan

dalam kromatografi partisi adalah : partisi gas, partisi cairan yang

menggunakan alas tak bergerak (misalnya kromatografi kolom), kromatografi

kertas dan lapis tipis. Analisis dengan menggunakan KLT dapat digunakan

untuk mengidentifikasi simplisia yang kelompok kandungan kimianya sudah

diketahui. Kelompok kandungan kimia seperti : alkaloid, antraglikosida,

arbutin, glikosida jantung, zat pahit, flavonoid, saponin, minyak atsiri,

kumarin, dan asam fenol karboksilat.


Adapun perkembangan pesat dari beberapa jenis sistem kromatografi
diantaranya adalah ; Kromatografi kertas, kromatografi lapisan tipis ( Thin
Layer Chromatography ), kromatografi gas ( Gas Chromatography ), dan
kromatografi cair kinerja tinggi ( High Performance Liquid Chromatography).
Pada kromatografi lapisan tipis, terdapat lapisan tipis ( tebal 0.1-2
mm) yang terdiri atas bahan padat yang dilapiskan kepada permukaan
penyangga datar ( plat ), yang biasanya terbuat dari kaca, tetapi dapat pula
terbuat dari plat polimer atau logam. Lapisan yang melekat pada permukaan
dengan bantuan bahan pengikat, biasanya kalsium sulfat dan kromatografi
lapisan tipis dapat digunakan untuk keperluan yang luas dalam pemisahan-
pemisahan.

B. Maksud Dan Tujuan Percobaan

1. Maksud dan tujuan

Untuk mengetahui metode pennetuan secara kromatografi

2. Tujuan percobaan
Untuk memisahkan campuran senyawa fase dengan metode

kromatografi lapis tipis dan untuk mengetahui nilai RF.

C. Prinsip Percobaan

Adsorbs dan partisi dimana adsorps adalah penyerapan pada

permukaan, sedangkan partisi adalah penyebaran atau kemampuan suatu saat

yang ada dalam larutan untuk berpisah kedalam pelarut yang digunakan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan

perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada

kromatografi, komponen-komponennnya akan dipisahkan antara dua fase

yaitu fase dim dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran

sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran (Tim

penyusun,2016:37).

Kromatografi lapis tipis merupakan cara pemisahan campuran senyawa

menjadi senyawamurni dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan

kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat

sedikit, baik menyerap maupun merupakan cuplikan KLT dapat digunakan

untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofilik seperti lipid-

lipid dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT

juga dapat digunakan untuk mencari kromatografi kolom, identifikasi senyawa

secara kromatografi dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan

lapis tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan

pereaksi-pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat.(Fessenden,2003:238).

Kromatografi lapis tipis digunakan untuk emisahkan komponen-

komponen atas dasar perbedaan adsobsi atau partisi oleh fase diam dipisah

gerakan pelarut pengembang. Teknik KLT dikembangkan oleh Egon Stahl

dengan menghamparkan penyerap pada lempeng gelas, sehingga merupakan

lapisan tipis. KLT merupakan kromatografi serapan, tetapi dapat juga

merupakan kromatografi partisi karena bahan penyerap telah dilapisi air dari

udara. Sistem ini sangat popular karena banyak memberikan keuntungan, yaitu
peralatan yang diperlukan sederhana, murah, waktu analisis yang singkat serta

daya pisah cukup baik. Selain itu sampel yang dibutuhkan sangat sedikit

(sudjadi,1986:167).

Pemilihan eluen (fase gerak) sebaiknya menggunakan campuran

pelarut organik yang mempunyai polaritas serendah mungkin, hal ini untuk

megurangi serapan dari setiap komponen dari campuran pelarut. Jika

komponen-komponen yang mempunyai sifat polar yang tinggi (terutama air)

dalam campuran akan merubah sistem menjadi sistem partisi

(hardjimi,1991:28).

Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih

murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga peralatan

yang digunakan lebih sederhana dan dapat dikatakan bahwa hampir semua

laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara cepat. Dimana adapun

beberapa keuntungan lain dari kromatografi planar adalah :

(rohman,2012:353-354).

1. Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis

2. Identifikasi pemisahan komponendapat dilakukan dengan pereaksi

warna, fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar

ultraviolet.

3. Dapat digunakan atau dilakukan elusi secara menaik (ascending),

mneurun (descending) atau dengan cara elusi 2 dimensi.

Prinsip pada kromatografi lapis tipis yaitu suatu analit bergerak naik atau

melintasi lapisan fase diam (paling umum digunakan silica gel), dibawah

pengaruh fase gerak (biasanya campuran pelarut organik), yang bergerak

melalui fase diam oleh kerja kapiler. Jarak pemindahan oleh analit tersebut

ditentukan oleh afinitas relatifnya untuk fase diam dan fase gerak. Selain itu,
adapun penampangnya digunakan untuk menentukan pengotor dala bahan

baku farmasi dan kemungkinan bermanfaat dalam validasi pembersihan yang

merupakan bagian dari pembuatan obat (watson,2007:167).

Aplikasi (penotolan) sampel dimana pada pemisahan senyawa dengan

metode kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh hanya jika

menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin.

Sebagaimana dalam prosedur kromatografi yang lain, jika sampel yang

digunakan terlalu banyak maka akan menurunkan resolusi

(underwood,2002:641).

Beberapa penyerap fase diam yang digunakan pada KLT (kromatografi lapis

tipis) :

Penyerap Mekanisme sorpsi Penggunaan

Silika gel Adsopsi Asam amino

hidrokarbon, vitamin,

alkaloid

Silika yang Partisi termodifikasi Senyawa-senyawa non


dimodifikasi dengan polar

hidrokarbon

Serbuk selulosa Partisi Asam amino,

nukleotida,

karbohidrat, ion logam,

pewarna makanan,

alkaloid

Kleselguhr (tanah Partisi Gula, asam-asam

diatomae) lemak
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penyerap

berukuran kecil dengan diamter partikel antara 10-3- µm. Semakin kecil

ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakain sempit kisaran ukuran fase

diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensinya dan

resolusinya. Dimana penyerap yang paling sering digunakan adalah silica dan

serbuk selulosa (Rohman,2012:354-355).

B. Uraian Bahan

1. Asam mefenamat (Dirjen POM, 1979:43)

Nama resmi : ACIDUM MEFENAMAT

Nama lain : asam mefenamat

Rumus molekul : C15H15HO2

Berat molekul : 241,29

Rumus struktur :
Pemerian : serbuk hablur, putih, atau hampir putih,

melebur pada suhu ± 23⁰C disertai

peruraian

Kelarutan : larut dalam larutan alkali hidroksida, agak

sukar larut dalam etanol, dan dalam

metanol, praktis tidak larut dalam air

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat


Kegunaan : sebagai sampel

2. Asam asetat glasial (Dirjen POM, 1995:46)

Nama resmi : ACIDUM ACETICUM GLACIALE

Nama lain : asam asetat glasial


Rumus molekul : C2H4O2

Rumus struktur :
Berat molekul : 60,05

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna. Bau khas

menusuk, rasa asam, jika diencerkan

dengan air mendidih pada suhu ± 118⁰

Kelarutan :dapat bercampur dengan air. Dengan etanol

dan dengan gliserol

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : campuran fase gerak, pelarut

