Anda di halaman 1dari 17

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALISIS
“KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS”

OLEH :

NAMA : BERLIAN PERMATASARI ACHMAD


STAMBUK : 15020190086
KELAS : C5
KELOMPOK : 1 (SATU)
ASISTEN : NASRIANI

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kromatografi merupakan teknik pemisahan campuran
didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen
campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair)
dan fase gerak (cair atau gas).
Pemisahan campuran menjadi komponen – komponennya
adalah hal yang sangat penting dalam semua cabang ilmu kimia.
Salah satu teknik pemisahan yang digemari adalah teknik
kromatografi. Dengan menggunakan metode kromatografi, dalam
banyak hal yang berkaitan dengan pemisahan telah terbukti jauh lebih
cepat dan efektif daripada metode lainnya.
Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa
komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-
komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda.
Ada banyak pembagian metode pemisahan dengan kromato
grafi, kromatografi terbagi mejadi kromatografi kolom, kromatografi
kertas, kromatografi lapis tipis, dan kromatografi lapis tipis.

BERLIAN PERMATASARI ACHMAD NASRIANI


15020190086
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Salah satu jenis metode kromatografi yang paling sering


dipakai adalah metode kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi
lapis tipis adalah suatu teknik pemisahan cara lama, digunakan secara
luas, terutama dalam analisis campuran yang rumit dari sumber alam.
Kromatografi lapis tipis lebih unggul bila sejumlah kondisi pemisahan
yang berbeda-beda diperlukan untuk menangani penetapan kadar
seluruh cuplikan, karena sejumlah bejana pengembang yang berisi
berbagai sistem pelarut dapat lebih hemat dipakai.
1.2 Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah Untuk mengetahui
metode penentuan kimia secara kromatografi lapis tipis.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah memisahkan campuran
senyawa fase dengan metode kromatografi lapis tipis dan untuk
mengetahui nilai Rf.

BERLIAN PERMATASARI ACHMAD NASRIANI


15020190086
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum


Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran
berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam
medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan
dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase
diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak
akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah
tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang
mudah larut dalam fase gerak akanbergerak lebih cepat. (Imam
Haqiqi, Sohibul,2008)
Kromatografi lapis tipis merupakan (KLT) termasuk kategori
kromatografi planar yang termasuk di dalamnya adalah kromatografi
kertas dan elektroforesis. Berbeda dengan kromatografi kolom yang
fasa diamnya diisikan atau ter-packing dalam kolom, kromatografi
planar ini fasa diamnya merupakan lapisan uniform bidang datar yang
didukung oleh plat kaca, aluminium atau plat selulosa dalam
kromatografi kertas, sedangkan fasa gerak yang juga sering disebut
sebagai pelarut pengembang akan bergerak sepanjang fasa diam
dibawah pengaruh kapiler, pengaruh gravitasi atau pengaruh potensial
listrik. Dibanding dengan jenis lain kromatogafi lapis tipis ini lebih
mudah pelaksanaannya dan lebih murah. (Tri Mulyono : 2012)
KLT biasanya digunakan pada analisis kualitatif untuk untuk
menentukan jumlah komponen campuran, atau penentuan suatu zat.
Sehingga KLT merupakan teknik analisis yang cukup mudah dan
praktis. HPTLC (High Performance Thin-Layer Chromatography)
digunakan untuk analisis secara kuantitatif. HPTLC merupakan salah
satu pengembangan KLT. Akan tetapi peralatan HPTLC sangat mahal
dan cukup rumit. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan

BERLIAN PERMATASARI ACHMAD NASRIANI


15020190086
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

analisis kuantitatif kromatografi lapis tipis dengan biaya yang relatif


murah dengan hasil yang akurat (Hess,Amber. 2004).
Kromatografi lapis tipis adalah salah satu contoh kromatografi
planar. Fase diamnya (Stationary Phase) berbentuk lapisan tipis yang
melekat pada gelas/kaca, plastic, alumunium. Sedangkan fase
geraknya (Mobile phase) berupa cairan atau campuran cairan,
biasanya pelarut organik dan kadang–kadang juga air. Fase diam
yang berupa lapisan tipis ini dapat dibuat dengan membentangkan
atau meratakan fase diam.(Tim dosen Kimia UGM : 2013)
Kromatografi lapis tipis digunakan untuk memisahkan
komponen-komponen atas dasar perbedaan adsorpsi atau partisi oleh
pase diam dibawah gerakan pelarut pengembang. Pada dasarnya
KLT sangat mirip dengan kromatografi kertas , terutama pada cara
pelaksanaannya. Perbedaan nyatanya terlihat pada fase diamnya
atau media pemisahnya, yakni digunakan lapisan tipis adsorben
sebagai pengganti kertas. Bahan adsorben sebagai fasa diam dapat
digunakan silika gel, alumina dan serbuk selulosa. Partikel selika gel
mengandung gugus hidroksil pada permukaannya yang akan
membentuk ikatan hidrogen dengan molekul polar air. Fase diam
untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi
yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet. Fase gerak
merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. (Rudi, 2010)
Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan
kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menggunakan plat KLT
yang sudah siap pakai. Terjadinya pemisahan komponen-komponen
pada KLTdengan Rf tertentu dapat dijadikan sebagai panduan untuk
memisahkan komponen kimia tersebutdengan menggunakan kolom
kromatografi dan sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel
daneluen yang digunakan berdasarkan basil yang diperoleh dari KLT

BERLIAN PERMATASARI ACHMAD NASRIANI


15020190086
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

dan akan lebih baik kalaukepolaraan eluen pada kolom kromatografi


sedikit dibawah kepolaran eluen pada KLT (Lenny, 2006)
Pada hakekatnya KLT merupakan metoda kromatografi cair
yang melibatkan dua fasa yaitu fasa diamdan fasa gerak. Fasa
geraknya berupa campuran pelarut pengembang dan fasa diamnya
dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan
penyerap (kromatografi cair-padat) atauberfungsi sebagai penyangga
untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-cair). Fasa diam pada
KLTsering disebut penyerap walaupun berfungsi sebagai penyangga
untuk zat cair di dalam sistemkromatografi cair-cair. Hampir segala
macam serbuk dapat dipakai sebagai penyerap pada KLT,contohnya
silika gel (asam silikat), alumina (aluminium oksida), kiselgur (tanah
diatomae) danselulosa. Silika gel merupakan penyerap paling banyak
dipakai dalam KLT (Iskandar, 2007)
2.2 Uraian Bahan
 HCl (Ditjen POM, 1979: 53)
Nama Resmi : ACIDIUMHYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam Klorida
Berat Molekul : 36,46 g/mol
Rumus Molekul : HCl
Rumus Struktur : H-Cl
Pemerian : Cairan; Tidak berwarna; Berasap; Bau
merangsang, jika diencerkan dengan 2
bagian
air asap dan bau hilang.
Kelarutan : Larut dalam air.
Kegunaan : Sebagai pereaksi spesifik
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
 Aquadest (Ditjen POM, 1979: 96)

BERLIAN PERMATASARI ACHMAD NASRIANI


15020190086
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA


Nama Lain : Air Suling
Berat Molekul : 18 g/mol
Rumus Molekul : H₂O
Rumus Struktur : H-O-H
Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa

Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan


Kegunaan : Sebagai zat pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
 ASETON (Ditjen POM, 1979: 655)
Nama Resmi : ACETONIUM
Nama Lain : Aseton
Berat Molekul : 58,08 g/mol
Rumus Molekul : C3H6O
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, mudah
menguap, bau khas, mudah terbakar.
Kelarutan : Larut dalam air, etanol (95%) eter P dan
Kloform P, membentuk larutan jernih.
Kegunaan : Sebagai sampel.
 ETIL ASETAT (Wikipedia)
Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM
Nama Lain : Cuka
Berat Molekul : 60,05 g/mol
Rumus Molekul : C2H4O2
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna, bau menusuk,
rasa asam, tajam.
Kelarutan : dapat campur dengan air, dengan etanol
(95%), dan dengan gliserol.

BERLIAN PERMATASARI ACHMAD NASRIANI


15020190086
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.


