Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI & EVALUASI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID


“Formulasi Sirup Paracetamol”

Disusun oleh :
Kelompok 2
Nenden Selma (201FF03061)
Anastasia N H (201FF03063)
Oktifani Siti N (201FF03064)
Erna Kurniasih (201FF03065)
Reza Agustian M (201FF03067)
Diva Febiola (201FF03068)
Nisa Nur Anggia (201FF03069)
Rival Aprianto (201FF03070)
Isma Nurani (201FF03071)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2022
I. Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa dapat mengetahui rancangan formula sediaan sirup paracetamol.
b. Mahasiswa dapat memproduksi sediaan sirup paracetamol.
c. Mahasiswa dapat mengevaluasi sediaan sirup paracetamol.
II. Regulasi Sediaan
a. Golongan obat
- Obat bebas (ISO VOL 50, 2016)
b. Aturan penandaan golongan obat
Menurut Permenkes RI Nomor 949/Menkes/Per/IV/2000. Golongan obat
bebas adalah obat yang dijual bebas dipasaran dan dapat dibeli tanpa resep
dokter. Memiliki logo berwarna hijau dengan garis tepi bewarna hitam.

III. Preformulasi
a. Zat aktif
- Paracetamol (Farmakope Indonesia III)
o Pemerian : hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau,rasa putih.
o Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol(95%), dalam 13
bagian aseton p dalam 40 bagian gliserol p dan dalam 9 bagian propilenglikol,
larut dalam larutan alkali higroski.
o Suhu lebur : 169° - 172° C
o pH larutan : 5,2 dan 6,5
o Stabilitas : peningkatan suhu dapat mempercepat degradasi obat.
o Inkompatibilitas : tidak bercampur dengan senyawa yang memiliki ikatan
hidrogen dan beberapa antasida.
o Khasiat : analgetika , antipiretik.
b. Zat tambahan
- Propilenglikol (Farmakope Indonesia III)
o Pemerian : cairan kental,jernih, tidak berwarna, tidak berbau rasa agak
manisdan higroskopis.
o Kelarutan : dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) p, dan dengan
klorofom p. Larut dalam 6 bagia eter p, tidak dapat campur dengan eter
minyak tanah p dan dengan minyak lemak.
o Stabilitas : higroskopois dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat,
lindungi dari cahaya, ditempar dingin
o Khasiat : zat tambahan, cosolvent, dan pelarut.
- Gliserin (Farmakope Indonesia III )
o Pemerian : cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis rasa
hangat, higroskopis jika disimpan di suhu rendah dapat memadat membentuk
massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih
kurang 20°C.
o Kelarutan : dapat campur dengan air dan dengan etanol 95% praktis tidak larut
dalam klorofom, dalam eter dan minyak lemak.
o Khasiat : zat tambahan, anticapslocking.
- Sukrosa (Farmakope Indonesia III)
o Pemerian : hablur putih/tidak berwarna, massa hablur/berbentuk kubus , serbuk
hablur putih, tidak berbau, rasa manis, stabil di udara, larutan netral terhadap
lakmus.
o Kelarutan : sangat mudah larut dalam air lebih mudah larut dalam air mendidih,
sukar larut dalam etanol tidak larut dalam klorofom dan eter.
o Stabilitas : sukrosa mempunyai stabilitas yang bagus pada temperatur ruangan
dan kelembapan sedang dapat menyerap 1% bau yang dilepaskan ketika
dipanaskan pada suhu 90°C. Membentuk kaamel ketika diatas 160°C. Bisa
disterilkan dengan autoclaf / penyaringan pada suhu 110°C-145°C, dapat
mengalami invarsi menjadi dekstrosa dan fruktosa. Inversi dipercepat pada suhu
diatas 130°C dan dengan adanya asam.
o Khasiat : pemanis
- Asam Sitrat (Farmakope Indonesia )
o Pemerian : hablur tidak berwarna, serbuk putih, tidak bau rasa sangat asam,
agak higroskopis.
o Kelarutan : larut dalam 5 bagian air, 1,5 bagian etanol 95%, sukar larut dalam
eter.
o Khasiat : zat tambahan
- Natrium Sitrat (Farmakope Indonesia)
o Pemerian : hablur tidak berwarna atau serbuk halus putih
o Kelarutan : mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, tidak
larut dalam etanol.
o Khasiat : antikoagulan, pendapar.
- Sakarin (Farmakope Indonesia III)
o Pemerian : serbuk atau hablur putih, tidak berbau atau berbau aromatik lemah,
larutan encer sangat manis, larutan beraksi asam terhadap lakmus.
