Oleh:
Marselina Nedja
201FF04025
I. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Menyebutkan komponen matriks tulang beserta karakteristik dan fungsinya
b. Menyebutkan karakteristik otot skelet
c. Menyebutkan faktor faktor yang dapat mempengaruhi kerja otot skelet
d. Menjelaskan mekanisme kontraksi otot skelet
II. PRINSIP KERJA
Berdasarkan mekanisme fisiologis tulang dan otot
III. PENDAHULUAN/ DASAR TEORI
Sistem lokomotorius adalah sistem yang dapat menggerakan tubuh. Sistem ini terdiri dari
sistem skelet dan sistem otot. Sistem skelet meliputi semua tulang termasuk tulang rawan. Sistem
otot merupakan sistem penggerak yang terdiri dari otot skelet, otot polos dan otot jantung.
Tulang adalah penopang tubuh vertebrata. Tanpa tulang, pasti tubuh kita tidak bisa tegak
berdiri. Tulang mulai terbentuk sejak bayi dalam kandungan, berlangsung terus sampai dekade
kedua dalam susunan yang teratur. Pertumbuhan tulang selengkapnya terbentuk pada umur lebih
kurang 30 tahun. Setelah itu ada juga perubahan yang disebut remodelling. Tulang merupakan
reservoir terbesar dari kalsium dan phosphate. 99% kalsium terdapat di tulang (1000 gram) dari
jumlah kalsium tubuh, sedangkan phosphate dalam tulang mencapai 90% dari phosphate dalam
tubuh. Dari segi bentuk, tulang dapat dibagi menjadi tulang pipa seperti tulang hasta dan tibia,
tulang pipih seperti tulang rusuk, tulang dada, dan tulang pendek tulang-tulang telapak tangan,
pergelangan tangan.Menurut letaknya tulang dibagi dua, yaitu Tengkorak (bagian kepala), dan
rangka badan.
Pada umumnya Struktur tulang tulang diseluruh tubuh kita semuanya berasal dari
material yang sama. Dari luar ke dalam kita akan dapat menemukan lapisan-lapisan
berikut ini:
a. Periosteum.
Pada lapisan pertama terdapat periosteum. Periosteum merupakan selaput luar tulang
yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang),
jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-
otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan
dan reparasi tulang rusak.
b. Tulang Kompak (Compact Bone).
Pada lapisan kedua terdapat tulang kompak. Tulang ini teksturnya halus dan sangat
kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur
(kalsium fosfat dan kalsium karbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat.
Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan
dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih
banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur. Tulang kompak paling banyak
ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.
c. Tulang Spongiosa (Spongy Bone).
Pada lapisan ketiga terdapat tulang spongiosa. Sesuai dengan namanya tulang
spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang
dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang
yang disebut trabekula.
d. Sumsum Tulang (Bone Marrow).
Lapisan terakhir yang paling dalam terdapat sumsum tulang. Sumsum tulang
wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang
spongiosa seperti yang telah dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang
berperan penting dalam tubuh kita karena berfungsi memproduksi sel-sel darah.
Otot adalah jaringan pada manusia dan hewan yang memiliki fungsi sebagai alat
gerak aktif yang menggerakan tulang. Otot juga mempunyai jenis jenisnya sebagi
berikut :
a. Otot lurik (Otot Rangka)
Otot lurik disebut juga otot rangka atau otot serat lintang. Otot ini bekerja di bawah
kesadaran. Padaototlurik, fibril fibrilnya mempunvai jalur-jalur melintang gelap
anisotrop) dan terang (isotrop) yang tersusunberselang-selang. Sel-selnya berbentuk
silindris dan mempunvai banvak inti. Otot rangka dapat berkontraksi dengan cepat
dan mempunyai periode istirahat berkali - kali. Otot rangkai memiliki kumpulan
serabut yang dibungkus oleh fasia super fasialis. Uratotot (tendon) tersusun dari
jaringan ikat dan bersifat keras serta liat.
b. Otot Polos
Otot polos disebut juga otot taksadar atau otot alat dalam (ototviseral). Otot polos
tersusun dari sel – sel yang berbentuk kumparan halus. Masing-masing sel memiliki
satu inti yang letaknya ditengah. Kontraksi otot polos tidak menurut kehendak, tetapi
dipersarafi oleh saraf otonom. Otot polos terdapat pada alat-alat dalam tubuh,
misalnya pada :
1) Dinding saluran pencernaan
2) Saluran-saluran pernapasan
3) Pembuluh darah
4) Saluran kencing dan kelamin
c. Otot Jantung
Otot jantung mempunyai struktur yang sama dengan otot lurik hanya saja
serabut-serabutnya bercabang-cabang dan saling beranyaman serta
dipersarafi oleh saraf otonom. Letak intisel di tengah. Dengan demikian,
otot jantung disebut juga otot lurik yang bekerja tidak menurut kehendak.