Kegunaan : Zat tambahan.
 ASAM RUBEANAT (Wikipedia)
Nama Resmi : ETHANEDITHIOAMIDE
Nama Lain : Asam Rubeanat
Berat Molekul : 120,19 g/mol
Rumus Molekul : C2H4N2S2
Pemerian : Padatan kristal merah tua, tidak berbau
Penyimpanan : dalam wadah tertutup.
Kegunaan : sebagai reagen untuk tembaga, kobalt, dan
nikel.
 ALKOHOL (FI III, 1979: 56)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol, Etanol, Ethyl Alkohol
Berat Molekul : 46,07 g/mol
Rumus Molekul : C2H6O
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah
menguap dan mudah bergerak; bau khas
rasa
panas,mudah terbakar dan memberikan nyala
biru yang tidak berasap.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air,dalam kloroform
p dan dalam eter p.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terhidar dari
cahaya ditempat sejuk jauh dari nyala api.
Kegunaan : sebagai zat tambahan juga dapat membunuh
kuman.
 CoCl2 (Wikipedia)
Nama Resmi : COBALT (II) CHLORIDE

BERLIAN PERMATASARI ACHMAD NASRIANI


15020190086
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Nama Lain : Kobalt (II) Klorida


Berat Molekul : 129,839 g/mol
Rumus Molekul : CoCl2
Pemerian : Kristal biru (anhidrat) ungu-kebiruan (dihidrat)
Kristal merah mawar (heksahidrat)
Kelarutan : larut dalam air, etanol, pyridine, gliserol.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup.
 CuSO4 (Ditjen POM, 1979: 58)
Nama Resmi : CUPRI BISULFAT
Nama Lain : Tembaga (II) Sulfat
Kelarutan : larut dalam 3 bagian air dan dalam 3 bagian
gliserol P, sangat larut dalam etanol (95%) P.
Pemerian : Hablur, tidak berwana, tidak berbau, rasa
dingin.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Zat tambahan.
 NH4OH (Ditjen POM, 1979: 86)
Nama Resmi : AMMONIA
Nama Lain : Amonium Hidroksida
Berat Molekul : 35,05 g/mol
Rumus Molekul : NH4OH
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas
menusuk.
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk.
Kegunaan : Zat tambahan.
2.3 Prosedur Kerja
 Penyiapan Lempeng KLT
Ukur dan potong lempeng dengan ukuran 3 x 10 cm, tarik garis

BERLIAN PERMATASARI ACHMAD NASRIANI


15020190086
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

dengan pensil tipis-tipis dibagian bawah lempeng dengan ukuran 1,5


cm dan tarik garis bagian atas ukuran 0,5 cm
 Penyiapan eluen Aseton : etil asetat : asam klorida (pelarut)
Buat larutan eluen aseton : etil asetat : asam klorida 6 M dalam
perbandingan volume 9 : 9 : 2
 Penyiapan reagen penampak bercak asam rubeanat dalam
etanol
Buat larutan 0,1% asam rubeanat dalam larutan etanol sebanyak
100 mL.
 Penyiapan sampel
Timbang masing-masing sampel sebanyak 10 mg dan larutkan
dengan tepat dalam 10 mL air suling. (untuk menghasilkan larutan
yang masing-masing berisi 1 mg Co2+¿ ¿ danCu2+¿ ¿ dalam larutan 1 mL)
 Pemisahan dengan KLT
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, tuang eluen ke
dalam chamber dan dijenuhkan dengan kertas saring, aplikasikan
larutan sampel ke titik tengah garis bawah lempeng KLT dengan
mengguakan pipa kapiler dan biarkan mengering dengan jarak antar
sampel 1 cm, masukkan potongan lempeng dengan menggunakan
pinset dan taruh potongan itu posisi tegak di dalam chamber sehingga
ujung yang dekat dengan sampel tercelup dalam pelarut eluen,
lakukan proses elusi yaitu biarkan eluen bergerak melewati sampel
hingga sampai pada garis bagian atas lempeng (±30menit), ambil
potongan lempeng KLT dan biarkan sekitar 10 menit agar pelarutnya
menguap. Netralkan kelebihan asam dengan menyingkap potongan
lempeng itu ke uap ammonia sekitar 10 menit, semprot dengan reagen
penampak bercak asam rebeanat 0,1% dan amati warna pita atau
nodanya, hitung nilai Rfnya.