o Stabilitas : sakarin stabil dibawah kondisi kisaran normal yang digunakan dalam
formula dalam bentuk serbuk, tidak terdeksi dekomposisinya. Pada suhu 125° C
pada pH rendah (2) selama lebih dari 1 jam tidak terjadi dekomposisi.
o Khasiat : bahan pemanis
- Metilparaben (Farmakope Indonesia IV)
o Pemerian : hablur kecil tidak berwarna tidak berasa dan berbau
o Kelarutan : sukar larut dalam air, sukar larut dalam benzen, sukar larut dalam
tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan eter.
o Stabilitas : mudah terurai oleh cahaya
o Khasiat : pengawet
- Propilparaben (Farmakope Indonesia IV )
o Pemerian : serbuk putih tidak berwarna
o Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, mudah alrut dalam etanol dan eter ,
sukar larut dalam air mendidih.
o Stabilitas : kelarutan dalam air pada pH 3-6 kelarutan dalam air stabil dengan
autoclav I tanpa mengalami penguraian.
o Khasiat : pengawet
- Aqua destillata (Farmakope Indonesia III)
o Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, berbau ataupun berasa.
o Khasiat : pelarut
IV. Tinjauan Farmakologi Zat Aktif
a. Indikasi (ISO VOL 50)
Meningkatkan rasa sakit dan demam
b. Mekanisme kerja
Menghambat biosintesis prosglandin.
c. Efek samping
Penggunaan jangka panjang dan dosis besar dapat menyebabkan kerusakan pada hati
dan reaksi hipersensitifitas.
d. Dosis
0-1 tahun : ½ sendok takar, 3-4 kali sehari
1-2 tahun : 1 sendok takar, 3-4 kali sehari
2-6 tahun : 1-2 sendok takar, 3-4 kali sehari
6-9 tahun : 2-4 sendok takar, 3-4 kali sehari
9-12 tahun : 3-4 sendok takar, 3-4 kali sehari
e. Aturan pakai
Dapat diminum sebelum atau sesudah makan.
V. Farmakokinetik zat aktif
a. Absorbsi
Paracetamol diabsorbsi dengan baik pada usus halus dan melalui transport pasif
pemberian oral. Pemberian dengan disertai makanan akan sedikit memperlambat
absorbsi paracetamol. Pada pemberian melalui rektum terdapat variasi konsentrasi
puncak pada plasma lebih lama.
b. Distribusi
Setelah pemberian oral, konsentrasi puncak pada plasma akan dicapai dalam waktu
10-60 menit pada tablet basa dan 60-120 menit untuk tablet lepas lambat. Konsentrasi
pada plasma rata-rata adalah 2,1 mg/ml dalam waktu 6 jam dan kadarnya hanya
terdeteksi setelah 8 jam. Paracetamol memiliki waktu 1-3 jam. Paracetamol memiliki
biovabilitas yang tinggi sekitar 25%. Dalam darah paracetamol nantinya akan diikat
oleh protein.
c. Metabolisme
Metabolisme paracetamol terutama dihati melalui proses glukoronidasi dan sulfasi
menjadi konjugat non toksik. Sebagian kecil paarcetamol juga dioksidasi melalui
enzim sitokron paso menjadi metabolit toksik berupa N – accetal-P-benzo-quinane
mine (NAPQI). Pada kondisi normal, NAPQI akan dikonjugasi oleh glutation menjadi
sistein dan konjugat asam mertaptural. Ketika diberikan dosis dalam jumlah yang
besar terdapat defisiensi glutation, maka NAPQI tidak dapat terdetoksifikasi dan
menyebabkan nekrosis hyper akut.
d. Eliminasi
Sekitar 85% paracetamol diekskresi dalam bentuk terkonjugasi dan bebas melalui
urine dalam waktu 24 jam. Pada paracetamol oral, ekskresi berlangsung dalam
waktu/laju 0,16 -0,2ml/menit/kg. Eliminasi ini akan berkurang pada individu berusia
lebih dari 65 tahun atau dengan gangguan ginjal. Selain ginjal, sekitar 2,6% akan
diekskresi melalui bilier. Paracetamol juga dapat diekskresi dengan hemodialisa.
VI. Farmakodinamik Zat Aktif
Enzim siklooksigenase (COX) memiliki beberapa isoform. Yang paling
dikenal adalah COX-1 dan COX-2. Walaupun keduanya memiliki kesamaan
karakteristik dan mengkatalisis reaksi yang sama, terdapat perbedaan efek di antara
keduanya.Enzim COX-1 merupakan enzim yang diekspresikan oleh hampir semua
jaringan di tubuh, termasuk platelet, dan memiliki peran dalam produksi prostaglandin
yang terlibat dalam proteksi lambung, agregasi platelet, autoregulasi aliran darah
renal, dan inisiasi parturisi. Sementara itu, COX-2 berperan penting dalam proses
inflamasi dengan mengaktivasi sitokin inflamasi. COX-2 juga banyak diekspresikan
di ginjal dan memproduksi prostasiklin yang berperan dalam homeostasis ginjal.