IV. ALAT DAN BAHAN
ALAT BAHAN
Gelas piala Tulang ayam
Benang Kasur NaCl 0,9%
Asam asetat 10%,
Plastik Krep
20% dan 25%
V. PROSEDUR KERJA
a. Fisiologi Tulang
Diletakan lengan bawah sekali lagi dengan rilex pada meja dengan
telapak tangan menghadap ke atas
Keterangan:
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu fisiologi tulang, dilakukan pengamatan terhadap
pengaruh NaCl dan Asam asetat pada tulang. Tulang yang digunakan adalah tulang paha
ayam yang sebelumnya sudah dibersihkan dari daging. Tulang paha ayam tersebut
kemudian dimasukkan dalam empat gelas kimia yang berisi NaCl 0,9%, Asam asetat 5%,
Asam asetat 10% dan Asam asetat 25%. Masing-masing 1 tulang dalam setiap gelas,
direndam selama 6 hari dan dilakukan pengamatan pada hari ke-7. Sebelum dimasukkan
dalam larutan NaCl dan Asam asetat sebelumnnya tulang paha ayam dilakukan uji
organoleptis dimana sebelum perendaman tulang paha ayam berwarna putih tulang, keras,
tidak lentur, bau khas tulang atau amis.
Pengamatan hari ke-7 pada tulang paha ayam dengan NaCl 0,9% didapatkan warna
tulang menjadi agak gelap disebabkan karena pigmen warna tulang terangkat karena
terlalu lamanya direndam. Untuk kekerasan pada tulang masih tetap kuat/keras, ini
menunjukan bahwa NaCl tidak memberikan reaksi yang terlalu besar dalam
menghilangkan kalsium pada tulang. Kelenturan pada tulang tidak menunjukan adanya
reaksi, tulang tidak menunjukan adanya kelenturan ini disebabkan karena mineral pada
tulang tidak terlarut dalam NaCl. Untuk bau masih amis reaksi sedang karena NaCl tidak
terlalu mempengaruhi bau tulang ayam.
Pengamatan hari ke-7 pada tulang paha ayam yang direndam dalam Asam asetat 10
%, 20% dan 25% menunjukan semuanya memberikan reaksi kuat pada warna menjadi
lebih gelap ini bisa disebabkan oleh konsentrasi asam yang berpengaruh mampu
melarutkan warna dari tulang. Pada kekerasan tulang pada semua konsentrasi asam asetat
tulang menjadi lunak dengan tidak adanya reaksi pada kekerasan. Hal ini disebabkan
karena fungsi dari asam adalah untuk melarutkan kalsium fosfat dan mineral lain,
sehingga akhirnya yang tersisa hanya kolagen dan zat – zat organic lain sehingga tulang
tidak lagi kuat dan keras. Kelenturan, pada tulang yang direndam dengan asam asetat
10% memberikan reaksi sedang dan pada asam asetat 20% dan 25% memberikan reaksi
kuat ini menunjukan bahwa benar asam mampu melarutkan kalsium dalam tulang dan
akhirnya komposisi kalsium dalam tulang menurun. Tulang yang awalnya tidak lentur
setelah direndam dalam asam asetat menjadi sangat lentur. Untuk bau pada tulang yang
direndam dalam asam asetat, tulang yang awalnya bau amis tidak lagi berbau, ini
menunjukan asam asetat mampu menghilangkan bau amis pada tulang.
VIII. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa: NaCl tidak terlalu besar dalam
menghilangkan kalsium seperti halnya asam asetat, sehingga yang terlihat tulang masih tetap
segar dan kuat dan Asam asetat bersifat korosif yang akan membuat tulang menjadi keropos,
Semakin besar konsentrasi asam asetat semakin rapuh tulangnya.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Gunstream, S, E., et al., 1989, Anatomy and Physiology Laboratori Textbook, Wm C
Brown Publisher, Dubuque.
Gunstream S, E., 2015, Anatomy and Physiology with Integrated Study 6th Edition,
McGraw-Hill Education, New York.
Kurnadi, Kemal Adyana. 2001, Anatomi Fisiologi Manusia. Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.
Martini, FH, Nath, JL, Bartholomew, EF., 2012, Fundamentals of Anatomy and
Physiology, 9th Edition, Pearson Education Inc., London
Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Rugh, R., 1990, The Mouse, its Reproduction and Development, Oxford University Press,
Oxford.