3. Kloroform (Dirjen POM, 1995:266)

Nama lain : CHLOROFORMUM

Nama lain : KLOROFORM

Rumus molekul : CHCL3

Berat molekul : 119,38

Rumus struktur :
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, mudah

mengalir, mempunyai sifat khas, bau eter,

rasa manis dan membakar. Mendidih pada

suhu ± 61⁰ dipengaruhi oleh cahaya

Kelarutan : sukar larut dalam air, dapat bercampur

dengan etanol, dengan eter, dengan

benzen, dengan hexane, dengan lemak,

minyak menguap

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

cahaya matahari, pada suhu tidak lebih

dari 30⁰

Kegunaan : campuran fase gerak, pelarut

4. Etil asetat (Dirjen POM,1979:613)

Nama resmi : ETHILE ACETICUM

Nema lain : etil asetat

Rumus molekul : C4H8O2

Berat molekul : 88,11

Rumus struktur :
Pemerian : cairan tidak berwarna, bau khas

Kelarutan : larut dalam 15 bagian air, dapat tercampur

dengan dengan etanol (95%) p dan eter p

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : campuran fase gerak


5. Metanol (Dirjen POM,1979:706)

Nama resmi : METHANOL

Nama lain : metanol, metil alkohol

Rumus molekul : CH3OH

Rumus struktur :

Berat molekul : 32,04

Pemerian : dalam keadaan atmosfer berbentuk cairan

ringan mudah mneguap, tidak berwarna,

mudah terbakar dan beracun bau yang

khas (lebih ringan dari pada etanol)

Kelarutan :-

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : pelarut
6. Silika gel (lempeng) (Dirjen POM,1979:729)

Nama resmi : SILICA GEL

Nama lain : lempeng silika gel, silika gel b/UV-254

Komposisi : mengandung lebih 13% CaSO4, ½ H2O

dan lebih kurang plurosein P, yang

mempunyai intansita malkrinan pada 254

nm.

Pemerian : serbuk halus, serbasama dengan ukuran

antara 10 nm dan 40 nm warna putih.


BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu alumunium foil,

chamber, gelas ukur, isolasi, kertas saring, labu ukur, lempeng KLT, pipa

kapiler, pipet tetes dan tisu.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu bubuk asam

mefenamat, asam asetat glasial, etil asetat, kloroform dan metanol.

B. Cara kerja

1. Fase gerak

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Dibuat campuran kloroform, etil asetat, asam asetat glasial (75:25:1)

2. Penyiapan lempeng KLT

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b. Dibersihkan 8 gelas objek (25 mm X 75 mm) dengan asam kromat

(larutan)

c. Asam sulfat dibilas dengan air kemudian dikeringkan

d. Dibuah bubur 3 gr silika gel G dan 6 ml air, diaduk dengan mortis

e. Bubur yang sudah jadi dilapiskan pada plat (glass objek) dengan

mnggunakan btp dengan ketebalan sekitar 0,1 mm sampai 0,3 mm

f. Dikeringkan, lalu setelah kering dipindahkan gelas objek ke oven dan

diaktivkan pada suhu 1000 c selama 1 jam

g. Plat atau lempeng yang sudah diaktivkan disimpan dalam desikator


3. Penyiapan pengembang kromatografi

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Dipipet 1 ml metanol absolut, 18,090 ml asetat glasial, 60,301 ml dietil

eter dan 120,60 ml benzene

c. Dimasukkan kedalam erlenmeyer dan dihomogenkan

d. Dimasukkan ke dalam chamber secukupnya

e. Dijenuhkan chamber dengan menutup sambil digoyang kemudian

didiamkan

4. Penotolan sampel

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Sampel dilarutkan dalam kloroform 5-10 mg/ml, kemudian ditotolkan

pada ujung lempeng (kurang lebih 1,5 cm dari ujung) menggunakan

pipet halus (pipet kapiler untuk penentuan titik leleh) diameter dan

boleh lebih dari 3 cm

c. Dianginkan sampai kering

5. Eluen dengan larutan pengembang

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Lempeng yang sudah ditotol dengan sampel dimasukkan ke dalam

chamber, kemudian ditutup dengan segera

c. Dikeluarkan lempeng tersebut jika eluen telah mencapai batas atas dan

lempeng silika gel

d. Penampakan noda pada UV 254 nm dan 366 nm

e. Diletakkan lempeng silika gel dibawah sinar UV 254 nm dan 366 nm

f. Diamati noda yang tampak


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel pengamatan

Lempeng Jarak noda Jarak eluen Nilai RF

Sampel 1,9 cm 4,5 cm 0,422 cm

Larutan baku 2,0 cm 4,5 cm 0,444 cm

Ket : Larutan sampel : asam mefenamat (tablet)