Aktivasi COX-1 dan COX-2 dipengaruhi oleh kadar asam arakidonat. Ketika kadar
asam arakidonat rendah, maka prostaglandin akan dibentuk dari terutama dari COX-2,
sementara saat kadar asam arakidonat tinggi, prostaglandin akan dibentuk terutama
dari COX-1. Kadar asam arakidonat ini juga mempengaruhi kerja paracetamol. Kadar
yang rendah memiliki efek poten terhadap paracetamol dan kadar yang tinggi akan
menghambat kerja paracetamol. Paracetamol memiliki efek analgesik dan antipiretik
yang setara dengan OAINS. Sebagai analgesik, paracetamol menghambat
prostaglandin dengan cara berperan sebagai substrat dalam siklus peroksidase enzim
COX-1 dan COX-2 dan menghambat peroksinitrit yang merupakan aktivator enzim
COX. Sebagai antipiretik, paracetamol menghambat peningkatan konsentrasi
prostaglandin di sistem saraf pusat dan cairan serebrospinal yang disebabkan oleh
pirogen. Efek klinis paracetamol dapat terlihat dalam satu jam setelah pemberian.
Dalam beberapa studi ditemukan bahwa paracetamol dapat menurunkan suhu sebesar
1oC setelah satu jam pemberian. Paracetamol tidak seefektif OAINS dalam
meredakan nyeri pada arthritis akut karena tidak dapat menurunkan kadar
prostaglandin di cairan sinovial. Dibandingkan dengan OAINS, paracetamol memiliki
efek samping ke sistem gastrointestinal yang lebih rendah. Oleh karena itu
paracetamol dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada pasien dengan riwayat
ulkus peptikum. (Graham GG, 2013) (Moriarty C, 2014) (Sharma CV, 2014)
(database, 2017)
VII. Spesialit Obat
a. Paten ( Nama Paten dari Paracetamol sirup )
- Asibramol (ISO VOL 52)
- Alphamol (ISO VOL 52)
- Sanmol (ISO VOL 52)
- Mirasic (ISO VOL 52)
b. Generik
- Paracetamol (ISO VOL 52)
Nama pabrik : Imformind
- Paracetamol (ISO VOL 52)
Nama pabrik : Hexpharm Jaya
- Paracetamol (ISO VOL 52)
Nama pabrik : Holi pharma
- Paracetamol (ISO VOL 52) (Duniafarmasiku.wordpress.com, 2014)
Nama pabrik : Phyto Kema Agung Farma
VIII. Formulasi Umum
1. Zat aktif
2. Zat tambahan
a. Pengawet
b. Pemanis
c. Anti capslocking
d. Pewarna
e. Perasa dan pewangi
f. Pendapar
g. Cosolvent
h. Pelarut
IX. Formulasi khusus Umum
a. Zat aktif
- Paracetamol 120 mg
b. Zat tambahan
- Propilenglikol 4%
- Sukrosa 25%
- Sakarin 0,05%
- Asam sitrat 0,5%
- Natrium sitrat 0,5%
- Metil paraben 0,18%
- Propil paraben 0,02%
- Gliserin 8%
- Strawberry essence 0,1%
- Pewarna merah 0,01%
- Aqua destillata ad 200 ml
X. Alasan pemilihan Formula khusus
Paracetamol : zat aktif atau zat utama yang memiliki khasiat sebagai analgetik dan
antipiretik.
Propilenglokol : zat dimana dapat meningkatkan kelarutan pada satu sediaan obat
yang mmeiliki tingkat kelarutan yang kecil atau praktis tidak larut di dalam air.
Gliserin : zat dapat menghindari ketidakstabilan dan suatu sediaan sirup,
dimana gliserin dapat menghindari terbentuknya benang-benang atau endapan Kristal
yang diakibatkan oleh sering membuka tutup botol pada sediaan sirup.
Sukrosa : sukrosa merupakan zat tambahan yang digunakan sebagai pemanis,
dimana pemanis ditambahkan pada sediaan sirup dengan tujuan menutupi rasa tidak
sedap dari zat aktif dan pemanis sukrosa merupakan pemanis alami dimana dapat
menyeimbangkan dari pemanis sintesis.
Sakarin : sakarin juga digunakan sebagai pemanis bersama dengan sukrosa.
Juga sakarin disini bisa digunakan sebagai pengawet saat daya simpan.
Asam sitrat dan Natrium sitrat : kedua bahan ini digunakan untuk mengatur pH dari
sediaan, dimana asam sitrat disiini sebagai asam lemah dan natrium sitrat sebagai
garamnya.
Metal paraben : digunakan sebagai pengawet dan juga sebagai antifungi dan
antijamur.
Propil paraben : propel paraben juga digunakan sebagai pengawet yaitu sebagai
antibakteri.
Strawberry essence : digunakan sebagai perasa dan juga pewangi dimana rasa ini
memang banyak digunakan juga disukai oleh anak-anak.
Pewarna merah : digunakan sebagai pewarna yang menarik pada sediaan sirup.
Aqua destillata : digunakan sebagai pelarut dimana bahan ini mudah didapatkan dan
harganya cukup murah
XI. Penimbangan bahan
Komposisi Bahan 5 ml 200 ml
Paracetamol 120 mg 120 𝑚𝑔
× 200𝑚𝑙 =
5 𝑚𝑙