BERLIAN PERMATASARI ACHMAD NASRIANI


15020190086
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

BAB 3 METODE KERJA

3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Bejana
atau chamber; Kertas saring; Lempeng KLT; Pipa kapiler, Pinset.
3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Asam
klorida 6 M; Aquadest; Aseton; Etil asetat; Eluen (aseton : etil asetat :
asam klorida = 9:9:2); Penampak bercak asam rubeanat (0,1%) dalam
etanol; Lpgam CoCl₂; Logam CuSO₄; Uap amonia.
3.3 Cara Kerja
 Penyiapan Lempeng KLT
Ukur dan potong lempeng dengan ukuran 3 x 10 cm, tarik garis
dengan pensil tipis-tipis dibagian bawah lempeng dengan ukuran 1,5
cm dan tarik garis bagian atas ukuran 0,5 cm
 Penyiapan eluen Aseton : etil asetat : asam klorida (pelarut)
Buat larutan eluen aseton : etil asetat : asam klorida 6 M dalam
perbandingan volume 9 : 9 : 2
 Penyiapan reagen penampak bercak asam rubeanat dalam
etanol
Buat larutan 0,1% asam rubeanat dalam larutan etanol sebanyak
100 mL.
 Penyiapan sampel
Timbang masing-masing sampel sebanyak 10 mg dan larutkan
dengan tepat dalam 10 mL air suling. (untuk menghasilkan larutan
yang masing-masing berisi 1 mg Co2+¿ ¿ danCu2+¿ ¿ dalam larutan 1 mL)
 Pemisahan dengan KLT

BERLIAN PERMATASARI ACHMAD NASRIANI


15020190086
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, tuang eluen ke


dalam chamber dan dijenuhkan dengan kertas saring, aplikasikan
larutan sampel ke titik tengah garis bawah lempeng KLT dengan
mengguakan pipa kapiler dan biarkan mengering dengan jarak antar
sampel 1 cm, masukkan potongan lempeng dengan menggunakan
pinset dan taruh potongan itu posisi tegak di dalam chamber sehingga
ujung yang dekat dengan sampel tercelup dalam pelarut eluen,
lakukan proses elusi yaitu biarkan eluen bergerak melewati sampel
hingga sampai pada garis bagian atas lempeng (±30menit), ambil
potongan lempeng KLT dan biarkan sekitar 10 menit agar pelarutnya
menguap. Netralkan kelebihan asam dengan menyingkap potongan
lempeng itu ke uap ammonia sekitar 10 menit, semprot dengan reagen
penampak bercak asam rebeanat 0,1% dan amati warna pita atau
nodanya, hitung nilai Rfnya.

BERLIAN PERMATASARI ACHMAD NASRIANI


15020190086
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
A. Pengumpulan data dan informasi
1. Warna pita ion Co2+ = Jingga
2+
2. Warna pita ion Cu = Hijau
2+
3. Nilai Rf ion Co = 0,6
2+
4. Nilai Rf ion Cu = 0,7

B. Pencatatan dan pelaporan


1. Hasil analisis dengan penampak bercak asam rubeanat
0,1%
a. Warna noda untuk sampel CoCl2 adalah kuning-jingga
b. Warna noda untuk sampel CuSO4 adalah hijau-zaitun
c. Jarak tempuh noda sampel CoCl2 adalah 4,8 cm
d. Jarak tempuh noda sampel CuSO4 adalah 5,6 cm
e. Jarak tempuh pelarut adalah 8 cm

2. Perhitungan
a
a. Rumus : Rf¿ keterangan : a = jarak noda
s
s = jarak tempuh eluen

b. Perhitungan nilai Rf : * CoCl₂ *CuSO₄


a 4,8 cm a 5,6 cm
Rf¿ ¿ =0,6 Rf¿ ¿ =¿ 0,7
s 8 cm s 8 cm

3. Interpretasi data hasil analisis :


Sampel Warna pita Nilai Rf
Ion Co 2+¿ ¿ Jingga 0,6
Ion Cu2+¿ ¿ Hijau 0,7

4. Kesimpulan : Jadi, Nilai Rf yang diperoleh pada Ion Co 2+¿ ¿


bermuatan (+) pita warnanya berwarna jingga dan Ion Cu2+¿ ¿
bermuatan (+) pita warnanya berwarna hijau