Larutan baku : asam mefenamat

2. Perhitungan

a. Perbandingan fase gerak

Dik : V = 4 ml

Perbandingan : kloroform : etil asetat : asam asetat glasial

(75 : 25 : 1)

Penyelesaian :

1) Kloroform : 75/101 X 4 ml = 3 ml

2) Etil asetat : 25/101 X 4 ml = 1 ml

3) Asam asetat glasial : 1/101 X 4 ml = 0,1 ml

b. Nilai harga RF (faktor resensi)

1) Larutan sampel . RF = jarak noda/jarak eluen = 1,9 cm/4,5cm =

0,422 cm

2) Larutan baku.RF = jarak noda/jarak eluen = 2,0 cm/4,5 cm =

0,444 cm
B. Pembahasan

Kromatografi lapis tipis merupakan cara pemisahan campuran senyawa

menjadi senyawamurni dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan

kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat

sedikit, baik menyerap maupun merupakan cuplikan KLT dapat digunakan untuk

memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofilik seperti lipid-lipid dan

hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat

digunakan untuk mencari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara

kromatografi dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapis tipis

seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi-pereaksi

yang lebih reaktif seperti asam sulfat.( Fessenden, 2003:238)

Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu alumunium foil,

chamber, gelas ukur, isolasi, kertas saring, labu ukur, lempeng KLT, pipa kapiler,

pipet tetes dan tisu. Sedangkan bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu

bubuk asam mefenamat, asam asetat glasial, etil asetat, kloroform dan metanol.

Cara kerja pada percobaan ini adalah pertama pembuatan atau pelarutan asam

mefenamat yaitu tablet asam mefenamat dilarutkan dengan 250 mg asam

mefenamat ditambahkan kloroform sebanyak 35 ml dan etanol 15 ml kemudian

dihomogenkan, lalu dimasukkan ke dalam oven dengan suhu dan waktu tertentu

hingga ujungnya terdapat lengkungan, lalu dihentikan pemanasannya.

Mekanisme kerja percobaan pemisahan senyawa dengan menggunakan fase

diam dari bentuk plattilika dan fase geraknya disesuiakan dengan jenis sampel

yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan

dinamakan eluen, semakin dekat kepolaran antara sampel akan semakin terbawa

oleh fase gerak tersebut. Dikatakan eluen terlalu polar jika pelarut tersebut

menyebabkan noda pada plat bergerak jauh keluar pusat lingkaran atau eluen
tersebut menyebabkan noda pada plat naik sampai batas atas plat tempat

mengalami pemisahan eluen dikatakan kurang polar jika eluen tersebut ketika

dikatakan pada noda tidak bergerak (sianita,2008)

Adapun hasil percobaan yang didapatkan dengan uji KLT jika dibandingkan

dengan literatur. Jika pada hasil percobaan menunjukkan nilai RF sampel sama

dengan nilai RF larutan baku maka dalam hal ini sampel mengandung zat yang

sama pada kandungannya larutan baku asam mefenamat tetapi pada uji KLT ini,

hasil yang didapatkan yaitu nilai RF larutan baku dan larutan sampel yang

berbeda, tetapi perbedaan nilai Rfnya hanya cm dan cm. Sehingga masih

baku dikatakan sampel positif mengandung asam mefenamat.

Digunakan sinar UV 254 dan 366 untuk penampakan noda karena untuk

menampakkan solut sebagai bercak yang genap atau bercak yang berfluoresensi

terang pada dasar yang berfluoresensi seragam.

Lempeng dan noda dapat berfluoresensi saat disinari sinar UV 254 dan 366

karena kita kembali kepada pengertian fluoresensi yaitu merupakan salah satu

fotoluminesensi, yakni peristiwa yang maan suatu senyawa obat atau senyawa

kimia dapat dieksitasikan oleh radiasi sinar yang panajng gelombangnya sama

atau berbeda dengan panjang gelombang semula (panjang gelombang eksitais).