4800 𝑚𝑔 = 4,8 gr
Propilenglikol 4% 4 4
× 5 𝑚𝑙 = 0,2 𝑔𝑟 × 200 𝑚𝑙 = 8 𝑔𝑟
100 100
Sukrosa 25% 25 25
× 5 𝑚𝑙 = 1,25 𝑔𝑟 ÷ 200 𝑚𝑙 = 50 𝑔𝑟
100 100
Sakarin 0,05% 0,05 0,05
× 5 𝑚𝑙 = 0,0025 𝑔𝑟 × 200 𝑚𝑙 = 0,19 𝑔𝑟
100 100
Asam sitrat 0,5% 0,5 0,5
× 5 𝑚𝑙 = 0,025 𝑔𝑟 × 200 𝑚𝑙 = 1 𝑔𝑟
100 100
Natrium sitrat 0,5% 0,5 0,5
× 5 𝑚𝑙 = 0,025 𝑔𝑟 × 200 𝑚𝑙 = 1 𝑔𝑟
100 100
Metal paraben 0,18% 0,18 0,18
× 5 𝑚𝑙 = 0,009 𝑔𝑟 × 200 𝑚𝑙 = 0,36 𝑔𝑟
100 100
Propel paraben 0,02% 0,02 0,02
× 5 𝑚𝑙 = 0,001 𝑔𝑟 × 200 𝑚𝑙 = 0,04 𝑔𝑟
100 100
Gliserin 8% 8 8
× 5 𝑚𝑙 = 0,4 𝑔𝑟 × 200 𝑚𝑙 = 16 𝑔𝑟
100 100
Pewarna 0,01% 0,01 0,01
× 5 𝑚𝑙 = 0,0005 𝑔𝑟 × 200 𝑚𝑙 = 0,02 𝑔𝑟
100 100
Aqua destillata ad 200 ml Ad 5 ml Ad 200 ml
XII. Alat dan Bahan
Alat Bahan
- Timbangan analitik - paracetamol
- Beaker glass - propilenglikol
- Pipet tetes - gliserin
- Spatel - sukrosa
- Kertas perkamen - sakarin
- Batang pengaduk - metal paraben
- Botol kaca 100 ml (2 biji) - propil paraben
- Erlenmayer - strawberry essence
- pH meter - pewarna merah
- piknometer - asam sitrat
- viscometer blookfield - natrium sitrat
- gelas ukur - aquadest