BERLIAN PERMATASARI ACHMAD NASRIANI


15020190086
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

4.2 Pembahasan
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran
berdasarkan perbedaan kecepatan peramabatan komponen dalam
medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya
akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase
gerak.
Pemisahan KLT dikembangkan oleh ilmuan yang
bernama Ismailoff dan Schraiberpada tahun (1938). Tekniknya
menggunakan penyokong fase diam berupa lapisan tipis sepreti
lempeng kaca, aluminium atau plat inert.
Derajat retensi pada kromatografi lempeng biasanya
dinyatakan sebagai factor resensi, Rf:
Pada fase diam, jika dilihat mekanisme pemisahan, fase
diam dikelompokkan menjadi yaitu kromatogarfi serapan (Silika
gel, alumina, keiselguhr), kromatografi partisi (Selulosa, keiselguhr,
silika gel), kromatografi penukar ion (Penukar ion selulosa, resina
penukat ion), kromatografi gel (Sephadex, Biogel)
Pada fase gerak, pada proses serapan, yang terjadi jika
menggunakan silika gel, alumina dan fase diam lainnya, pemilihan
pelarut mengikuti aturan kromatografi kolom serapan.
Prosedur di sini mengikuti Ganshirt dan Malzachur dan
penyiapan lempeng sederahan menurut metode Less dan De
Muria. Noda ditampakkan dengan semprotan permanganat dalam
suasana asam, yang akan mengoksidasi senyawa sampel hingga
menghilangkan warna permanganate.
Pada percobaan kromatografi lapis tipis, zat penyerapan
merupakan lapisan tipis serbuk halus dilapiskan pada lempeng
kaca, logam atau plastik, tetapi umumnya digunakan lempeng
kaca. KLT dengan lapis tipis penukar ion dapat digunakan untuk

BERLIAN PERMATASARI ACHMAD NASRIANI


15020190086
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

pemisahan. Pada pelaksanaanya dapat dilakukan elusi secara


menaik (ascending), menurun (descending) atau dengan cara elusi
2 dimensi. Fasa diamnya adalah lempeng dan fase geraknya
adalah perbandingan Metanol dan Etil asetat yang membawa
sampel kebatas eluen dan selanjutnya dilihat pada lampu sinar UV
254 dan 366 menghasilkan nilai Rfnya sama dengan 0,6 dan 0,7.
Adapun factor kesalahan yang dapat terjadi dari praktikum
KLT adalah apabila konsentrasi dan komposisi larutan yang
digunakan tidak sesuai maka akan mengganggu nilai Rf. Pada saat
tidak terbentuknya noda bulat sempurna, hal ini juga disebabkan
oleh senyawa asing dan pencemaran pada pelarut yang digunakan
(wadah yang digunakan kotor) ataupun adanya partikel lain yang
menempel pada lempeng.
Dengan hasil praktikum yang telah diperoleh maka telah
tercapailah maksud dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami cara-cara pemisahan dengan teknik kromatografi lapis
tipis.

BERLIAN PERMATASARI ACHMAD NASRIANI


15020190086
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah

Noda yang terbentuk sebanyak 1 noda terhadap masing-masing

sampel, jarak yang ditempuh eluen adalah 8 cm, jarak noda yang

terdapat pada kedua sampel adalah 4,8 cm dan 5,6 cm. Nilai Rf – nya

adalah 0,6 dan 0,7

5.2 Saran
Sebaiknya praktikan memahami teori dan prosedur kerja terlebih
dahulu, sebelum melakukan praktikum.

BERLIAN PERMATASARI ACHMAD NASRIANI


15020190086
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2020. Penuntun Praktikum Kimia Analisis. Makassar: Fakultas


Farmasi Universitas Muslim Indonesia

Hess,Amber. 2004. Digitally-Enhanced Thin Layer Chromatography: An


Inexpensive, New Technique for Qualitative and Quantitative
Analysis

Mulyono,Tri., dkk. 2012. Pengembangan Analisis Spot Secara Kuantitatif


pada Metode Kromatografi Lapis Tipis menggunakan Lab VIEW
Surabaya: FMIPA Universitas Jember

Tim Dosen Kimia. 2013. Kromatografi Lapis(an) Tipis (KLT) Bab III.
Yogyakarta: UGM

Haqiqi, Sohibul Himan. 2008. Kromatografi Lapis Tipis.

Iskandar, Yusuf, 2007. Karakteristik Zat Metabolit Sekunder Dalam Ekstra


Bunga Krisan. FMIPA: Semarang

Rudi, L. 2010. Penuntun dasar-dasar pemisahan analitik. Kendari: UHO

Sofia, Lenny. 2006. Isolasi dan Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama.
Sumatra Utara: USU

Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI. Jakarta

BERLIAN PERMATASARI ACHMAD NASRIANI


15020190086

Anda mungkin juga menyukai