Pada UV 254 nm, lempeng akan berfluoresensi dimana lempeng

mengabsobsi cahaya ultraviolet atau cahaya tampak sebagai fluoresensi,

sedangkan noda akan terlihat gelap, tidak dapat bila mengandung gugus

kromofor. Pada sinar UV 366 maka akan terjadi penmpakan noda karena adanya

daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh

ausokrom yang ada pada noda tersebut.


Dilakukan penjenuhan chamber bertujuan untuk meyakinkan bahwa atmosfer

dalam gelas kimia terjenuhkan dengan uap menghentikan penguapan pelarut

sama halnya dengan pergerakan pelarut dalam KLT.

Alasan pemilihan kombinasi fase gerak dari 3 kombinasi dimaksudkan untuk

mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen dapat mengangkat

noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula.

Noda tidak tampak pada saat pengujian karena tidak memiliki gugus

auksokrom sehingga noda yang berfluoresensi tidak dapat terlihat oleh mata.

Adapun faktor kesalahn pada percbaan yang dilakukan yaitu pada saat proses

penjenuhan seharusnya chamber tidak digoyangkan tetapi chamber digoyangkan

oleh praktikan sehingga proses penjenuhan sedikit terganggu.

Adapun hubungan percobaan dengan bidang farmasi yaitu dengan

melakukan uji KLT kita dapat mengetahui atau mengidentifikasi zat yan

terkandung dalam suatu sediaan obat.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa sampel dapat dikatakan posisit mengandung asam mefenanmat. Sesuai

dengan literatur yang menyatakan bahwa jika pada percobaan menunjukkan

nilai RF sampel sama dengan nilai RF larutan baku maka dalam hal ini

sampel mengandung zat yang sama pada kandungannya larutan baku asam

mefenamat. hasil yang didapatkan yaitu nilai RF larutan baku dan larutan

sampel yang berbeda, tetapi perbedaan nilai Rfnya hanya 0,422 cm dan 0,444

cm.

B. Saran

1. Untuk laboratorium

Sebaiknya alat-alat praktikum serta bahan-bahan yang sekiranya

akan digunakan lebih dilengkapi lagi, agar tidak terkendalnya proses

praktikum.

2. Untuk asisten

Sebaiknya kaka asisten menggunakan baju lab dan atributnya

agar menghindari keelakaan pada saat praktikum. Trimaksih kepada kakak

kakak asisten yang telah berbagi ilmu dan waktunya kepada kami, semoga

ilmu yang diberikan bisa bermanfaat. Serta maafkan kelakuan kami yang

sekiranya tidak menyenagkan kepada kakak.


DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI

Fessenden R. J. J. S. Fessenden. 2013. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga

Khopkar,S M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia.

Jakarta

Rohman, Abdul. 2012. Kimia Analisis Farmasi. Yogyakarta: Erlangga

Sudjaji.1988.Metode Pemisahan.yogyakarta:kanisius

Tim Penyusun Kimia Analisis. 2016. Modul Styles Kimia Analisis. Samata: Uin

Alauddin: Press

Underwood, Day R.A. 2006. Analisa Kimia Kuantitatif. jakarta: erlangga


Skema Kerja

1. Penjenuhan chamber (wadah)

Chamber

4ml (fase gerak) (kloroform:etil asetat : asam asetat glasial )

Kertas saring

Tutup

Fase gerak

2. Pelarut

250 mg asam mefenamat

100 ml kloroform : etanol

Saring

Vial
3. Fase diam

Lempeng silika gel

Pembanding Sampel

Oven (110⁰C selama 30-60 detik)

Sampai lempeng melengkung

4. Pengujian

Sampel

Pipa kapiler

Pada lempeng

5-20 ml

Anginkan
Dimasukkan lempeng → chamber

Keluarkan lempeng
Lampiran

Sampel dan baku pembanding Penotolan sampel dan baku


pembanding

Pengujian KLT
Penjenuhan chamber

Lempeng silika gel Pengujian dengan spektro uv 366


nm
Pengujian dengan spektro uv 254 nm

Anda mungkin juga menyukai