XIII. Prosedur pembuatan


Kalibrasi botol 100 ml.
Siapkan alat dan timbang bahan
sesuai dengan yang sudah
ditetapkan.
Larutkan paracetamo dalam
propilenglikol
Larutkan sakarin + sukrosa dalam
air panas
Larutkan natrium sitrat + asam sitrat
dengan air panas.
Larutkan metilparaben + propil
paraben dalam gliserin
Campurkan semua bahan yang sudah
dilarutkan kedalam beakarglass.
Aduk menggunakan homogenizer ,
bila perlu sambil dihangatkan.

Tambahkan aquadest ad 200 ml.

Tambahkan strawberry essence.

Larutkan pewarna dengan sedikit air,


lalu masukkan sedikit-sedikit dengan
pipet tetes sampai sesuai warna yang
dikehendaki.
XIV. Prosedur evaluasi sediaan
a. Uji organoleptis
Masukkan sirup paracetamol kedalam beaker glass lalu diamkan dengan,
amati warna, rasa, dan bau.
b. Uji kejernihan
Masukkan sirup parasetamol kedalam beaker glass. Amati kejernihan sirup
menggunakan latar belakang hitam dan latar putih lalu soroti dengan senter.
c. Uji derajat keasaman (pH)
Masukkan sirup paracetamol kedalam beaker glass. pH meter yang berisi
larutan KCl dibilas dengan menggunakan aquadest lalu lakukan kalibrasi pada
pH meter.
d. Uji bobot jenis
Bersihkan piknometer, lalu keringkan pikno kosong(W1), timbang piknometer
+ air (W2). Bersihkan piknometer lalu keringkan dan timbang piknometer +
sirup (W3) . masukkan hasil kedalam rumus :
𝑤3 − 𝑤1
𝑤2 − 𝑤1
XV. Rangkaian kemasan

RIVALMOL®
SIRUP PARACETAMOL
KOMPOSISI
Tiap 5 mL mengandung:
Paracetamol …… 120 mg

FARMAKOLOGI
RIVALMOL® mengandung Paracetamol yang bekerja sebagai analgetik dengan
meningkatkan ambang rasa sakit, dan sebagai antipiretik yang diduga bekerja
langsung pada pusat pengatur panas di hipotalamus.

INDIKASI
Untuk meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigi, dan
menurunkan demam.

KONTRAINDIKASI
Hipersensitif terhadap Paracetamol, pasien dengan disfungsi hati dan ginjal.

EFEK SAMPING
- Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati.
- Reaksi hipersensitifitas.

PERHATIAN
- Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita ginjal.
- Bila setelah 2 hari demam tidak menurun atau setelah 5 hari nyeri tidak
menghilang, segera hubungi Unit Pelayanan Kesehatan.

DOSIS
Anak-anak usia:
1-2 tahun: 3-4 kali sehari, 1 sendok takar (5 mL).
2-6 tahun: 3-4 kali sehari, 1-2 sendok takar (5mL - 10 mL).
6-9 tahun: 3-4 kali sehari, 2-3 sendok takar (10 mL - 15 mL).
9-12 tahun: 3-4 kali sehari, 3-4 sendok takar (15 mL - 20 mL).

ATURAN PAKAI
Dikonsumsi sebelum atau sesudah makan.

OVERDOSIS
Paracetamol dalam dosis berlebih dapat menimbulkan keracunan hati pada
beberapa penderita. Bila hal ini terjadi, segera hubungi rumah sakit terdekat.

PENYIMPANAN
Simpan pada suhu di bawah 30⁰C, terlindung dari cahaya.

KEMASAN
RIVALMOL® Sirup : Dus isi 1 botol @ 100 mL.
No. Reg.: DBL2121212137A1

Jika sakit berlanjut hubungi dokter

Diproduksi oleh: PT Maju Terus Farma


Bandung - Indonesia
KOMPOSISI DOSIS
Tiap 5 mL mengandung: Netto 100 mL 1-2 tahun: 3-4 kali sehari, 1 sendok
Paracetamol …… 120 mg takar (5 mL).
2-6 tahun: 3-4 kali sehari, 1-2 sendok
INDIKASI RIVALMOL® takar (5mL - 10 mL).
Untuk meringankan rasa sakit pada 6-9 tahun: 3-4 kali sehari, 2-3 sendok
SIRUP PARACETAMOL
keadaan sakit kepala, sakit gigi, dan takar (10 mL - 15 mL).
menurunkan demam. 9-12 tahun: 3-4 kali sehari, 3-4 sendok
takar (15 mL - 20 mL).
KONTRAINDIKASI
Hipersensitif terhadap Paracetamol, Keterangan lebih lengkap lihat brosur
pasien dengan disfungsi hati dan ginjal.
Reg. No. DBL2121212137A1
PENYIMPANAN Rasa stroberi Batch No. AL2112
Simpan pada suhu di bawah 30⁰C, PT Maju Terus Farma Mfg. date : MARET 21
terlindung dari cahaya. Bandung - Indonesia Exp. Date : MARET 23
XVI. Hasil Pengamatan
No. Evaluasi Hasil Pengamatan
1 Uji Organileptis Warna : Merah muda
Rasa : Manis dan sedikit pahit
Aroma : strawberry
2 Uji kejernihan Larutan Jernih dan tidak mengendap

3 Uji derajat keasaman (pH)

4 Uji bobot jenis

XVII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan sirup. Dalam Farmakope
Indonesia edisi III, Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung
sakarosa. Kecuali dinyatakan lain,kadar sakarosa, C12H22O11, tidak kurang dari
64,0% dan tidak lebih dari 66,0%. Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau
perngganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat (Ansel,
1989) (Duniafarmasiku.wordpress.com, 2014)
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuaatan sediaan sirup paracetamol.
Paracetamol adalah obat analgesik dan antipiretik yang populer dan digunakan untuk
meredakan sakit kepala dan nyeri ringan, serta demam. Obat digunakan sebagian
besar sebagai obat resep untuk analgesik dan flu. Obat memiliki keamanan bagus
pada dosis standar, tetapi mudah terjadi overdosis karena obat muncul pada banyak
sediaan obat. Hal ini mendorong terjadinya overdosis baik sengaja ataupun tidak
sengaja. (Paracetamol, n.d.)
Pada praktikum kali ini menggunakan metode pelarutan dengan pemanasan.
Zat aktif yang aktif yang digunakan dalam praktikum pembuatan sirup adalah
acetaminophenum dan zat tambahan yang digunakan adalah Propilenglikol sebagai
cosolvent, Sukrosa dan sakarin sebagai pemanis, asam sitrat dan natrium sitrat sebagai
pendafar menjaga supaya sirup dalam keadaan stabil, metil paraben dan propil
paraben sebagai pengawet, gliserin sebagai anticapslocking, strawberry essence
sebagai pewarna merah, dan aqua destillata sebagai pelarut.
Pada saat paracetamol dilarutkan dalam propilenglikol parasetamol dapat larut
dengan sempurna. Karena rasa parasetamol yang pahit, maka ditambah bahan
tambahan pemanis yaitu sakarin dan sukrosa yang telah di larutkan dalam air panas.
Sediaan akhir yang sesuai dengan persyaratan menginginkan bahwa tidak ada
pertumbuhan bakteri sampai waktu kadaluarsanya, sehingga penggunaan pengawet
sangat diperlukan. Pengawet yang di gunakan adalah metil paraben dan propil
paraben dilarutkan dalam gliserin. Selanjutnya untuk menjaga supaya sirup dalam
keadaan stabil dan mengatur pH digunakan zat tambahan asam sitrat dan natrium
sitrat. Dipantau dari dari warna sediaan syrup memiliki warna merah muda, memiliki
bau khas, dan rasanya manis. Warna merah muda ditimbulkan dari penambahan
pewarna atau essence strawberry, bau khas ditimbulkan dari essence tadi, dan manis
ditimbulkan dari formula pemanis.

XVIII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, yaitu pembuatan sediaan sirup
paracetamol dengan zat aktif yang digunakan ialah acetaminophenum dan zat
tambahan yang digunakan adalah Propilenglikol sebagai cosolvent, Sukrosa dan
sakarin sebagai pemanis, asam sitrat dan natrium sitrat sebagai pendafar menjaga
supaya sirup dalam keadaan stabil, metil paraben dan propil paraben sebagai
pengawet, gliserin sebagai anticapslocking, strawberry essence sebagai pewarna
merah, dan aqua destillata sebagai pelarut. Adapun factor pendukung atau stabilitas
ialah kemasan atau wadah yang nantinya akan digunakan untuk sediaan paracetamol
ini.
DAFTAR PUSTAKA

Farmakope Indonesia. (t.thn.).

Farmakope Indonesia . (t.thn.).

Farmakope Indonesia III. (t.thn.).

Farmakope Indonesia III. (t.thn.).

Farmakope Indonesia III. (t.thn.).

Farmakope Indonesia III. (t.thn.).

Farmakope Indonesia III. (t.thn.).

Farmakope Indonesia III . (t.thn.).

Farmakope Indonesia IV. (t.thn.).

Farmakope Indonesia IV . (t.thn.).

ISO VOL 50. (t.thn.).

ISO VOL 50. (2016).

ISO VOL 52. (t.thn.).

ISO VOL 52. (t.thn.).

ISO VOL 52. (t.thn.).

ISO VOL 52. (t.thn.).

ISO VOL 52. (t.thn.).

ISO VOL 52. (t.thn.).

database, N. C. (2017). Acetaminophen .

Duniafarmasiku.wordpress.com. (2014, 04 13). Diambil kembali dari


https://duniafarmasiku.wordpress.com/2014/04/13/sirup-2/

Moriarty C, C. W. (2014). paracetamol : pharmacology, prescribing and controversies. BMJ .

Graham GG, D. M. (2013). The Modern pharmacology of paracetamol . Dalam therapeutic actions
mechanism of action metabolism, toxicity and recent pharmacological findings. Inflammopharmacol
(hal. 201-232).

Paracetamol. (t.thn.). Diambil kembali dari id.m.Wikipedia.org:


https://id.wikipedia.org/wiki/Parasetamol

Sharma CV, M. V. (2014). Paracetamol :. Dalam mechanism and updates, continuing Education in
Anaesthesia Critical Care & Pain (hal. 153-158).

Anda mungkin juga menyukai